Wali Kota Makassar Ajari Anak-anak Spanyol Tari Ganrang Bulo Makassar

Makassar, Sulsel - Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto turun tangan langsung memperkenalkan sejumlah kesenian Makassar seperti Tari Ganrang Bulo kepada anak-anak di Madrid, Spanyol.

"Tari Ganrang Bulo memang dimainkan oleh anak-anak di Makassar dan Ganrang Bulo ini juga diperkenalkan di Spanyol. Ternyata, anak-anak di Madrid suka dengan tarian ini," ujar Kabag Humas Makassar Firman Hamid Pagarra melalui WhatsApp Spanyol-Makassar, Senin.

Pengenalan kebudayaan, kesenian dan kuliner pada warga Spanyol itu dilakukan pada kegiatan Solidario Indonesia yang dibingkai dalam Makassar Day di Madrid, Spanyol, oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).

Ganrang bulo sendiri merupakan tarian simbol keceriaan orang-orang Makassar yang di dalamnya diselipkan berbagai humor yang membuat para penontonnya tertawa.

"Dulu, tarian ini merupakan pembangkit semangat perjuangan yang kemudian menjadi kesenian rakyat yang amat populer dan hingga saat ini masih diminati," ucap Wali Kota Ramdhan Pomanto saat memberikan sambutan di Makassar Day, Spanyol.

Wali kota berharap keceriaan dan keramahan orang-orang Makassar bisa dikenalkan melalui momen seperti ini sehingga kedatangan wisatawan mancanegara bisa meningkat utamanya dari negeri Matador tersebut.

Hari pertama pembukaan Makassar Day ini berlangsung sangat meriah. Terlihat masyarakat Madrid begitu antusias memadati dan menyaksikan aneka pertunjukan kebudayaan serta kesenian Makassar.

Tidak ketinggalan mereka juga tampak mengantri sekedar untuk mencicipi kuliner Makassar seperti sate, konro, coto, dan onde-onde yang disuguhkan beserta cara membuatnya. Selain Duta Besar Indonesia untuk Spanyol, Yuli Mumpuni hadir pula Duta Besar Indonesia untuk India.

"Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menyatakan ingin menjadikan Makassar seperti Singapura dalam hal menyedot kunjungan wisatawan mancanegara," ujar Firman.

Singapura berhasil mengembangkan industri pariwisatanya dan banyak menyedot minat para turis internasional kata Firman karena didesain dengan begitu baik.

Karena itu, ia menilai jika Makassar didesain secara kreatif dan diperkenalkan melalui kegiatan yang sama di berbagai tempat maka pastilah mampu menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung ke kota ini.

Mahasiswa Flores Timur Pentaskan Budaya 4 Etnis

Makassar, Sulsel - Forum Komunikasi Pemuda Pelajar Mahasiswa Boleng Tika Timu (FKPPM-BTT) Flores Timur mengadakan pentas seni di Gedung PKK Kota Makassar, Jl Anggrek, Makassar, Minggu (5/6/2016).

Acara yang mengangkat tema revitalisasi kultur kearifan lokal sebagai upaya pembagunan moral bangsa, ini dihadiri oleh Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal, Budayawan Sulsel Prof Ihsan Ngeljeratan, perwakilan Polda Sulselbar, dan perwakilan Pemerintah Flores Timur.

Ketua Umum FKPPM-BTT Fitria Dahlan mengatakan dilaksanakannya kegiatan ini untuk mempertahankan budaya-budaya lokal yang kian hari nampak pudar oleh budaya-budaya asing.

Ia mengungkapkan kegiatan ini merupakan langkah awal, dari FKPPM BTT mempertahankan nilai -nikai budaya lokal.

Pentas Seni ini diselenggarakan, atas kerjasama dengan perwakilan komunitas budaya Makassar, Toraja, Bugis, dan Mandar.

Berbagai budaya disuguhkan dalam pentas seni ini, diantaranya tarian NTT dan Toraja, Teatrikal, musikalilsasi Puisi, dan nyanyian daerah mulai dari lagu NTT, Bugis, Makassar.

"Dengan kolaborasi ini kami yakin, budaya lokal akan tetap berjaya dimasa yang akan datang," ujar Fitria.

Fitria menambahkan, alasan sehingga melibatkan komunitas Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar sebagai penghormatan kepada warga lokal Makassar, selaku tuan rumah.

"Ini bentuk penghargaan kami," ujarnya.

Wakil Walikota Makassar Syamsu Rizal saat mengataka apresiasinya atas kegiatan pentas seni yang digelar.

Menurutnya hal ini menambah kekayaan budaya di kota Makassar.

Ia menuturkan Makassar dapat tumbuh dan berkembang karena banyaknya suku yang masuk dan tinggal di Makassar.

"Identitas semua suku sudah sama jika telah tinggal di Kota Makassar, Tidak ada lagi perbedaan suku, ras dan agama," katanya.

Perajin Kreasikan Tenun Cual dengan Seni Bordir

Muntok, Babel - Perajin kain tradisional khas Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengkreasikan tenun cual yang dikombinasi dengan seni bordir kerawang untuk menambah kekayaan motif sekaligus meningkatkan nilai jual.

"Inovasi baru menggabungkan motif tradisional dengan bordir modern ini kami harapkan bisa mempercantik tampilan kain sekaligus menambah kekayaan ragam motif kain tenun yang dikerjakan dengan alat tenun bukan mesin tersebut," kata perajin kain cual Magdalena di Muntok, Sabtu.

Ia mengatakan, selama ini kain tenun cual dikerjakan secara manual dengan mengambil motif tradisional, seperti motif kucing tidur, pucuk rebung, ubur-ubur, kembang kenanga, penganten bekecak dan lainnya.

Sebagai percobaan awal, Magdalena sudah menyelesaikan pengerjakan beberapa lembar kain tenun cual motif ubur-ubur warna merah-ungu-biru tua dikombinasi dengan dengan tumpal segitiga.

Kain berukuran 180X100 centimeter tersebut kemudian diberikan sentuhan akhir seni bordir benang emas motif ombak kecil di sisi pinggir kain. "Hasilnya cukup memuaskan," kata dia.

Selain mengombinasikan dengan seni bordir datar, kata dia, untuk menambah daya tarik kain tersebut ada beberapa bidang motif yang dipertegas dengan sentuhan bordir tiga dimensi berbentuk bunga warna-warni.

Dalam proses pembuatan kain cual kreasi baru tersebut, Magdalena sengaja membuat eksperimen bebas dengan pertimbangan karya yang dihasilkan hanya untuk kain bawahan untuk kaum perempuan.

"Kalau untuk baju atau jenis pakaian lain kurang pas karena cual inovasi baru ini hanya cocok untuk bawahan," kata dia.

Ia mengakui teknik pengerjaan menjadi lebih rumit karena cual yang dikerjakan secara tradisional dipadukan dengan seni bordir kerawang yang dikerjakan dengan mesin.

"Ada beberapa bagian yang belum pas, namun secara keseluruhan kami puas dengan eksperimen ini, semoga inovasi baru ini diminati pasar," kata dia.

Tenun cual merupakan kain tenun berwarna cerah dan menyala khas kain tradisional Melayu bermotif mirip songket Palembang tetapi lebih luwes dan memiliki lebih banyak lengkungan serta selalu dihiasi motif flora dan fauna.

Waktu yang dibutuhkan untuk menenun sepasang kain cual motif lama, masing-masing ukuran 180X100 centimeter untuk bawahan dan ukuran 180X80 centimeter untuk selendang, bagi yang sudah mahir butuh sekitar 20 hari dengan lama kerja delapan jam per hari.

Tingkat kerumitan motif tinggi karena memiliki detail kecil-kecil yang dibentuk oleh helai per helai benang yang ditenun

Berbagai Suku Tampilkan Seni Budaya di Puncak Festival Timang-Timang Mandau

Mandau, Riau - Berbagai suku di Kecamatan Mandau, tampilkan seni budaya di Malam Puncak Festival Timang-Timang Mandau yang digelar di halaman Gedung Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kecamatan Mandau, Minggu malam (4/6/2016).

Penampilan seni budaya tersebut, diantaranya mulai dari lagu Melayu, Minang, seni kompang dari Mandau Berseri, reog Ponorogo dari IKJR Kecamatan Mandau. Kemudian tarian Putri Tujuh dari Suku Sakai di Kecamatan Mandau, tarian tradisional Rafa’i dari Suku Aceh di Mandau, Pertunjukan Lukah Gilo.

Keelokan penampilan seni budaya dari berbagai suku di Kecamatan Mandau ini, sangat menghibur masyarakat kota Duri. Karena masyarakat bisa langsung atau live menyaksikan seni budaya.

Malam puncak Festival Timang-timang Mandau 2016 ini dihadiri, Bupati Bengkalis Amril Mukminin, Ketua TP PKK Bengkalis Kasmarni, Ketua LAMR Kecamatan Mandau Dzulfikar, Kepala Dinas Budparpora Eduar, Plt Camat Mandau Sapon, sejumlah kepala SKPD dan Camat se-Kabupaten Bengkalis serta ketua ikatan dan paguyuban yang ada di Mandau.

"Kami memberikan apresiasi atas konsistensi masyarakat di Kecamatan Mandau yang mempertahankan kebudayaan dan seni. Karena kebudayaan dan seni, merupakan salah satu kekuatan dalam menghadapi era globalisasi yang cenderung menggerus nilai-nilai kemanusiaan," ungkap Bupati Bengkalis Amril Mukminin.

Dikatakan mantan kepala desa Muara Basung ini, sebuah kearifan lokal yang dapat mencegah kehancuran itu, kebudayaan dan seni yang dimiliki, harus senantiasa kita kekal, meski dilestarikan. Daerah ini patut bersyukur, karena masyarakat masih memiliki sikap berkebudayaan dan berkesenian yang kuat, sehingga pembangunan di bidang kebudayaan dan seni terus mendapat perhatian yang besar dalam kebijakan pembangunan yang dilakukan.

