Karnaval Endek Buleleng Promosikan Kain Tenun Tradisional

Singaraja, Bali - Kain tenun ikat tradisional khas Bali, endek, memiliki potensi dikembangkan lebih luas pemakaiannya, termasuk untuk dunia mode. Endek memiliki motif yang bervariasi dan dapat dipadupadankan dengan bahan tekstil lainnya menjadi karya busana.

Hal itu disampaikan desainer di Bali, Dwi Iskandar, ketika ditemui di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Minggu (10/8/2014). ”Sekarang kain tenun kembali digemari, banyak dipakai. Pemerintah daerah di Bali juga mulai menggalakkan pemakaian endek,” kata Dwi, yang juga Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Bali.

Hal senada disampaikan Lia Mustafa, desainer asal Yogyakarta, yang juga Ketua APPMI Yogyakarta. Menurut Lia, pemakaian kain tenun, termasuk endek, sebagai busana kasual ataupun busana pesta dapat menarik minat kalangan generasi muda untuk menggunakan busana berbahan endek. ”Peluang endek cukup besar untuk dikembangkan, apalagi endek rutin diperkenalkan dalam berbagai acara di daerah,” kata Lia ketika berada di Singaraja.

Dwi dan Lia bersama sejumlah desainer, di antaranya Gede Yudi dan Weda Githapradana, ikut tampil meramaikan acara Karnaval Endek Buleleng 2014, Minggu. Mereka menampilkan karya-karya berbahan endek pada malam pergelaran ekshibisi busana di Karnaval Endek Buleleng 2014.

Selain pergelaran ekshibisi busana, Karnaval Endek Buleleng 2014 juga disemarakkan dengan parade endek dan pawai mobil hias. Parade endek melibatkan kalangan sekolah menengah dan perguruan tinggi di Buleleng, perguruan tinggi dari Denpasar, serta tim karnaval dari Universitas Negeri Yogyakarta. Karnaval Endek Buleleng dirangkai dengan penyelenggaraan Festival Buleleng 2014.

Ketika membuka parade Karnaval Endek Buleleng, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, endek sebagai tenun khas Buleleng memiliki beragam motif, tetapi banyak motif yang terancam hilang karena endek minim peminat dan pemakai. Agus menyatakan, penyelenggaraan Karnaval Endek Buleleng pada Festival Buleleng 2014 untuk mempromosikan kembali penggunaan endek di kalangan masyarakat.

Sendratari dan Festival Seni Meriahkan 200 Tahun Revitalisasi Borobudur

Magelang, Jateng - Berbagai jenis kegiatan menyambut peringatan 200 tahun ditemukannya Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang diselenggarakan PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko.

Sekretaris PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko, Achmad Muchlis di Magelang, Rabu (13/8/2014), mengatakan, kondisi Candi Borobudur pada waktu ditemukan pada 1814 masih porak poranda disebabkan oleh kerusakan alam.

“Namun, seiring berjalannya waktu saat ini Candi Borobudur tercatat oleh Guinness World Record sebagai satu-satunya candi Budha terbesar di dunia dan ditetapkan UNESCO menjadi world heritage yang harus dilindungi dan dilestarikan,” katanya seperti dikutip Antara.

Ia mengatakan, dalam rangka memaknai kembali kemegahan dan keagungan Candi Borobudur, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan ratu Boko, dan Balai Konservasi Borobudur mengadakan berbagai rangkaian kegiatan, antara lain seminar, pergelaran sendratari Mahakarya Borobudur, dan festival seni.

Muchlis menyebutkan, pada 22 Agustus 2014 akan diselenggarakan seminar dengan tema Membangun Ketahanan Budaya dan Pariwisata dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional dengan pembicara kunci Gubernur Lemhanas, Budi Susilo Soepandji.

Kemudian pada 23 Agustus 2014 pukul 19.00 WIB digelar Sendratari Mahakarya Borobudur. Muchlis mengatakan, pementasan sendratari ini atas kerja sama ISI Surakarta, Borobudur Art Center dan Pemkab Magelang.

Acara Internasional Dibuat untuk Toraja

Toraja Utara, Sulut - Dalam dua tahun terakhir, kunjungan wisata ke Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, meningkat pesat hampir 100 persen. Lonjakan kunjungan wisatawan terjadi setelah kabupaten baru ini memfokuskan diri pada pengembangan wisata berbasis adat istiadat untuk menarik wisatawan.

Meski baru berumur enam tahun, kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel), ini memiliki potensi wisata unik berupa adat istiadat, seperti upacara pesta pemakaman Rambu Soló dan upacara pernikahan Rambu Tuká, serta destinasi wisata kubur batu Londa di Sanggalangi, Toraja Utara. Untuk menarik kunjungan wisatawan, setiap tahun di Toraja Utara dan Tana Toraja juga digelar dua acara besar, yaitu Toraja Internasional Festival (TIF) dan Lovely December.

”Tahun 2010 lalu, kunjungan wisatawan ke Toraja Utara baru mencapai 10.000-an wisatawan, kemudian pada 2011 meningkat menjadi 40.000-an wisatawan, dan 2012 menjadi 60.000-an wisatawan. Mulai 2013, kunjungan wisatawan ke Toraja Utara melonjak hingga 105.000 wisatawan. Sampai pertengahan 2014, kedatangan wisatawan ke tempat ini sudah mencapai 50.000-an wisatawan dan hingga akhir tahun kami perkirakan bisa mencapai 120.000-an wisatawan,” papar Bupati Toraja Utara FB Sorring, Senin (11/8/2014), sebelum acara Pembukaan TIF 2014 di Toraja Utara, Sulsel.

Menyambut TIF 2014, di Toraja Utara telah disiapkan lebih dari 1.800 kamar hotel bagi wisatawan. Di sejumlah hotel terlihat banyak wisatawan mancanegara yang sengaja singgah beberapa hari untuk menyaksikan upacara adat pesta pemakaman Rambu Soló yang digelar di Desa Nanggala Sangpiak Salu, Kecamatan Nanggala, Toraja Utara.

Fernanda (40), wisatawan asal Spanyol, bersama 16 rekannya sengaja datang ke Toraja Utara untuk menyaksikan upacara adat tersebut. ”Teman kami bercerita bahwa di Toraja ada upacara pemakaman unik dengan pengorbanan kerbau-kerbau. Karena itu, kami langsung ke sini sebelum keliling ke tempat lain, seperti Bali, Flores, dan Yogyakarta. Tempat ini sungguh menyenangkan, kami diterima dengan penuh keramahan,” tutur dia.

