Wayang Orang Soma Brata Akan Dipentaskan di TMII

CIPAYUNG - Tri Ardhika Production bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, menggelar pementasan Wayang Orang (WO) Sriwedari.

Pentas seni tradisional bertajuk 'Soma Brata' itu akan digelar di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Cipayung Jakarta Timur, Jumat (12/2), pukul 20.00 WIB.

Pergelaran ini, melibatkan ratusan seniman dari grup WO Sriwedari dari Surakarta yang sudah ada sejak tahun 1910.

Selain itu, didukung para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dan Yogyakarta, antara lain, Agus Prasetyo dan Eny Sulistyowati.

Eny Sulistyowati selaku pimpinan Tri Ardhika Production, berharap pergelaran WO 'Soma Brata' dapat memberikan kontribusi bagi pelestarian seni budaya adi luhung bangsa Indonesia. Memberi pencerahan hidup melalui seni budaya.

"Kita mengajak generasi muda supaya mencintai kekayaan budaya negeri sendiri. Membangun kreativitas dan memberikan wadah bagi seniman untuk senantiasa berkarya," kata Enny baru-baru ini.

Pergelaran WO 'Soma Brata' merupakan bentuk dukungan konkret Tri Ardhika Production terhadap kesenian berbasis tradisi.

Sebelumnya, pada 2014 Tri Ardhika ProductionEvent sukses mementaskan WO 'Mahabandhana' di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), dan 2013 mementaskan opera sejarah bertajuk. 'Ken Dedes Wanita di Balik Tahta' di Jakarta dan Surabaya.

Politisi Australia Belajar Bahasa Indonesia

Brisbane, Australia - Di tengah menurunnya minat terhadap pelajaran bahasa Indonesia di Australia, beberapa politisi justru getol mempelajarinya.

"Lima belas tahun mendatang Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi yang besar," ujar anggota parlemen yang juga Menteri Keuangan Bayangan di pihak oposisi, Chris Bowen, di depan anggota Australia-Indonesia Business Council, akhir Januari lalu.

Diam-diam Bowen dari Partai Buruh telah setahun belajar bahasa Indonesia melalui kursus daring berdurasi tiga tahun dari Universitas New England, sebuah universitas di Armidale, kota kecil 500 kilometer di utara Sydney.

"Saya bisa mengerti minat menggebu terhadap studi Tiongkok dan India. Namun, Indonesia berada di dekat kita, tetapi sering terlupakan," tutur Bowen yang beberapa kali menjadi menteri di pemerintahan Kevin Rudd dan Julia Gillard.

Indonesia diprediksi akan menyalip Jerman dan Inggris pada 2030 dan kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia, menurut laporan McKinsey.

Bowen mengatakan mendukung kebijakan PM Malcolm Turnbull meningkatkan hubungan dagang dengan Indonesia, yang memiliki jumlah kelas menengah 50 juta orang.

Merujuk motivasinya belajar bahasa Indonesia, Bowen menuturkan sebuah pertemuan dengan beberapa menteri Indonesia yang semuanya bisa berbahasa Inggris, sedangkan tidak satu pun dari rombongan menteri Australia bisa berbahasa Indonesia. "Selain tak nyaman, bukankah ini sebuah bentuk kecongkakan?" katanya.

Koleganya di parlemen, Hugh Hartigan, yang menjadi penasihat ekonominya, juga belajar bahasa Indonesia. Setiap kali jeda sehabis rapat, Bowen dan Hartigan langsung praktik menjabarkan angka-angka ekonomi dalam bahasa Indonesia.

Seorang kolega lainnya, Asisten Menteri Kesehatan Bayangan Stephen Jones, juga belajar bahasa Indonesia. Jones bersama anggota parlemen lain seperti Andrew Leigh dan mantan menteri Penny Wong juga bisa berbahasa Melayu sehingga ada pemeo bahwa di kubu Partai Buruh ada kelompok yang bisa menggunakan bahasa rahasia.

Namun, seorang wartawan senior yang enggan disebut namanya tak terlalu berharap antusiasme politisi menjelma menjadi sesuatu yang nyata.

"Ini lagu lama sejak 25 tahun lalu. Saya sudah sering mendengar. Tetapi dalam praktik tidak banyak yang terjadi," ujarnya.

Sebuah studi menunjukkan, 10 tahun lagi pelajaran bahasa Indonesia akan punah di Australia, walau sudah masuk kurikulum nasional sejak 1950-an.

Selain merosotnya dana pemerintah, sebab lain adalah lebih dari 90 persen pelajar yang mengambil pelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah tidak belajar sampai tamat.

Profesor Tim Lindsey dari Universitas Melbourne akhir tahun lalu mengatakan bahwa gelontoran dana 100 juta dollar dari pemerintah merupakan satu-satunya jalan memulihkan minat pada bahasa Indonesia.

Studi yang dilakukan Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) pada 2009 menunjukkan bahwa lebih banyak siswa SMP yang belajar bahasa Indonesia pada tahun 1972 daripada sekarang.

Dalam kurun 2001 sampai 2010 mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia turun 37 persen, ketika jumlah mahasiswa baru meningkat 40 persen.

Pemerintah Australia tampaknya bukan tak menyadari hal ini, terbukti saat Ketua ACICIS David T Hill, profesor studi Asia Tenggara dari Universitas Murdoch, mendapat bintang Order of Australia tahun lalu.

ACICIS berjasa mengirim sekitar 2.000 mahasiswa Australia ke Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun.

Miliki Banyak Peninggalan Sejarah, Pemkot Gorontalo Belum Tetapkan Cagar Budaya

Gorontalo - Pemerintah Kota Gorontalo belum pernah menetapkan lokasi cagar budaya daerah di wilayahnya. Meskipun daerah ini dikenal memiliki banyak bangunan tua, terutama dari masa kolonial Belanda.

Kota yang dulunya merupakan ibu kota kerajaan Gorontalo itu berperan sebagai pusat pemerintahan di masa VOC dan menjadi wilayah yang dikelola seorang asisten residen pemerintah kolonial Belanda.

Peninggalan masa lalu seperti rumah batu atau kayu, bekas bangunan militer, sekolah hingga bangunan dan struktur yang terkait dengan kegiatan sehari-hari banyak ditemukan di sekitar pelabuhan hingga bundaran Tugu Saronde.

“Cagar budaya yang ada selama ini seperti Benteng Otanaha sudah ditetapkan kementerian, kami hanya melakukan koordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo” kata Gafar Dude, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Gorontalo, Rabu (10/2/2016).

Meskipun demikian pihaknya sudah melakukan inventarisasi sejumlah bangunan dan struktur di kota Gorontalo. Berbagai peninggalan dari masa lalu ini menjadi daya tarik wisata.

Bangunan tua di Gorontalo terpusat di satu lokasi, mengingat masa lalu kota ini merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan di tepian Teluk Tomini.

Pada masa kolonial, seluruh pejabat dan pemimpin pribumi dikumpulkan di pusat kota. Rumah, hotel, tempat ibadah, tempat pertemuan dan bangunan lain juga berada di sekitar kawasan ini.

Bila tidak ada penetapan cagar budaya, dikhawatirkan peninggalan bernilai sejarah, arsitektur atau sosial ini akan rusak atau dibongkar.

Sudah banyak bangunan tua yang dibongkar pemerintah atau pemiliknya, seperti penjara lama yang diratakan dengan tanah untuk lahan parkir.

Demikian juga dengan rumah sakit bersalin yang dihancurkan pemerintah untuk pembangunan hotel.

Peringatan Galungan di Candi Ngempon, Jejak Majapahit dalam Budaya Jawa

Ungaran, Jateng - Peringatan hari raya Galungan di Kabupaten Semarang berlangsung khidmat. Umat Hindu di Bumi Serasi ini menggelar persembahyangan di pura maupun di sejumlah candi yang ada di Kabupaten Semarang.

Seperti yang dilakukan belasan umat Hindu di Desa Asinan, Bawen, yang menggelar persembahyangan di Candi Ngempon, Kecamatan Bergas, Rabu (10/2/2016) siang.

Ritual persembahyangan di Candi Ngempon ini memperlihatkan akulturasi budaya Jawa dan Hindu yang cukup kental. Mulai dari pakaian hingga rupa-rupa sesaji yang menjadi persembahan.

Para laki-lakinya terlihat memakai penutup kelapa blangkon, berbaju surjan warna hitam, dan bawahan berupa kain jarik (batik).

"Karena kami di Jawa, maka adat-adat Jawa kami pakai. Sama seperti di Bali, ikat kepala dan bajunya itu kan bagian dari adat, umat apa pun memakainya," kata Pemangku Pura Tirtaloka, Dwi Yanto (42).

Sementara sejumlah sesaji yang dibawa, ujarnya, merupakan warisan budaya sejak zaman Majapahit.

Antara lain adalah daksina atau palinggihan (tempat duduk) bagi Yang Maha Esa dan tumpeng janganan sebagai perlambang perhomonan kepada Sang Hyang Widhi agar diberi seger kuwarasan (segar bugar).

"Sesaji daksina dan tumpeng janganan ini adalah salah satu warisan sejak zaman Majapahit," lanjutnya.

Tak hanya dalam segi pakaian dan rupa-rupa sesaji, kidung mantra yang dinyanyikan dalam persembahyangan ini pun menggunakan bahasa jawa.

Lebih jauh lagi, dalam memaknai hari raya Galungan ini, mereka juga menggunakan sudut pandang budaya Jawa.

Menurut Dwi Yanto, salah satu makna hari raya Galungan adalah keyakinan mengenai terciptanya jagat raya ini bertepatan dengan hari Rabu Kliwon, dalam Wuku Dungulan.

"Bahwa pada hari Galungan ini para Bathara turun ke marcapada, jadi kita sembahyang untuk menyambutnya," dia menjelaskan.

Dwi Yanto menambahkan, persembahyangan dalam rangka memperingati hari raya Galungan ini juga ditujukan untuk menjaga kesakralan candi leluhur peninggalan nenek moyang Hindu tersebut.