"Bagi Pemerintah Kabupaten Bengkalis, keberadaan Disbudparpora, merupakan salah satu bentuk perhatian dimaksud. begitu juga dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan, seperti Festival Timang-Timang Mandau tahun 2016 ini," ujar Amril Mukminin.

Dikatakan Amril, perhatian terhadap seni budaya tidak akan memberikan hasil optimal, tanpa adanya keterlibatan dan dukungan berbagai pihak, misalnya para pecinta serta penggiat budaya dan seni di daerah ini. Momentum festival ini, dan sebagai salah satu bentuk dukungan untuk mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara

Untuk itu, Bupati Amril Mukminin berharap Disbudparpora Kabupaten Bengkalis, bersama seluruh pemangku kepentingan terkait, terus meningkatkan sinergitas dan kolaborasi dalam menggali dan melestarikan budaya dan seni tempatan di daerah ini. tidak terkecuali yang ada di Kecamatan Mandau.

Sebab, jika semua pihak menunjukkan kepedulian dan mau berbuat yang terbaik untuk itu, maka pembangunan kebudayaan dan seni akan bergerak ke arah yang kita harapkan besama.

Riau Berkomitmen Jadi Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara

Pekanbaru, Riau - Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menjadikan daerah setempat sebagai pusat kebudayaan Melayu di kawasan Asia Tenggara.

"Pemerintah Provinsi Riau terus mengupayakan untuk mencapai visi-misi dalam menjadikan Bumi Lancang Kuning sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara pada 2020," ujar Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman di Pekanbaru, Minggu dini hari.

Lebih lanjut dikatakannya, visi tersebut secara eksplisit sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau No.36 tahun 2001.

"Yakni terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu di Asia Tenggara tahun 2020 dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin," ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, berdasarkan Perda tersebut seluruh instansi, lembaga, maupun masyarakat yang ada di Provinsi Riau wajib untuk menjalankan visi dan misi tersebut, guna mencapai Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.

"Kenapa kita mengangkat ini, karena selama ini kita tidak menyadari kalau kita juga memiliki potensi pariwisata, salah satunya wisata budaya. Selain itu kebudayaan Melayu adalah marwahnya Riau," ungkapnya.

Kemudian katanya, Riau juga memiliki destinasi wisata budaya. Seperti Sungai Siak, Kampar, Indragiri, dan Rokan. Kemudian Candi Muara Takus dan Istana Siak. Jika dikaji ada nilai cagar budaya yang bisa digali dari potensi tersebut.

Untuk itu, ia meminta masyarakat bersama-sama mensukseskan cita-cita tersebut. Begitu juga kabupaten/kota untuk terus mendorong sektor pariwisata di daerahnya masing-masing.

"Ini lah yang kita dorong dengan tagline Riau The Homeland Of Melayu. Riau tanah tumpah darahnya Melayu. Karena potensi wisata kebudayaan kita sangatlah besar," tambah orang nomor satu Bumi Lancang Kuning ini.

Menurutnya, saat ini tinggal masyarakat, pemerintah, organisasi, lembaga dan yang lainnya untuk secara bersama-sama mendorongnya.

Tenun Ikat NTT Bersaing Dalam Peta Seni dan Budaya Dunia

Kupang, NTT - International Institute for Asian Studies (IIAS), Leiden University dan Textie Research Center (TRC), The Netherlands, bekerja sama dengan Dekranasda NTT mengadakan workshop selama dua hari yaitu 31 Mei hingga 1 Juni 2016 di TRC, Leiden, Belanda.

Workshop tenun ikat yang berlangsung di Leiden, Belanda, ini merupakan workshop berkelas internasional karena dihadiri delapan negara, termasuk Indonesia. Tujuan workshop ini adalah untuk melakukan studi akademis tentang menenun dan pewarnaan tenun ikat Nusa Tenggara Timur.

Workshop di Leiden kali ini merupakan tindak lanjut dari workshop internasional tentang Tenun Ikat yang pernah diselenggarakan di Pulau Ndao, Kabupaten Rote Ndao, pada Oktober 2012 lalu.

Kala itu, kegiatan tersebut dilaksanakan atas kerja sama IIAS dan Dekranasda NTT. Kegiatan itu bertema Tenun Ikat sebagai warisan budaya dalam pembangunan yang berkesinambungan di NTT.

Tahun ini, tim Dekranasda NTT yang menghadiri undangan IIAS dan TRC dalam workshop ini dipimpin langsung Lusia Adinda Lebu Raya selaku Ketua Dekranasda NTT. Anggota timnya berjumlah lima orang, antara lain Bunga Anne Marlyn (Sekretaris Dekranasda NTT), Rosalin Chandra (staf Dekranasda) dan tiga pengrajin tenun ikat NTT yaitu Sariat Tole, Dortje Lusi, dan Wilhelmintje Ratu.

Yetty Van Der Made-Haning, melalui surat elektronik kepada Timor Express (JPNN Group), Sabtu (4/6), mengatakan, workshop yang berlangsung dua hari tersebut, berjalan dengan baik. Peserta yang hadir berasal dari Amerika, Australia, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Indonesia, Portugal dan juga Belanda.

Kegiatan workshop ditangani langsung oleh ketiga pengrajin. “Masing-masing memperagakan dan menjelaskan tentang teknik-teknik dasar yang penting dalam proses pembuatan tenun ikat NTT,” kata Yetty.

Disebutkan, Sariat Tole sebagai seorang ahli pewarna alam, menjelaskan soal pewarnaan. Sariat sendiri merupakan penemu 201 macam pewarna alam dari tumbuh-tumbuhan dan binatang laut. Pada kesempatan itu ia secara detail menjelaskan soal teknik meracik warna alam.

Sedangkan Wilhelmintje Ratu dari Tenun Ikat Jula Huba menjelaskan dan memeragakan cara mengikat benang mengikuti desain motif, cara menenun dan lain-lain. Selanjutnya, Dortje Lussi, yang lebih dikenal dengan Ina Ndao, menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memasang benang pada alat tenun dan teknik menenun.

Menurut Yetty, seluruh proses menenun mulai dari membersihkan kapas, memintal benang, mengikat benang, pewarnaan, pengeringan hingga menenun dan menyelesaikan satu tenunan ditunjukkan dan diajarkan dalam dua hari workshop tersebut.

“Peserta yang hadir juga langsung mempraktikkan teknik-teknik yang dijelaskan dengan mengikuti petunjuk dari ketiga pengrajin,” kata Yetty.

Menurutnya, workshop berjalan secara praktis dan komunikatif. Para peserta antusias bertanya dan langsung mencoba teknik-teknik menenun.

Selain itu, diadakan juga pameran untuk mempromosikan dan menjual hasil-hasil tenunan, baik dari ketiga pengrajin maupun pengrajin lainnya yang dibawa oleh Dekranasda NTT. Pameran ini berlangsung di showroom TRC, Leiden selama tiga hari, sejak dimulainya kegiatan workshop pada 31 Mei hingga sehari setelah kegiatan yakni 2 Juni 2016.

Disebutkan, workshop ditutup dengan resepsi bersama pada 1 Juni petang waktu setempat. Hadir dalam resepsi ini para pejabat dari institusi terkait, seperti Direktur IIAS, Dr. Philippe Peycam bersama Pembantu Direktur IIAS, Willem Vogelsang dan Direktur TRC, Dr. Gillian Vogelsang-Eastwood. Hadir pula Duta Besar Indonesia untuk kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja.

Yetty mengatakan, pada resepsi ini, baik pihak IIAS maupun TRC memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada delegasi Dekranasda NTT, terutama kepada ketiga pengrajin dengan keahlian mereka telah mewakili NTT di Belanda. Undangan dari berbagai lembaga dan instansi terkait maupun pencinta tekstil terutama tekstil Indonesia juga hadir dalam resepsi ini.

Menurutny, seluruh rangkaian acara diakhiri dengan kunjungan delegasi Dekranasda NTT ke Museum Tekstil (Textile Museum) di Kota Tilburg, Belanda, pada 3 Juni 2016. Selain itu, dalam rangkaian kegiatan workshop di Leiden ini, Ketua Dekranasda NTT, Lusia Adinda Lebu Raya, bertemu dengan pihak IIAS dan TRC untuk membicarakan beberapa program penting terutama dalam rangka melanjutkan studi-studi akademik dan penelitian tentang tenun ikat NTT.

Program-program lanjutan dari berbagai aspek diharapkan dapat dilakukan pada waktu mendatang dan juga upaya peningkatan mutu, produksi, manajemen, hak paten, pasar, dan lain-lain.

Ia menjelaskan, program-program yang dibicarakan memiliki tujuan agar tenun ikat sebagai warisan budaya NTT terus dilestarikan ke generasi penerus, sebagai aset dalam perbaikan ekonomi pengrajin dan pembangunan daerah. Selain itu, tenun ikat NTT juga dapat bersaing di dunia internasional dan mengambil bagian dalam peta seni dan budaya dunia.

Awali Puasa, Warga di Magelang "Perang Air"

Magelang, Jateng - Warga Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, menggelar tradisi perang air atau dikenal dengan "Bajong Banyu" untuk menyambut bulan Ramadhan.

Tradisi yang digelar untuk ketiga kalinya ini diikuti oleh seluruh warga dan perangkat desa setempat di lapangan Dusun Dawung. Warga selalu antusias mengikuti tradisi ini.

Kegiatan diawali dengan pertunjukan pentas seni tradisional oleh anak-anak Dusun Dawung. Mereka lincah menari Kuda Lumping, Topeng Ireng, dan lainnya.

Selanjutnya warga yang dipimpin oleh para perangkat desa dan tokoh masyarakat melakukan kirab berjalan kaki menuju air sendang (sumber air) atau disebuk Tuk Dawung yang berjarak sekitar 500 meter dari lapangan dusun.

