ABG Dicekoki Miras lalu Digilir 2 Lelaki

Kediri - Seorang gadis berusia belasan tahun di Kediri menjadi korban perkosaan yang dilakukan oleh dua orang teman prianya di gubuk kecil areal persawahan. Korban sebelumnya dipaksa menelan empat butir pil koplo, narkoba jenis pil dobel L, serta minuman keras (miras) hingga mabuk berat.

Nasib malang ini dialami oleh VR (15) asal Desa Srikaton, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Akibat kejadian tersebut, kini korban menjadi shock. Kasus pemerkosaan terhadap gadis di bawah umur ini dalam penanganan Polres Kediri.

"Kami sudah menerima laporan dari orang tua korban. Dua orang pelaku juga telah kita amankan. Kini, keduanya masih kita mintai keterangan," ujar Kasubbag Humas Polres Kediri AKP Budi Nurjahjo, Selasa (18/12/2012).

Berdasakan data dari Polres Kediri, kekerasan seksual itu bermula saat Sabtu 15 Desember 2012 sekitar pukul 21.00 WIB kedua pelaku atas nama Aris alias Gendon (17) dan Salim bin Parmin (27) keduanya warga Desa Srikaton menjemput korban dari rumahnya.

Kemudian pelaku mengajak korban nonton pertandingan pencak silat di Desa Tapan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Btar. Setelah selesai, korban diajak nonton orkes dangdut di Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Setelah selesai, pelaku mengajak korban pulang. Tetapi sesampainya di Dusun Dedehan, Desa Jemekan, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, tiba-tiba pelaku menghentikan sepeda motornya. Setelah itu, pelaku mengajak korban ke gubuk yang ada di persawahan.

Di gubuk kecil itu, pelaku memaksa korban menenggak miras dan menelan empat butir pil dobel L. Awalnya korban menolak, tetapi karena pelaku terus memaksa, akhirnya korban tidak bisa mengelak.

Tidak lama kemudian, korban merasa pusing. Dalam kondisi mabuk berat itu, kedua pelaku melucuti celana panjang dan celana dalam korban.

Kemudian setelah puas, pelaku mengantar pulang. Orang tuanya pun curiga. Sebab korban dalam keadaan mabuk. Lalu, orang tuanya memarahi dan mendesak agar berterus terang ihwal kepergiannya bersama dua orang pria itu.

Karena ketakutan, akhirnya korban berterus terang. Dia bercerita tentang kepergiannya ke Blitar sampai akhirnya dipaksa minum-minuman keras dan narkoba hingga digilir dua orang teman pria itu.

Pengakuan korban membuat amarah orang tuanya. Selanjutnya, orang tua korban melaporkan kejadian itu ke Polsek Ringinrejo. Petugas kemudian mengamankan kedua pelaku dan menyerahkan ke Unit PPA Polres Kediri.

Petugas mengamankan barang bukti, 1 celana panjang biru dan celana dalam biru milik korban. Polisi menjerat tersangka dengan Undang-Undang perlindungan anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. [beritajatim.com]

Video Mesum SMK Direkam di Ruko Kosong

Mojokerto - Dari pemeriksaan yang dilakukan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Mojokerto, diketahui pelaku merekam adegan mesum berjudul SMK Nasional tersebut di rumah toko (ruko) kosong. Pelaku merekam video berdurasi 6 menit 41 detik tersebut satu tahun lalu.

Kasat Reskrim Polres Mojokerto, I Gede Suartika mengatakan, dari keterangan korban, S (16) diketahui jika lokasi video tersebut direkam di sebuah ruko. "Tepatnya di sebuah ruko yang ada di belakang Pasar Ikan Mojosari," ungkapnya, Selasa (11/12/2012) tadi malam.

Masih kata Kasat, perekaman adegan mesum tersebut dilakukan sekitar setahun yang lalu menggunakan handphone milik korban. Yakni handphone merk HT type G 15 warna merah. Adegan tersebut direkam saat keduanya masih menggunakan seragam sekolah.

Sebelumnya, video mesum pasangan pelajar kembali mencoreng dunia pendidikan Mojokerto. Video berdurasi 6 menit 41 detik ini, direkam saat keduanya masih memakai seragam sekolah milik salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) swasta di Kabupaten Mojokerto. [beritajatim.com]

Video Mesum itu Dibuat di Hutan

KEFAMENANU, KOMPAS.com — Video mesum berdurasi 21 menit yang menghebohkan warga Desa Noebaun, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, diduga dibuat di hutan.

"Adegan mesum itu dilakukan di kawasan hutan. Ada tujuh adegan mesum yang beredar, masing-masing berdurasi sekitar tiga menit," kata Direktur Lembaga Anti-Kekerasan Masyarakat Sipil (Lakmas) Cendana Wangi, Nusa Tenggara Timur, Viktor Manbait, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/12/2012).

"Mereka melakukan hubungan badan pada April 2012 lalu dan tanpa sepengetahuan si perempuan, si lelaki merekam adegan terlarang itu dengan menggunakan kamera ponsel. Setelah rekaman itu beredar luas di Desa Noebaun, aparat desa melaporkan ke polisi, dan keduanya sempat ditahan di Polsek Noemuti," kata Viktor.

Menurut Viktor, polisi harus jeli melihat kasus tersebut dengan memeriksa siapa yang merencanakan dan apa tujuan pembuatan perekaman adega mesum itu. Kemudian, apakah ada orang lain yang membantu merekam atau merekam di luar pengetahuan keduanya atau siapa yang menyebarkan rekaman tersebut karena kejadiannya sudah berlangsung sejak April 2012.

Video mesum ini sudah beredar di Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT. Warga mengenal para "pemerannya".

Wanita pada video tersebut diduga VR, seorang ibu rumah tangga yang bersuami dan beranak tiga. Sementara sang pria, AS, juga beristri dan memiliki dua anak.

Warga yang merasa tidak nyaman dengan beredarnya video tersebut kemudian melaporkannya ke Polsek Noemuti pada Sabtu (24/12/2012) lalu.

Mendapat laporan itu, aparat Polsek Noemuti pun mendatangi warga dan melakukan konfirmasi ke perangkat desa. Akhirnya, aparat Polsek Noemuti menangkap kedua pemeran video tersebut. Kini kedua pelaku ditahan di Polsek Noemuti. Kasus ini kemudian dilimpahkan ke Polres TTU.

Air Terjun Payakumbuh di Ngarai Harau

Lembah Harau merupakan objek wisata yang tidak boleh terlewatkan ketika berkunjung ke Sumatra Barat, sampai ada pernyataan bahwa kurang lengkap rasanya ke Sumatra Barat tanpa mampir dulu ke Lembah Harau. Harau merupakan sebuah jurang/lembah yang sangat besar dan dikelilingi oleh tebing-tebing batuan granit setinggi ratusan meter dilengkapi juga dengan 6 buah air terjun yang masih sangat alami. Berlokasi di Kabupaten Lima Puluh Kota, dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Bukittinggi dan 1/2 jam saja dari kota Payakumbuh, akses menuju lokasi juga sangat mudah karena dilengkapi dengan jalan yang baik dan sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang memukau dengan barisan tebing-tebing tinggi pencakar langit diantara persawahan yang hijau menguning.

Rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan adalah rasa pertama yang terlintas ketika memasuki Lembah Harau, berada di kawasan ini serasa kita sedang berada di sebuah benteng alam raksasa yang dikelilingi dinding tinggi menjulang, di pinggirannya mengalir sungai-sungai jernih yang airnya bersumber dari air terjun yang jatuh dari pinggiran tebing. Konon dulu ada cerita rakyat bahwa kawasan Lembah Harau dulunya adalah lautan dan tebing-tebing tinggi tersebut adalah daratannya yang terdapat istana di atasnya. Pada waktu itu ada seorang putri raja yang memutuskan untuk terjun ke laut karena cintanya pada seorang pria tidak direstui oleh sang ayah. Raja pun mencari putrinya namun tidak juga ditemukan, akhirnya raja memutuskan untuk mengeringkan lautan untuk menemukan putrinya, dan lautan yang kering itupun sekarang menjadi Lembah Harau.