Upacara adat Rambu Soló

Bertepatan dengan penyelenggaraan TIF 2014, di Desa Nanggala Sangpiak Salu digelar upacara adat Rambu Soló pemakaman almarhum Helena Musu yang meninggal beberapa tahun lalu. Upacara pemakaman digelar selama 10 hari, mulai tanggal 5 hingga 15 Agustus 2014 dengan serangkaian upacara adat.

Selama upacara adat, keluarga almarhum dibantu kerabat dan handai tolan memotong 50 ekor kerbau, ratusan babi, seekor rusa, seekor kambing, dan seekor kuda. ”Seluruh penyelenggaraan acara ini disokong semua keluarga dan masyarakat secara gotong royong. Daging hewan yang dipotong kami bagi-bagi secara merata kepada semua warga,” kata Markus Taso (64), anak kandung Helena Musu.

Hingga saat ini, lebih dari 90 persen warga Toraja Utara masih menjalankan upacara adat pesta pemakaman Rambu Soló untuk memakamkan keluarga mereka. Oleh karena itu, kebutuhan kerbau untuk penyelenggaraan upacara adat ini sangat tinggi, hingga harus mendatangkan ribuan kerbau dari luar daerah setiap tahun.

”Rata-rata dalam setahun didatangkan 6.000 kerbau dari luar daerah, entah itu dari sekitar Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa, hingga Sumatera,” ungkap Sorring.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan, kearifan lokal masyarakat Toraja justru menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Keunikan dan keragaman budaya ini perlu dikemas dalam bentuk festival yang kemudian ditawarkan kepada mereka.

”Program TIF 2014 sengaja dirancang untuk mengembangkan destinasi unggulan wisata baru di luar Bali, yaitu ke Toraja. Untuk memeriahkan pergelaran ini, kami, Kemenparekraf, mengundang beberapa misi kebudayaan dari Eropa, seperti Inggris, Amerika, Afrika, Asia, dan beberapa utusan budaya daerah di Nusantara,” tutur Sapta di sela-sela penyelenggaraan TIF 2014 yang berlangsung pada 11-13 Agustus 2014 di Toraja Utara dan Tana Toraja.

Karnaval Potensial Mendatangkan Wisatawan

Jakarta - Beberapa acara karnaval yang telah diselenggarakan di Indonesia telah mendongkrak pariwisata negeri ini. Hal tersebut dijelaskan oleh Plt Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dadang Rizki Ratman dalam konferensi pers di Balairung Soesilo Soedarman, Kemenparekraf, Jakarta, Kamis (7/8/2014).

“Sejak tahun 2012 banyak aktivitas karnaval di Indonesia, namun sayangnya masih bersifat parsial,” katanya.

Dadang menjelaskan, jika dikembangkan secara serius sesuai dengan tugas pokoknya, karnaval jelas dapat menarik wisatawan, baik lokal maupun internasional. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Jember Fashion Carnaval yang telah mencapai peringkat 4 karnaval terunik di dunia.

Meski tidak dapat hadir dalam konferensi pers, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu juga turut memberikan penjelasan mengenai pentingnya karnaval bagi pariwisata suatu negara. Dalam siaran persnya, Mari menjelaskan bahwa bukan hal yang mustahil jika Indonesia bisa membuat karnaval seperti di Rio de Janeiro, Brasil.

Karnaval Rio de Janeiro telah ada sejak tahun 1723 dan disebut sebagai karnaval terbesar di dunia. Menurut data dari Plano de Turismo da Cidade do Rio de Janiero (Perencanaan Pariwisata Rio de Janeiro) menyebutkan bahwa dampak karnaval bisa meningkatkan hunian hotel sebesar 90 persen dan bertambahnya 250.000 lapangan pekerjaan. Pada Festival Rio de Janeiro tahun 2012 lalu, festival tersebut menyumbang pendapatan sebesar 628 juta dollar AS untuk Brasil.

“Hebatnya lagi, karnaval Rio de Janeiro bisa mengubah citra kota Rio yang sebelumnya terkenal sebagai kota dengan kriminalitas yang sangat tinggi,” tutur Mari.

Tari Kolosal 1.000 Barongan Akan Tutup Pekan Budaya di Kediri

Kediri, Jatim - Beberapa ikon pariwisata Kabupaten Kediri, Jawa Timur, akan dipamerkan dalam hajatan Pekan Budaya 2014 yang berlangsung di kawasan Simpang Lima Gumul, 10-17 Agustus 2014.

Selain sektor pariwisata, hajatan dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Kediri itu juga akan diikuti oleh berbagai pelaku ekonomi kreatif yang ada di Kediri dan daerah sekitarnya. Sebanyak 68 pelaku pariwisata maupun ekonomi kreatif akan berpartisipasi.

Pembukaan pekan budaya akan diisi dengan parade budaya dan pawai mobil hias yang berlangsung pada Minggu 10 Agustus. Salah satu agendanya adalah Tari Kilisuci Mangesti dan fragmen Tari Panji Sangrama Wijaya Tungga Dewi.

Pada sela-sela pameran, juga akan digelar pentas kesenian dan pentas kreativitas dari para seniman maupun pegiat kebudayaan. Pameran ini akan ditutup dengan Tari Kolosal 1.000 Barongan pada Sabtu, 16 Agustus.

Selain itu, pekan budaya itu juga akan diikuti oleh kontingen dari berbagai kota, yaitu Kabupaten Banyuwangi, Kota Probolinggo, Kabupaten Jembrana, Duta Kesenian Kota Surabaya, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Nganjuk, serta Kabupaten Tulungagung.

"Salah satu output-nya adalah untuk merehabilitasi psikologis pariwisata Kabupaten Kediri pasca-erupsi Gunung Kelud kemarin," kata Joko Suswono, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri, Jumat (8/8/2014).

HUT RI, Pawai Budaya Digelar di Kawasan Istana 18 Agustus

Jakarta - Republik Indonesia segera berulang tahun yang ke-69 pada Minggu 17 Agustus 2014. Pawai budaya kreatif bertema 'Indonesia Bersatu' pun akan digelar di seputar kawasan Medan Merdeka dan Istana, Jakarta, pada Senin 18 Agustus. Pawai digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasiskan Seni dan Budaya Kemenparekraf Ahman Sya di Jakarta, Selasa (12/8/2014) mengatakan, pawai tersebut akan dimulai pada pukul 14.00 WIB dan diikuti para peserta dari Tanah Air, juga dihadiri putra-putri pariwisata dari 34 provinsi.