Peserta kirab seluruhnya mengenakan busana adat Jawa dan diiringi musik tradisional. Para perangkat desa kemudian mengambil air dari sendang lalu ditampung di kendi-kendi yang dibawa oleh peserta kirab. Mereka berdoa terlebih dahulu sebelum mengambil air tersebut.

Setelah itu peserta kembali melakukan kirab menuju lapangan dusun. Air yang di dalam kendi-kendi itu kemudian dituangkan ke dalam ember besar. Berikutnya, secara simbolis lima orang membasuh mukanya dengan air tersebut.

Setelah itu perang air dimulai. Warga yang berada di lapangan tersebut, baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa, saling melempar air yang sebelumnya diwadahi plastik. Suasana akrab, ceria, tawa, terlihat selama perang air berlangsung.

"Bajong air ini simbol membersihkan diri, kami memohon ampun kepada Tuhan, kami juga saling minta maaf kepada sesama agar saat kita menjalani ibadah puasa dalam keadaan bersih lahir batin," ucap Sudarmodjo (51), Ketua RT 03 RW 09 Dusun Dawung, Minggu (5/6/2016) sore.

Walmi (43), salah satu warga Dusun Dawung, mengaku gembira bisa ikut perang air. Ia sendiri selalu menjadi penari untuk kegiatan ini. Ia juga rela berbasah-basah bersama warga lainnya.

"Kami bentuk kegembiraan kami menyambut Ramadhan, sekaligus saling membersihkan diri, bersih badan juga bersih hati kami," kata dia.

Makam Leluhur Raja Melayu Ada di Batam?

Batam, Kepri - Warna kuning merona umumnya sebagai lambang kebesaran Melayu. Kain kuning yang melilit nisan di pemakaman tua boleh jadi bukti sejarah keberadaan leluhur Melayu di Batam, Kepulauan Batam.

Ida, salah seorang penduduk kampung tua Nongsa menyebutkan, leluhur Melayu yang dikisahkan dalam Hikayat Melayu Riau Lingga dan Temasek (sekarang bernama Singapura) yang kononnya meninggal di Batam, kini keberadaan makamnya masih menjadi misteri.

"Keberadaan makam tokoh Melayu yang pertama tinggal di Batam masih misteri sampai sekarang," ucap wanita berusia 37 tahun kepada Liputan6.com di Batam, Sabtu 4 Juni 2016.

Ia menuturkan, makam-makam yang dibalut dengan kain kuning memang banyak ditemui di setiap pelosok kampung tua. Namun, tidak satu pun makam diberi nama.

"Kadang saya pun bingung kalau ada yang berziarah dari luar, Singapura dan Malaysia menanyakan makam Nong Isa dan keturunan dari Kerajaan Temasek," Ida menerangkan.

Sebelumnya, menurut Ida, orang-orang tua dulu tidak menunjukkan nama makam-makam tersebut. Mereka hanya menceritakan hikayat tentang raja-raja Melayu Singapura dan Riau.

Ida menceritakan pula, makam-makam tersebut tak lepas dari kisah sejarah Batam di masa lampau.

Kompleks makam keturunan raja-raja Melayu di Batam, Kepulauan Riau. (Liputan6.com/Ajang Nurdin)

Sementara itu saat Liputan6.com meminta konfirmasi, Ketua Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau Datuk Abdul Razak mengungkapkan beberapa hal.

Pertama, ia mengatakan, Batam merupakan daerah transit. Sebelum Nong Isa, Pulau Batam berada di bawah perintah Temenggung Abdul Rahman. Namun demikian, Temenggung tidak tinggal di Batam. Ia tinggal di Pulau Bulang dan menjalankan roda pemerintahannya dari sana.

"Selain Pulau Batam, wilayah kekuasaan Temenggung Abdul Rahman juga meliputi Johor, Singapura, Pahang, Muar, serta gugusan Pulau Bulang," ia memaparkan pada Sabtu malam 4 Juni 2016.

Selanjutnya pada 1811, imbuh Abdul Razak, Temenggung Abdul Rahman memindahkan pusat pemerintahan ke Singapura. Menurut sejumlah sejarawan, Temenggung Abdul Rahman mungkin melihat masa depan baru di sana. Sebab, pada waktu itu, Inggris mulai masuk Singapura.

"Ia benar-benar meninggalkannya (Pulau Bulang, termasuk di dalamnya Pulau Batam). Penduduk asli Batam yang mendiami Teluk Senimba dibawa semua," ujar Abdul Razak.

Abdul Razak menambahkan, Temenggung Abdul Rahman praktis menjalankan roda pemerintahannya dari Singapura, dulu disebut Temasek. Bulang dan Batam dijadikan sebagai sebuah pelabuhan transit dalam perjalanan dari Lingga, pusat Kerajaan Riau-Lingga, ke Singapura.

Hingga kemudian Traktat London muncul di tahun 1824. Salah satu poin pentingnya, menurut Abdul Razak, Inggris dan Belanda membatasi kepentingan keduanya pada daerah khusus. Daerah khusus itu dipisahkan oleh Selat Melaka.

Lebih lanjut Abdul Razak memaparkan, kawasan yang berada di sebelah barat dan selatan Selat Melaka, meliputi Riau dan sekitarnya, menjadi milik Belanda. Sementara kawasan yang berada di sebelah timur dan utara Selat Melaka, yakni Tanah Semenanjung dan Singapura, menjadi bagian Inggris.

Namun, Abdul Razak mengungkapkan, Kerajaan Riau-Lingga tidak terima dengan keputusan tersebut -- keputusan itu termaktub dalam Pasal 12 Traktat London. Maka, Sultan Riau Abdul Rahman Muazam Syah I dan Yang Dipertuan Muda VI Raja Jakfar bereaksi dengan memberikan kuasa kepada Nong Isa atas Pulau Batam dan rantau di sekitarnya.

Bakar Batu, Tradisi Sambut Ramadan di Jayapura

Jayapura, Papua - Di tengah rintik hujan, mereka tetap bergembira menggelar acara bakar batu itu sambil meneriakkan kata "Wa-wa-wa". Kata ini untuk memberikan semangat sebelum memulai kegiatan bakar batu.

Mereka adalah komunitas muslim Wamena yang menyambut bulan Ramadhan 1437 Hijriah dengan acara bakar batu di daerah Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua, Minggu (5/6/2016) kemarin. Kegiatan ini sudah diselenggarakan selama enam tahun terakhir.

Acara bakar batu yang merupakan adat masyarakat Pegunungan Tengah Papua ini berlangsung sekitar pukul 10.00 WIT di halaman Mushala Firdaus Asso.

Biasanya bakar batu diselenggarakan untuk menyambut tamu, acara syukuran pelantikan kepala suku, pejabat daerah, dan acara perdamaian setelah perang antar suku.

Kegiatan ini diikuti sebanyak 67 orang komunitas muslim Wamena. Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sayur-sayuran, jagung, pisang, ubi, dan 30 ekor ayam potong.

Fathonah Asso (37) mengatakan, proses bakar puluhan batu berlangsung selama 90 menit. Batu-batu ini diambil daerah perbukitan Angkasa.

Sebanyak 10 orang perempuan yang menyiapkan dan membersihkan bahan baku, sedangkan kaum lelaki yang mengali lubang dan membakar batu.

"Seluruh batu yang dalam kondisi panas membara dipindahkan menggunakan kayu ke dalam lubang sedalam 50 sentimeter," kata Fathonah.

Seluruh badan baku kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang ditutup dengan dedaunan yang ditelah dilapisi oleh batu panas.

"Sekitar 75 menit kemudian, seluruh makanan yang dimasukkan ke dalam lubang telah matang. Kami pun menikmati seluruh idangan ini di teras mushala," kata wanita yang bermukim di Jayapura selama 12 tahun ini.

Hadiman Asso selaku Ketua Pengurus Mushala Firdaus Asso mengatakan, prosesi bakar batu untuk menyambut bulan Ramadhan telah berlangsung sejak 2010.

"Tujuan kegiatan ini adalah sebagai silaturahmi antara anggota komunitas dan juga menyampaikan permohonan maaf sebelum menjalani bulan puasa," kata Hadiman.

Ia menambahkan, bahan baku yang digunakan dalam bakar batu berasal dari kebun dan hasil sumbangan bersama seluruh anggota komunitas. Total biaya yang digunakan untuk acara ini sebesar Rp 3 juta.

Tepat pukul 13.3 0 WIT, seluruh makanan dalam proses bakar batu telah matang. Seluruh warga komunitas muslim menyantap seluruh makanan dengan lahap di halaman mushala. Berkah yang nikmat di awal bulan penuh rahmat ini.

Pesta Kesenian Tabanan Ke-38 Usung Tema Cinta Tanah Kelahiran

Jakarta - Bali masih menjadi salah satu destinasi pariwisata terpopuler di dunia. Tidak hanya turis lokal, Bali juga selalu dipadati oleh turis mancanegara. Salah satu yang menyebabkan Bali selalu menjadi tempat tujuan wisata adalah adanya kekentalan adat istiadat budayanya.

Salah satu Kabupaten di Provinsi Bali, yaitu Tabanan, juga memiliki cara khusus demi melestarikan budayanya. Salah satunya dengan menggelar Pesta Kesenian Budaya Kabupaten Tabanan yang ke-38, dengan mengusung tema "Karang Awak" yang artinya Cinta Tanah Kelahiran.

"Karang awak yang berarti mencitai tanah air kita, perlu dimaknai lebih dalam tidak hanya simbolis kita harus mencintai di mana kita lahir, kita tumbuh, dan kita menjadi seseorang, hingga kita melanjutkan hidup, kita harus memiliki semangat untuk membangun nafas budaya," kata Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti dalam keterangannya, Minggu (5/6).

Dikatakan, melalui kegiatan yang sudah menjadi agenda tahunan Kabupaten Tabanan ini, juga diharapkan dapat menjadi landasan agar masyarakat Tabanan untuk selalu mencintai budayanya.