Candi Ngempon digunakan untuk upacara persembahyangan perayaan Galungan mulai 2009 silam. "Umat Hindu punya kewajiban untuk melakukan persembahyangan di sini," pungkasnya.

Gubernur Akhirnya Patenkan Baju Kurung Jadi Pakaian Dinas Resmi Di Hari Jumat

Tanjungpinang, Kepri - Penjabat Gubernur Kepri, akhirnya mengeluarkan Surat Edaran terkait aturan berpakaian Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepri. Keputusan tersebut dinilai tepat untuk menjadi tradisi Melayu dengan berbaju kurung di hari Jumat.

"Ya memang benar, Gubernur Kepri sudah mengeluarkan SE dengan Nomor 106/0122/SET tentang pakaian dinas di lingkungan Pemprov Kepri. Sehingga menegaskan, kalau baju kurung tetap menjadi pakaian dinas resmi di hari Jumat," ujar Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Kepri, Raja Heri Mokhrizal menjawab pertanyaan Batam Pos, Selasa (9/2) di Tanjungpinang.

Disinggung terkait bertentangan dengan kebijakan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Heri menegaskan berdasarkan UU Otonomi daerah, daerah punya kewenangan untuk mengatur itu. Menurutnya, banyak tugas lain yang harus dikerjakan oleh Kemendagri, bukan mengurus hal-hal seperti ini.

"Setiap daerah punya kearipan lokal, begitu juga Kepri dengan tradisi berbaju kurungnya di hari Jumat. Tentu yang sudah melekat tersebut, jangan sampai dihilangkan. Apalagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengenal istilah Bhineka Tunggal Ika.

Lebih lanjut katanya, terbitnya Peraturan Mendagri (Permendagri) memang merancukan tentang ketentuan berpakaian dinas. Akan tetapi, Pemerintah Provinsi Kepri tetap pada kebijakan berbaju kurung di hari Jumat. Pertimbangannya adalah untuk menjaga kearipan lokal di Pemprov Kepri.

"Apa yang sudah menjadi adat istiadat maupun kebudayaan, sampaikan kapanpun harus tetap dipertahankan. Baik generasi saat ini, maupun yang akan datang," tutup Heri.

Sementara itu, Sekrertaris Komisi III DPRD Kepri, Sofyan Samsir sangat apresiasi atan keputusan yang diambil oleh Penjabat Gubernur Kepri. Menurutnya, kebudayaan berbaju kurung di hari Jumat, harus terus dijaga. Karena itu sudah menjadi karakter di Provinsi Kepri.

"Dengan berbaju kurung di hari Jumat, menunjukan kalau Provinsi Kepri adalah daerah melayu yang selalu ingin menjadi adat istiadatnya," tambah Sofyan Samsir.

Yogyakarta Kaji Gagasan Festival Labuhan Gunung Merapi

Yogyakarta - Dewan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta masih mengkaji gagasan penyelenggaraan Festival Labuhan Gunung Merapi sebagai acara yang mengiringi upacara adat Labuhan Merapi yang digelar secara rutin oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Jadi, kegiatan itu bukan hanya upacara labuhan semata, tetapi juga perlu direkayasa sedemikian rupa untuk memberdayakan masyarakat sekitar," kata anggota Dewan Kebudayaan DIY Sumaryono di Yogyakarta, Selasa Malam.

Sumaryono mengatakan, sebelumnya Gubernur DIY Sri Sultan HB X pernah mengungkapkan keinginannya agar Festival Labuhan Gunung Merapi dapat diwujudkan seperti Festival Api di Gunung Fuji, Jepang, yang dinilai unik, namun tetap dikelola secara tradisional sehingga cukup signifikan mendorong tingkat kunjungan wisatawan di Jepang.

"Kira-kira bisa tidak Merapi dibuat seperti itu," kata Sumaryono menirukan perkataan Sultan.

Menurut dia, hingga saat ini Dewan Kebudayaan DIY masih melakukan studi terhadap kemungkinan pelaksanaan festival itu. Terkait hal itu, ia juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan DIY, Pemkab Sleman, serta para tokoh di Gunung Merapi. "Saat ini kami masih melakukan studi, itu kan tidak gampang," kata dia.

Meski belum memastikan kapan dapat terlaksana, ia optimistis Festival Labuhan Gunung Merapi dapat dilaksanakan dengan melibatkan peran masyarakat sekitar Merapi.

Acara itu, menurut dia, sangat potensial menambah lama tinggal wisatawan lokal maupun mancanegara, sebab untuk menyaksikan prosesi arak-arakan pengangkatan uba rampe oleh abdi dalem ke Bangsal Srimanganti, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada pagi hari mereka juga rela menginap.

"Kalau bisa seminggu sebelum acara labuhan, sudah ada sesuatu," kata dia.

Kendati demikian, menurut Sumaryono, apabila Festival Labuhan itu terlaksana, jangan sampai justru mendesakralisasi upacara inti Labuhan Merapi. "Jangan sampai festivalnya yang menonjol," kata Sumaryono yang juga dosen seni tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Paman Pergi, Ponakan Mesum di Kamar, Begini Deh Akhirnya

Pekanbaru, Riau - Di Kelurahan Sorek Satu, Pangkalan Kuras, Pelalawan, siswi SMA berinsial Dn (16) ditangkap warga sedang mesum dengan pacarnya RO (19) di kamar. Kejadiannya, Sabtu (20/2) sekitar pukul 22.00 WIB.

Malam itu, siswi kelas satu ini sendiri di rumah pamannya. Pamannya pergi menghadiri sebuah undangan. Kesempatan itu digunakan sang pacar untuk datang berkunjung.

Warga yang curiga melakukan pengintaian dari kejauhan. Belakangan diketahui pasangan kekasih yang telah menjalin asmara 1 tahun 8 bulan ini masuk ke kamar. Tanpa menunggu lebih lama lagi, beberapa warga langsung melakukan pengerebekan.

Warga menggedor pintu. Tapi saat itu pintu tidak langsung dibuka. Setelah diancam akan didobrak, barulah pintu dibuka. Dengan kondisi wajah acak-acakan, Dn keluar kamar. Sementara sang pacar berupaya sembunyi. Namun belakangan dia akhirnya ditemukan.

Pemilik rumah SY dihubungi. Paman Dn ini kemudian pulang tak lama kemudian. Di hadapan warga, pasangan ini akhirnya mengaku telah melakukan hubungan layaknya suami istri.

Mengetahui hal itu, SY menghubungi SO, orangtua Dn. Tak terima putrinya digituin, SO kemudian membuat laporan resmi ke polisi.

Paur Humas Polres Pelalawan Ipda M Sijabat SH, Senin (22/2) membenarkan adanya pasangan kekasih ditangkap warga lagi berduaan di dalam kamar.

‘’Pelaku telah diamankan setelah pihak keluarga korban membuat laporan kasus persetubuhan anak di bawa umur,’’ ujar M Sijabat.(MXM/MXQ/ray/JPNN)

Dituduh Berbuat Mesum, Siswi Digilir Empat Petugas Ronda

Pekanbaru, Riau - Tragis benar nasib SS, siswi salah satu SMP di Pekanbaru ini. Setelah dituduh mesum, dia malah digilir empat pria. Pelakunya diduga petugas ronda.

Kisah pilu itu berawal ketika SS bertandang ke rumah teman prianya berinisial Fe, Jumat (12/2). Keasyikan ngobrol, tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 WIB.

Empat petugas ronda yang menyadari ada pria dan wanita berduaan, langsung memergoki. Tanpa selidik lebih dahulu, mereka langsung saja menuduh cewek berusia 14 tahun itu telah berbuat mesum.

Padahal di rumah itu SS tak hanya berduaan dengan Fe. Ada Fr teman sebaya Fe. Kendati demikian keempat pria tadi tak peduli. Mereka bersikeras menuduh SS mesum.

Seenaknya mereka kemudian menjatuhkan sanksi. SS dan rekannya diminta membayar denda berupa 40 sak semen atau senilai Rp2,5 juta.

Karena masih berstatus pelajar, ketiganya tak ada mengantongi duit segitu. Fe kemudian punya ide. Dia berniat menjemput handphone di rumah Fr. Sementara SS ditinggal sendirian di rumah.

Naas bagi SS. Empat pria tadi merasa memiliki kesempatan. Mereka kemudian memperkosa SS secara bergiliran. Selesai melampiaskan nafsu, keempat pelaku mengancam. Mereka minta SS tutup mulut.

Merasa tersakiti atas perbuatan keempat petugas ronda tersebut, SS tak terima. Sepulang temannya mengambil Hp, perbuatan tak layak ditiru itu pun diceritakannya. Kemudian mereka sepakat membuat laporan resmi ke polisi.

Wakapolresta Pekanbaru AKBP S Putut Wicaksono SIK membenarkan adanya laporan tersebut. “Masih dalam penyelidikan. Kita periksa saksi pelapor. Sementara keempat pelaku masih dalam pengejaran,” tutup Putut. (MXO/ray)

Kreativitas dan Kearifan Lokal jadi Modal Majukan Wisata

Padang, Sumbar - Kearifan daerah menjadi modal berkembangnya sektor pariwisata dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Semua elemen masyarakat dituntut bisa memainkan peranannya masing-masing dalam upaya menumbuhkan semangat sadar wisata.

Demikian mengemuka dalam seminar nasional pariwisata di Hotel Grand Inna Muara Padang, Sabtu (6/1). Seminar ini menghadirkan tiga narasumber yang dinilai berhasil memajukan sektor pariwisata di daerahnya, masing-masing Mahyeldi Ansharullah (Wali Kota Padang) dan Abdullah Azwar Anas (Bupati Bayuwangi) serta Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Herlan Joerliawan Soemardi. Sedangkan Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung) yang juga didaulat jadi narasumber, berhalangan hadir akibat sakit.

“Kami tengah gencar mengembangkan kawasan wisata terpadu (KWT) mulai dari Pantai Padang, Pelabuhan Muaro, Kotatua, hingga Pantai Air Manis,” ujar Mahyeldi Ansharullah ketika tampil di bagian pertama dalam seminar yang digelar Kementerian Pariwisata bersama Universitas Andalas dan Pemerintah Kota Padang ini.