"Para peserta dari daerah tidak saja akan menampilkan mobil hias yang memperlihatkan sejumlah keunggulan lokal, tetapi juga memperlihatkan beragam bentuk kreativitas para seniman yang diwujudkan dalam bentuk tari, musik, dan tampilan menarik lainnya," kata Ahman.

Ahman menjelaskan dari pelaksanaan pawai budaya kreatif itu, dewan juri yang antara lain melibatkan penyanyi dan koreografer Denny Malik akan menetapkan 10 penampil terbaik.

Selanjutnya, bagi peserta yang lolos menjadi penampil terbaik akan memperoleh penghargaan khusus dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.

Dibanding pelaksanaan tahun-tahun lalu, Ahman meyakini pelaksanaan pawai budaya kreatif tahun ini akan lebih meriah dan lebih menarik.

"Salah satu wujud keberhasilan kepariwisataan Indonesia adalah pengakuan dari wisman (wisatawan mancanegara) bahwa Indonesia menjadi destinasi wisata yang menarik karena kelengkapan dan keunikan pesona alamnya, keramahan penduduknya, dan sejumlah keunggulan lain baik di bidang seni budaya maupun kuliner dan pesona atraktif seni pertunjukannya," tutur Ahman.

Atraksi

Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Juju Masunah mengatakan, pawai budaya kreatif tahun ini akan dimulai dengan beberapa atraksi penampilan marching band, di antaranya dari Istiqlal dan Pupuk Kaltim. Kemudian diikuti parade mobil hias yang akan memperlihatkan uniknya keberagaman dan warna pembangunan di daerah.

"Tampilan ragam seni pertunjukan juga akan diwarnai dengan atraksi Reog Ponorogo yang dimainkan 400 seniman lokal Jawa Timur," kata Juju.

Selain itu, lanjut dia, masing masing daerah juga telah menyiapkan bentuk-bentuk seni pertunjukan istimewa di depan tribun kehormatan, tempat Presiden dan Ibu Negara serta jajaran pejabat tinggi lainnya akan menyaksikan pentas seni pertunjukan itu selama 2,5 menit.

Pergelaran pawai budaya kreatif itu ke depan, lanjut dia, diharapkan mampu meningkatkan kreativitas karya seni pertunjukan dalam bentuk karnaval bercirikan budaya Indonesia serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni dan budaya di Indonesia.

"Diharapkan juga bisa menciptakan gelombang kreatif untuk mewujudkan karya berdaya saing di tingkat nasional dan menciptakan event yang jadi ikon ekonomi kreatif seni pertunjukan untuk daya tarik pariwisata," demikian Juju.

Mempawah Bangun Rumah Adat Melayu

Mempawah, Kalbar – Bupati Ria Norsan berjanji merealisasikan pembangunan Rumah Adat Melayu di Kabupaten Mempawah. Hal ini ditegaskannya beberapa waktu lalu saat acara silaturahmi Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Mempawah.

Menurut Norsan, keberadaan Rumah Adat sangat diperlukan sebagai tempat beraktivitas puak Melayu Kabupaten Mempawah. Terlebih dirinya selaku Ketua Umum MABM Kabupaten Mempawah berkomitmen menghidupkan kembali tradisi-tradisi Melayu di Bumi Galaherang. Dirinya menilai masyarakat Melayu sebagai mayoritas harus bisa menjadi panutan masyarakat lainnya.

“Mari kita hidupkan budaya-budaya kita. Kita yang harus memberi contoh kepada masyarakat yang lainnya karena di Mempawah ini mayoritas masyarakat Melayu. Jadi adat-adat yang baik yang sudah lama tidak hidup kita hidupkan kembali supaya anak cucu kita nanti tahu bagaimana adat budaya Melayu yang sebenarnya. Untuk gedung saya berusaha semaksimal mungkin. Mudah-mudahan terwujud apabila anggaran memungkinkan,” paparnya.

Norsan menjelaskan Rumah Adat diperlukan agar puak Melayu dapat berkegiatan dengan baik dan nyaman. Apalagi dirinya beserta seluruh pengurus MABM punya visi menjadikan Melayu sebagai bagian dari anak bangsa yang mampu mewarnai zaman. Karena itu dirinya bertekad mewujudkan pebangunan rumah adat tersebut di masa kepemimpinannya sebagai Ketua Umum MABM Kabupaten Mempawah dan juga Bupati Mempawah.

“Kita berniat untuk membangun sekaligus. Apalagi sebagai daerah perlintasan antara Pontianak, Singkawang, dan Sambas, kita belum punya Rumah Adat Melayu. Padahal ketiga kota itu sudah punya. Kita akan segera membangun tempat untuk kita nanti berkumpul dan bermusyawarah. Saya mengajak, mari kita hidupkan adat budaya Melayu kita ini. Tumbuh kembangkan kembali, jangan sampai hilang ditelan zaman, jangan bilang ini ketinggalan zaman. Justru Melayu harus mewarnai zaman, jangan zaman yang menelan adat budaya Melayu,” tuturnya.

Betawi Punya Budaya

Jakarta - Siang begitu terik saat empat perempuan menyanyikan lagu di pelataran panggung di Setu Babakan, Srengsengsawah, Jakarta Selatan, Minggu (10/8/2014). Lagu yang dinyanyikan pun akrab di telinga.

“Ini dia si Jali-Jali, Lagunya enak, lagunya enak-enak sekali,” begitu alunan suara keempat perempuan itu diiringi musik Gambang Kromong.

Lagu Si Jali-Jali mereka menghadirkan awan kala matahari tepat berada di atas ubun-ubun. Tidak heran penonton pertunjukan ini seolah terhipnotis dan tetap berada di depan panggung hingga baris lirik akhir.

Ramai tepuk tangan pun pecah menyambut suara Irma, Iis, Elly dan Rere.

Gambang Kromong hanya satu di antara atraksi kebudayaan yang memeriahkan acara itu. Masih ada ondel-ondel, silat Betawi, dan bobodoran (acara lawak) dan topeng Betawi. Semuanya ada di Festival Setu Babakan.

Acara kebudayaan seperti ini, terselenggara bukan tanpa sebab. Untuk melestarikan kebudayaan Betawi tentu menjadi salah satu alasannya. Walaupun, Festival Setu Babakan tak setiap tahun digelar.

“Acara seperti ini sifatnya insidental. Artinya tak muncul setahun sekali tapi bisa juga dalam setahun dua kali,” kata Indra Sutisna anggota Komite Kesenian dan Penasaran Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan sekaligus panitia acara, kepada Metrotvnews.com, Minggu siang.