"Kami harus bangga pada kekayaan budaya kita yang tidak ada habisnya. Kita harus terus menggalinya dan agar tidak terkubur oleh zaman," ucapnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tabanan, I Wayan Adnyana yang juga ketua panitia acara, menjelaskan, acara Pesta Seni Budaya ke 38 merupakan ajang pemanasan sebelum Tabanan tampil di tingkat Provinsi yang akan digelar pada tanggal 11 Juni mendatang.

"Tentunya pada kesempatan ini pula sebagai cara kami melestarikan dan menggali potensi budaya Kabupaten Tabanan agar dapat terus dinikmati oleh anak dan cucu kita dimasa yang akan datang," kata Wayan.

Acara pesta kesenian dan budaya tersebut juga membuka kesempatan bagi sanggar-sanggar yang ada di Kabupaten Tabanan untuk dapat menunjukan aksinya, sedikitnya ada lebih dari 200 sanggar yang memiliki potensi luar biasa di Tabanan.

Dukungan dan apresiasi turut diungkapkan Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, I Ketut Suryadi. Dirinya mengaku sangat mendukung setiap acara yang bertujuan untuk melestarikan budaya Bali, khususnya Tabanan.

"Saya selaku Ketua DPRD akan mendukung sepenuhnya dan akan melakukan evaluasi demi acara ini berjalan semakin baik tiap tahunnya," kata Suryadi.

Warga Pauh Gelar Tradisi Malamang Sambut Ramadhan

Padang, Sumbar - Warga Kecamatan Pauh, Kota Padang Sumatera Barat (Sumbar), menggelar tradisi malamang atau membuat penganan lemang sebagai kebiasaan menyambut bulan Ramadhan.

"Kami sekeluarga sudah mulai memasak lemang pada hari ini untuk diantar ke rumah saudara," kata salah seorang warga Pauh, Rosmawati di Padang, Jumat.

Ia menjelaskan memasak penganan yang terbuat beras ketan itu biasanya dilakukan sepekan hingga sehari menjelang masuknya hari-hari besar dan bulan suci Ramadhan.

Ia sengaja memasak lemang lebih cepat dari biasa karena akan diantar kerumah mertua dan sanak saudara lainnya.

"Proses pembuatan lemang dimulai dari mencuci sipuluik atau beras ketan, kemudian dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam bambu sepanjang 60 centimeter yang sebelumnya telah di beri alas daun pisang muda, setelah itu di beri santan, garam dan vanila secukupnya kemudian di masak menggunakan kayu bakar," ujar dia.

Rosmawati menyampaikan proses membuat lemang hingga matang bisa memakan waktu sekitar lima jam dengan api kecil dan bisa tiga jam dengan api yang besar, namun bambu akan cepat hitam.

Sementara itu warga Pauh lainnya, Meli juga memasak lemang pada hari ini.

"Kami sudah memulai membuat lemang pada hari ini, sengaja lebih cepat agar habis dimakan dan tidak terbuang," tambah dia.

Ia menyebutkan lemang yang dimasak hari ini ada beberapa rasa.

"Lemang yang dibuat ada tiga rasa, yaitu rasa pisang, ketan, dan lemang galamai yang terbuat dari tepung beras," ujarnya.

Tiga Menteri Diundang Hadiri Bakar Tongkang di Rokan Hilir

Rokan Hilir, Riau - Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau berencana mengundang tiga Menteri untuk menghadiri puncak acara Wisata Nasional Ritual Bakar Tongkang yang dilaksanakan di Bagansiapiapi pada 20-21 Juni nanti.

"Kita sudah menggelar rapat persiapan pembentukan panitia jelang acara Bakar Tongkang dan rencananya akan mengundang tiga Menteri, yakni Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Puan Maharani, termasuk Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman dan pejabat lainnya," kata Asisten III Bidang Kesra Setdakab Rohil Ali Asfar usai memimpin rapat persiapan jelang acara Wisata Nasional Ritual Bakar Tongkang, di Aula Lantai IV Kantor Bupati Rohil, Selasa malam.

Rapat dihadiri Kepala Kejari Rohil Bima Suprayoga, Dandim 0321/Rohil Bambang Sukisworo, Kapolres Rohil AKBP Hendry Posma Lubis, Anggota DPRD Rohil Imam Suroso, kepala dinas, badan dan kantor, serta tokoh masyarakat Tionghoa.

Selain mempersiapkan rencana kunjungan kerja Menteri, Gubernur Riau dan pejabat lainnya, Pemkab Rohil juga akan melaksanakan kegiatan bazar selama acara Bakar Tongkang yang nantinya dipusatkan di Pujasera Bagansiapiapi.

"Bupati menginginkan bazar dilaksanakan selama empat hari. Artinya besok siangnya acara Bakar Tongkang dan malamnya sudah ditutup," kata Asisten III.

Ia juga menghimbau kepada masyarakat Tionghoa pada malam hiburan Bakar Tongkang yang dipusatkan di depan Kelenteng Ing Hok King untuk tetap menjaga toleransi beragama mengingat pelaksanaannya bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, terutama masalah pakaian dan hiburan tidak dilakukan hingga larut malam.

"Kita minta malam hiburan Bakar Tongkang nanti dilakukan seperti tahun lalu setelah sholat Tarawih," pintanya.

Menurutnya, Pemkab Rohil sangat mendukung penuh ritual tahunan tersebut, karena selain mengembangkan dan mempromosikan potensi wisata daerah yang sangat menjanjikan, namun dengan adanya acara Ritual Bakar Tongkang masyarakat juga dapat memetik hasil seperti pedagang yang nantinya akan berjualan.

"Bakar Tongkang juga mampu mendatangkan puluhan ribu orang wisatawan, baik domestik maupun wisatawan internasional," tuturnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Rohil Zulkarnaen, menyarankan kepada pemilik rumah makan agar tetap buka di siang hari meskipun pelaksanaan Bakar Tongkang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.

"Mereka kemarin mengeluhkan masalah konsumsi, karena selama Ramadhan banyak rumah makan tutup. Tapi kita sarankan untuk mempersilahkan suku Tionghoa membuka rumah makan disiang hari," kata Zulkarnaen menyarankan.

Festival Jajanan Pasar Nusantara 2016 Digelar di Yogyakarta

Sleman, DIY - Selama dua hari mulai Kamis (2/6/2016), Kementerian Pariwisata menggelar Festival Jajanan Pasar Nusantara 2016 yang berlangsung di DI Yogyakarta. Ada banyak jajanan pasar dari berbagai daerah di Nusantara.

Festival Jajanan Pasar Nusantara tahun ini digelar di Taman Kuliner Condong Catur, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Selama dua hari yakni 2-3 Juni 2016, warga dan wisatawan bisa mencicipi aneka jajanan khas berbagai wilayah Indonesia.

"Jogja merupakan salah satu kota destinasi utama wisata kuliner di Indonesia. Berbagai macam sajian kuliner mulai dari kaki lima hingga restoran bintang lima banyak dijumpai di kota ini," tutur Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuty M.Si dalam rilis yang diterima KompasTravel, Kamis (2/6/2016).

Festival ini resmi dibuka oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo dalam rangka mendukung program Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia. Selain juga, untuk mempromosikan Yogyakarta sebagai destinasi wisata kuliner unggulan.

Esthy menjelaskan, Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata kuliner unggulan. Beberapa kota lainnya adalah Bandung, Solo, Semarang, dan Bali. Kuliner dan pariwisata merupakan elemen penting dalam ekonomi kreatif karena memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi nasional.

Menteri Pariwisata Arief Yahya pernah menyebutkan, sekitar 40 persen pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah untuk kuliner.

Wisata kuliner merupakan bagian dari pengembangan potensi budaya (culture) sebesar 65 persen yang dikembangkan sebagai wisata warisan budaya dan sejarah (heritage and pilgrim tourism) sebesar 20 persen, wisata belanja dan kuliner (culinary and shopping tourism) sebesar 45 persen, juga wisata kota dan desa (city and village tourism) sebesar 35 persen.

Selain mencicipi aneka jajanan pasar dari seluruh Nusantara, wisatawan juga bisa ikut serta dalam lomba dan demo pembuatan makanan tradisional. Festival ini juga dimeriahkan oleh penampilan grup band Ibu Kota, Letto, serta beragam kesenian tradisional.

Ratu Inggris Dihadiahi Batik Indonesia

Semarang, Jateng - Sri Ratu Elizabeth II mendapatkan hadiah berupa batik Indonesia dan lukisan yang menggambarkan Sri Ratu sedang mengenakan pakaian batik Indonesia dari Yayasan Batik Indonesia.

"Lukisan ini membayangkan Sri Ratu Elizabeth II mengenakan pakaian batik Indonesia yang memiliki kombinasi dari simbol sawunggalih, sebuah lencana kerajaan yang mewakili kemuliaan, dengan hamparan sawah sebagai latar belakang," kata Pendiri Yayasan Batik Indonesia Dipo Alam dalam siaran pers yang diterima Antara di Semarang, Selasa.

Penyerahan lukisan dan kain batik tersebut diberikan langsung oleh Dipo kepada Sri Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham, Selasa waktu setempat menyusul rangkaian acara Indonesian Weekend! yang diselenggarakan di Potters Fields, London, 28-29 Mei.

Hadiah tersebut juga dimaksudkan sebagai kado hari jadi Sri Ratu ke-90 yang dirayakan pada 21 April, tanggal yang sama untuk Hari Kartini di Indonesia.

Batik yang diberikan merupakan batik tulis halus kombinasi dari batik tradisional motif "sawunggalih" yang merupakan simbol kemuliaan dan kejayaan ditambah hiasan ornamen kerajaan Britania Raya.