Pembenahan yang dilakukan di kawasan wisata Padang tersebut, diyakini Mahyeldi bakal memanjakan pengunjungnya. Terlebih lagi, objek wisata di Padang makin menarik karena mengandung legenda yang berkembang dalam cerita rakyat.

“Keindahan alam dan kearifan lokal, modal besar untuk wisata di Padang berkembang,” ujarnya dalam seminar yang dimoderatori Sari Lenggogeni, pengamat pemasaran pariwisata jebolan Universitas of Queensland, Australia.

Selain itu, kata Mahyeldi, kawasan wisata Padang diyakini mampu berkembang pesat karena didukung penuh masyarakat sekitarnya. Apalagi tujuan utama pihaknya membantu perekonomian masyarakat.

“Elo pukek sudah lama tidak kita saksikan. Jadi ketika kami membersihkan Pantai Padang, masyarakat nelayan sangat antusias mendukung bila tradisi elo pukek tersebut dijadikan daya tarik wisata di pantai itu,” ujarnya.

Mahyeldi siap menampung seluruh masukan dari berbagai pihak agar wisata Padang maju. “Masukan yang baik tentu bersamaan dengan solusi. Kami menargetkan tahun 2019, pengembangan wisata di Padang akan rampung,” katanya.

Sedangkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memegang konsep kreatif dalam pengembangan wisata di daerahnya. Dia memberdayakan tenaga muda dalam memajukan pariwisata yang dirancang pihaknya. “Relasi dan kreativitas kunci utama kami, sehingga peluang-peluang yang ada dapat kami kembangkan tanpa membebani anggaran negara,” ujarnya.

Seluruh peluang pengembangan wisata di Banyuwangi, kata Abdullah, berupa kegiatan bertaraf internasional, seperti surfing. Promosinya berkerja sama dengan pihak asing.

“Membuat video pengenalan wisata di tempat kami, sebenarnya butuh modal ratusan juta. Karena bekerja sama dengan pihak asing, hanya modal nol. Merekalah yang membuatkan kami video tentang wisata di Banyuwangi. Modelnya dari Brasil,” ungkapnya seraya menunjuk video yang ditayangkan di layar proyektor.

Setelah media pengenalan wisata tersebut berhasil, tahap berikutnya memasukkan kearifan lokal ke dalam video tersebut. “Sekarang promosi kami melalui media video itu sudah menggunakan gadis Banyuwangi sebagai model. Seluruh kearifan lokal semakin menonjol. Makanya, wisata kami semakin mendapat sorotan internasional,” pungkasnya.

Bupati yang berhasil menekan angka kemiskinan hingga 11 persen selama tiga tahun memimpin ini menambahkan, Pemkab Banyuwangi mengembangkan pendekatan holistik marketing, di mana semua SKPD berfungsi sebagai Event Organizer (EO), dalam mendukung pembangunan infrastruktur pariwisata berwawasan lingkungan.

“Seperti pembangunan green airport, ekowisata dengan tidak merusak alam dalam pembangunan infrastruktur wisata alam. Serta, menggelar iven tanpa bergantung pada APBD,” ujar Azwar.

Dalam seminar tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Herlan Joerliawan Soemardi, hadir mewakili Ridwan Kamil. Herlan memaparkan, dalam menghadapi MEA, pariwisata Bandung fokus menyajikan wisata kuliner, fashion, dan festival yang berbasis ekonomi kreatif.

Pengembangan wisata di Bandung mengutamakan brand. Sebab, pengenalan tersebut lebih sulit dilakukan dibandingkan pembenahan. “Sekarang penataan wisata sudah sangat banyak yang kami lakukan. Pengunjungnya juga banyak,” ujarnya.

Herlan mengatakan, kuliner di Bandung sangat diminati. “Banyak kuliner yang harus dicicipi kalau datang ke Bandung. Semua itu berkembang pesat berkat kreativitas masyarakat,” ujarnya.

Kunci dari kreativitas, katanya, berada di tangan komunitas-komunitas yang dibentuk di Bandung. Pemko Bandung terus melakukan pendekatan dengan komunikasi tersebut. “Salah satu contohnya, dibangun taman-taman tematik oleh komunitas yang ada, seperti Taman Jomblo. Ini untuk meningkatkan daya saing kreativitas kota,” ujarnya dalam seminar yang dibuka Deputi Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esty Reko Astuti ini.

Herlan menyebut, sanksi sosial juga diberikan kepada warga yang merusak lingkungan Kota Bandung. “Pernah suatu kali seorang pemuda yang sedang membuang sampah tertangkap kamera dan difoto. Pembuang sampah ini kemudian disuruh menyapu jalan yang dikotorinya dan foto tersebut dipublikasikan di media sosial dan media massa lainnya,” bebernya.

“Ini jadi efek jera bagi pelaku lain, sehingga pada suatu kali ada lagi warga yang kedapatan membuang sampah, memohon-mohon agar foto perbuatannya tidak dipublikasikan,” ungkap Herlan.

Rektor Universitas Andalas Prof Tafdil Husni di depan peserta seminar mengatakan, Padang punya pariwisata yang menarik. Padang juga memiliki kuliner enak yang tak ada duanya.

“Kuliner di Sumbar enak-enak, jadi lupakan diet kalau ke Padang,” katanya dalam seminar yang dihadiri para kepala Dinas Pariwisata se-Sumatera, para general manager restoran dan hotel, praktisi pariwisata, Danlantamal dan Kapolda.

Meski begitu, Tafdil menilai kondisi sadar wisata di Sumbar mesti ditingkatkan. Seluruh elemen diharapkan giat sadar wisata. “Terutama, akademisi, pemerintah, pengelola pariwisata dan warga masyarakat,” tambahnya.

Dicontohkannya dalam penataan pelayanan di restoran maupun rumah makan, serta kedai/ lapau, meski diimbangi dengan pelayanan yang baik. “Jangan sampai ada istilah makan enak, tapi ketika membayar, stres karena disodori bill yang mencekik. Untuk itu, perlu pembenahan sikap kita, apalagi dalam MEA 2016 ini,” ingatnya.

Lagu Bengawan Solo Berkumandang di India

Jakarta - Kepala Dinas Penerangan Komando Armada RI Kawasan Timur (Kadispenarmatim) Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman mengungkapkan, lagu Bengawan Solo telah berkumandang di India. Momen mengharukan dan membanggakan bagi masyarakat Indonesia ini terjadi saat Indonesia tampil pada acara International Band Performance yang berlangsung di India.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (9/2), Herman menerangkan, tidak hanya lagu Bengawan Solo yang ditampilkan di India.

“Sebagai duta bangsa Prajurit KRI Usman Harun pada sesi akhir mengikuti Joint International Band Performance dengan menampilkan tim kesenian keroncong, dua lagu India dan mengalonkan lagu Bengawan Solo,” ujar Herman, Selasa (9/2). Dalam acara ini Koarmatim tampil pada urutan ketiga dari tujuh negara peserta International Band performance yang berlangsung di India.

Menurut Herman, acara ini merupakan rangkaian kegiatan dalam menyemarakan festifal International Fleet Review (IFR) 2016 dengan negara tetangga yaitu India. Usai kegiatan ini, Kapal Perang Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) melaksanakan Formasi Photex. Formasi ini kemudian dilanjutkan DWA India menuju Sabang pada Selasa (9/2).

Herman menerangkan, kegiatan ini disambut meriah dari seluruh peserta Joint International Band Performance yang diikuti dari beberapa negara. Acara ini juga diharapkan akan membawa harum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di samping itu, tambah dia, sekaligus memperkenalkan akan ragam dan seni budaya di Indonesia.

Bina semula Galeri Melayu Banjar

Bagan Serai, Malaysia - Aspek kesenian dan kebudayaan masyarakat Banjar di daerah Kerian perlu dimartabatkan melalui pembinaan semula Galeri Melayu Banjar yang tertangguh sejak 2012.

Berikutan itu, kerajaan negeri digesa membantu merealisasikan pembinaannya di kawasan Bagan Serai bagi dijadikan mercu tanda pelancongan utama daerah Kerian pada masa depan.

Adun Alor Pongsu, Datuk Sham Mat Sahat berkata, Galeri Melayu Banjar yang dibuka di Masjid Tinggi, di sini, pada 2011 mendapat sambutan dan kunjungan luar biasa orang ramai termasuk penduduk daerah Banjarmasin, Indonesia.

Menurutnya, hampir setiap bulan, pelancong dari daerah Banjarmasin dan beberapa lagi daerah di Indonesia hadir ke galeri diasaskan Kelab Kulaan Malaysia (KKM).

“Bagaimanapun, galeri ini yang lebih dikenali muzium Banjar terpaksa ditutup setelah menurut nasihat Mufti Perak, Tan Sri Harussani Zakaria yang berpendapat penggunaan masjid lama sebagai muzium tidak bersesuaian untuk dikunjungi orang bukan Islam.

“Berikutan itu, atas persetujuan Pejabat Daerah dan Tanah Kerian serta Majlis Daerah Kerian (MDK), galeri ini dipindahkan ke sebuah bangunan MDK di Parit Buntar.

“Malangnya sehingga kini ia tidak dapat dibuka kerana kekurangan peruntukan untuk membiayai kerja-kerja menaik taraf bangunan,” katanya selepas merasmikan Majlis Merakyatkan Seni dan Budaya Festival Adat Masyarakat Banjar yang berlangsung di Masjid Tinggi, di sini, kelmarin.

Turut hadir Pengerusi Kelab Kulaan Malaysia, Ir Kamarullaffie Ahmad; Mufti Perak, Tan Sri Harussani Zakaria dan Setiausaha Kelab Kulaan Malaysia, Azlan Che Leob.

Sham berkata, inisiatif menghidupkan semula galeri itu penting bagi menyemarakkan industri pelancongan Kerian yang dilihat ketandusan produk berkualiti selain Bukit Merah Laketown Resort dan Pusat Konservasi Burung Kuala Gula.

Menurutnya, hakikat itu ditambah dengan jumlah populasi masyarakat Banjar khususnya di Bagan Serai dipercayai mencecah 70 peratus daripada keseluruhan penduduk.