Keindahan kawasan wisata Lembah Harau sangat lengkap, sejak awal memasuki kawasan wisata Harau kita akan disuguhi pesona dari jurang/celah alam, air terjun, tebing dan beberapa gua. Selain Air Terjun Lembah Harau, ada juga cagar alam dan suaka margasatwa yang juga merupakan tempat konsevasi bagi beberapa hewan yang dilindungi seperti Monyet Ekor Panjang, Siamang, Harimau Sumatera, Beruang, Tapir, Landak, Burung Kuau, dll. Lokasi wisata Harau ini terbagi menjadi 2, yaitu Sarasah Bunta, merupakan kawasan bagi yang ingin menikmati suasana lebih alami karena disini terdapat 5 buah air terjun dengan kolam penampungan air terjun yang masih alami dengan pemandangan asrinya. Lokasi lain yaitu Akar Berayun, disini telah terdapat kolam renang sehingga lebih enak untuk yang ingin berenang, di kawasan ini juga terdapat fasilitas lengkap seperti perkemahan, kolam renang dan jalan setapak yang dapat digunakan untuk hiking, serta dilengkapi dengan cottage dan resort.

Mungkin ada yang bertanya apa perbedaan antara wisata Ngarai Sianok yang ada di Bukittinggi dengan Lembah Harau yang ada di Payakumbuh, bukannya sama-sama merupakan ngarai/lembah. Bedanya pada ngarai sianok bukit dan tebingnya tidak berbatu cadas seperti di Lembah Harau dan di Harau terdapat banyak air terjun, namun keduanya tetap memiliki pesonanya tersendiri. Di Harau juga karena banyak tebing curam maka sering dijadikan ajang olahraga ekstrim rock climbing baik bagi turis lokal maupun mancanegara.

Hal lain yang membuat kawasan Lembah Harau ini unik dan menarik adalah terdapatnya lembah echo, yaitu sebuah lembah yang jika kita berteriak disana akan menghasilkan gema sempurna. Di lembah Echo tersebut terdapat sebuah spot yang dijadikan acuan tempat kita untuk berteriak, dan setelah suara pertama terdengar maka akan disusul oleh gema/echo lain sebanyak 7 kali secara sempurna, konon tempat yang menghasilkan echo sempurna seperti ini cuma ada satu di dunia yaitu di Lembah Harau. Karena keindahannnya pula mulai tahun ini Lembah Harau dijadikan sebagai rute baru lomba balap sepeda Tour de Singkarak yang bertujuan untuk mempromosikan wisata Lembah Harau ke dunia. Pokoknya bila berwisata ke Sumatra Barat jangan lupa menyempatkan singgah ke Lembah Harau karena pemandangan yang disajikan sangat mamanjakan mata yang menatapnya.

***

Sumber: http://www.emfajar.net/travel-and-pleasure/harau-lembah-yang-indah-dan-memukau/

Foto: wisataohhwisata.blogspot.com

Air Terjun Madakaripura

Kawasan wisata Gunung Bromo ternyata menyimpan satu lokasi wisata yang unik dan menawan. Lokasinya tidak jauh dari lautan pasir Bromo, hanya sekitar 45 menit ke arah Probolinggo (ke Utara). Namanya adalah air terjun Madakaripura. Menurut penduduk setempat nama ini diambil dari cerita pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di air tejun ini. Cerita ini didukung dengan adanya arca Gajah Mada di tempat parkir area tersebut.

Untuk mencapai tempat wisata ini tidak terlalu sulit. Sebaiknya kunjungan dilakukan bila kita akan ke Bromo dari arah Probolinggo dikarenakan searah dengan perjalanan atau saat berada di Bromo dan dilakukan pagi hari. Lokasi bisa dicapai dengan kendaraan pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa Panther Rp 150.000,- pp + supir, 12/2003). Jika kita datang dari arah Probolinggo maka sesampai di Desa Sukapura kita belok kanan., kita akan melewati jalan aspal dengan suguhan pemandangan pada bagaian kiri-kanan berupa gunung tinggi yang menyegarkan mata. Kurang lebih setelah sekitar 5 km melakukan perjalanan, kita akan bertemu dengan pintu masuk kawasan wisata air terjun Madakaripura yang ditandai dengan tempat parkir yang luas dan patung Gajah Mada. Disini, banyak penduduk lokal yang menawarkan diri menjadi ‘guide’ yang akan menemani sambil menceritakan sejarah objek wisata tersebut hingga kita balik lagi ke tempat parkir.

Selanjutnya kita harus berjalan kira-kira 15 menit, melewati jalan setapak terbuat dari semen yang berbatu sehingga kalau basah tidak akan licin. Saat berjalan kaki ini kita juga disuguhi pemandangan indah dan menyejukkan, di samping kanan kita ada aliran sungai berbatu-batu, di kanan kiri kita diapit tebing tinggi dengan pepohonan lebat beserta iringan kicauan burung dan derikan kumbang. Terkadang di beberapa bagian jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau ada bekas longsoran, meskipun demikian jalan ini relatif datar dan dapat dijalani dengan mudah, kalau kecapekan ada beberapa tempat di sepanjang jalan yang bisa digunakan untuk duduk-duduk beristirahat.

Saat tiba di lokasi air terjun kita akan bertemu dengan warung kecil, pos penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai, sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya. Di ujungnya, kita akan bertemu dengan sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter kira-kira 25 meter.

Berdiri di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras. Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kita betah berlama-lama memandanginya.

Untuk anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi obyek yang tidak habis-habisnya, mulai dari pintu masuk kedatangan hingga suasana air terjun yang seolah dalam tabung.

Beberapa orang di Probolinggo baik di hotel maupun di travel agent yang kami tanyai mengenai air terjun ini mengaku belum pernah berkunjung kesana. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk air terjun ini yang bila terjadi longsor atau banjir, maka kita yang berada di dasar tabung tersebut akan terperangkap. Sehingga berada di ‘tabung’ ini perasaan kita akan bercampur aduk antara kagum pada keindahan alam ini dan was-was. Melihat kondisi seperti ini jika diperkirakan akan terjadi longsor atau banjir, kawasan objek wisata Madakaripura ini akan ditutup untuk pengunjung.

Sesudah puas main air dan kedinginan, kita bisa menikmati minuman panas di warung dekat air terjun sebelum berjalan kaki lagi menuju tempat parkir. Secara umum tempat ini telah dikelola dengan cukup baik, dapat dicapai lewat jalan aspal yang mulus, jalan setapak yang nyaman, fasilitas umum seperti kamar mandi, mesjid dan tempat parkir. Namun kurangnya informasi mengenai tempat ini dan jaminan keamanan yang belum ada mengakibatkan jarang orang tahu dan mau berkunjung ke kawasan wisata ini. Dengan promosi yang cukup, pengunjung Bromo akan dapat menambah daftar tujuan wisatanya.

***

Sumber: http://www.navigasi.net/goart.php?a=atmdkrpr

Foto: jelajah-nesia.blogspot.com

Tugu LB Moerdani

Merauke merupakan kota di ujung timur Indonesia yang penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Wilayah yang keseluruhan wilayahnya merupakan dataran ini menyimpan berbagai tugu atau monumen bersejarah. Monumen-monumen tersebut sangat erat kaitannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tugu LB. Moerdani

Pada 4 Juni 1962, di Merauke atau tepatnya di Distrik Tanah Miring untuk pertama kalinya dilakukan penerjunan pasukan RPKAD TNI di bawah pimpinan Mayor LB. Moerdani. Penerjunan ini dilakukan dalam rangka pembebasan Irian Barat dari penjajah Belanda.