Dari pemberian hadiah batik tersebut diharapkan Sri Ratu Elizabeth II dan masyarakat Inggris lebih mengenal batik Indonesia, dan mempromosikan untuk mempelajari batik lebih dalam.

"Indonesian Weekend!" yang digelar 28-29 Mei menampilkan budaya nasional mulai dari tata boga, musik, budaya, tata busana dan wisata gratis bea masuk di Taman Potters Field di pusat kota London, Stasiun London Bridge.

Pengunjung ditawari keramah-tamahan masyarakat Indonesia di taman yang asri tersebut dengan latar belakang pemandangan ikon London mempromosikan keindahan, kecanggihan dan kehangatan Indonesia di Inggris.

Berbagai Festival Akan Digelar di Morotai

Ternate, Malut - Plt Bupati Morotai Weni R Paraisu mengatakan saat ini sudah ada investor yang menjajaki Pulau Morotai, Maluku Utara, untuk berinvestasi.

"Tahun ini hingga 2019 nanti akan dibangun home stay di Morotai berjumlah 10.000 unit. Ini diharapkan sebagai penunjang utama buat kami untuk membangun pariwisata Morotai," kata Weni.

Staf Khusus Bidang Pariwisata Morotai, Muhammad Bintaher menambahkan bahwa pihaknya akan menggelar berbagai festival di Pulau Morotai di antaranya festival desa pesisir, festival Pulau Dodola, festival perang dunia II, dan festival budaya.

"Jadi kita akan mulai dengan kegiatan festival desa pesisir yang nantinya kita upayakan untuk launching di tanggal 1 Agustus 2016. Salah satu kegiatan yang nanti digelar yakni lomba balap sepeda dan nantinya di tanggal 17 Agustus kita akan rayakan HUT RI di Desa Cendana Kecamatan Morotai Jaya," ujarnya.

Seminar Budaya Melayu, Merangkai Sinergitas dan Identitas Masyarakat Tapung

Kampar, Riau - "Acara ini dilaksanakan juga untuk menjaga hubungan silaturahmi sesama masyarakat Tapung," kata Ketua Panitia, Sapaat kepada pers disela kegiatan itu.

Dalam kegiatan ini, panitia juga mengemasnya dengan acara Silahturahmi Akbar Masyarakat Sungai Tapung di Pekanbaru dan Pengukuhan Ikatan Keluarga Sungai TAPUNG (IKST) Pekanbaru 2016-2019.

Acara ini dihadiri Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, Direktur Utama Bank Riau Kepri DR. Irvandi Gustari, serta Konsulat Malaysia untuk Pekanbaru, Hardi Hamdin dan sejumlah tokoh masyarakat, adat dan budaya asal Tapung.

Lewat kegiatan ini, panitia menempatkan sejumlah kepala daerah sebagai dewan pembina seperti; Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, Wali Kota Pekanbaru Firdaus, serta Bupati Kampar Jefry Noer.

Sementara itu Nasrun Efendi dan Hasran Muchtar ditunjuk sebagai dewan penasehat yang beranggotakan 17 orang.

Kemudian juga ada dewan pakar yang dipimpin oleh DR. Irvandi Gustari dan Sekretari adalah DR. Nasharudin yang beranggotakan sebanyak 14 orang.

Festival Sungai Siak Muncul dari Kegelisahan

Pekanbaru, Riau - Para pelaku usaha bidang industri pariwisata, mencoba bangkitkan wisata di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dengan menggelar Festival Sungai Siak 2016 selama tiga hari karena minimnya potensi Sumber Daya Alam (SDA) di daerah tersebut.

"Kita gelisah terutama kawan-kawan pelaku wisata karena selama ini di Pekanbaru hampir tidak miliki potensi SDA. Migas (minyak dan gas bumi) selalu jadi andalan di Riau, kini ini sedang turun," papar Ketua Panitia Pelaksana Festival Sungai Siak 2016, Dodi Sarjana di Pekanbaru, Kamis (2/6).

Menurut dia, rekan-rekan pelaku industri tanpa menimbulkan asap itu menganggap ke depan ibu kota Provinsi Riau tersebut pasti membutuhkan suatu kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan semua sektor dan tidak lekang oleh waktu.

Lalu diputuskan bahwa "Kota Bertuah", julukan bagi Pekanbaru, membutuhkan ekonomi kreatif pariwisata dengan melihat segala potensi di Sungai Siak yang memiliki berbagai cerita dan sejarah masa lampu seperti perjalanan Kesultanan Siak dan lekat berdirinya kota tersebut.

Catatan sejarah menyebutkan, Sungai Siak merupakan sungai terdalam mencapai 30 meter dan dahulu dilalui oleh kapal-kapal besar seperti tanker dan peti kemas, tapi kini akibat pendangkalan kedalamannya diperkirakan tinggal sekitar 18 meter.

"Sungai Siak inilah yang membelah Pekanbaru jadi dua bagian yang sama besar antara kawasan Rumbai dan beberapa kecamatan seperti Senapelan. Kalau potensi wisata dikembangkan, maka bisa kalahkan negara lain minimal di Asia Tenggara," katanya.

Dodi melanjutkan, pihaknya memberi tantangan kepada Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru untuk melaksanakan Festival Sungai Siak tahun ini berbarengan dengan masuknya bulan suci Ramadan karena saat ini pemko akan mengadakan petang mengang tanpa menunggu tahun depan.

Balimau Kasai Potang Mogang Tradisi Turun Temurun Di Tanah Melayu

Pelalawan, Riau - Menjelang datangnya bulan puasa Ramadhan 1436 H, Masyarakat adat Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis (02/06/2016), bertempat di tepian sungai kampar, Anjungan Ranah Tanjung Bunga, Langgam, melakukan tradisi Mandi Balimau Kasai Potang Mogang yang bermakna, penyucian diri lahir maupun batin, sebagai bentuk ucapan rasa syukur dan ungkapan rasa kegembiraan akan datangnya bulan Puasa.

Balimau Kasai Potang Mogang diartikan mandi dengan jeruk purut disertai rempah dan bunga mewangi disaat sore hari, sebelum memasuki Ramadhan, dan bermakna penyucian diri

Rangkaian acara yang telah dimulai dari tanggal 28 Mei s/d 02 Juni 2016 dimeriahkan rentetan tradisi adat budaya melayu langgam dengan puncak acara Mandi Balimau Kasai Potang Mogang dilanjutkan makan Bejambau (makan beradat, red) bersama para pemuka adat, batin, ninik mamak, serta tokoh masyarakat dan para alim ulama juga masyarakat langgam.

Menurut Bupati Pelalawan, H.M.Harris yang bergelar Datuk Setia Amanah, mandi Balimau Kasai Potang Mogang merupakan suatu tradisi yang telah ada sejak dulu, secara turun temurun diwariskan dan dilestarikan hingga saat ini oleh masyarakat Melayu khususnya di Kecamatan Langgam dalam menyambut bulan puasa.

Hal tersebut disampaikan Harris disela-sela mengikuti ritual mandi balimau.

Dikatakannya lagi," masyarakat Pelalawan harus bisa menjaga dan melestarikan adat istiadat ditiap daerah karena itu merupakan suatu potensi pariwisata dan peningkatan ekonomi masyarakat dan Pemerintah Daerah akan mendukung sepenuhnya pelestarian adat istiadat."

"Selain itu bagi Masyarakat Langgam, memiliki keyakinan bahwa balimau kasai dapat menjauhkan diri kita dari perbuatan jahat selama menjalani bulan Puasa Ramadhan," kata Harris sambil berlalu mengikuti ritual acara.

Wonderful Indonesia Cita Rasa Melayu dan Dayak di Perbatasan

Jakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus menggarap wisata perbatasan dengan sentuhan event. Pada 3 dan 4 Juni, giliran Sambas yang akan menjadi ajang Festival Wonderful Indonesia.

"Kami sudah menggelar event di Entikong dan Aruk. Kini giliran Sambas," kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

Model pertunjukan, masih menurut Menpar Arief Yahya, relatif sama dengan di dua kota perbatasan sebelumnya, yaitu Wonderful Indonesia dengan cita-rasa Melayu, ritual adat masyarakat Dayak yang disebut Naik Dango, dan dangdut sebagai daya tarik utama.

Ritual Naik Dango dihadirkan sebagai media pemersatu masyarakat Dayak. Di sisi lain, ritual ini kelak akan menjadi andalan pariwisata Sambas.

I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, mengatakan Festival Wonderful Indonesia di Sambas kebetulan bertepatan dengan Pekan Gawai Naik Dango, yang digelar mulai 1 sampai 4 Juni.

"Ini ritual yang mendukung program pengembangan industri pariwisata budaya," kata Pitana. "Daya tariknya besar dan keren."

Pitana yakin festival ini akan mendatangkan lebih 300 wisman. Karena, saat festival digelar, Dewan Adat Dayak di Sambas akan mengunang Dewan Adat Dayak Malaysia Timur.

"Dewan Adat Dayak Sambas punya kebiasaan berkumpul dengan rekan mereka di Serawak," kata Pitana. "Mereka menggelar lomba gasing, menombak, dan menyumpit.

’Ngarewahkeun’, Tradisi Jelang Ramadan di Banjaran

Banjaran, Jabar - Menyambut bulan suci Ramadan ada kebiasaan warga disejumlah desa di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka yakni melakukan kirim-kirim makanan kepada sanak pamili yang diistilahkan warga setempat dengan “ngarewahkeun”.

Ngarewahkeun ini dilakukan warga minimal seminggu menjelang bulan puasa atau menurut para orang tua dulu pelaksanaan ngarewahkeun yang terbaik adalah dua hari menjelang bulan puasa sekaligus ngabersihkeun diri (mensucikan diri).

Menurut keterangan salah seorang tokoh masyarakat Desa Banjaran, Makbul, tradisi ngarewahkeun atau mengakhiri bulan rewah untuk menyambut bulan puasa ini, semua keluarga membuat aneka masakan berupa nasi kuning dan putih, daging, telur, oseng-oseng, kerupuk, serta makanan ringan seperti opak, rengginang, wajit, adas, lara budig atau sejenisnya.