“Dengan jumlah populasi ini, galeri ini wajar dibina di Parlimen Bagan Serai. Jika dibina bermula tahun ini dan siap menjelang tahun 2017, kita jangkakan lebih ramai pelancong hadir ke Kerian. Secara tak langsung, sektor pelancongan dapat dirancakkan.

“Diharap kerajaan negeri dapat menyalurkan peruntukan bagi pembinaan ini kerana keunikan adat dan seni budaya ini harus di kongsi bersama generasi akan datang,” katanya.

Sementara itu, Pegawai Daerah Larut Matang dan Selama (LMS) yang merupakan bekas Pegawai Daerah Kerian, Kamaruddin Awang berkata, inisiatif itu bertujuan mempelbagaikan produk pelancongan di Kerian sebelum ini.

“Sekiranya kewujudan Galeri Melayu Banjar menjadi satu fenomena kepada industri eko pelancongan daerah Kerian kelak, kita boleh membantu mengembangkan produk IKS berasaskan masyarakat Banjar ke pasaran lebih luas," katanya.

Dalam pada itu, Ir Kamarullaffie menegaskan pembinaan semula Galeri Melayu Banjar di Bagan Serai kelak memberi peluang kepada kumpulan penyelidik luar untuk menjadikannya sebagai sumber rujukan kajian ilmiah, sekali gus memartabatkan masyarakat Banjar di mata dunia.

Menurutnya, cadangan pemindahan galeri itu ke Parit Buntar disambut baik sebelum ini, namun pihaknya berpendapat pembinaan semula galeri ke kawasan Bagan Serai adalah pilihan terbaik.

“Umum sedia maklum populasi masyarakat Banjar di kawasan Bagan Serai adalah lebih padat, malah kawasan Jalan Banjar, Masjid Tinggi sememangnya sinonim dengan masyarakat itu.

“Justeru, Kelab Kulaan Malaysia menyokong penuh saranan Adun Alor Pongsu (Datuk Sham) memohon kerajaan negeri membina semula Galeri Melayu Banjar di kawasan Bagan Serai,” katanya.

Mengenai penganjuran kali kedua Festival Merakyatkan Seni dan Adat Budaya Masyarakat Banjar bertemakan ‘Aroh Wadai Kipeng’, Ir Kamarullaffie memaklumkan program kali ini memberi peluang kepada generasi baharu untuk mengenali dan menghargai keunikan seni serta adat budaya masyarakat Banjar.

Menurutnya, kebanyakan adat tradisi dan budaya amalan seharian sudah dilupakan generasi masa kini.

“Dalam program ini, kita mengetengahkan peluang kepada generasi muda mempelajari kaedah menggentel wadai dan memasak wadai kipeng selain mendedahkan mereka dengan pelbagai jenis masakan Banjar.

“Pada masa sama, inisiatif pengedaran kamus dan lagu tradisional masyarakat Banjar serta pameran senjata tradisional dan persembahan silat turut diadakan,” katanya.

Kupas Sejarah Melayu Islam di Karimun Melalui Khazanah Masjid

Karimun, Kepri - Kabar gembira bagi masyarakat Melayu di Kepri, khususnya Kabupaten Karimun. Telah hadir buku sejarah yang mengupas tentang sejarah Melayu Islam di Kabupaten Karimun.

Buku tersebut juga berisikan sejarah banyak masjid yang dibangun pada zaman dahulu, salah satunya Masjid Abdul Gani di Kecamatan Buru, yang merupakan salah satu masjid bersejarah di Kabupaten Karimun.

Buku tersebut diberi judul Khazanah Masjid Bersejarah Bumi Berazam, karya Irwanto SKM dan Aswandi Syahri. Buku tersebut sudah diluncurkan beberapa hari lalu di Masjid Agung Kabupaten Karimun, jalan Poros, Tanjungbalai Karimun.

Bahkan panitia penyelenggara yakni Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kabupaten Karimun sekaligus menggelar acara bedah buku Khazanah Masjid Bersejarah Bumi Berazam tersebut disejalankan dengan seminar seni sastra Islam Riau-Lingga dan Nusantara.

Turut hadir Wakil Gubernur Kepri terpilih Nurdin Basirun, tokoh Melayu Kepri, Huzrin Hood dan Sekretaris Daerah (Sekda) Karimun, TS Arif Fadillah serta pengurus masjid di Kabupaten Karimun.

Nurdin menyambut baik kehadiran buku tersebut. menurutnya buku tersebut bagus untuk dijadikan salah satu referensi bagi masyarakat Karimun saat ini dan masa akan datang mengenai sejarah Melayu Islam di Kabupaten Karimun khususnya.

“Cukup bagus buku ini, buat generasi sekarang dan akan datang agar tidak lupa akan sejarah. Saya sangat mendukung kehadiran buku ini,” ujar Nurdin usai acara.

Gedung LAM Bintan Siap Difungsikan

Bintan, Kepri - Pembangunan Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Bintan di Kecamatan Bintan telah rampung sejak akhir tahun lalu. Gedung yang kemudian diberi nama Megat Seri Rama ini sudah siap difungsikan sepenuhnya. Ketua LAM Bintan, Saleh Ahmad menjelaskan, dalam hitungan hari gedung yang dibangun dengan dana lebih dari Rp 13 miliar itu segera diresmikan.

"Kemungkinan besar bulan Maret nanti diresmikan. Sembari menunggu kepala daerah terpilih. Kalau ditanya soal pembangunannya, semua sudah selesai," kata Saleh, kemarin.

Fungsi gedung dua lantai ini, dijelaskan Saleh, bukan sekadar tempat pengurus LAM Bintan berkantor. Dibangun megah di seputar area Kota Kijang, Bintan Timur, juga lantaran ingin multifungsi. Mau dibuat sebagai tempat pertemuan, bisa. Ingin dijadikan tempat pesta perkawinan, boleh. Mengingat bangunan ini dibangun di atas lahan seluas setengah hektare dan memiliki balairung, area parkir, dan halaman yang representatif.

"Gedung LAM ini bisa menjadi gedung serbaguna untuk berbagai kegiatan penting yang dilakukan masyarakat Bintan," ujar Saleh.

Sementara itu, Sekretaris LAM Bintan, Musaffa Abbas menyatakan, gedung ini akan juga bakal menjadi naungan bagi paguyuban-paguyuban lintas etnis yang ada di Bintan. Bisa pula dijadikan tempat pagelaran seni budaya dari berbagai daerah yang tumbuh subur di tanah Melayu, khususnya di Bintan.

"Menjadi pusat pengembangan budaya, yang justru memperkaya budaya Melayu. Semuanya di bawah naungan payung budaya Melayu," pungkas Musaffa.

Indonesia Meriahkan "One World Festival" di Osaka

Jakarta - Indonesia memeriahkan sekaligus mempromosikan pariwisata Tanah Air dalam acara One World Festival 2016 yang digelar di Osaka, Jepang, pada 6 - 7 Februari.

Kepala Bidang Festival Pasar Asia Pasific Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Adella Raung dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan One World Festival merupakan salah satu acara rutin yang digelar di Kota Osaka dan menghadirkan para peserta dari beberapa negara selain masyarakat kota tersebut.

"Acara ini menjadi strategis untuk membuka mata masyarakat Osaka tentang pariwisata Indonesia," katanya.

Dalam festival yang menampilkan beragam budaya dari seluruh penjuru dunia tersebut, Kementerian Pariwisata akan memeriahkan acara dengan menampilkan kesenian tradisional.

Dalam situs resminya dijelaskan, One World Festival (OWF) adalah festival tempat bertemunya NGO (non-government organization)/NPO (non-profit organization), institusi internasional, administrasi lokal, dan perusahaan.

Mereka terlibat dalam sebuah kerja sama yang mempunyai satu tujuan yakni dunia yang bisa ditinggali bersama.

Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar festival ini bertujuan membuka mata penduduk Osaka tentang pentingnya kerja sama internasional.

Tahun lalu tak kurang dari 26.000 pengunjung hadir di OWF yang berlangsung selama dua hari.

Dari jumlah itu, sekitar 2.000 orang singgah ke anjungan Indonesia yang diprakarsai Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka dan Garuda Indonesia.

"Kemenpar memberikan dukungan dalam bentuk memberikan bahan promosi pariwisata berupa pernak-pernik, DVD, brosur, peta wisata, poster, dan lain-lain," katanya.

Dengan adanya pendukungan ini diyakini brand Wonderful Indonesia akan semakin kuat di Jepang.

"Dan untuk memberikan hiburan serta memperkenalkan kekayaan seni budaya Indonesia, Kemenpar juga mengirim sejumlah seniman ke OWF. Tari Bajidor Kahot, Cendrawasih, dan Zapin siap ditampilkan untuk memukau pengunjung," katanya.

Sepanjang tahun lalu ada 491.893 kunjungan dari wisatawan mancanegara (wisman) Jepang ke Indonesia. Jumlah itu meningkat dari pencapaian 2014 sebanyak 486.687 turis.

Kemenpar menargetkan bisa menarik wisman hingga 550.000 kunjungan dari Jepang tahun ini.

"Optimisme ini dilandasi terbitnya PP Nomor 69 tahun 2015 tentang bebas visa kunjungan. Berkat PP tersebut kini masyarakat Jepang bisa berkunjung ke Indonesia tanpa perlu membuat visa dengan batas berkunjung 30 hari," kata Adella.

Seni Kuda Lumping “Ebeg” Khas Pangandaran Tetap Diminati

Pangandaran, Jabar - Seni Kuda Lumping adalah seni budaya yang secara tidak langsung diadopsi masyarakat Pangandaran dari Jawa Tengah. Kesenian kuda lumping atau sering disebut juga “Ebeg” adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan terbuat dari ayaman bambu yang dipotong menyerupai bentuk kuda dengan tabuhan gamelan.

Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut, mengenakan mahkota dan sumping di telinganya. Kedua pergelangan tangan dan kakinya dipasangi gelang-gelang kerincingan, sehingga gerakan tangan dan kaki penari Ebeg selalu dibarengi bunyi gemerincing.