Lewat festival ini, Budaya Betawi disuguhkan dengan berbagai ragam. Betawi tak hanya soal Benjamin Sueb, Haji Bolot, Malih Tongtong ataupun Mandra dan Si Doel. Panitia acara juga menghadirkan Betawi dalam ragam makanan. Mereka membuka bazar yang menjajakan kuliner khas betawi seperti dodol Betawi, Soto Betawi, Kerak Telor, Roti Buaya serta Kue Kembang Goyang.

Bahkan, untuk makin mempopulerkan masakan Betawi, panitia menggelar lomba membuat Soto Betawi. Lomba ini diikuti sejumlah ibu dari wilayah Jakarta Selatan. Uniknya, ibu-ibu ini tak hanya membuat soto, tapi minuman yang punya khasiat mengurangi kolestrol yang terkandung dalam Soto Betawi.

Acara yang digelar Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan ini pun sangat meriah. Sepanjang jalan menuju pelataran rumah adat, pedagang menjual pernak-pernik khas Betawi. Mulai dari ondel-ondel, pakaian adat betawi, makanan, hingga kaos Bang Ben.

Indra menyebut acara ini punya tujuan membangkitkan kesadaran, gairah, dan kepedulian pemuda dan pemudi dalam mencintai kebudayaan dan akar tradisi Betawi. Mereka menyadari budaya Betawi tengah bergelut dengan tuntutan pasar dan perubahan zaman.

“Dulu kita punya Muhammad Husni Thamrin dan Ismail Marzuki, dua tokoh kesenian Betawi yang sudah menjadi tokoh nasional tapi enggak dikenal generasi muda. Ini kan menjadi masalah bersama, nah kita sedang berupaya untuk itu,” kata dia.

Indra berharap kebudayaan Betawi kembali dikenal. Sebab, pokok-pokok kebudayaan tak hanya mengajarkan soal hal yang sifatnya materil tapi juga yang immaterial. “Kita ingin orang yang datang ke sini, tak hanya mendapat hiburan tapi juga mendapat hal-hal yang berkaitan dengan budaya secara utuh,” terang Indra.

Sambut HUT ke-69 RI, Kemenparekraf Gelar Pawai Budaya

Jakarta - Dalam rangka menyemarakkan hari ulang tahun (HUT) ke-69 Republik Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kretif (Kemenparekraf) akan menggelar pawai budaya kreatif bertema Indonesia Bersatu di seputar kawasan Medan Merdeka, dan Istana, Jakarta, pada 18 Agustus. Pawai tersebut akan dimulai pukul 14.00 WIB sampai selesai, diikuti para peserta dari seluruh 34 provinsi di tanah air, juga dihadiri putra putri pariwisata dari 34 provinsi.

Para peserta dari daerah tidak saja akan menampilkan mobil hias yang memperlihatkan sejumlah keunggulan lokal, tetapi juga memperlihatkan beragam bentuk kretivitas para seniman yang diwujudkan dalam bentuk tari, musik, dan tampilan menarik lainnya.

Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasiskan Seni dan Budaya, Prof Dr Ahman Sya, didampingi Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik, Juju Masunah menjelaskan, dari pelaksanaan pawai budaya kreati itu, dewan juri yang antara lain melibatkan penyanyi dan koreografer Denny Malik akan menetapkan 10 penampil terbaik. Kepada peserta yang lolos menjadi penampil terbaik akan akan memperoleh penghargaan khusus dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Dibanding pelaksanaan tahun-tahun lalu, Dirjen Ahman Sya dan Juju Masunah meyakinkan bahwa pelaksanaan pawai budaya kreatif tahun ini akan lebih meriah dan lebih menarik. Harus begitu, karena momentum ini akan dimanfaatkan panitia untuk memperlihatkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan putaran terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, khususnya dibidang kepariwisataan dan ekonomi kreatif. “Salah satu wujud keberhasilan kepariwisataan Indonesia adalah pengakuan dari para wisman, bahwa Indonesia menjadi destinasi wisata yang menarik karena kelengkapan dan keunikan pesona alamnya, keramahan penduduknya, dan sejumlah keunggulan lain baik dibidang seni budaya maupun kuliner dan pesona atraktif seni pertunjukannya.

Pawai budaya kreatif tahun ini akan dimulai dengan beberapa atraksi penampilan marchingband, di antaranya dari Istiqlal, Pupuk Kaltim kemudian diikuti mobil mobil hias yang akan memperlihatkan uniknya keberagaman dan warna pembangunan di daerah.

Tampilan ragam seni pertunjukan juga akan diwarnai dengan atraksi Reog Ponorogo yang dimainkan 400 seniman lokal Jawa Timur. Selain itu, masing masing daerah juga telah menyiapkan bentuk-bentuk seni pertunjukan istimewa di depan tribun kehormatan, tempat Presiden dan Ibu Negara -- serta jajaran pejabat tinggi lainnya akan menyaksikan pentas seni pertunjukan itu selama 2,5 menit. “Tapi, biarpun waktu pentasnya terbatas hanya 2,5 menit, pasti masyarakat pengunjung akan terpukau menyaksikan seni pertunjukan pilihan itu,” ujar Juju Masunah menambahkan.

Melalui pergelaran pawai budaya kreatif ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dan Wamen Parekraf Sapta Nirwandar sama sama berharap, pemerintah bisa memetik 4 hal, yakni meningkatkan kreativitas karya seni pertunjukan dalam bentuk karnaval bercirikan budaya Indonesia. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni dan budaya di Indonesia. Menciptakan gelombang kreatif untuk mewujudkan karya berdaya saing di tingkat nasional, dan menciptakan even yang jadi ikon ekonomi kreatif seni pertunjukan untuk daya tarik pariwisata.

Pekan Budaya Melayu Digelar di Kepri Mall, Batam

Batam, Kepri - Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Tanjungpinang menggelar festival seni bertajuk Pekan Budaya Melayu 2014 di Kepri Mall, hari ini Sabtu (9/8). Kegiatan ini akan berlangsung selama lima hari hingga Rabu (13/8) mendatang.

”(Pekan Budaya Melayu) ini terdiri dari lomba-lomba bertema seni dan budaya Melayu,” kata Ketua Panitia Pekan Budaya Melayu 2014, Dwi Sobuwati, Jumat (8/8).

Bidang-bidang lomba itu antara lain, lomba tari Melayu kreasi, lomba berbalas pantun, lomba langgam Melayu, lomba mengulas gurindam, lomba busana Melayu, lomba kuliner Melayu, dan lomba gasing. Selain itu, ada lomba melukis objek wisata dan lomba mewarnai. Pesertanya, para siswa dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sekota Batam.