Untuk mengenang LB Moerdani sekaligus peristiwa yang disebut Operasi Naga tersebut, tanggal 6 Nopember 1961 diresmikanlah berdirinya monumen ini. Monumen LB Moerdani berntuka sebuah patung seorang tentara yang sedang terjun sedang memegang senapan laras panjang lengkap dengan parasutnya. Pada monumen yang berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota ini terdapat tulisan yang berbunyi “Disini Daerah Penerjunan Dalam Rangka Pembebasan Irian Barat Yang Dipimpin Oleh Mayor L. Benny Moerdani Pada Tanggal 4 Juni 1962.” Namun sayangnya terjadi vandalisme oleh tangan-tangan jahil pada tulisan tersebut.

***

Sumber: http://clubbing.kapanlagi.com/threads/115558-Merauke-Kota-Bersejarah-Republik-Indonesia

Foto: travel.detik.com

Monumen Yesus Memberkati

Tempat wisata di Kota Manado yang sering dicari adalah Monumen Patung Yesus Memberkati yang terletak di perumahan Citraland. Patung ini dipastikan adalah patung Yesus tertinggi di kawasan Asia sampai Eropa dan kedua tertinggi di dunia setelah “Christ the Redeemer Statue” di Brasil. Ia memiliki tinggi 30 meter

Patung Yesus Kritus yang dibangun di kota Manado, Sulawesi Utara berhasil dicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia sebagai patung yang tertinggi di empat benua, yaitu Asia, Eropa, Afrika dan Australia. Patung yang diberi nama Monumen Tuhan Yesus Memberkati itu merupakan patung tertinggi kedua di dunia setelah patung Yesus (“Christ the Redeemer Statue”) di Brazil. Patung setinggi 30 meter (8 meter lebih rendah dari “Christ the Redeemer Statue”) yang dibangun dalam tempo enam bulan dan berdiri tegak diatas ketinggian 242 meter dari permukaan laut ini berada di Kelurahan Tineleng, Manado.

Jika diperhatikan, maka kita bisa melihat bahwa patung ini menggambarkan Yesus yang akan terbang. Dan inilah yang membuat patung ini unik. Patung ini adalah satu-satunya patung Yesus yang dibangun dengan kemiringan 20 derajat. Posisi patung menghadap langsung ke kota Manado dan pantai Manado. Dibawah patung yang diberi nama Monumen Tuhan Yesus Memberkati ini terdapat empat patung kecil yang digambarkan sebagai malaikat penjaga. Keseluruhannya terbuat dari bahan dasar fiber dan ditopang rangkaian besi agar kokoh.

Monumen Tuhan Yesus Memberkati di kota Manado ini juga merupakan simbol kerukunan antar umat beragama yang dikenal sangat dijaga oleh masyarakat Sulawesi Utara.

Kalau anda pergi ke Manado, pastikan anda untuk datang dan menyaksikan kemegahan Monumen Tuhan Yesus Memberkati.

Oleh: (Iin Caratri/AS/bd)

***

Sumber: http://beritadaerah.com/budaya/sulawesi/13856/8

Foto: jadiberita.com

Monumen Palagan Ambarawa

Monumen Palagan Ambarawa adalah sebuah monumen yang terdapat di Ambarawa, Kabupaten Semarang. Monumen ini merupakan simbol untuk mengenang sejarah pertempuran Palagan Ambarawa pada tanggal 12 Desember – 15 Desember 1945 Ambarawa. Pasukan Sekutu yang terdesak dari Magelang mengadakan pengunduran ke Ambarawa, dan pasukan TKR yang dipimpin Kolonel Soedirman berhasil menghancurkan Sekutu pada tanggal 15 Desember 1945, dimana kini diperingati sebagai Hari Infanteri.

Monumen Palagan Ambarawa dibangun pada tahun 1973 dan diresmikan pada 15 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto. Gambaran singkat sejarah pertempuran bisa dilihat pada relief yang dibuat pada dinding Monumen Palagan Ambarawa.

Di monumen ini Anda dapat menemukan peninggalan pemerintahan Jepang dan Belanda. Anda dapat melihat seragam para tentara Jepang dan Belanda, senjata perang, seragam tentara Indonesia, dan barang bersejarah lain. Untuk ukuran yang agak besar, Anda dapat menemukan beberapa tank kuno, kendaraa angkut personil dan meriam yang digunakan dalam pertempuran tersebut. Yang paling menarik adalah Anda dapat menemukan pesawat Mustang Belanda yang berhasil ditembak jatuh ke dalam Rawa Pening.

***

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Palagan_Ambarawa

Kitab Pararaton

Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: “Kitab Raja-Raja”), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama “Pustaka Raja”, yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti “kitab raja-raja”. Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton.

Pararaton diawali dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Arok, yaitu tokoh pendiri kerajaan Singhasari (1222–1292). Selanjutnya hampir setengah kitab membahas bagaimana Ken Arok meniti perjalanan hidupnya, sampai ia menjadi raja pada tahun 1222. Penggambaran pada naskah bagian ini cenderung bersifat mitologis. Cerita kemudian dilanjutkan dengan bagian-bagian naratif pendek, yang diatur dalam urutan kronologis. Banyak kejadian yang tercatat di sini diberikan penanggalan. Mendekati bagian akhir, penjelasan mengenai sejarah menjadi semakin pendek dan bercampur dengan informasi mengenai silsilah berbagai anggota keluarga kerajaan Majapahit.

Penekanan atas pentingnya kisah Ken Arok bukan saja dinyatakan melalui panjangnya cerita, melainkan juga melalui judul alternatif yang ditawarkan dalam naskah ini, yaitu: “Serat Pararaton atawa Katuturanira Ken Angrok”, atau “Kitab Raja-Raja atau Cerita Mengenai Ken Angrok”. Mengingat tarikh yang tertua yang terdapat pada lembaran-lembaran naskah adalah 1522 Saka (atau 1600 Masehi), diperkirakan bahwa bagian terakhir dari teks naskah telah dituliskan antara tahun 1481 dan 1600, dimana kemungkinan besar lebih mendekati tahun pertama daripada tahun kedua.

Pendahuluan

Pararaton dimulai dengan pendahuluan singkat mengenai bagaimana Ken Arok mempersiapkan inkarnasi dirinya sehingga ia bisa menjadi seorang raja.Diceritakan bahwa Ken Arok menjadikan dirinya kurban persembahan (bahasa Sanskerta: yadnya) bagi Yamadipati, dewa penjaga pintu neraka, untuk mendapatkan keselamatan atas kematian. Sebagai balasannya, Ken Arok mendapat karunia dilahirkan kembali sebagai raja Singhasari, dan di saat kematiannya akan masuk ke dalam surga Wisnu.

Janji tersebut kemudian terlaksana. Ken Arok dilahirkan oleh Brahma melalui seorang wanita dusun yang baru menikah. Ibunya meletakkannya di atas sebuah kuburan ketika baru saja melahirkan; dan tubuh Ken Arok yang memancarkan sinar menarik perhatian Ki Lembong, seorang pencuri yang kebetulan lewat. Ki Lembong mengambilnya sebagai anak dan membesarkannya, serta mengajarkannya seluruh keahliannya. Ken Arok kemudian terlibat dalam perjudian, perampokan dan pemerkosaan. Dalam naskah disebutkan bahwa Ken Arok berulang-kali diselamatkan dari kesulitan melalui campur tangan dewata. Disebutkan suatu kejadian di Gunung Kryar Lejar, dimana para dewa turun berkumpul dan Batara Guru menyatakan bahwa Ken Arok adalah putranya, dan telah ditetapkan akan membawa kestabilan dan kekuasaan di Jawa.

Pendahuluan Pararaton kemudian dilanjutkan dengan cerita mengenai pertemuan Ken Arok dengan Lohgawe, seorang Brahmana yang datang dari India untuk memastikan agar perintah Batara Guru dapat terlaksana. Lohgawe kemudian menyarankan agar Ken Arok menemui Tunggul Ametung, yaitu penguasa Tumapel. Setelah mengabdi berberapa saat, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya, yaitu Ken Dedes; sekaligus tahta atas kerajaan Singhasari.