Seiring perkembangan zaman, kesenian ini masih bisa bertahan meski serbuan budaya seni dari mancanegara terasa kian gencar.

Hal ini berkat langkah inovatif dari para senimannya, salah satu grup seni Kuda Lumping yang masih eksis dan terus berinovasi adalah Muncul Jaya Grup dari Desa Babakan, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran.

"Kami terus berinovasi agar seni ini terus dapat bertahan dan diminati masyarakat,"kata Sabar, pemimpin rombongan. (Foto: Iwan)

Penampilan Seni Kuda Lumping “Ebeg” Muncul Jaya Grup yang terus berinovasi. (Foto: Iwan)

Pimpinan rombongan Seni Kuda Lumping “Ebeg” Muncul Jaya Grup, Sabar menjelaskan, dalam setiap penampilannya, Kuda Lumping “Ebeg” pimpinannya selalu mengkombinasikan dengan tarian barong, seni debus dan wayang orang.

Dengan inovasi tersebut, Sabar optimis kesenian ini akan terus diminati masyarakat, terbukti makin banyaknya generasi muda yang ingin belajar Seni Kuda Lumping di daerahnya.

“Lihat saja saat kami pentas, selain pemainnya juga anak-anak muda, ternyata mayoritas penontonnnya juga anak-anak muda,” tutur Sabar kepada FOKUSJabar, Jum’at (5/2/2016).

Inacraft 2016 Tonjolkan Budaya Sumatera Barat

Jakarta - Pagelaran International Handicraft Trade Fair (Inacraft 2016) akan kembali digelar. Dalam penyelenggaraan ke-18 ini, pameran seni budaya itu dilaksanakan di Jakarta Convention Center pada 20-24 April 2016 mendatang.

Tema Inacraft ini adalah ‘The Spendlor of Minangkabau’ dengan mengekspolarasi kekayaan kerajinan Sumatera Barat. Budaya Minangkabau dinilai punya potensi kerajinan dan budaya yang besar. Serta peluang bisnis yang baik untuk dikembangkan menjadi salah satu produk kerajinan unggulan Indonesia.

Dengan tema sentral From Smart Village to Global Market, Inacraft 2016 dimaksudkan untuk memfasilitasi produk kerajinan, agar dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi. Serta mengangkat derajat produk lokal bersaing dengan pasar internasional.

"Kami memberi kesempatan pada Pemprov Sumatera Barat mengeksplore produk kerajinan yang ada di sana. Nah, nantinya diintegrasikan dengan acara ini untuk mempertunjukkan kebudayaan asli yang bernilai tinggi. Kayak tarian, musik, hingga kuliner," kata Event General Manager Mediatama Binakreasi, Hadi Sunarmo saat media gathering di JCC, Senayan, Kamis (4/2).

Inacraft 2016 akan dibuka langsung Presiden Joko Widodo. Selain memperlihatkan kreasi stand-stand, acara ini juga akan menyuguhkan budaya Sumatera Barat secara ditail. Mulai dari potret keindahan alam, karya seni, dan tentunya makanan asli Ranah Minang.

"Dari pintu masuk hingga di dalam semuanya bernuansa Sumatera Barat. Akan ada tariannya, terus gambar keindahan alam, dan tentunya makanan," ucap Hadi.

Inacraft 2016 menargetkan bisa mendatangkan pengunjung sekitar 200 ribu orang untuk lima hari penyelenggaraan

Sanggar Seni Genyah Bukit Batu AkanTampil di Pekanbaru

Sungai Pakning, Riau - Sanggar Seni Genyah Bukit Batu Kabupaten Bengkalis yang baru beberapa tahun berdiri mulai menampakkan kiprahnya. Beranggotakan 8 orang anak muda yang sebagian masih duduk dibangku sekolah menengah di Sungai Pakning ini akan tampil di acara Malam Madan Poedjangga yang merupakan program salah satu Televisi lokal di Pekanbaru.

Dipimpin Mulyadi Salim Sanggar Seni Genyah yang bernuansa Musikalisasi Puisi bertekad akan terus mengembangkan musik yang bertemakan nuansa melayu dan sebelumnya juga pernah tampil di sejumlah daerah di Provinsi Riau ini.

Delapan orang anggota Sanggar Seni ini diantaranya Gilang pemain Accordion, Andika Bass, Abil Gambus, Manap dan iman memainkan Perkusi, Halim dan Nur pembaca puisi bertekan akan berupaya memberikan sebuah tampilan dalam acar tersebut nantinya.

"Dalam memajukan kesenian bernuansa melayu, kami beberapa tahun lalu sudah membentuk Sanggar ini dan 8 orang anggota sanggar Seni Genyah Bukit Batu ini akan mencoba nanti tampil dalam sebuah acara program di Rtv Sabtu (6/2/2016) besok di Pekanbaru," ujar salah satu anggota Sanggar Gilang, Kamis (4/2/2016).

Dikatakannya lagi Sanggar Seni Genyah ini akan berupaya terus mengembangkan kesenian bernuansa melayu khususnya di Kecamatan Bukit Bat.

"Perpaduan musik diiringi puisi ini merupakan salah satu ciri khas dari Sanggar Seni Genyah Bukit Batu. Dan kami akan berupaya terus mengembangkan kesenian ini dan hendaknya didukung semua terutama dari Pemerintah Kecamatan maupun Kabupaten," harap Gilang.

Toraja Promosi Wisata Lewat Budaya

Jakarta - Tradisi di satu daerah bisa terkikis karena pengaruh budaya dari luar. Keprihatinan dari para pendahulu agar satu kebudayaan tidak sampai terkikis cukup beralasan, karena budaya luar dianggap begitu kuat untuk memengaruhi budaya setempat.

Hal itu pun terjadi pada budaya Toraja yang diakui perlahan mulai menghilang. Hal ini membuat Talulembangna tergerak menghidupkan Toraja sebagai promosi wisata, untuk terus memiliki budaya yang hidup dan terus hadir pada generasi yang akan datang.

“Talulembangna merupakan ikatan persaudaraan tiga kerajaan yang erat dengan kebudayaan di Toraja. Melalui ikatan ini diharapkan budaya Toraja tak hilang ditelan waktu. Karena budaya merupakan kekuatan Toraja yang kaya akan alam, adat dan seni. Tapi, dengan perubahan jaman membuat budaya di Toraja menghilang perlahan,” jelas Adriel Rumengan Kalua, ketua Kerukunan Talulembangna usai pentas budaya Toraja di Jakarta, baru-baru ini.

Adriel menambahkan, melalui Talulembangna diharapkan budaya Toraja tetap utuh. Beberapa budaya yang menjadi daya tarik turis asing di antaranya rambutuka (mengucap syukur) dan rambu solo (kematian). ”Menghilangnya budaya di Toraja diakibatkan adanya pergeseran dari aminisme menuju hadirnya beberapa agama di Toraja. Selain itu, pengaruh budaya lain yang datang dari berbagai wilayah di tanah air yang masing-masing daerah memiliki budaya yang berbeda-beda yang satu dengan lainnya bisa saling memengaruhi,” ujarnya.

“Kehadiran agama di Toraja membuat animisme mulai menghilang, karena mereka menganggap bila seseorang yang sudah meninggal merupakan takdir bukan lagi kembali bersama leluluhurnya,” paparnya lagi.

Rumah Betang Sambas Siap Dibangun

Sambas, Kalbar - Berdasarkan hasil pertemuan pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sambas, Gubernur Kalbar Drs Cornelis MH, Bupati Sambas dr Hj Juliarti, serta Ketua DPRD Kabupaten Sambas Arifidiar beberapa waktu yang lalu, maka DAD Kabupaten Sambas akan membangun Rumah Radakng di Kota Sambas. Ketua DAD Kabupaten Sambas, dr Boni, mengatakan dalam rangka meningkatkan pelestarian dan pengembangan seni budaya masyarakat Dayak yang kreatif, maka masyarakat adat Dayak Kabupaten Sambas menginginkan sebuah bangunan Rumah Radakng. Bagunan tersebut diharapkan dia akan mampu menjadi sarana untuk berbagai kegiatan budaya, seni, dan sosial lainnya.

“Rumah Radakng ini akan menjadi sarana mengekspresikan seni budaya masyarakat adat Dayak di Kabupaten Sambas. Selama ini kami, sebagaimana masyarakat adat Dayak di Kabupaten Sambas yang berbatasan langsung dengan Negara Jiran Malaysia, selalu mengawal daerah perbatasan. Demi menjaga nasionalisme dan keutuhan Negara NKRI, maka Pemerintah Pusat melalui Dirjen Kebudayaan RI selayaknya dan sepantasnya memperhatikan masyarakat adat Dayak Kabupaten Sambas,” katanya kepada koran ini, kemarin.

Sementara itu, salah satu anggota Dewan Pakar DAD Kabupaten Sambas, D Sikam, berharap agar Rumah Radakng juga bisa dimanfaatkan sebagai sentra untuk menggali bakat seni musik etnik, tarik suara, serta tempat untuk membina dan memelihara tali persaudaraan, rasa kebersamaan, kesatuan, serta kerukunan antarmasyarakat dari berbagai sub etnik Dayak di Kabupaten Sambas.

Senada dengan Sikam, Ketua Panitia Pembangunan Rumah Betang Andreas SSos mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang dipersiapkan untuk membangun Rumah Radakng, sebagai salah satu simbol budaya dan seni, sekaligus sarana di mana masyarakat adat Dayak mengembangkan seni budayanya bernafaskan etnik. “Panitia mulai dari terbentuknya akan bekerja sampai tuntas, sehingga Rumah Radakng dapat dinikmati masyarakat Sambas sebagai salah satu destinasi wisata,” katanya.

Sedangkan, Joni Tasano SPd, salah satu panitia, menjelaskan, sesuai surat dari Dirjen Kebudayaan Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi tertanggal 5 Januari 2016 dengan Nomor 02/SB/E4/KT/I/2016 yang diterima Kadisporabudpar Kabupaten Sambas. “Melalui media cetak ini kami juga mohon kepada Bapak Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan yang baru dilantik, yang peduli kepada Budaya masyarakat Indonesia melalui Dra Sri Hartini MSi, direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi, agar dapat membantu pengganggaran Rumah Radakng,” katanya.