Selain perlombaan di bidang seni dan budaya, Pekan Budaya Melayu ini juga diisi pameran budaya dan sejarah.

Ada tiga museum yang ikut berpartisipasi dalam pameran ini. Semuanya datang dari DKI Jakarta. Yakni, Museum Monumen Nasional Jakarta, Museum Wayang Jakarta, dan Museum Tekstil Jakarta.

”Kami sempat mengajak sanggar seni dan organisasi seni yang ada di sini untuk bergabung. Tapi, hingga saat ini belum ada jawaban. Jadi, hanya ini yang ikut dalam pameran,” ujarnya.

Sobu, begitu Dwi Sobuwati biasa dipanggil, mengatakan, ini kali pertama BPNB Tanjungpinang menggelar Pekan Budaya Melayu. Batam bukan tanpa alasan dipilih sebagai lokasi acara. BPNB Tanjungpinang ingin lebih mengembangkan seni dan budaya Melayu di Batam.

Menurut Sobu, Batam memiliki potensi kemelayuan yang besar. Sebab, jumlah pelajar SD hingga SMA di Batam tidak sedikit. Pengenalan sejak dini tentang seni dan budaya Melayu diharapkan dapat mengakar kuat di benak anak-anak. Hingga kemudian, akan terbawa hingga mereka besar. ”Anak SD pun akan jadi remaja. Dia bisa menyalurkan pengetahuannya tentang Melayu ke adik-adik kelasnya,” katanya.

Pekan budaya Melayu juga akan dimeriahkan dengan pementasan seni. Beberapa di antaranya, seni musik gazal dari Pulau Penyengat, pertunjukan tari dari Kabupaten Kampar – Riau, pementasan teater bangsawan dari sanggar Bulan Mengambang, juga pertunjukan bioskop keliling (bioling). Pementasan seni tersebut, akan digelar secara bergiliran. Bioling, misalnya, tampil Jumat (8/8) malam lalu dan Minggu (10/8) pagi.

”Kami membuat tema ‘Meningkatkan Peran Generasi Muda dalam Budaya Melayu’. Ini ada maksudnya, (yakni) agar budaya Melayu jangan hilang tergerus zaman,” ujarnya.

BPNB Tanjungpinang merupakan satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. UPT ini berada di dalam naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Wilayah kerja BPNB Tanjungpinang, meliputi empat provinsi di Sumatera. Yakni, Provinsi Kepulauan Riau, Riau, Jambi, dan Bangka-Belitung.

HUT Kota Kediri Gelar Kegiatan Parade Budaya

Kediri, Jatim - Dalam rangka HUT Kota Kediri ke 1.135, Pemkot Kediri menggelar parade budaya Nusantara. Kegiatan ini berangkat dari depan Stadion Brawijaya dan finish di Balaikota Kediri, Kamis (7/8/2014) pukul 13.00 WIB.

Parade budaya Nusantara ini diikuti peserta dari seluruh kelurahan dan sekolahan serta kelompok kesenian yang ada di Kota Kediri. Sedangkan peserta tamu dimeriahkan aksi kesenian mahasiswa asal Papua dan NTB yang berdandan khas daerahnya masing-masing.

Dalam rangka HUT Kota Kediri juga digelar Festival Kali Brantas pada Minggu (10/8/2014). Acara dipusatkan di bantaran Sungai Brantas depan Gedung Nasional Indonesia (GNI).

Kabag Humas Pemkot Kediri Drs Djawadi menyebutkan, seluruh pejabat Pemkot Kediri bakal ikut memeriahkan kegiatan parade busaya dengan berdandan kostum jaranan.

Masih dalam rangka kegiatan HUT Kota Kediri, juga digelar pameran barang antik.

Puncak acara digelar doa bersama dan istighotsah serta solawatan pada 17 Agustus mendatang.

Kopertis Gelar Festival Budaya Sumut

Medan, Sumut - Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah I Sumut meminta kepada seluruh mahasiswa untuk tidak meninggalkan kebudayaan asli Indonesia yang dirasa sekarang sudah mulai tergerus dengan kebudayaan asing dalam beberapa aspek kehidupan sehari-hari.

“Jangan sampai mahasiswa terbuai dan gandrung dengan kebudayaan luar sementara kebudayaan sendiri ditinggalkan. Pertahankan eksistensi kebudayaan Indonesia,“ kata Koordinator Kopertis Wilayah I Sumut Prof Dian Armanto, Kamis (7/8).

Prof Dian mengungkapkan, untuk turut melestarikan kebudayaan Indonesia Kopertis Wilayah I menggelar Festival Seni Suara dan Seni Tari Budaya Sumut Tahun 2014. Festival ini terbuka bagi mahasiswa perguruan tinggi swasta (PTS) di lingkungan Kopertis Wilayah I Sumut. Kegiatan yang digelar di halaman kantor Kopertis Wilayah I jalan Setia Budi Tj Sari Medan ini merupakan kegiatan rutin tahunan.

"Festival ini dapat memotivasi seluruh peserta untuk menampilkan karya terbaik mereka untuk mengharumkan nama kampus mereka masing-masing. Di samping itu juga perlombaan ini dapat melestarikan kebudayaan yang berada di wilayah Sumatera Utara serta meningkatkan prestasi setiap perguruan tinggi masing-masing," kata Prof Dian Armanto.

Sementara itu Ketua Panitia Festival Sulhan menyebutkan Festival Seni Suara (menyanyi solo) akan diadakan 9-11 Agustus, sedangkan Seni Tari Budaya Sumut Tahun 2014 ini akan diadakan pada 12-14 Agustus.

Sulhan yang juga kabag Akademik dan Kemahasiswaan Kopertis Wilayah I Sumut optimis kegiatan ini akan ramai diikuti seluruh mahasiswa PTS di lingkungan Kopertis Wilayah I. Menurutnya, hal itu membuktikan mahasiswa bukan hanya berperan dalam segi akademis, tetapi juga segi non akademis.

“Festival ini diadakan agar generasi muda dapat mengenal dan mencintai budaya Indonesia. Kami juga ingin memunculkan penari-penari nasional dari lingkungan PTS,” kata Sulhan. Dia menilai festival ini penting untuk menggali potensi dan mengembangkan kreativitas generasi muda, khususnya bagi mahasiswa dalam bidang budaya seni tari dan suara.

Sebab, kebudayaan Indonesia, seperti tarian daerah, perlu dilestarikan dan ditumbuhkan. “Jangan sampai budaya kita diakui negara lain. Makanya, perlombaan tari ini merupakan salah satu upaya kami untuk melestarikan budaya bangsa,” tuturnya.