Analisis naskah

Beberapa bagian Pararaton tidak dapat dianggap merupakan fakta-fakta sejarah. Terutama pada bagian awal, antara fakta dan fiksi serta khayalan dan kenyataan saling berbaur. Beberapa pakar misalnya C.C. Berg berpendapat bahwa teks-teks tersebut secara keseluruhan supranatural dan ahistoris, serta dibuat bukan dengan tujuan untuk merekam masa lalu melainkan untuk menentukan kejadian-kejadian di masa depan.Meskipun demikian sebagian besar pakar dapat menerima pada tingkat tertentu kesejarahan dari Pararaton, dengan memperhatikan kesamaan-kesamaan yang terdapat pada inskripsi-inskripsi lain serta sumber-sumber China, serta menerima lingkup referensi naskah tersebut dimana suatu interpretasi yang valid dapat ditemukan.

Haruslah dicatat bahwa naskah tersebut ditulis dalam pemahaman kerajaan masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa, merupakan fungsi seorang raja untuk menghubungkan masa kini dengan masa lalu dan masa depan; dan menetapkan kehidupan manusia pada tempatnya yang tepat dalam tata-aturan kosmis. Raja melambangkan lingkup kekuasaan Jawa, pengejawantahan suci dari negara secara keseluruhan; sebagaimana istananya yang dianggap mikrokosmos dari keadaan makrokosmos.Seorang raja (dan pendiri suatu dinasti) dianggap memiliki derajat kedewaan, dimana kedudukannya jauh lebih tinggi daripada orang biasa.

J.J. Ras membandingkan Pararaton secara berturut-turut dengan Prasasti Canggal (732), Prasasti Siwagrha (ÅšivagÅ—ha) (856), Calcutta Stone (1041) dan Babad Tanah Jawi (1836). Perbandingan tersebut menunjukkan kesamaan-kesamaan yang jelas dalam karakter, struktur dan fungsi dari teks-teks tersebut serta kesamaan dengan teks-teks historiografi Melayu.Ras menyarankan pengelompokan jenis teks-teks tertentu dari seluruh wilayah Indonesia menjadi suatu genre sastra tersendiri, yaitu ‘kronik pemerintahan’ atau ‘kitab raja-raja’, yang merupakan historiografi yang ditulis demi melegitimasi kekuasaan raja.

***

Sumber: wikipedia | Foto: bukumurahgila.blogspot.com

Kakawin Sutasoma

Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika.

Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh mpu Tantular pada abad ke-14.

Ikhtisar Isi

Calon Buddha (Bodhisattva) dilahirkan kembali sebagai Sutasoma, putra Raja Hastinapura, prabu Mahaketu. Setelah dewasa Sutasoma sangat rajin beribadah, cinta akan agama Buddha. Ia tidak senang akan dinikahkan dan dinobatkan menjadi raja. Maka pada suatu malam, sang Sutasoma melarikan diri dari negara Hastina.

Maka setelah kepergian sang pangeran diketahui, timbullah huru-hara di istana, sang raja beserta sang permaisuri sangat sedih, lalu dihibur oleh orang banyak.

Setibanya di hutan, sang pangeran bersembahyang dalam sebuah kuil. Maka datanglah dewi Widyukarali yang bersabda bahwa sembahyang sang pangeran telah diterima dan dikabulkan. Kemudian sang pangeran mendaki pegunungan Himalaya diantarkan oleh beberapa orang pendeta. Sesampainya di sebuah pertapaan, maka sang pangeran mendengarkan riwayat cerita seorang raja, reinkarnasi seorang raksasa yang senang makan manusia.

Alkisah adalah seorang raja bernama Purusada atau Kalmasapada. Syahdan pada suatu waktu daging persediaan santapan sang prabu, hilang habis dimakan anjing dan babi. Lalu si juru masak bingung dan tergesa-gesa mencari daging pengganti, tetapi tidak dapat. Lalu ia pergi ke sebuah pekuburan dan memotong paha seorang mayat dan menyajikannya kepada sang raja. Sang raja sungguh senang karena merasa sangat sedap masakannya, karena beliau memang reinkarnasi raksasa. Kemudian beliau bertanya kepada sang juru masak, tadi daging apa. Karena si juru masak diancam, maka iapun mengaku bahwa tadi itu adalah daging manusia. Semenjak saat itu beliaupun gemar makan daging manusia. Rakyatnyapun sudah habis semua; baik dimakan maupun melarikan diri. Lalu sang raja mendapat luka di kakinya yang tak bisa sembuh lagi dan iapun menjadi raksasa dan tinggal di hutan.

Sang raja memiliki kaul akan mempersembahkan 100 raja kepada batara Kala jika beliau bisa sembuh dari penyakitnya ini.

Sang Sutasoma diminta oleh para pendeta untuk membunuh raja ini tetapi ia tidak mau, sampai-sampai dewi Pretiwi keluar dan memohonnya. Tetapi tetap saja ia tidak mau, ingin bertapa saja.

Maka berjalanlah ia lagi. Di tengah jalan syahdan ia berjumpa dengan seorang raksasa ganas berkepala gajah yang memangsa manusia. Sang Sutasoma hendak dijadikan mangsanya. Tetapi ia melawan dan si raksasa terjatuh di tanah, tertimpa Sutasoma. Terasa seakan-akan tertimpa gunung. Si raksasa menyerah dan ia mendapat khotbah dari Sutasoma tentang agama Buddha bahwa orang tidak boleh membunuh sesama makhluk hidup. Lalu si raksasa menjadi muridnya.

Lalu sang pangeran berjalan lagi dan bertemu dengan seekor naga. Naga ini lalu dikalahkannya dan menjadi muridnya pula.

Maka akhirnya sang pangeran menjumpai seekor harimau betina yang lapar. Harimau ini memangsa anaknya sendiri. Tetapi hal ini dicegah oleh sang Sutasoma dan diberinya alasan-alasan. Tetapi sang harimau tetap saja bersikeras. Akhirnya Sutasoma menawarkan dirinya saja untuk dimakan. Lalu iapun diterkamnya dan dihisap darahnya. Sungguh segar dan nikmat rasanya. Tetapi setelah itu si harimau betina sadar akan perbuatan buruknya dan iapun menangis, menyesal. Lalu datanglah batara Indra dan Sutasoma dihidupkan lagi. Lalu harimaupun menjadi pengikutnya pula. Maka berjalanlah mereka lagi.

Hatta tatkala itu, sedang berperanglah sang Kalmasapada melawan raja Dasabahu, masih sepupu Sutasoma. Secara tidak sengaja ia menjumpai Sutasoma dan diajaknya pulang, ia akan dikawinkan dengan anaknya. Lalu iapun berkawinlah dan pulang ke Hastina. Ia mempunyai anak dan dinobatkan menjadi prabu Sutasoma.

Maka diceritakanlah lagi sang Purusada. Ia sudah mengumpulkan 100 raja untuk dipersembahkan kepada batara Kala, tetapi batara Kala tidak mau memakan mereka. Ia ingin menyantap prabu Sutasoma. Lalu Purusada memeranginya dan karena Sutasoma tidak melawan, maka beliau berhasil ditangkap.

Setelah itu beliau dipersembahkan kepada batara Kala. Sutasoma bersedia dimakan asal ke 100 raja itu semua dilepaskan. Purusada menjadi terharu mendengarkannya dan iapun bertobat. Semua raja dilepaskan.

***

Sumber: Wikipedia | Foto: yes24.co.id

Affandi Koesoema

Affandi Koesoema (Cirebon, Jawa Barat, 1907 – 23 Mei 1990) adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya dan romantisme yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.

Biografi

Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.

Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.

Pada umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.

Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai–yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur–memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.

Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain “Merdeka atau mati!”. Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang dituliskan di poster itu (“Bung, ayo bung”) merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.

Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan, India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.

Sepulang dari India, Eropa, pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI untuk mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin Wikana, teman dekat Affandi juga sejak sebelum revolusi.

Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan flora, fauna, dan lingkungan walau hidup di era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan ‘Perikebinatangan’ tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah.