Ahie, salah satu pengurus DAD Kabupaten Sambas, menjelaskan jika keberadaan Rumah Radakng ini merupakan pusat apresiasi seni budaya, yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan kehidupan sosial dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut, menurutnya, sesuai dengan Pancasila dan landasan bernegara UUD 1945, demi suksesnya pembangunan nasional, khususnya di bidang budaya dan seni, dalam upaya mencapai masyarakat yang memiliki integritas bernegara yang baik, berbudi luhur, dan rasa nasionalisme yang tinggi. Sebagai upaya bagian dari membangun eksistensi orang Dayak di Kabupaten Sambas, melalui Panitia Pembangunan Rumah Radakng Kabupaten Sambas dia meminta semua pihak untuk mewujudkan Rumah Radakng yang akan menjadi milik bersama. Dia memastikan keberadaan bangunan adat tersebut untuk mengakomodir segala bentuk kegiatan masyarakat. Dia berharap bangunan tersebut bukan hanya untuk masyarakat Dayak, namun ke depannya bisa dijadikan tempat pertunjukan seni budaya dan kreatifitas multietnis.

Panitia mengungkapkan jika dana yang dibutuhkan mereka mulai dari persiapan lokasi dan pembangunan, diperkirakan lebih dari Rp4 miliar. DAD bersama Panitia Pembangunan pun memohon bantuan kepada semua pihak untuk dapat mewujudkan impian tersebut. Terungkap jika masyarakat adat Dayak di Kabupaten Sambas selama ini sudah menyumbang minimal Rp100 ribu perkepala keluarga pada 2015. Kemudian sumbangan dilanjutkan dengan besaran Rp100 ribu perbulan selama setahun ke depan, melalui paguyuban arisan Kamaru, IKB, atau ke Panitia. DAD juga mengetuk hati Pemerintah Daerah dan DPRD setempat untuk menganggarkannya di dalam APBD. Demikian pula dengan perusahaan yang selama ini telah menikmati hasilnya, di mana menurut mereka, ada sekitar 20-an lebih yang berinvestasi di wilayah Kabupaten Sambas dan di sekitar perkampungan masyarakat adat. Mereka memohon dukungannya sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan kepada masayarakat adat dalam bentuk CSR.

Mereka juga mengetuk hati para donatur dan simpatisan lainnya, khususnya warga Dayak Sambas yang telah sukses dan bermukim di luar Sambas, agar dapat membantu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sampai kini sejumlah bantuan serta dana talangan telah diterima Panitia Pembangunan. Beberapa investor perkebunan kelapa sawit seperti Rana Wastu Kencana, MILL, Karya Boga Kusuma, dan Karya Boga Mitra telah menyerahkan bantuan langsung kepada Ketua Panitia Andreas SSos.

Panitia bersama DAD mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai kalangan yang telah membantu, baik dari segi pendanaan, dukungan moril, dan pemikiran, sehingga Panitia tetap eksis dalam bekerja. Adapun mekanisme dalam memberikan sumbangan bisa langsung ke nomor rekening DAD Kabupaten Sambas melalui Bank Kalbar Sambas atas nama DAD Kabupaten Sambas no rek 2525341529 atau ke CU Pancur Kasih TP Sambas atas nama DAD Kabupaten Sambas no rek 30003 00 040 005. Harap bukti transfer akan difotokopi/di-scan dan dikirim melalui email bonefasius71@gmail.com atau dikonfirmasi melalui SMS ke nomor HP 081349660786.

Kebijakan Jokowi Dinilai Rugikan Perajin Batik

Malang, Jatim - Pemerintah telah mengeluarkan aturan pegawai negeri sipil menggunakan seragam hitam putih setiap hari Kamis. Kebijakan itu diprotes para perajin batik tulis Celaket Kota Malang.

Protes itu diwujudkan dengan sindiran membatik Jokowi. Dimana kewajiban menggunakan seragam putih hitam otomatis merubah seragam batik yang biasa PNS gunakan pada hari Kamis. Kebijakan itu dinilai tidak pro terhadap perajin batik.

"Ini sebagai rasa gregetan saya kepada Presiden Jokowi dan sebagai rasa protes saya kepada kebijakan yang tidak bijak bagi para perajin batik," ujar Hanan Djalil pemilik Sentra Batik Tulis Celakat (BTC) Malang, Rabu (3/2/2016).

Hanan mengatakan sejak kebijakan itu diperlakukan dua bulan yang lalu, berdampak pada penjualan batik di tempat usahanya. Jika biasanya ia mampu menjual 100 lembar kain batik kini ia hanya mampu menjual 50 lembar kain dalam sebulan. Omzetnya pun menurun berkisar 30-50% perbulannya.

"Kesederhanaan yang di usung Jokowi tidak haruslah seperti itu. Baju putih hitam sederhana, menggunakan batik juga sederhana. Kenapa Jokowi menghilangkan batik yang justru menjadi identitas bangsa," tegasnya.

Ia menambahkan hal serupa juga dirasakan para perajin batik di seluruh Indonesia. Hanan menjelaskan jika mayoritas pembeli dan pengguna batik miliknya adalah PNS. "Selama ini banyak yang membeli batik memang PNS mereka beli untuk seragam," imbuhnya.

Selain itu ia berharap kepada Presiden Jokowi agar merevisi kebijakan terkait penggunaan seragam putih hitam di hari Kamis. "Semoga Jokowi merubah kebijakannya. Siapa lagi yang memperhatikan kalau bukan pemerintah, apalagi ini sekarang MEA kita tidak butuh modal tapi butuh kebijakan yg berpihak," tukasnya.

Tempat Pementasan Seni, Budaya, dan Pusat Kerajinan Itu Kini Tinggal Kenangan

Samarinda, Kaltim - Kondisi Citra Niaga Samarinda saat ini tinggal kenangan. Kawasan yang dahulu disebut Taman Hiburan Gelora berganti menjadi Citra Niaga menjadi pusat hiburan dan perniagaan Kota Samarinda.

Menjadi sentral untuk pementasan seni dan budaya serta pusat kerajinan.

"Hampir setiap minggu, kami pentas. Mulai kesenian tradisional, mamanda, tingkilan, dan teater. Kesenian moderen musik rock, dangdut dan pop. Sekarang tinggal kenangan," ungkap Hamdani, Sekretaris Dewan Pertimbangan Kebudayaan Dewan Kesenian Daerah Provinsi Kaltim.

Dengan adanya kegiatan pementasan seni dan hiburan, kawasan Citra Niaga yang memiliki luas sekitar 2,7 hektar ramai pengunjung. Kawasan yang berlokasi diantara Jalan Yos Sudarso, Panglima Batur dan Jalan Imam Bonjol, dihuni sekitar 300 pedagang. Konsep ini kian marak dan menarik minta warga Samarinda yang butuh tempat atau suasana hiburan yang variatif.

"Buat kami, meskipun cuma hanya dikasih uang transportasi, kami senang dan tetap jalan pementasan. Kalau sekarang, saya sudah tidak tahu siapa yaang mengelola. Malah sekarang jadi sarang preman, tempat bencong dan jadi rawan, karena suasananya gelap," ungkap Hamdani.

Mahasiswa Indonesia Kenalkan Warisan Budaya di Arab

Makassar, Sulsel - Mahasiswa Indonesia ikut memeriahkan dan memperkenalkan sejumlah warisan budaya asli Tanah Air pada Festival Budaya Bangsa di Universitas Qasim University Saudi Arabia, 31 Januari - 2 Februari 2016.

"Kami sengaja memajang beberapa karya seni budaya seperti pakaian adat, senjata tradisional, anglung, minimatur andong, becak, sepeda ontel, peta Indonesia, patung garuda, wayang kulit, dan uang rupiah," jelas Koordinator Mahasiswa Indonesia di Arab Saudi, Fadli Multazam, dalam surat elektroniknya di Makassar, Rabu (3/2).

Selain itu, kata dia, mahasiswa Indonesia yang berjumlah sebanyak 45 orang ini juga menghadirkan dan memperkenalkan beberapa permainan tradisional mulai dari enrang (longga) dan gasing tradisional, termasuk olah raga asli Indonesia yakni pencak silat.

"Sebagai warga Indonesia yang melanjutkan kuliah diluar negeri, kami tidak lupa dengan budaya kita meski jauh diperantauan," katanya.

Mengenai tanggapan dan respon masyarakat atau peserta dari berbagai negara terhadap karya budaya yang ditampilkan, dirinya mengaku mendapat respon yang luar biasa dari para peserta dan mahasiswa asing.

Bahkan tidak hanya disambut tawa dan tepuk tangan, para pengunjung dan mahasiswa dari negara lain juga begitu kagum dengan negara Indonesia yang memiliki begitu banyak aneka ragam budaya.

Pihaknya juga berharap dengan keterlibatan mereka di festival ini membuat Indonesia bisa lebih dikenal jauh. Sekaligus diharapkan semoga mahasiswa Indonesia yang sedang menjalani study di Qassim saat ini bisa memberikan pengorbanan yang nyata dan persembahan yang lebih berarti bagi ummat dan bangsa kedepan.

"Para pengunjung mengaku kagum melihat penampilan teman-teman mahasiswa Indonesia. Untuk mahasiswa Indonesia di Arab Saudi, kita tentu berharap lebih berarti saat kembali ke kampung halamanya masing-masing,"ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk acara festival ini memang lebih bergengsi. Sebab diikuti sedikitnya 17 negara seperti Arab Saudi, Indonesia, Filipina, Pakistan, Cina, Pantai Gading, Mesir, Kosova,Gambia, Tajikistan, Afghanistan. Canada, Suriah, Senegal. Yaman, Maladewa, dan Burkina Faso.

"Tentu suatu kebahagian bisa memperkanalkan berbagai seni budaya asli Indonesia di dunia internasional," sebutnya.