Aneka masakan dan makanan yang sudah di olah tersebut kemudian di wadahi menggunakan piring, misalnya saja nasi putih dan nasi kuning diwadahi menjadi satu piring, telur satu, daging tiga kerat, ditambah oseng-oseng sepiring, serta rengginang dan opak serta wajit di bungkus menggunakan plastik atau bisa juga dengan piring. Makanan tersebut kemudian diantarkan kepada tetangga dan pamili yang menurut hubungan keluarga cukup dekat.

“Ngarewahkeun ini biasanya dilakukan setiap keluarga dan hal ini sudah dilakukan sejak turun temurun mulai jaman dahulu kala,” kata Makbul.

Nia warga Banjaran yang melaksanakan kegiatan ngarewahkeun pada Kamis, 2 Juni, menuturkan tahun ini dirinya memasak ayam, bihun, kentang goreng, serta godog telur dan kerupuk untuk dikirim kepada sejumlah orang tuanya. Untuk tambahan kuenya dia membuat adas dan wajit kelapa.

“Tidak banyak yang dikirim untuk ngarewahkeun sekarang, menyesuaikan dengan kondisi ekonomi saja yang terpenting ada tandanya. “ ungkap Nia, dikutip dari PR Online.

Selain itu menurutnya, mengirim makanan untuk ngarewahkeun ini tidak perlu banyak. Yang terpenting menunjukkan bahwa dirinya masih ingat keluarga serta kue untuk pamulang (membalas kiriman makanan) dari tetangga dan kerabat.

Menurut tokoh setempat, Anas, tradisi ngarewahkeun ini hanya ada di Kecamatan Banjaran, itupun hanya dilakukan beberapa desa saja seperti Desa Banjaran, Sindangpala, Kagok, dan Panyindangan. Berbeda dengan menjelang lebaran, hampir semua keluarga membiasakan kirim-kirim makanan kepada orang tuanya dan tetangga.

Itupun menurut KH.Anas beberapa tahun belakangan kegiatan ngarewahkeun hanya dilaksanakan oleh mereka yang masih ingin menjaga tradisi serta keluarga yang kondisi ekonominya cukup. Sedangkan keluarga kurang mampu mulai meninggalkannya karena mungkin tidak ada untuk membeli lauk pauk dan kuenya. Kalaupun ada lebih memilih untuk persediaan kebutuhan keluarga sendiri.

“Kalau zaman dulu semua rumah mulai seminggu menjelang puasa sudah saling kirim, makanya makanan di rumah selalu banyak. Sekarang di Sindangpala sudah mulai banyak yang meninggalkan kebiasaan ini. Sekali lagi ini bukan wajib tapi hanya sekedar tradisi,” ungkap Hamdi warga Sindangpala.

Seni Rekonstruksi Tampil di PKB Ke-38

Mangupura, Bali - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, akan menampilkan atraksi seni rekonstruksi dalam kegiatan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 yang melibatkan sejumlah elemen masyarakat di daerah itu.

"Seni rekonstruksi yang saya maksud adalah pertunjukkan arja cupak gerantang dari Banjar Blumbang, Desa Penarungan Mengwi, Badung," kata Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung, Bali, IB Anom Bhasma di Mangupura, Rabu.

Ia mengatakan, dengan menampilkan seni arja cupak gerantang ini ingin membangkitkan kembali kesenian tersebut yang sempat berjaya pada masanya.

Anom Bhasma mengatakan, untuk anggaran PKB Tahun 2016 yang disiapkan Pemkab Badung sebanyak Rp3 miliar.

"Anggaran besar tersebut digunakan mulai dari persiapan di sejumlah komunitas kesenian hingga seniman di desa adat maupun banjar adat," ujarnya

Ia mengharapkan, seluruh seniman yang terlibat dapat memberikan penampilan terbaiknya dalam acara tahunan itu.

"Kami memberikan apresiasi kepada semua seniman yang akan tampil di ajang PKB, semoga memberikan yang maksimal dan menujukan kreativitasnya," katanya.

Ia menambahkan, dalam kegiatan itu akan, melibatkan sekitar 3000 orang seniman yang persiapannya sudah rampung 99 persen.

Untuk pawai pembukaan nanti, kata dia, seniman Badung akan dilibatkan 600 orang yang dikoordinir sanggar Sekar karang Gumitir desa Bongkasa.

"Badung akan mengikuti seluruh jenis lomba pada PKB 2016 dan semua jenis peggelaran kami ikuti," ujarnya.

Parade Seni Budaya Meriahkan Perayaan Hari Pancasila

Bandung, Jabar - Perayaan peringatan Pancasila yang puncaknya digelar di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/6) tampak meriah. Acara Hari Pancasila dimulai dengan pertunjukkan parade seni budaya pada pukul 09.00 WIB. Aksi dari para penampil menambah kemeriahan tanggal yang diperingati sebagai momen bersejarah bangsa Indonesia yakni lahirnya Pancasila dan pidato Bung Karno, Presiden Indonesia Pertama.

Dalam parade seni budaya tampil berbagai jenis kesenian. Di antaranya penampilan marching band dari personil TNI, aksi Paskibra dan Pramuka yang membawa umbul-umbul bertemakan Pancasila dan Bung Karno. Selain itu ada pawai sepeda ontel hingga tari-tarian.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan perayaan peringatan Hari Pancasila tidak harus dilakukan dalam bentuk formal seperti upacara. Ada cara lain untuk mengenang secara meriah dengan kreatif. "Demikian rasa kecintaan kami (Pemkot Bandung,Red) terhadap Pancasila dan tentunya presiden pertama yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Sukarno. Di Bandung selalu ada benang merah kreativitas dalam memperingati hari bersejarah. Tidak hanya seremoni," kata Ridwan Kamil di sela-sela acara.

Tampak Ketua MPR Zulkifli Hasan beserta para wakilnya sudah menempati tempat tepat di depan panggung seni budaya. Selain itu terlihat juga Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Ketua DPR RI Ade Komarudin serta Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.

Usai melihat pertunjukan seni budaya, para tamu undangan memasuki Gedung Merdeka untuk memperingati Hari Pancasila dan peringatan Pidato Bung Karno. Setelah itu dijadwalkan napak tilas dengan berjalan kaki ke situs yang menjadi saksi sejarah perjuangan Bung Karno, Penjara Banceuy.

Untuk mendukung suasana Pancasila dan Bung Karno, sepanjang Jalan Asia Afrika dipasang umbul-umbul dan gambar bertemakan Pancasila juga Bung Karno.

Agustus ke Tomohon, Ada Festival Bunga ala "Pasadena"

Tomohon, Sulut - Festival Bunga Internasional Tomohon akan digelar 8 Agustus 2016 di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

"Ini dalam rangka lebih mengenalkan destinasi-destinasi wisata di Kota Tomohon. Semakin banyak promosi yang dilakukan, wisatawan akan tahu ternyata kita memiliki potensi wisata yang tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan daerah lainnya," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Tomohon Mariam Rau, Minggu (30/5/2016).

Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, ia menambahkan, mendukung penuh pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF).

Mariam mengundang para pelaku usaha serta wisatawan lokal dan mancanegara mengunjungi Tomohon untuk menyaksikan festival bunga tahunan yang meliputi parade bunga, kontes ratu bunga, festival kuliner dan aneka pameran itu.

Wakil Wali Kota Tomohon Syerly A Sompotan optimistis festival itu bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

"Sudah pasti akan ada dampak ganda yang bisa diperoleh dari kegiatan tahunan ini. Wisatawan lokal dan mancanegara pasti akan menggunakan jasa yang ditawarkan warga kota dalam berbagai bentuk," katanya.

Ada Tradisi Meugang, Warga Biangpidie tak Perlu Takut Kurang Daging

Biangpidie, NAD - Para pedagang di sembilan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) telah menyiapkan 416 ekor kerbau dan sapi untuk memenuhi kebutuhan daging pada meugang (hari potong hewan) menjelang Bulan Suci Ramadhan 1437 Hijriyah.

Kepala Bagian Peternakan pada Dinas Pertanian Abdya Irmansyah di Blangpidie, Rabu (1/6), mengatakan, berdasarkan hasil survei lapangan, para pedagang daging di daerahnya telah menyiapkan 416 ekor hewan meugang, yakni 331 ekor kerbau dan 85 ekor sapi.

Ia mengatakan, semua hewan kerbau dan sapi yang akan dipotong bukan yang berasal dari luar daerah. Melainkan ternak milik masyarakat Abdya sendiri yang berada di sembilan kecamatan.

"Kita sudah mengimbau kepada seluruh pedagang agar tidak membeli ternak di luar daerah, baik sapi maupun kerbau, mengingat ketersediaan kedua jenis ternak tersebut masih mencukupi di daerah," ujar dia.

Ia menjelaskan, jika ketersedian ternak potong di daerah mencukupi tentu harga jual daging pada hari meugang nanti tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Karena pedagang tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi bawa pulang.

"Jika harganya standar tentu seluruh masyarakat dapat menikmati daging hari meugang, apalagi tradisi meugang di Aceh khususnya Abdya sangat sakral dengan pembelian daging walaupun hanya sedikit," tutur dia.

Ia berharap, kepada seluruh pedagang di Abdya khususnya bagi yang telah menyiapkan ternak untuk dipotong pada hari meugang agar tidak menaikkan harga melampui harga biasa. "Biasanya harga daging pada hari meugang rata-rata Rp120 ribu/Kg. Jadi, kita harapkan meugang tahun ini harganya tetap stabil, kasihan masyarakat kalau harganya terlalu mahal,” kata Irmansyah.