Affandi juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.

Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi Vietnam cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai ‘kebudayaan imperialis’. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.

Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: “Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!” kata teman itu dengan kalem. Karuan saja semua tertawa.

Meski sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila memilih wayang untuk idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima atau Werkudara, Kresna.

Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta.

Affandi dan melukis

Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.

Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya tariknya.

Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme. Tapi ketika itu justru Affandi balik bertanya, Aliran apa itu?.

Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik dianggapnya momok besar.

Bahkan, dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbau adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro yang tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.

Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, dia menjawab, Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan. Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.

Lebih jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga. Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis, ucapnya.

Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis. Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia dimakamkan tidak jauh dari museum yang didirikannya itu.

Museum Affandi

Museum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Mantan Presiden Soeharto dan Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad pada Juni 1988 kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yang menjadi tempat tinggalnya.

Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual.

Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.

Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain “Apa yang Harus Kuperbuat” (Januari 99), “Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi” (Februari 99), “Tidak Adil” (Juni 99), “Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya” (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.

Affandi di mata dunia

Affandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar lainnya seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain-lain. Namun karena berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah Koran International Herald Tribune yang menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di Florence, Italia dia telah diberi gelar Grand Maestro.

Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia.

Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan “Bintang Jasa Utama” yang dianugrahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul “Kepada Pelukis Affandi”.

Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di negara-negara benua Amerika seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan kurator terkenal asal Magelang, Oei Hong Djien, pernah memburu lukisan Affandi sampai ke Rio de Janeiro.

Penghargaan dan lain-lain

Agama: Islam
Istri
Maryati (istri pertama)
Rubiyem (istri kedua)
Anak
Kartika Affandi
Juki Affandi BSc
Rukmini (adik tiri)
Penghargaan
Piagam Anugerah Seni, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1969
Doktor Honoris Causa dari University of Singapore, 1974
Dag Hammarskjöld, International Peace Prize (Florence, Italia, 1997)
Bintang Jasa Utama, tahun 1978
Julukan Pelukis Ekspresionis Baru Indonesia oleh Koran International Herald Tribune
Gelar Grand Maestro di Florence, Italia
Pameran
Museum of Modern Art (Rio de Janeiro, Brazil, 1966)
East-West Center (Honolulu, 1988)
Festival of Indonesia (AS, 1990-1992)
Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993)
Singapore Art Museum (1994)
Centre for Strategic and International Studies (Jakarta, 1996)
Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo, 1997)
ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998)
Pameran keliling di berbagai kota di India.
Pameran di Eropa al: London, Amsterdam, Brussels, Paris, Roma
Pameran di benua Amerika al: Brazilia, Venezia, São Paulo, Amerika Serikat
Pameran di Australia
Buku tentang Affandi
Buku kenang-kenangan tentang Affandi, Prix International Dag Hammarskjöld, 1976, 189 halaman. Ditulis dalam empat bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan Indonesia.
Nugraha Sumaatmadja, buku tentang Affandi, Penerbitan Yayasan Kanisius, 1975
Ajip Rosidi, Zaini, Sudarmadji, Affandi 70 Tahun, Dewan Kesenian Jakarta, 1978. Diterbitkan dalam rangka memperingati ulang tahun ketujuh puluh.
Raka Sumichan dan Umar Kayam, buku tentang Affandi, Yayasan Bina Lestari Budaya Jakarta, 1987, 222 halaman. Diterbitkan dalam rangka memperingati 80 tahun Affandi, dalam dua bahasa, yakni Bahasa Inggris dan Indonesia.
***

Sumber & Foto: wikipedia.org

Bahasa Jambi Temasuk Induk Bahasa Nusantara

Jambi - Ketua Dewan Kesenian Jambi (DKJ) Aswan Ashari mengungkapkan dari beberapa literatur yang ditulis peneliti tentang Jambi termaktub dugaan tentang bahasa Melayu Jambi termasuk induk dari bahasa Melayu di nusantara dan bahasa Indonesia.

"Ini adalah khasanah yang patut dibanggakan orang Jambi, karena dari literatur atau buku-buku penelitian para ahli bahasa dan budaya bahkan banyak yang memaparkan dugaan seperti itu, salah satunya Uli Kozok, salah seorang peneliti dari Hawai University," kata Aswan di Jambi, Selasa.

Aswan mengungkapkan hal tersebut saat kegiatan pelatihan penulisan kritik sastra dan penulisan kreatif karya puisi yang diselenggarakan Kantor Bahasa Jambi dengan menghadirkan sastrawan Agus R Sarjono pada 19-20 Desember, sebagai satu rangkaian dari agenda Pertemuan Penyair Nusatara (PPN) VI di Jambi pada 28-31 Desember mendatang.

Ia mengutip hasil penelitian Uli Kozok yang meneliti tentang bahasa dan naskah Melayu tertua di dunia peninggalan zaman Adiyawarman, Raja Pagaruyung di Sumbar yakni Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah dari Kerinci pada 2006.

Menurut para ahli dan Uli Kozok, salah satu indikasi untuk mengukur atau memperkirakan tua tidaknya bahasa satu daerah itu adalah dari melihat banyaknya dialek bahasa tersebut, dan bahasa Jambi menurut mereka memiliki lebih dari 500 hingga 1.000 dialek.

Khususnya Uli Kozok yang meneliti bahasa Kerinci tentu saja mengambil sampel tersebut dari bahasa Kerinci yang masyarakat penggunanya diyakini juga sebagai salah satu suku proto-Melayu yang masih ada saat ini, di mana dialek bahasa Kerinci memang paling banyak di antara bahasa daerah lainnya.

Di Kerinci, tambah dia, dialek bahasa yang digunakan masyarakatnya sudah berbeda di setiap desa, bahkan ada yang sudah berbeda dialek pada dua desa bertetangga yang hanya dipisahkan oleh parit kecil.

Namun, tentu saja dugaan-dugaan sebagian para ahli dan peneliti itu tidak bisa dijadikan kesimpulan, karena harus ada penelitian lain untuk menguji dan menggalinya lagi.

"Hanya saja, sebagian rakyat Jambi semestinya harus menyikapi dan mengapresiasi kondisi tersebut dengan menumbuh kembangkan sikap apresiatif positif yang diwujudkan dengan tumbuhnya kesadaran untuk bangga dan selanjutnya berkeinginan menggali khasanah tersebut guna dijadikan identitas berbudaya," tegasnya.

Denpasar Festival Ke-V Dibuka Bagi Masyarakat

Denpasar, Bali - Agenda tahunan multi acara yang bertajuk Denpasar Festival, akan dibuka secara resmi oleh Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Darmawijaya Mantra, hari ini, Jumat (28/12/2012).

Denpasar Festival yang digelar untuk kelima kali ini dirancang sebagai on street festival dengan tag line Ranah Bertabur Kreasi, di mana tema sentral yang diangkat adalah Koyaku Rumahku akan dipusatkan di sekitar budaran patung Catur Muka, Jalan Gajah Mada, jalan Veteran, dan sekitar lapangan Puputan Badung.

Kegiatan ini merupakan sinergi antara Pemerintah Kota Denpasar dengan komponen masyarakat yang menampilkan beragam acara mulai dari seni, budaya, kuliner hingga tekstil. Acara ini sebagai bingkai puncak ekspresi kreativitas seniman Denpasar dan budaya unggulan yang mengacu pada potensi lokal.

Acara yang dibuka pada pukul 17.00 Wita ini akan diisi dengan berbagai atraksi kesenian dan budaya, serta pameran foto dari anggota Denpasar Fhotografi Community (DPC) yang telah dibuka kemarin. Karya-karya terbaik para fotografer Denpasar dipamerkan pada Denpasar Festival tahun ini.

Menurut Kabag Humas dan Protokol Kota Denpasar IB. Rahoela, persiapan pelaksanaan Denpasar Festival, baik untuk tempat maupun pengisi acara untuk pembukaan hari ini sudah siap. "Mudah-mudahan cuaca pada saat pembukaan bersahabat, sehingga semua acara dapat berjalan dengan lancar," ujar IB. Rahoela, Jumat (28/12/2012).