Suku Doreri Manokwari Gelar Mansinam Art Festival

Manokwari, Papua Barat - Masyarakat Suku Doreri Manokwari, Papua Barat, menggelar Mansinam Art Festival untuk mengangkat karya seni dan budaya suku tersebut.

Sekretaris Panitia, Trayanus Rumsayor di Manokwari, Rabu, mengatakan, kegiatan ini sudah dua kali digelar. Rencananya festival tersebut akan dilaksanakan secara rutin setiap tahun.

"Festival pertama kami laksanakan tahun 2015, yang langsung mendapat anugerah sebagai Top Iven dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia," kata dia.

Dia menyebutkan, kegiatan ini akan berlangsung pada 3 hingga 5 Februari 2015 di Pulau Mansinam, Manokwari. Berbagai kerajinan hasil seni pahat, lukisan dan kuliner seperti ikan dan makanan tradisional berbahan baku gandum atau dalam bahasa Doreri disebut "pokem" menghiasi festival itu.

"Karya seni suku Doreri, memiliki nilai budaya dan filosofi. Karya-karya seni suku Doreri, menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan alam dan sang pencinta," kata dia.

Menurut dia, skill memahat serta melukis yang dimiliki masyarakat suku ini, merupakan warisan leluhur. Lambat laun warisan luntur seiring perkembangan zaman dan pengaruh budaya dari luar.

Festival ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan agar warisan budaya tersebut tidak punah.

"Kami memanfaatkan momentum hari ulang tahun pekabaran injil (HUT PI) ini untuk meraub minat pengunjung. Sekaligus kegiatan ini untuk memeriahkan HUT PI di Pulau Mansinam," kata dia.

Kegiatan ini, lanjut Trayanus, dilakukan untuk mengangkat potensi budaya masyarakat Doreri kepermukaan. Sehingga, hal itu menjadi daya tarik, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Mansinam Art Festival 2015 dikunjungi wisatawan asal negara-negara Pasifik dan Australia. Seminggu berikutnya, turis dari Negara Fiji tiba untuk menemui masyarakat Doreri yang ada di pulau Mansinam," ujarnya.

Pada 2017 mendatang, pihaknya akan menggelar Melanesian Choir Games Festival atau festival paduan suara bagi negara-negara Melanesia di Pulau Mansinam.

"Kami berupaya untuk mempererat hubungan kekerabatan warga di kawasan Pasifik, sekaligus untuk mengangkat potensi paduan suara warga Melanesia," kata dia menambahkan.

Buku Khazanah Masjid Bersejarah Bumi Berazam Diluncurkan

Karimun, Kepri - Dewan Pimpinan Daerah Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, meluncurkan sebuah buku berjudul "Khazanah Masjid Bersejarah Bumi Berazam" di Gedung Darun Nadwah, Masjid Agung Tanjung Balai Karimun, Selasa (2/2).

Peluncuran buku kekayaan budaya Melayu Islam tersebut dilaksanakan di sela-sela seminar tentang Seni Sastra Islam Riau-Lingga dan Nusantara. Launching buku dihadiri Wakil Gubernur Kepri terpilih Nurdin Basirun, tokoh perjuangan pembentukan Provinsi Kepri Huzrin Hood dan Sekda Karimun TS Arif Fadillah.

"Buku ini patut kita baca dan bedah isinya. Sebab, salah satu khazanah Islam yang sangat bersejarah di Karimun, Bumi Berazam adalah masjid-masjid peninggalan Kerajaan Riau-Lingga," kata Nurdin Basirun yang dua periode menjabat Bupati Karimun dan satu periode Wakil Bupati Karimun.

Nurdin menjelaskan, generasi muda sudah selayaknya mengenal masjid-masjid bersejarah, seperti masjid di Pulau Buru, di Meral dan masjid-masjid lainnya.

"Generasi muda harus dekat dengan masjid. Mengenal sejarah masjid melalui buku ini akan memperdalam cakrawala berfikir, bahwa umat Islam ternyata memiliki suatu tamadun yang tinggi di Karimun Darussalam," tuturnya.

Dia mengapresiasi inisiatif BKPRMI menyusun buku berisikan sejarah masjid-masjid peninggalan Kerajaan Riau-Lingga, dan masjid-masjid setelah zaman kerajaan Islam itu.

"Ini adalah penghargaan atas sejarah para ulama mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan. Penghargaan atas sejarah ini akan melahirkan sebuah rencana pembangunan penuh dengan kearifan dan kedekatan sosial, intinya dapat memberikan suatu karakter dalam pembangunan," tuturnya.

Koleksi Museum Adityawarman Bertambah

Padang, Sumbar - Koleksi museum Adityawarman Padang, Sumatera Barat (Sumbar), akan segera bertambah dengan dokumen tentang gempa besar yang melanda daerah itu pada 2009.

"Sebelumnya koleksi museum Adityawarman lebih banyak kepada seni, budaya dan sejarah. Ke depan akan bertambah dengan dokumen gempa Sumbar 2009," kata Sekretaris Provinsi Sumbar, Ali Asmar usai penandatanganan perjanjian pinjam pakai ruangan museum Adityawarman dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Padang di Padang, Selasa.

Menurutnya, penambahan koleksi tersebut akan memberikan efek positif terhadap kunjungan ke museum. "Masyarakat yang ingin mengetahui bagaimana dahsyatnya gempa Sumbar 2009, dapat mengunjungi museum Adityawarman," katanya.

Ia mengatakan, untuk memajang dokumen gempa itu, Pemprov Sumbar sebagai pengelola museum, telah setuju untuk meminjaman satu ruangan berukuran 10 X 8 M2 di museum Adityawarman kepada Pemkot Padang yang mengelola dokumen gempa 2009. "Proses administrasinya sudah selesai, tinggal pelaksanaan," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Kota Padang, Nasir Ahmad di Padang mengatakan, sebelumnya dokumen gempa itu dipajang di gedung LKAAM lantai II. Namun, karena kurang representatif dan tidak begitu dikenal, maka kunjungan juga minim.

"Kami berharap, dengan dipajang di tempat yang lebih representatif, masyarakat akan lebih tahu tentang sejarah gempa 2009," katanya.

Ia mengatakan, Pemkot Padang segera menyelesaikan desain ruangan dan proses pemajangan dokumen. Mudah-mudahan dalam tiga minggu ke depan, sudah siap untuk dikunjungi, katanya.

Keunikan Tradisi Menangkap “Nyale” dan Pasola di Sumba Barat

Sumba, NTB - Sejak pagi hari masyarakat Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah mengadakan rangkaian tradisi adat Bau Nyale, pada Selasa (2/2/2016). Tradisi tersebut merupakan kegiatan menangkap cacing laut yang hanya ada satu tahun sekali di daerah tersebut.

Kemudian di siang harinya dilanjut kegiatan Pasola, yaitu bertarung saling melemparkan tombak kayu dengan mengendarai kuda.

Seperti yang disampaikan oleh Sekertaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumba Barat, Annisa Umar, saat dihubungi KompasTravel Senin (1/2/2016) sore. “Benar, besok (hari ini), Selasa 2 Februari diadakannya Bau Nyale dan Pasola,” kata Annisa.

Bau Nyale sendiri diadakan mulai pagi hari di Kecamatan Lamboya. Warga yang berbondong-bondong ke sekitar pantai untuk menangkap nyale yang merupakan cacing laut. Sedangkan pada siang harinya diikuti tradisi Pasola sebagai permohonan restu kepada Sang Dewa.

Tradisi Bau Nyale berarti menangkap nyale, si cacing laut, telah diadakan sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Menangkap cacing langka ini merupakan tradisi, karena selain cacing yang hanya keluar satu tahun sekali di daerah tersebut, cacing ini pun bermakna kesuburan bagi masyarakat Sumba Barat.

Nyale bukan hanya sekadar cacing bagi masyrakat Sumba Barat, selain sebagai sumber makanan dan kesuburan, nyale dapat menggambarkan panen warga. Perkiraan panen langsung tergambar pada warna nyale yang keluar pada saat penangkapan.

Menurut kepercayaan penduduk setempat, panen akan melimpah apabila nyale yang keluar berwarna lengkap, yaitu putih, hitam, hijau, kuning dan coklat. Warna itu juga menentukan pula banyak sedikitnya hujan yang akan turun ketika bertanam.

Semakin banyak nyale yang keluar menandakan semakin subur dan melimpah pula hasil panen. Namun, terkadang nyale tidak keluar sama sekali ketika penangkapan, seperti pada tahun 2015.

Ini terjadi karena waktu penangkapan yang tidak tepat, karena perhitungannya sendiri biasanya menggunakan musyawarah para petinggi adat. Maka dari itu jika tidak keluar pada satu waktu, biasanya dilakukan kembali penangkapan nyale tersebut.

Setelah pulang dengan membawa banyak nyale, masyarakat Sumba Barat melakukan perayaan rasa sukur terhadap panen yang melimpah. Ini disebut tradisi Pasola, yang berasal dari kata “sola” yaitu tombak menurut bahas lokal, berawalan “pa” menjadikannya berarti permainan tombak.

Pasola juga merupakan rangkaian adat yang berkaitan dengan panen masyarakat. Di mana pemuda-pemuda desa saling menombak kubu lawannya dengan mengendarai kuda asal sumba.

Dengan menggunakan kain tenun khas di kepalanya, mereka dengan cekatan melemparkan kayu panjang berujung tumpul ke kubu lawan.

Tak jarang kayu tersebut melukai lawannya, tapi justru ini yang dinantikan. Setiap darah yang keluar dalam tradisi ini dipersembahkan kepada dewa bumi yang memberikan kesuburan bagi panen masyarakat selama setahun ke depan.

Walau demikian, para petarung Pasola tidak pernah dendam atau dihukum setelah melukai lawannya. Semua kembali pada keadaan semula dengan damai.

Selain sebagai rasa syukur dan permohonan kesuburan, Pasola juga mempunyai kisah adat yang membalutnya. Yaitu tentang kisah cinta segitiga sang pemuka adat Umbu Dulla dengan istrinya Rabu Kabba yang menikah lagi dengan Teda setelah mendapat kabar burung, bahwa suaminya meninggal di perjalanan.