Sulhan juga menyatakan, festival ini untuk menggali bakat seni mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut dapat mengembangkan diri yang nantinya tercipta generasi yang berkarakter dan berbudaya.

Dia berharap,PTS bisa ikut ambil bagian sebagai peserta festival. Sebab, Kopertis Wilayah I Sumut sudah mengagendakan kegiatan ini akan rutin digelar setiap tahun. “Kami berharap dalam kegiatan ini akan semakin banyak yang ikut berpartisipasi,” ucapnya.

Dia juga berharap jumlah peserta yang mengikuti event ini meningkat dibanding tahun sebelumnya. Jika jumlahnya meningkat, menurutnya menunjukkan minat mahasiswa dalam bidang seni dan budaya semakin tinggi. Pada festival seni tari daerah yang diadakan dua tahun lalu, Universitas Al Muslim Aceh meraih juara umum melalui Tari Saman. Atas prestasi itu, Dikti membawa mereka mewakili Sumut- Aceh untuk tampil di Jepang.

2.000 Seniman akan Ramaikan "Festival deBus Banten 2014"

Serang, Banten - Sebanyak 2.000 seniman debus di Banten akan mengikuti "Festival deBus Banten 2014" yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten pada 23 Agustus 2014.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten Endrawati di Serang, Jumat mengatakan, festival yang ditargetkan mampu memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) itu, akan diikuti 6 kabupaten/kota se-Banten. Dua daerah lainnya yakni Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut.

"Festival deBus Banten 2014 akan dilaksanakan pada 23 Agustus 2014 di Mercusuar, Anyer, Kabupaten Serang. Sebanyak 6 kabupaten/kota akan mengirimkan para seniman debus dari sejumlah sanggar yang ada untuk menampilkan kreasi debus Banten di hadapan tim pemberi rekor MURI," kata Endrawati.

Ia mengatakan, masing-masing kabupaten/kota akan mengirimkan perwakilannya untuk menampilkan kreasi debus yang juga akan disaksikan langsung wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) dan perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf).

Menurutnya, 2.000 seniman debus se-Banten yang akan mengikuti festival tersebut di antaranya meliputi Kabupaten Serang sebanyak 500 orang, Kabupaten Lebak sebanyak 500 orang, Kota Cilegon sebanyak 400 orang dan Kabupaten Pandeglang sebanyak 300 orang. Sementara, Kota Tangerang dan Kota Serang belum memberikan konfirmasi terkait jumlah peserta yang akan diikutsertakan dalam festival.

"Kota Tangsel dan Kabupaten Tangerang tidak ikut festival karena tidak punya sanggar debusnya. Tapi, prediksi kita memang akan diikuti sekitar 2.000 sampai 2.500 seniman untuk memecahkan rekor MURI," kata Endrawati.

Menurut Endra, setiap perwakilan peserta festival dari kabupaten/kota harus menampilkan kreasi debus yang berbeda dengan peserta lainnya. Sehingga, masyarakat yang menyaksikan dapat mengetahui seni bela diri debus dengan segala kekayaannya.

Namun demikian, kata dia, penampilan debus akan dibatasi pada tingkat kesulitan yang ringan hingga sedang saja. Hal ini untuk menghindari adanya insiden yang tidak diinginkan ketika dilangsungkan festival.

"Debus kan punya tingkat kesulitan yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang sampai berat. Tapi, kami hanya memberi toleransi untuk yang ringan dan sedang saja. Khawatir kalau terlalu berat atraksinya, kami tidak bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Endrawati.

Endrawati menambahkan, festival debus hanya akan berlangsung selama satu hari. Festival tersebut dianggap penting dilakukan lantaran debus telah disahkan menjadi warisan seni budaya milik Provinsi Banten. Sehingga, wajib untuk dilestarikan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas.

Siap-siap, Jember Fashion Carnaval Segera Digelar

Jakarta - Jember Fashion Carnaval (JFC) akan segera digelar pada tanggal 23 Agustus 2014. Rangkaian karnaval yang berlangsung selama 4 hari ini akan diadakan di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

“JFC ini merupakan karnaval peringkat 4 terunik di dunia. Tahun ini, akan ada catwalk sejauh 2 km di jalan utama Kota Jember,” kata Ketua DPP Asosiasi Karnaval Indonesia (AKARI), Dyand Fariz dalam konfrensi pers di Balairung Soesilo Soedarman, Kemenparekraf, Jakarta, Kamis (7/8/2014).

Dyand menjelaskan, pada JFC tahun ini AKARI juga menyelenggarakan sebuah acara bertajuk Wonderful Archipelago Carnaval Indonesia (WACI). Tim dari karnaval ini terdiri dari 7 provinsi yaitu Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan Kepulauan Bangka Belitung. Setiap tim terdiri dari 50 orang dan akan melintasi jalur catwalk utama sepanjang 2 km.

“Di hari pertama akan ada karnaval untuk anak-anak, kemudian hari kedua ada karnaval dengan tema artwear. Hari ketiga ada WACI, dan hari terakhir akan diadakan acara utama yaitu Grand Carnival,” ucap Dyand.

Selama rangkaian acara berlangsung, akan diselenggarakan juga JFC Expo. Menurut Dyand, dalam JFC Expo ini akan ada pameran produk kreatif anak muda dan kuliner dari beberapa provinsi yang ikut serta.

“Tentunya para wisatawan yang hadir juga mencari kuliner dari berbagai daerah, oleh sebab itu diadakan JFC Expo ini,” jelas Dyand.

Dyand berharap, melalui WACI dan JFC ini bisa menjadi sarana promosi wisata Indonesia hingga ke luar negeri. Festival bertaraf internasional ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain untuk semakin mengembangkan potensi wisata dalam bentuk karnaval.

Festival Buleleng 2014, Ratusan Penari Pentaskan Tari Nelayan

Singaraja, Bali - Sekitar 900 penari, yang berasal dari kalangan murid sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan mahasiswa perguruan tinggi se-Kabupaten Buleleng, Bali, mementaskan tari nelayan secara bersama-sama di pembukaan acara Festival Buleleng 2014, Rabu (6/8/2014) sore.

Pergelaran tari nelayan secara massal di Jalan Ngurah Rai, Singaraja, Kabupaten Buleleng, yang berlangsung sekitar 15 menit itu menarik perhatian penonton, termasuk sejumlah wisatawan. Selain tari nelayan, pembukaan Festival Buleleng 2014 juga dimeriahkan pementasan tari Kembang Deeng, yang ditarikan sekitar 100 penari, dan beberapa pergelaran lain.