Rahoela yang didampingi Kasubag Pemberitaan Dewa Gede Rai menyatakan Denpasar Festival ini dipersiapkan secara optimal yang diharapkan dapat memberikan kebanggaan masyarakat Kota Denpasar, sehingga bisa dijadikan ikon budaya Kota Denpasar akhir tahun yang tidak terlupakan. "Festival akhir tahun ini sekaligus dijadikan refleksi kehidupan masyarakat kota yang memiliki sekian banyak budaya unggulaan sebagai pijakan mengembangkan budaya kreatif masyarakat," tegas Rahoela.

Denpasar Festival atau Denfes kali ini akan diisi parade endek terbesar dengan melibatkan teruna teruni Denpasar para pegawai di Kota Denpasar, serta penampilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan partisipasi pegawai Perbankan yang ada di Kota Denpasar dalam acara yang bertajuk Puspa Ragam Endek dan Songket.

Sebagai perayaan akhir tahun yang terbuka untuk umum Denfes 2012 menurut Rahoela tetap akan menampilkan beragam ekspresi seni, budaya, kreativitas, teknologi, kuliner, perdagangan, industri dan lain-lain yang lekat dengan Kota Denpasar dalam bingkai tema Kreta Angga Wihita yang dalam bahasa kekinian berarti Kotaku Rumahku.

Hal lain yang cukup menarik pada Denpasar Festival tahun ini adalah digelarnya 'Jelajah Pusaka'. Melalui kegiatan ini, Pemkot Denpasar ingin mengajak warganya untuk lebih mengenal dan mencintai budayanya serta mengetahui sejarah Kota Denpasar dengan menelusuri tempat bersejarah dari Puri Pemecutan melewati jalan Gajah Mada, bundara Patung Catur Muka hingga Puri Satria. "Hal ini juga sebagai gambaran bahwa Kota Denpasar mempunyai landasan sejarah, seni dan budaya yang begitu kuat dan mendasar," kata dia.

Bamukoi Gelar Festival Rebana

Bamukoi, Sumsel - Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke – 8 pada 31 Desember mendatang, Badan Musyawarah Masyarakat Ogan Ilir (Bamukoi) menggelar tiga agenda besar.

Ketiga agenda besar itu, yakni rapat kerja I Pimpinan Pengurus Bamukoi Pusat (Raker I) di Restaurant River Side Benteng Kuto Besak (BKB), dan festival rebana yang digelar di halaman Museum SMB II BKB.

“Selama berdiri delapan tahun, baru kali pertama ini Bamukoi menggelar kegiatan seperti lomba rebana dan raker. Meski sempat vakum, nah dengan perayaan kali inig kami jadikan momentum,” kata H. Syaiful Bahri, ketua umum Bamukoi Pusat, saat berkunjung ke markas Harian Pagi Sumatera Ekspres, Graha Pena, kemarin.

Turut hadir dalam kunjungan tersebut, Asmuni penasihat kota, Mardhi Abdullah penasihat panitia lomba rebana, Mardawi Solihan sekretaris umum, Hj Cik Onah pengurus pusat wanita. Selain itu, Desmarita Aryani ketua wanita, M Arwadi ketua pengurus pusat pemuda, Ali Zaman wakil ketua, Ronie Arpan wakil sekretaris dan Erlan Aspiudin wakil ketua Palembang. Rombongan disambut langsung oleh Pimpinan Redaksi Sumatera Ekspres Agus Srimudin dan Manajer SDM dan Umum Hamka Abdullah.

Menurutnya, dipilihnya lomba rebana ini, karena rebana mencerminkan budaya bangsa yang religius dan mudah untuk dipersatukan. “Melalui rebana, dapat menangkis budaya asing masuk yang dominan negatif, seperti narkoba dan minuman keras,” urainya.

lomba rebana, kata Syaiful, digelar antara Bamukoi kecamatan se-Kota Palembang. Namun untuk kelompok rebana lain, dapat mendaftar melalui kecamatan. Selain itu, penyerahan simbolis kartu anggota yang mendaftar, dimana include asuransi dan penyerahan hadiah pemenang festival seni budaya Ogan Ilir. Disamping itu, penarikan door prize berupa umrah, sepada motor, televisi, lemari es, kipas angin, sepeda, dan hadiah hiburan lainnya.

Keberadaan Bamukoi sendiri, sambungnya, murni lembaga kemasyarakatan yang mempunyai misi dan visi untuk mempersatukan warga Ogan Ilir (OI) yang berada di perantauan agar tetap ingat dengan kampung halaman dan sebagai wadah silaturahmi. “Kami mengundang semua pihak untuk hadir dan mendukung kegiatan ini,” terangnya.

Festival Tando Kanau di Toli-toli Digelar

Toli-toli, Sulteng - Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Toli-Toli bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten setempat menggelar pesta rakyat pesisir`Festival Tando Kanau`. Kegiatan yang berlangsung tanggal 27 hingga 30 Desember itu, dalam rangka memperingati Hari Armada RI dan HUT Kabupaten Toli-Toli ke 52.

Sebagai bangsa bahari, kehidupan rakyat pesisir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari setiap ada ajang tradisi di setiap daerahnya, salah satunya adalah Festival Tando Kanau atau pesta rakyat pesisir yang diselenggarakan di Kabupaten Toli-Toli.

Kegiatan ini bertujuan untuk menimbulkan rasa cinta bahari khususnya kepada generasi muda di Kabupaten Toli-Toli, agar termotivasi untuk menghidupkan serta memajukan kehidupan rakyat pesisir dan menciptakan generasi muda di masa mendatang yang modernisasi di bidang perikanan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pesta rakyat pesisir ini, yaitu lomba memancing rekreasi, lomba tarik tambang perahu, lomba ketinting dan lomba perahu hias. Pada puncak acara, akan dilaksanakan pada penyambutan malam tahun baru, yaitu dengan penyerahan hadiah lomba dan panggung hiburan, tarian daerah serta hiburan lainnya.

’Pesta Batik Budaya’ Sambut Pergantian Tahun

Jakarta - Suasana Liburan dan kemeriahn malam pergantian tahun sudah mulai terasa di beberapa pusat perbelanjaan, salah satunya, di Trade Mall Season City (TSC) yang terletak di kawasan Jakarta Barat.

Menyemarakan suasana liburan Tahun Baru, Trade Mall Season City (TSC) menggelar tema One Night Indonesian Culture sesuai konsep Seasons City yang memiliki tema "Serbanas" atau Serba Batik Budaya Nasional di Blok A GF2 pusat perbelanjaan tersebut yang merupakan kesatuan gerai-gerai batik, kerajinan dan aksesoris dari Nusantara.

"Kami ingin menghadirkan acara yang benar-benar mengangkat budaya Indonesia dan rasa nasionalisme, karena nantinya seluruh pengisi acara juga akan menggunakan pakaian Nusantara," ujar Yogi Suprayogi, General Manager Property Management Season City di Jakarta, dalam siaran pers yang diterimaINILAH.COM, Kamis (27/12).

Menurut Yogi, untuk mendukung dan menyambut pergantian tahun di awal Januari 2013 nanti, TSC sendiri sudah menyiapkan pusat ATK (alat tulis dan kantor) yang terletak di GF1 Blok A & D sebanyak lebih dari 20 gerai. Untuk kebutuhan pelanggan, di TSC kini sudah bergabung para pedagang dari ASEMKA, Pasar Pagi, serta Mangga Dua.

"Termasuk para pedagang batik yang lebih dari 50 pedagang akan berkumpul membuka Serbanas," jelas Yogi.

Untuk para pedagang yang memilih berbisnis di TSC, lanjut dia, kemudahakan akses TSC sudah semakin mudah karena dikelilingi oleh lima pintu tol dan di lalui oleh jalur busway dan angkutan umum lainnya. Hal ini diharapkan semakin memudahkan mobilitas para pedagang maupun pengunjung dari segala arah.