Dilintasi Gerhana Matahari, Palangkaraya Siapkan Gelaran Seni Budaya

Palangkaraya, Kalteng - Menyambut fenomena alam Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bakal mengadakan berbagai gelaran.

Palangkaraya, merupakan salah satu kota yang akan dilintasi gerhana mataharu selain Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan beberapa kota lainnya di Indonesia.

Momen langka ini, dimanfaatkan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemerintah Kota Palangkaraya dengan menggelar Festival Eclips atau Festival Gerhana .

Kepala Dinas Pariwisata Kota Palangkaraya, H Affendie, Rabu (3/2/2016) mengatakan, ada beberapa event yang dilaksanakan untuk memeriahkannya, terutama seni dan budaya lokal.

Semuanya terpusat di Lapangan Senaman Mantikai Palangkaraya, ada Fashion Street, Perkusi Penampilan Khas Dayak, Tarian Kolosal, dan lainnya." katanya seraya menegaskan, moment tersebut akan ramai, karena banyak turis asing yang datang ke Palangkaraya untuk menyaksikan kejadian alam tersebut.

Kenduri Kampung Menjaga Melayu

Batam, Kepri - Orang-orang dari berbagai negara duduk bersila di halaman Rumah Limas Potong, Batam, Kepulauan Riau. Baik pejabat maupun masyarakat, semua duduk sama rendah dan menyantap menu yang sama di halaman satu-satunya rumah tradisional Melayu yang tersisa di Batam itu.

Mereka yang belum dapat tempat untuk makan di halaman rumah di kawasan Nongsa itu menunggu di pinggir tenda sembari menyanyikan lagu-lagu Melayu yang pernah populer pada 1940-1970.

Beberapa orang tua bernyanyi sembari menggoyangkan kepala. Larut dalam kenangan masa muda saat lagu-lagu itu tenar pada zamannya.

”Di Batam memang sering ada pesta di rumah-rumah warga. Tetapi, jarang yang menyajikan kuliner Melayu dan melantunkan lagu-lagu Melayu dengan orkes lengkap. Kenduri kampung yang benar-benar Melayu sepenuhnya masih ada, tetapi sudah jarang,” ujar Ketua Perhimpunan Zuriat Raja Riau Lingga di Batam Raja Gani.

Kenduri kampung yang dimaksud Gani adalah apabila menu yang disajikan adalah kuliner khas Melayu Kepulauan Riau. Makanan olahan hasil laut menjadi menu utama sesuai kondisi alam provinsi kepulauan itu.

Asam pedas tenggiri, rajungan rebus, tumis cumi, sambal, serta acar yang mudah dimasak jadi pilihan kenduri kampung. Camilannya kue-kue tradisional Melayu.

”Biasanya karena alasan praktis, makanan kecil yang disajikan buatan pabrik atau berbagai roti. Kue Melayu, seperti bingke, lempar ikan, dan bolu kemoja, disajikan kalau benar- benar kenduri kampung,” ujarnya.

Untuk hiburan, dilantunkan lagu-lagu Melayu yang populer sebelum dekade 1980-an. Lagu- lagu itu ditampilkan orkes lengkap atau paling tidak ada akordion, dambus, biola, dan gendang. Bukan musik dari organ tunggal.

Memang, tidak mudah menghadirkan sepenuhnya kenduri kampung. Selain kelompoknya semakin sedikit, biaya mengundang orkes Melayu lebih mahal dibandingkan mengundang kelompok organ tunggal.

Atas alasan kepraktisan dan enggan merepotkan, tidak sedikit yang memilih menggunakan jasa katering dan menyelenggarakan resepsi di gedung pertemuan.

Kekayaan budaya

”Secara tidak langsung, kenduri kampung sebenarnya salah satu sarana merawat kekayaan sejarah dan kebudayaan Melayu. Sepintas memang hanya terlihat sebagai acara makan beramai- ramai. Tetapi, sebenarnya banyak nilai, sejarah, dan kebudayaan Melayu dilestarikan dan diwariskan lewat kenduri kampung,” tutur sejarawan Batam Ahmad Dahlan.

Persiapan kenduri biasanya dilakukan bersama-sama secara sukarela. Tidak ada yang menuntut bayaran atau merasa bekerja lebih banyak dibandingkan yang lain. Siapa pun yang punya tenaga mengangkat kayu atau mendirikan tenda akan bergerak sendiri tanpa diperintah.

Mereka yang lihai meracik bumbu akan berkutat di sekitar tungku. Semua makanan itu biasanya dimasak bersama. Masakan bersama- sama bisa terasa berbeda bergantung pada tangan siapa yang meracik dan mengaduknya.

”Namanya tetap asam pedas ikan tenggiri. Tetapi, asam pedas di kampung hulu bisa berbeda dengan asam pedas di kampung hilir. Tidak ada yang protes, disantap saja,” ujar Dahlan.

Dengan menyantap tanpa protes, undangan telah mempraktikkan toleransi dan penghargaan atas perbedaan dan kerja keras. Hal-hal yang banyak didengungkan itu sudah berabad-abad dipraktikkan di kampung-kampung.

Proses menyiapkan hidangan juga menjadi transfer pengetahuan dari generasi ke generasi. ”Kuliner melewati sejarah panjang sampai akhirnya dihidangkan hari ini. Kehilangan salah satu resep masakan sama dengan kehilangan salah satu bukti kekayaan sejarah dan budaya,” kata Dahlan.

Demikian pula pilihan hiburan yang disajikan. Sebagian akan memandang keputusan mengundang orkes Melayu, alih-alih organ tunggal, hanya karena alasan melankolis dan glorifikasi masa lalu.

”Sebenarnya, lewat musik- musik itu bisa dipelajari bagaimana gambaran sosial di masa lalu. Apalagi, lagu-lagu tradisional Melayu sering penuh kiasan. Semua menggambarkan kecendekiaan dan kecakapan berbahasa. Pesannya bisa disampaikan secara terbuka dan bisa dipahami siapa saja,” ujarnya.

Bahasa Melayu Kepri termasuk yang paling terbuka dan mudah dipahami. Orang Kelantan, orang Komering, atau orang Pattani sama-sama menggunakan bahasa yang berakar dari bahasa Melayu.

”Tetapi, orang di luar pengguna bahasa itu, walau penutur aktif bahasa Melayu, sulit memahami. Berbeda dengan bahasa Melayu Kepri yang dengan mudah dipahami siapa saja,” ujarnya.

Kultur terbuka juga terlihat dalam kenduri kampung. Makan bersama di tenda, tamu datang dari mana saja.

”Kenduri sekalian mengeratkan lagi kekerabatan. Orang Melayu sekarang tersebar di beberapa negara. Ada tinggal di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, sampai Brunai. Melayu Indonesia- Malaysia-Singapura paling banyak berkerabat,” ujar Gani.

Lazim bagi orang Melayu di Kepri, Johor Bahru di Malaysia, atau Singapura saling menghadiri kenduri. Apabila tahu resepsinya dengan cara kenduri kampung, lebih ramai lagi yang datang.

”Selain mengeratkan kekerabatan, juga ingin bernostalgia. Di Singapura dan Malaysia, lebih susah lagi mencari suasana Melayu kampung,” katanya.

Wisata

Kepala Dinas Pariwisata Batam Yusfa Hendri mengatakan, Pemerintah Kota Batam berusaha melestarikan kenduri kampung lewat sejumlah cara.

Setiap tahun, digelar kenduri kampung di Rumah Limas Potong. Kenduri kampung dijadikan salah satu kegiatan Kenduri Seni Melayu yang sudah berlangsung lebih dari 15 kali.

Batam ingin memanggungkan perwakilan seniman Melayu dari berbagai negara serumpun Melayu. Rangkaian kegiatan Kenduri Seni Melayu tidak hanya untuk pelestarian kebudayaan Melayu. Berbagai kegiatan itu juga dikemas sebagai atraksi pariwisata.

”Sebagai salah satu pintu masuk utama wisatawan asing, Batam harus menyediakan atraksi-atraksi penarik wisatawan,” ujarnya.

Batam merupakan salah satu pintu masuk untuk mendapat fasilitas bebas visa bagi pelancong dari 90 negara. Agar pelancong tertarik, Batam terus membuat aneka kegiatan dan atraksi. Selain atraksi berbasis seni budaya, Batam mengandalkan wisata kuliner dan belanja.

Temu Penulis dan Sastrawan Makassar Bahas Peningkatan Geliat Sastra di Makassar

Makassar, Sulsel - Pertemuan penulis dan pekerja sastra se-Makassar berlangsung di Gedung Kesenian Makassar atau Societeit De Harmonie, Minggu (31/1/2016). Selain sebagai momen silaturrahmi, pertemuan tersebut juga membahas mengenai upaya menghidupkan kembali geliat sastra di Makassar.

Sejumlah sastrawan dan penulis yang hadir, antara lain Yudhistira Sukatanya, Asia Ramli Prapanca, Luna Vidya, Bahar Merdu, Chaeruddin Hakim, Gonawan Monoharto, Muhari Wahyu Nurba, Anis Kurniawan, Anis Kaba dan lainnya.

Sejumlah komunitas pekerja seni sastra mewakili kampus juga turut hadir. Dari pertemuan ini, ada masukan dari para penulis mengenai kontribusi penulis dan sastrawan dalam pembangunan kota Makassar.

Ide-ide tersebut, nantinya akan ditindaklanjuti dalam forum “strategi planning” bersama Wali Kota Makassar dan stakeholder terkait, Februari ini.

Lima orang dipilih untuk mewakili Komite Sastra, antara lain Luna Vidya (penyair), Gonawan Monoharto (penyair), Anis Kurniawan (Penulis dan Editor buku), Agus (Akademisi) dan Fatimah (pekerja sastra kampus).

Di akhir pertemuan, ada pembacaan puisi dari sejumlah penyair. Diharapkan, akan ada pertemuan lanjutan sebelum agenda tudang sipulung dengan seluruh pekerja seni budaya se Makassar.

Setiap pertemuan akan selalu diselingi dengan pembacaan puisi.

-

Arsip Blog

Recent Posts