Mengenali Wayang Kulit Cirebon sebagai Media Dakwah

Cirebon, Jabar - Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Kota Cirebon, menggelar Bedah Buku Seni Tatah dan Sungging Wayang Kulit Cirebon. Rangkaian dari Padang Wulanan itu berlangsung di Jl Swasembada No 15 Majasem, Selasa (31/5).

Berdasar penelitian Matthew Isaac Cohen, Profesor Sinematografi, Royal Holloway University of London, tardisi wayang kulit sudah ditemukan sejak 1.000 tahun yang lalu.

Menurut Matthew, wayang kulit atau bisa disebut teater, tidak hanya ada di Indonesia. Tapi juga ada di beberapa negara seperti India, China dan Mesir. “Selain di Jawa, wayang kulit juga ditemukan di tiga tempat,” kata Matthew.

Sementara itu, Perkembangan wayang kulit di Cirebon sendiri, dari masa Hindu-Budha ke Islam di wilayah Kesultanan Cirebon merupakan bentuk diplomasi dakwah.

Wayang akrab dikenalkan ulama-ulama dan para penguasa lokal yang telah memeluk ajaran Islam sebagai media dakwah. “Wayang kulit juga digunakan sebagai simbol agama dan media untuk bercerita tentang kebiasaan sehari-hari,” sebut Matthew.

Dalam bedah buku itu hadir Raffan S Hasyim selaku penulis buku, Matthew Isaac Cohen, Profesor Sinematografi, Royal Holloway University of London sebagai pembanding, serta Mahrus el-Mawa, moderator.

Potang Mogang Pelalawan Akan Dihadiri Menteri Pariwisata

Pelalawan, Riau - Dalam menyambut bulan suci Ramadan 1437 H atau 2016 M yang tinggal beberapa hari lagi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan pada hari Kamis (2/6) mendatang akan menggelar prosesi adat mandi balimau kasai potang maogang.

Sedangkan puncak tradisi adat yang akan dipusatkan di anjungan Tepian Ranah Tanjung Bunga Kelurahan Langgam Kecamatan Langgam ini, akan dibuka langsung oleh Gubenur Riau (Gubri) Ir Asryadjuliandi Rachman.

"Ya, dua hari lagi kita akan menggelar profesi adat mandi balimau kasai potang maogang di Kecamatan Langgam untuk membersihkan diri menyambut bulan suci Ramadan. Dan insya allah, prosesi tradisi ritual pembersihan diri dengan mandi balimau ini, akan dibuka langsung oleh bapak Gubri Ir Asryadjuliandi Rachman yang akan didampingi pak Bupati Pelalawan HM Harris selaku Datuk Setia Amanah Payung Panji Adat Pelalawan," ujar Bupati Pelalawan HM Harris melalui Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pelalawan H Zulkifli SAg, Selasa (31/5) di Pangkalankerinci.

Diungkapkan mantan Kabag Kesra Setdakab Pelalawan ini, bahwa selain dihadiri Gubri, kegiatan potang maogang juga langsung dihadiri oleh tim kementerian Pariwisata RI melalui staff asisten Deputi Segmen Pasar Personal Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI. Kehadiran mereka (tim,red) untuk merekam data prosesi adat potang maogang ini dari awal hingga akhir acara selesai.

"Setelah dilakukan perekaman prosesi mandi balimau kasai potang mogang, data ini nantinya akan dimasukan kedalam data agenda Kementerian Pariwisata yang akan dijadikan sebagai tradisi adat di indonesia. Selanjutnya, data tersebut akan dipromosikan ke setiap Propinsi yang ada di Indonesia dan negara luar untuk menarik minta turis domestik dan turis mancanegara. Intinya, saat ini tim dari kementrian tengah turun keseluruh Propinsi di Indonesia untuk melakukan prekaman data budaya adat yang ada di Indonesia," sebutnya.

Disinggung terkait kabupaten mana saja yang akan dikunjungi tim Kementerian Pariwisata RI di Riau ini, Zulkifli menyebutkan, bahwa untuk di Propinsi Riau, tim Kementerian Pariwisata RI akan melakukan pendataan ritual adat masyarakat Riau yakni potang maogang di kabupaten Pelalawan dan tradisi adat bakar tongkang di kabupaten Rohil.

"Untuk itu, kita berharap dengan dilakukan perekaman acara prosesi mandai balimau kasai potang mogang ioni oleh tim Kementerian Pariwisata, maka tradisi adat kabupaten Pelalawan ini akan semakin dikenal baik Nasional maupun Internasional, sehingga dapat menarik minat para turis untuk berkunjung melihat keunikan keragaman adat budaya yang ada di Kabupaten Pelalawan," pungkasnya.

Masyarakat Minta Tradisi Bakaru jadi Cagar Budaya

Sawahlunto, Sumbar - Masyarakat adat di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), mengharapkan pemerintah daerah setempat mengusulkan tradisi tolak bala Bakaru ditetapkan sebagai cagar budaya.

"Tradisi tersebut sudah melekat sejak lama dalam kehidupan sosial sebagian besar masyarakat adat kota ini dan pelaksanaannya penuh dengan nilai-nilai pendidikan moral guna membangun karakter anak nagari," kata Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Kajai, Thamrin DT Malano Sati, di Sawahlunto, Selasa.

Meskipun ada beberapa perbedaan kecil dalam tata cara pelaksanaannya, namun memiliki tujuan yang sama yakni membangun rasa kebersamaan serta menumbuhkan semangat gotong royong di kalangan masyarakat disamping mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurutnya, jika kegiatan tersebut bisa dilaksanakan secara serentak maka diyakini mampu sebuah tontonan menarik bagi wisatawan dalam mendukung visi kota itu sebagai kota wisata tambang yang berbudaya.

"Namun semuanya tidak terlepas dari pembiayaan, selama ini tradisi tersebut kami danai dari iuran warga serta sumbangan pihak lain yang tidak mengikat," tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris Kecamatan Barangin, Subandi Arpan mengakui tradisi bakaru sudah menjadi kegiatan rutin tahunan bagi sejumlah kelompok masyarakat adat daerah itu.

"Kegiatan tersebut biasanya dipusatkan di halaman rumah ibadah dan bahkan sebagian dilaksanakan pada beberapa tempat yang disakralkan oleh masyarakat secara turun temurun, seperti Lasuang Manangih di Desa Lumindai dan Balai Batu Sandaran yang saat ini dijadikan nama desa itu sendiri," jelasnya.

Dua lokasi tersebut, lanjutnya, memiliki keunikan tersendiri dan diketahui keberadaannya sudah sejak beratus tahun yang lalu dan masih terawat baik hingga saat ini.

Terkait permintaan masyarakat adat tersebut, seorang pelaku seni asal kota itu, Adril Janggara menilai selama ini tradisi adat yang berasal dari kearifan lokal masyarakat setempat, belum mendapatkan porsi yang layak dalam upaya mengembangkannya sebagai ikon seni budaya di Sawahlunto.

"Seluruhnya masih dikemas dalam konsep hiburan yang kadang-kadang justru mengabaikan kualitas serta nilai-nilai budaya itu sendiri karena telah menjadi konsumsi politik kepentingan oleh oknum tertentu," lanjut dia.

Akibatnya, tradisi yang dimunculkan sebagai tontonan itu tidak diminati oleh masyarakat, hal itu bisa dilihat dari rendahnya animo untuk menyaksikan penampilan mereka.

"Sementara nilai tradisi khas yang lahir dari kearifan lokal masyarakat setempat justru dibiarkan menjadi tamu dirumahnya sendiri," sesalnya.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Seksi Pembinaan Seni Budaya dan Perfilman Dinas Pariwisatan dan Kebudayaan setempat, Syukri SSn mengatakan pihaknya berupaya menjadikan tradisi budaya yang ada bisa berkembang dalam menyangga pertumbuhan industri pariwisata di kota itu.

"Kami menyadari pelestarian budaya yang berasal dari kearifan lokal lebih memiliki karakater lebih kuat dibandingkan seni tradisi budaya yang justru menjadi ikon di daerah lain," tambahnya.

Mami Germo Bertato Doraemon Dibekuk Polisi

Kebayoran Baru - Tim Resmob Polres Jakarta Selatan, membekuk mami germo bertato doraemon yang menjual empat ABG kepada lelaki hidung belang di kawasan Apartemen Kalibatacity, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (19/5).

Tersangka Nurjannah, 25, kata Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Tubagus Ade Hidayat, didampingi Wakasat Reskrim, Kompol Murgianto diduga kuat telah mengeksploitasi anak dibawah umur untuk jadi pelacur.

Tersangka ditangkap berdasarakan informasi dari masyarakat yang resah dengan adanya situs online yang menawarkan wanita penghibur dengan memajang foto-foto wanita hanya kenakan pakaian dalam.

Dalam situs tersebut mencantum harga sebesar Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu per 45 menit dimana pelaku juga sediakan tempat kencan untuk pelanngannya.

“Setelah kami lakukan penyelidikan dan mencoba masuk, karena mucikari ini memilih secara selektif. Akhirnya kami amankan mucikarinya seorang perempuan menjual empat wanita penghibur beberapa diantaranya masih di bawah umur,” kata Kapolres.

Dari hasil bisnis lendir yang ia jalani sejak tahun 2014, pelaku mendapatkan Rp 200 ribu untung seklai kencan dari setiap pelacur. Dari barang bukti yang diamankan berupa uang tunai Rp 950 ribu, satu HP, satu buku catatan tamu, dua pack kondom, enam butir obat primolut, 3 buah celana dalam, dan bra.

Akibat perbuatannya tersangka Nurjanah tatoo bergambar doraemon pada lengan kanannya terancam Pasal 88 UU Ri No. 35 Tahun 2014 jo Pasal 296 KUHP jo 506 KUHP dengan ancaman 10 tahun penjara. (adji)

Tarif Pelacur Dipuncak Berkisar Rp 800 Ribuan Untuk Yang Masih ABG

Bogor – Daerah Puncak memang memiliki daya tarik tersendiri bagi para penikmat wisata prostitusi. Selain jarak tempuh tidak terlalu jauh dari pusat kota, namun juga tarif menikmati “servis” dari kupu-kupu malam di Puncak terbilang terjangkau.