"Kami berharap tahun 2013 kami terus melakukan perubahan ke arah positif untuk memberikan banyak kemudahan bagi konsumen berbelanja," ujarnya

5 Program Pemerintah DKI Perkuat Budaya Betawi

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berkomitmen memperkuat budaya Betawi. Dia telah menyiapkan lima program yang berkaitan dengan penguatan budaya Betawi untuk diterapkan tahun depan.

Seperti yang telah disinggungnya beberapa kali, Jokowi memastikan mulai Januari 2013, seluruh pegawai negeri sipil (PNS) akan berseragam khas Betawi setiap hari Rabu.

Kemudian, seluruh gedung pemerintahan meliputi kantor kelurahan dan kecamatan, termasuk gedung sekolah dan rumah sakit daerah akan dipasang ornamen dan aksen Betawi.

“Kita akan perkuat karakter Betawi di Jakarta. Ke depan, kami juga akan memaksa seluruh hotel atau gedung-gedung lainnya untuk menghadirkan karakter Betawi,” ujarnya di Jakarta, Kamis (27/12/2012).

Beberapa ornamen yang dimaksud meliputi pemasangan gapura, pintu, pagar, atau jendela dengan ukiran khas betawi, termasuk pemasangan gigi balang pada listplang, tanpa mengubah desain asli bangunan.

Program lainnya, sambung Jokowi, menyelesaikan pembangunan destinasi wisata Setu Babakan yang sudah tertunda lebih dari sepuluh tahun. Dia menargetkan setidaknya dalam dua tahun ke depan, pembangunan sudah rampung.

Jokowi juga akan membangun mesjid raya di daerah Jakarta Barat mulai tahun depan. Desain bangunan tersebut dipastikan akan mengangkat nilai-nilai budaya Betawi di dalamnya.

Yang terakhir, adalah dimasukkannya pelajaran muatan lokal tentang budaya Betawi mulai dari pendidikan tingkat SD-SMA. “Kurikulumnya akan disiapkan pada 2013, jadi pada 2014 sudah bisa diterapkan di seluruh sekolah,” katanya.

Ketua Umum Badan Musyawarah Betawi Nachrowi Ramli menyambut baik rencana tersebut. “Ini kehormatan bagi masyarakat Betawi, dan kita sampaikan terima kasih kepada gubernur.”

Dia mengharapkan pembangunan mesjid raya dapat segera direalisasikan, agar 2015 sudah bisa diresmikan. Menurutnya, mesjid seluas 5 ha tersebut akan menjadi kebanggaan umat Islam di DKI Jakarta..

Karakter Indonesia Harus Tunjukkan Budaya Asli

Jakarta - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Jumhur Hidayat mengatakan penguatan karakter Indonesia harus tetap menunjukkan nilai budaya sendiri yang hidup serta ditumbuhkan.

"Penguatan karakter Indonesia tidak boleh terbentuk karena meniru-niru secara absolut dari produk budaya asing. Sebab, karakter Indonesia harus tetap menunjukkan nilai-nilai yang hidup dan ditumbuhkan berdasarkan pengalaman asli budaya bangsa sendiri," kata Jumhur Hidayat, di Jakarta, Rabu (26/12).

Menurutnya, identitas ke-Indonesia-an bukan kategori warisan kebudayaan mati melainkan akan terus hidup sesuai perjalanan waktu.

"Yang selamanya ditopang oleh perkembangan akal budi manusia Indonesia yang dikenal memiliki kecintaan sangat besar atas kehormatan bangsa dan negaranya," ujarnya.

Ia mengatakan bangsa Indonesia harus mencermati bahwa modernisasi yang terus berlangsung dapat menjadikan jiwa gersang jika sekadar dikembangkan melalui budaya rasionalitas Barat yang kaku.

"Sedangkan rasionalitas itu sebenarnya bisa dibumikan dengan budaya setempat untuk menghasilkan 'output' lebih bagus lagi bagi kemajuan bangsa," kata dia.

Ia mengungkapkan upaya bangsa Indonesia belajar dari Barat bukan untuk meninggalkan budaya yang ada apalagi mengkhianatinya. Tetapi, lanjutnya, warga harus memanfaatkannya untuk mempererat semangat dan meninggikan unsur-unsur kebudayaan di tanah air.

Jumhur pun menyatakan ketidaksetujuannya membangun karakter Indonesia yang menyerap begitu banyak kebudayaan asing namun mengabaikan keluhuran budaya suku-suku bangsa Indonesia.

"Sudah seharusnya kita menggali terlebih dahulu keunggulan budaya dari suku-suku bangsa Indonesia dan kemudian menjadikan kekuatan gabungannya yang siap menyerap keunggulan budaya dari perlintasan budaya luar, sehingga akan mewujudkan lebih hebat karakter Indonesia yang sesungguhnya," ujarnya.

Jaga Budaya, Lestarikan Ondel-ondel

Jakarta - Siapa tak kenal ondel-ondel? Kesenian khas Betawi yang satu ini memang sempat menjadi yang termasyur di tahun 1980-an sampai 1990-an. Namun siapa kira di tahun 2000-an yang semakin maju ini boneka besar nan unik dengan tinggi lebih kurang 2,5 meter dengan segala pernak-perniknya itu mulai terlupakan.

Dahulu saat masa keemasannya, ondel-ondel dapat dengan mudah ditemui di acara khitanan, pernikahan khususnya yang digelar oleh masyarakat Jakarta. Tetapi saat ini ondel-ondel sudah sangat jarang ditemui keberadaannya, sesekali dapat dilihat di acara besar seperti HUT DKI Jakarta.

Tak patah arang, sebagian masyarakat Betawi yang masih peduli dan cinta terhadap kesenian budaya khas kotanya itu, berupaya kembali menghidupkan kesenian ondel-ondel. Seperti dilakukan anggota Sanggar Mamit CS yang berlokasi di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Dengan sebuah ide yang digagas, yaitu mengamen dengan ondel-ondel kini masyarakat Jakarta Timur, khususnya daerah Kramat Jati, dapat melihat kembali keberadaan ondel-ondel yang sudah hampir usang dan mulai terlupakan.

Bermodalkan dua ondel-ondel, gambang kromong, dan gamelan khas Betawi, Alif (27) bersama timnya dengan percaya diri melangkahkan kaki untuk memperkenalkan ondel-ondel, dengan cara mengamen.

"Keliling-keliling di sini biasanya hari Senin dan Jumat. Kalau Selasa dan Kamis di dekat Halim. Dari siang muter dulu ke PGC sampai Condet, malamnya di sini keliling Kramat Jati sampai jam 21.00 balik lagi ke dekat PGC Cililitan, baru pulang. Kalau yang di Halim tim yang satu lagi," kata Alif, pemimpin Sanggar Betawi Mamit CS kepada Kompas.com, Jumat (21/12/12) malam.

Sanggar Betawi tersebut terletak di RT 11 RW 03, Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat. Jumlah anggotanya kini tinggal 20 orang. Dua tahun sudah Alif dan anggota lain mengelola sanggar yang merupakan warisan budaya orangtuanya, sejak dua puluh tahun lalu.

Alif mengatakan, saat sepi dirinya dan ketujuh orang anggota sanggar yang mengamen mendapatkan uang sebanyak Rp 350.000 dalam satu minggu. Tak jauh berbeda dengan pengasilan saat ramai, mereka bisa mendapatkan uang Rp 400.000. Alif mengaku tidak terlalu mempermasalahkan hasil yang didapat yang penting bagaimana mereka kembali menghidupan kesenian khas Betawi itu.

"Mau kembangin budaya Betawi, maunya budaya Betawi tetap dikenal, dijaga, ya dengan cara begini kami bisa bantu, coba hidupkan kembali budaya Betawi lewat ngamen keliling. Setidaknya dengan begini kan masyarakat tahu dulu bagaimana bentuk ondel-ondel itu khususnya generasi muda, seperti anak-anak sama remaja," kata Alif dengan senyum harapnya.