”Saya belum pernah melihat (pementasan) seperti ini,” ujar Jaimy Lee, wisatawan asal Belanda, yang berada di antara warga setempat, yang beramai-ramai menyaksikan acara pembukaan Festival Buleleng 2014. Lee berlibur ke Bali utara untuk menikmati suasana Bali yang berbeda dengan destinasi wisata di Bali selatan. ”Ini pertama kali dan menarik sekali,” ujarnya.

Tari nelayan adalah tari kreasi karya almarhum I Ketut Merdana, seniman asal Buleleng, sekitar tahun 1960. Ketika dipentaskan saat pembukaan Festival Buleleng 2014, tarian itu diiringi gong kebyar, ensambel gamelan Bali yang juga muncul dari Buleleng sekitar satu abad yang lalu.

Festival Buleleng 2014 adalah festival tahun kedua yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Buleleng. Festival Buleleng 2013 mengangkat tema ”My City, My Pride”. Tahun ini, Festival Buleleng 2014 bertemakan ”The Dynamic of Buleleng”.

Pembukaan Festival Buleleng, kemarin, dihadiri sejumlah pejabat daerah, di antaranya Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Panglima Kodam IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Wisnu Bawa Tenaya, dan Bupati Buleleng I Putu Agus Suradnyana.

Ketika memberikan sambutan, Pastika mengungkapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan festival dan sekaligus berharap festival itu menjadi penanda kebangkitan budaya dan kesenian Buleleng.

”Buleleng memiliki potensi luar biasa dan itu wajib diperkenalkan kepada masyarakat,” kata Pastika.

”Ini menjadi upaya menciptakan dan mencitrakan hal positif bahwa Bali tidak pernah sepi dari aktivitas budaya. Festival ini juga menjadi momentum apresiasi terhadap seniman,” ujarnya.

Palembang Gelar Festival "Telok Abang" Meriahkan HUT RI

Palembang, sumsel - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang akan menyelenggarakan festival unik "telok abang" dalam rangkaian memeriahkan hari kemerdekaan RI yang ke-69 tahun.

Festival Telok Abang tersebut juga dibarengi telok ukan, telok pindang yang selama ini telah menjadi tradisi turun temurun dalam rangkaian kegiatan HUT RI, kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Palembang, Yanuarpan, Kamis.

Menurut dia, festival telok abang, telok ukan, telok pindang akan dilaksanakan pada Kamis (14/8).

Masyarakat yang ingin berpartisipasi silahkan datang mendaftar untuk ramai-ramai memeriahkan HUT RI, tambahnya.

Ia mengatakan, selama ini meskipun eksistensi telok abang, ukan dan pindang masih ada tetapi belum secara luas dikenal.

Padahal telok abang merupakan tradisi pasca ditetapkannya hari kemerdekaan oleh pendahulu Palembang, katanya.

Dia menjelaskan, telok abang berupa telur rebus berwarna merah yang biasanya ditancapkan di atas perahu, mobil-mobilan tersebut dari kayu atau kardus.

Sedangkan telok ukan, bahan makanan berupa adonan bolu yang dimasukan dalam cangkang telur bebek yang kemudian ditutup lalu dikukus untuk dinikmati. Khusus telok pindang tentunya tidak hanya lazim disajikan saat agustusan tetapi juga masih sering dijumpai sebagai lauk makan dihari-hari biasa, ujarnya.

Yanuarpan menambahkan selain itu juga dilaksanakan lomba biduk (15/8), parade ketek hias (16/8), panjat pinang (17/8).

Warga yang datang ke Plaza Benteng Kuto Besak dapat menyaksikan kegiatan tersebut sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan, tambahnya.

Puter Kayun, Tradisi Lebaran Kusir Dokar di Banyuwangi

Banyuwangi, Jatim - Masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mempunyai tradisi unik setiap hari ke sepuluh lebaran. Dengan mengendarai dokar, mereka menuju Pantai Watu Dodol yang berjarak 15 kilometer dari tempat mereka tinggal. Setelah sampai di Pantai Watu Dodol, mereka juga menggelar selamatan dengan makan bersama di sepanjang pantai sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang mereka dapatkan selama setahun terakhir.

Rugito, tokoh masyarakat Boyolangu kepada Kompas.com di sela-sela tradisi Puter Kayun, Rabu (6/8/2014) mengatakan selain sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Tuhan, acara tersebut merupakan sebuah napak tilas dari sesepuh Desa Boyolangu yang bernama Ki Buyut Jakso.

"Dulu saat membuka jalan di sebelah utara, Belanda meminta bantuan pada Ki Buyut Jakso karena bagian utara ada gundukan gunung yang tidak bisa dibongkar. Ia lalu melakukan semedi dan tinggal di Gunung Silangu yang sekarang jadi Boyolangu. Atas kesaktiannya akhirnya dia bisa membuka jalan tersebut sehingga wilayah itu diberi nama Watu Dodol, yang artinya watu didodol (bongkar)," jelas Rugito.

Saat itu, menurut Rugito, Ki Buyut Jakso berpesan agar anak cucu keturunannya berkunjung ke Pantai Watu Dodol untuk melakukan napak tilas apa yang telah dilakukannya. "Karena hampir semua masyarakat Boyolangu adalah kusir dokar, maka ya kami mengendarai dokar. Ada yang bilang puter kayun ini lebarannya kusir dokar. Dulu bisa lebih dari 100 dokar tapi sekarang yang tersisa hanya tujuh dokar di Boyolangu, sedangkan untuk seluruh Banyuwangi hanya 17 dokar. Kalau hari ini yang ikut hanya 15 dokar, ada yang dari Patoman dan Genteng. Masyarakat lebih memilih naik mobil pickup atau sepeda motor karena dokarnya sudah langka," jelas Rugito yang juga Ketua Paguyuban Dokar Boyolangu.

Ia mengatakan untuk menggelar tradisi tersebut, warga dan kusir dokar iuran dan untuk tahun ini mengumpulkan uang sebesar Rp 12 juta. "Murni swadaya dari masyarakat karena kami berharap tradisi ini terus berjalan sampai nanti ke anak cucu," harapnya.

Selain makan bersama sepanjang pantai, sebagian masyarakat juga mandi di pantai untuk buang sial serta menabur bunga di laut. "Saat membuat jalan ini dulu banyak pahlawan yang gugur sehingga kami juga mendoakan mereka," kata Rugito.

Danlantamal Ikuti Tradisi Adat Pukul Sapu

Maluku Tengah, Maluku - Komandan Lantamal IX (Danlantamal IX) Laksamana Pertama TNI Arusukmono Indra Sucahyo menghadiri tradisi adat Pukul Manyapu di Desa Mamala dan Desa Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Tradisi ini merupakan acara rutin tahunan setiap tanggal 7 Syawal atau 7 hari setelah Idul Fitri.