Meski Pemkab Bogor melancarkan program nongol-babat atau nobat, tapi wisata prostitusi di Puncak tetap bergeliat. Sejak lokalisasi PSK di Gang Semen, di Cipayung diratakan dengan tanah, reservasi wanita pemuas nafsu itu dilakukan melalui pesan berantai melalui telepon genggam.

Menurut hasil pantauan harianindo.com, Kamis (31/12/2015), Informasi yang berhasil dihimpun, untuk PSK berusia di atas 30 tahun, maka tarif yang diketok hanya Rp 150 ribu. Sedangkan untuk dibawah 30 tahun, bisa dipesan dengan tarif tarif Rp200 hingga Rp250 ribu. Tarif kedua jenis PSK itu hanya berlaku tak lebih 1,5 jam. Atau sekali naik ranjang.

Sementara untu PSK yang berusia belasan tahun, atau yang masih ABG, para pelancong harus rela merogoh kocek Rp 350 ribu. Itu lagi-lagi short time. Jika ingin semalaman, tarif membengkak hingga Rp800 ribu.
(Rani Soraya – harianindo.com)

Curhat Pelacur ABG yang Jadi Pelanggan Setia Oknum PNS

Karimun - Seorang gadis belia, berusia 17, bekerja sebagai kasir di Hotel Rasa Indah di Tanjungbalai Karimun, 'dijual' oleh DW (30), penjual buah sekaligus pemijat kepada seorang oknum PNS di Pemkab Karimun inisial BD. DW membandrol tarif Rp1 juta untuk sekali kencan.

"Saya dikenalkan oleh DW kepada BD untuk melakukan hubungan suami-istri dengan bayaran satu juta rupiah. Sebenarnya saya tak mau, tapi mendengar uang sebesar itu saya tergiur juga. Pada pertengahan Desember 2015, kami melakukan hubungan itu di Hotel Balai Indah. Saat itu BD masih mengenakan baju dinas PNS," ungkap Bunga didampingi ibunya, di Tanjungbalai Karimun, dikutip dari Haluankepri, Rabu (13/1/2016).

Selang dua hari kemudian, dia dan BD kembali melakukan hubungan di hotel yang sama, dengan bayaran Rp300 ribu. Lagi-lagi, saat menemui gadis itu, BD kembali mengenakan pakaian dinas PNS. Hubungan badan yang keduakalinya itu dilakukan pada sore hari, atau setelah BD pulang dari kerja.

Kata Bunga, di dalam kamar hotel, BD bercerita sudah sering melakukan hubungan badan dengan anak baru gede (ABG) seperti dirinya. Rata-rata anak yang dibawanya ke kamar hotel itu masih sekolah, dan hampir semuanya dikenalkan oleh DW.

"Saya juga sering melihat BD dan DW keluar hotel tempat saya bekerja," tuturnya.

Gadis itu tidak tahu nama asli PNS dengan inisial BD tersebut. Hanya saja, dia tetap ingat dengan wajah pria yang sudah dua kali mengencaninya itu.

"Siapa nama aslinya saya tak tahu. Tapi kalau ketemu dengan orangnya saya pasti ingat. Badannya agak gemuk dan memakai kaca mata. Tiap ketemu saya, dia selalu pakai baju dinas. Di baju itu, ada tulisan Pemkab Karimun," jelas Bunga.

Disbudparpora Akan Gelar Festival Lampu Colok 2016

Dumai, Riau - Pemerintah Kota (Pemko) Dumai melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) akan mengadakan Festival Lampu Colok Tahun 1437 H/2016 M. Festival ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka menyemarakkan malam ke 27 Ramadhan.

“Insya Allah tahun ini kita akan kembali menggelar festival lampu colok. Saat ini kita tengah melakukan berbagai pesrsiapan untuk menyemarakkan bulan Ramadhan 1437 H,” ujar Plt Kadisbudparpora Kota Dumai Dermawan melalui Kabid Kebudayaan Syafri diruang kerjanya, Senin (30/5).

Syafri menjelaskan, festival ini dilaksanakan untuk melestarikan budaya Melayu dan membina pemuda agar menjadi generasi muda yang kreatif serta menguatkan silaturahmi antara pemerintah dengan masyarakat.

Jika tak ada kendala, lanjutnya, pembukaan pendaftaran peserta akan dilakukan pada pertengahan bulan Juni 2016.

“Festival lampu colok ini terbuka untuk umum. Bisa atas nama organisasi, pemuda, masjid/mushalla, RT dan kelurahan. Yang jelas, selagi mendaftar akan kita lakukan penilaian,” tuturnya.

Untuk tahun 2015 lalu, jumlah peserta yang mengikuti festival lampu colok ini sekitar 80 peserta yang berasal dari seluruh Kecamatan yang ada di Kota Dumai.

“Hampir semua Kecamatan itu ada pesertanya. Jadi, kita melakukan penilaiannya keliling dan turun langsung ke tempat peserta. Mudah – mudahan antusias masyarakat untuk kembali mengikuti festival lampu colok ini meningkat,” harapnya.

Syafri menambahkan, terkait penilaian, dewan juri berasal Tim Independen yang terdiri dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kota Dumai melalui Bidang Kebudayaan, Organisasi Kampung Colok Kota Dumai, Tokoh Budaya Dumai dan Dewan Kesnian Daerah.

Terkait kendala peserta dalam mengikuti festival lampu colok ini, kata Syafri yakni sulit mendapatkan bahan bakar minyak, untuk itu, Disbudparpora juga mengimbau seluruh perusahaan di Dumai untuk ikut serta membantu peserta Lomba Lampu Colok ini, terutama membantu menyiapkan ketersedian bahan bakar.

Kuliner Indonesia Meriahkan Festival ASEAN-Tiongkok

Jakarta - Sajian kuliner Indonesia bercita rasa tinggi dengan bendera "Wonderful Indonesia" memeriahkan "ASEAN-China Gourmet Festival", serangkaian Pekan ASEAN-Tiongkok memperingati 25 tahun kemitraan dialog kedua belah pihak.

Kue pastel, lemper modifikasi serta wedang jahe, jus jeruk, dan jus semangka menjadi kudapan ringan bagi para tamu undangan yang hadir sebelum memulai acara puncak.

Ditampilkan pula kerupuk udang, kripik singkong, serta kripik apel dan salak khas Malang, Jawa Timur.

Usai menyaksikan tarian Lenggang Nyai oleh Sanggar Tari Pelangi, Guangzhou, Sekjen ASEAN-Tiongkok Yang Xiuping, Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo dan beberapa duta besar serta perwakilan duta besar negara ASEAN menikmati santap malam pada Senin (30/05/2016).

Santap malam dibuka dengan lumpia, kentang isi ayam mirip kroket, dan tahu goreng isi telur, juga dibalut tepung roti. Selanjutnya, para tamu undangan disajikan sop buntut dalam porsi kecil, dan salad udang yang disajikan dengan sambal kacang, layaknya gado-gado.

Untuk menu utama disajikan nasi goreng sapi dan potongan ikan kakap panggang saus asam manis, dilanjutkan dengan menu penutup berupa puding karamel dan potongan buah.

Selain aneka makanan, dalam santap malam tersebut disajikan pula tiga jenis minuman, yakni air putih, jus jeruk, dan bajigur.

Sambil menikmati hidangan yang tersaji, para tamu undangan juga disuguhi tari Merak dan alunan musik tradisional.

Seluruh pramusaji pada malam itu mengenakan kain tradisional Indonesia, seperti batik dan tenun.

Dekorasi restoran pun dihiasi ornamen tradisional khas Indonesia, seperti wayang golek, satu set gamelan, dan lukisan beberapa tarian Indonesia, serta objek wisata menarik di Indonesia, seperti tari Pendet dan Gunung Bromo.

Soegeng mengatakan, "Selain memiliki keragaman budaya dan tradisi, Indonesia memiliki aneka macam kuliner khas dengan cita rasa yang unik. Indonesia memiliki keragaman kuliner dengan cita rasa beragam rari Sabang sampai Merauke."

Ia menambahkan, "Melalui kuliner kita dapat mengenal dan memahami budaya dan tradisi suatu daerah atau negara tertentu. Setiap negara ASEAN, memiliki kuliner yang beragam, dengan keunikan cita rasa yang berbeda-beda. Begitu pula dengan Tiongkok."

Oleh karena itu, melalui festival tersebut masing-masing negara ASEAN dan Tiongkok dapat saling mengenal keragaman kuliner yang ada. "Dengan pemahaman yang baik tentang budaya dan tradisi antarnegara ASEAN dan Tiongkok, hubungan kedua pihak akan makin baik pula," tutur Soegeng.

Hal senada diungkapkan Sekjen ASEAN-Tiongkok Yang yang mengatakan bahwa kuliner mencerminkan kekayaan tradisi dan adat istiadat, sejarah, serta kebudayaan sebuah etnis.

"Pertukaran kebudayaan kuliner memegang peranan penting untuk menciptakan saling pemahaman, untuk mendukung persahabatan dan kemitraan antarbangsa, khususnya ASEAN dan Tiongkok," katanya.

Melalui Festival Makanan ASEAN-Tiongkok, yang menampilkan kuliner Indonesia, yang mewakili keberagaman budaya, keindahan alam, hingga mampu menarik turis Tiongkok ke Indonesia, secara umum akan mendukung hubungan antarmasyarakat antara ASEAN dan Tiongkok, demikian Yang Xiuping.

Aneka kuliner Indonesia yang disajikan pada ASEAN-China Gourmet Festival itu disajikan oleh dua juru masak asal Indonesia, yakni Saleh dan I Nyoman Sunada, dibantu satu juru masak dari Tiongkok.

-

Arsip Blog

Recent Posts