Alif berharap, dengan upaya yang dilakukan bersama anggota sanggarnya mereka dapat membuka mata masyarakat, khususnya warga Jakarta untuk tetap menjaga kekhasan khasanah budaya yang ada. Hal itu semata-mata agar Indonesia tetap memiliki cerminan khas di mata dunia. Tidak lagi terjadi pengklaiman budaya oleh negara lain.

Ondel-ondel, salah satu bingkai budaya khas Jakarta yang mulai usang, dan mungkin terlupakan bagi sebagian masyarakat umumnya. Budaya dengan segala bentuk dan nilainya harus tetap dijaga dan dikembangkan, agar generasi selanjutnya tidak lagi melupakan jati diri bangsanya sendiri, bangsa Indonesia tercinta.

Peninggalan Kerajaan Melayu Harus Dilestarikan

Medan, Sumut - Pengurus Besar Angkatan Muda Melayu Indonesia Sumatera Utara berharap Gubernur Sumut terpilih nantinya semakin melestarikan peninggalan-peninggalan kerajaan Melayu seperti Situs Aru atau lebih dikenal dengan Benteng Putri Hijau.

"Benteng Putri Hijau itu merupakan sejarah peradaban, tempat Gajah Mada pernah bersumpah untuk menaklukkan Kerajaan Aru tersebut," kata Dewan Pembina Pengurus Besar Angkatan Muda Melayu Indonesia (PB AMMI), Zaidan BS, di Medan, Rabu.

Dia mengatakan itu saat menerima kunjungan calon Wakil Gubernur Sumut 2013, Jumiran Abdi. Jumiran Abdi berpasangan dengan Effendi MS Simbolon maju di Pemilihan Gubernur Sumut 2013 dengan nomor urut 2.

Menurut Zaidan, permintaan pelestarian Situs Benteng Putri Hijau yang ada dua di Sumut itu masing-masing di Deli Tua, Deli Serdang dan Langkat tersebut merupakan satu dari beberapa amanah yang disampaikan Ketua Umum PB AMMI, Syamsul Arifin.

Adapun pesan lainnya antara lain menjadikan sumur minyak di Pangkalan Brandan, sebagai museum kilang minyak dunia.

Sumur minyak itu bisa dijadikan museum karena data dari Pusat Sejarah Universitas Medan menyebutkan kilang minyak tersebut merupakan salah satu kilang minyak tertua kedua di dunia setelah di Amerika.

Kemudian, pesan lain adalah menyangkut soal perlindungan terhadap tanah ulayat dan pelestarian budaya Melayu.

Menanggapi pesan itu, Jumiran Abdi, menyebutkan, seandainya pasangan mereka menang, maka memang akan semakin menghargai termasuk melestarikan budaya-budaya dan peninggalan sejarah di Sumut.

"Budaya dan bangunan bersejarah, bukan hanya bisa menunjukkan kekuatan daerah di masa lalu tetapi juga menjadi pendorong peningkatan ekonomi dimana bisa menjadi objek wisata,"katanya.

Sumut yang terdiri dari berbagai etnis dan dikenal dengan kerukunan umat beragama, dewasa ini semakin disukai sebagai tempat wisata termasuk wisata konvensi dan investasi sehingga Pemerintah memang harus memperhatikan serius daerah itu.

Jalan Panjang Desa Bawomataluo Jadi World Heritage UNESCO

Jakarta - Desa Bawomataluo di Nias, Sumatera Utara ternyata telah diajukan menjadi salah satu situs warisan dunia ke UNESCO sejak tahun 2009. Namun, jalan masih panjang bagi desa yang terkenal dengan budaya hombo batu alias lompat batunya ini untuk diakui UNESCO.

4 Peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM) dan 11 profesor dari Jepang sedang mengadakan riset tak henti untuk memperjuangkan Desa Bawomataluo ini menjadi situs warisan budaya dunia. Apa saja aspek yang akan dinilai untuk diakui UNESCO?

"Ada 2, aspek tangible yang bersifat fisik dan aspek intangible seperti kebudayaan, ritual, upacara dan sebagainya. Ini kolaborasi UGM dengan 11 profesor dari Jepang. Kita merasa ada sesuatu yang sangat menarik yang harus diselamatkan dari Desa Bawomataluo ini," jelas ketua tim riset Desa Bawomataluo, Yoyok Wahyu Subroto.

Hal itu disampaikan Yoyok saat berbincang dengan detikcom, Selasa (25/12/2012). Saat dihubungi, Yoyok sedang berada di Nias, dalam rangka memberikan work shop pada warga Desa Bawomataluo mengenai pemaparan hasil risetnya.

Yoyok menjelaskan, di desa ini aset tangible secara fisik yakni pemukiman tua yang masih hidup hingga sekarang, dengan 5 ribu warganya. Kemudian ada pula bangunan, yakni rumah adat kayu terbesar di dunia, tingginya mencapai 40 meter.

"Itu rumah raja. Bila Anda sering melihat hombo batu (lompat batu khas Nias, red), nah bangunannya di dekat situ. Itu hanya di Indonesia," jelas Yoyok.

Rumah adat di Nias, imbuhnya, struktur bangunannya sangat solid dan tahan gempa. "Ketika gempa, itu rumah goyang-goyang tapi tidak roboh. Strukturnya anti gempa, dan banyak dikagumi. Ini suatu harta karun untuk mengembangkan struktur konstruksi bangunan," jelas dia.

Belum lagi, budaya dan ritualnya. Namun, Yoyok menjelaskan, UNESCO meminta syarat yang tidak mudah dan banyak agar desa ini lolos menjadi situs warisan dunia.

Yang tak kalah pentingnya, adalah membuat warga desa sendiri sadar dan turut serta melestarikan budayanya.

"Kita bikin ini bukan barang industri. Ini benda yang hidup. Nanti akan kita kaitkan dengan pariwisata, panglimanya adalah budaya, ekonomi sebagai outcome-nya. Sekarang saya lihat warga masih berpikir ekonomi yang menjadi panglima. Harusnya yang menjadi panglima itu melestarikan budaya, melalui pariwisata itu bisa dijual karena budaya tidak pernah habis," jelas Yoyok.

Yoyok mencontohkan, pelestarian itu seperti bahasa. Misalnya kata mbele-mbele yang berarti rumah. Bila anak mudanya tak menggunakan kata itu lagi, maka kata itu akan musnah.

"Selanjutnya ketika dia tidak tahu, fisiknya akan hilang, budayanya hilang dan peradabannya hilang. Ini saling mengait. Ini ada mutiara kita yang kita temukan, segera diamankan. Ini kita akan buat ordonansi, dibantu rekan-rekan saya dari Jepang," jelas dia.

Respon warga desa, menurutnya sangat bagus dan sangat antusias. Pemda Nias juga mulai sadar budaya. Peran warga desa dalam melestarikan budayanya secara konsisten inilah salah satu yang menjadi poin yang akan dievaluasi UNESCO tiap tahun.

"Tahun 2009 itu masuk tentative list. Tiap tahun dievaluasi. Kalau warganya nggak menghargai budayanya kan kacau juga. Yang penting bagaimana ini diselamatkan dan masyarakatnya bisa sejahtera," kata Yoyok yang mencari dana riset secara swadaya ini.

Para peneliti dari UGM dari berbagai disiplin ilmu seperti sejarah, konstruksi bangunan, psikologi dan arsitektur serta antropologi. Sedangkan profesor dari Jepang, ada antropolog, sosiolog, ahli gempa, ahli sejarah sampai ahli branding.

"Nanti mencari branding Nias untuk marketing, apakah itu ecotourism atau apa," jelasnya.

Profesor dari Jepang ini sudah berpengalaman membantu situs kota kuno Hoi An di Vietnam dan Desa Shiragawa-go, Jepang sebagai situs warisan dunia. Bahkan untuk Hoi An, butuh waktu 10 tahun agar UNESCO mau mengakui sebagai situs warisan dunia.

-

Arsip Blog

Recent Posts