Tradisi yang telah bertahan ratusan tahun ini berakar pada sejarah perjuangan Kapitan Telukabessy dan pasukannya yang mempertahankan Benteng Kapahaha pada masa penjajahan di tanah Maluku. selain itu untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di Desa Mamala dan Desa Morella.

Tradisi Pukul Manyapu yang merupakan even kebudayaan Nasional tersebut, diikuti oleh para pemuda yang berasal dari masyarakat setempat yang dibagi dalam dua kelompok masing – masing berjumlah 20 orang. Secara bergantian para pasangan peserta memukulkan batang lidi dari pohon Mayang ketubuh lawannya hingga berdarah yang merupakan simbol dari perjuangan melawan penjajah.

Tradisi yang tergolong ekstrim tersebut menimbulkan minat warga Maluku maupun wisatawan Mancanegara untuk datang melihat atraksi yang ditampilkan oleh putra daerah Maluku.

Turut hadir dalam kegiatan ini Gubernur Maluku, Wakil Gubernur Maluku, Kapolda Maluku, Danlanud Pattimura, Danrem 151/BNY, Wakil Bupati Maluku Tengah, unsur Muspida Provinsi Maluku serta tamu dan undangan.

Semarak Tradisi Kupatan di Kampung Kauman

Gresik, Jatim - Senin (4/8/2014) petang, di sekitar alun-alun Gresik, Jawa Timur, terlihat ramai, terutama di Kampung Pekauman yang biasa disebut Kauman. Warga baru merayakan Lebaran pada tanggal 8 Syawal atau setelah berpuasa selama enam hari berturut-turut dimulai sehari setelah shalat Idul Fitri. Puasa sunah itu untuk menyempurnakan puasa Ramadhan yang dilakoni sebulan penuh.

Lebaran di Kauman dirayakan bersamaan dengan hari raya ketupat atau kupatan, tetapi hanya semalam. Tradisi Lebaran Ketupat itu menjadi puncak silaturahim bagi warga Kauman yang berada di belakang Masjid Jami, tepat di barat alun-alun Kabupaten Gresik.

Ketika daerah lain sudah sepi dan warganya sebagian sudah kembali ke tempat kerja, di Kauman justru ramai. Mereka bersilaturahim dengan tetangga. Sanak saudara dari jauh pun menyempatkan diri unjung-unjung (saling mengunjungi) sambil membawa makanan.

Misbahul Munir, warga Kauman, menuturkan, tradisi Lebaran di Kauman berlangsung turun-temurun. Pada malam kupatan banyak juga warga luar kampung yang datang. Mereka tetap dijamu dengan menu ketupat yang dipadu opor ayam atau gulai kambing. ”Bagi kami, rasanya kurang lengkap dan tak sempurna kalau puasa Ramadhan tidak diteruskan puasa Syawal selama enam hari lalu ditutup kupatan,” ujarnya.

Pada 1 Syawal warga Kauman melaksanakan shalat Id. Setelah itu, suasana kampung itu sepi. Keesokan harinya dilanjutkan lagi dengan puasa Syawal hingga enam hari. Setelah itu baru mereka bersukacita merayakan Lebaran. Seusai shalat maghrib, warga saling mengunjungi dan menikmati hidangan Lebaran dan ketupat.

Sangat istimewa

Tradisi itu awalnya berkembang di Kampung Kaliboto, Pekauman, dan Bekakaan, Kelurahan Pekauman. Perkampungan seluas sekitar 4,5 hektar dengan penduduk sekitar 2.000 jiwa itu benar-benar semarak saat kupatan. Warga tak segan-segan mempercantik rumahnya karena momentum setahun sekali itu dirasa sangat istimewa.

Ketua Masyarakat Pencinta Sejarah dan Budaya Gresik (Mataseger) Kris Aji menuturkan, kebiasaan puasa Syawal itu diperkenalkan oleh ulama bernama Kiai Baka yang masih keturunan Sunan Giri. Ia meminta santrinya agar mengikuti sunah Rasul dengan berpuasa Syawal selama enam hari.

Tradisi itu diteruskan hingga kini. Nama Kiai Baka diabadikan menjadi nama kampung, Kebakaan. Namun, karena pengaruh pelafalan Jawa, akhirnya lambat laun menjadi Bekakaan.

Kebiasaan berpuasa Syawal itu juga dijalankan anak keturunan warga Kauman yang tinggal di daerah lain. Tradisi itu juga berlaku bagi orang luar kampung yang menikah dengan warga Pekauman.

Setidaknya itulah yang dilakukan Syaichu Busyiri. Meski tidak lagi tinggal di Kauman, dia juga masih ikut menjalankan tradisi leluhurnya menyempurnakan puasa Ramadhan dengan puasa Syawal. Ia juga baru berlebaran dan bersilaturahim saat kupatan. ”Kami menghormati tradisi yang baik. Lebaran kami pun baru dilaksanakan malam ini,” kata pria yang kini tinggal di Gresik Kota Baru itu.

Karena perayaan Lebaran di Kauman hanya berlangsung semalam, semua warga berjubel di kampung. Wajah mereka berseri-seri, mengenakan baju baru, saling bersilaturahim dan memaafkan, sambil menikmati ketupat yang disajikan oleh tuan rumah.

Kupatan juga diselingi perkenalan sanak saudara dan menyambung silaturahim yang putus, terutama yang lama tidak bertemu. Tak jarang melalui tradisi itu ada yang bertemu jodoh.

Kris Aji menuturkan, saat kupatan warga saling berkunjung dan bersalaman untuk bermaafan. Warga bisa menikmati kupat dan lepet, semacam lontong yang berisi beras ketan. Makanan itu, ketupat dan lepet, melambangkan istilah ngaturi (menghaturkan), kupat (ngaku lepat, mengakui kesalahan), lepet (lega petungane, tak ada lagi ganjalan untuk bercengkerama).

Ketupat simbol kafah yang dalam bahasa Arab berarti sempurna, sementara lepet berasal dari bahasa Jawa yang artinya kesalahan. Ngaturi kupat lepet bermakna pula kebersihan hati setelah puasa semakin sempurna dengan mengakui kesalahan dan saling bermaafan. Selanjutnya mereka bisa melanjutkan pergaulan sehari-hari dengan perasaan lepas tanpa dibebani rasa bersalah.

Kupatan merupakan hari istimewa sehingga harus dirayakan spesial. Ketupat pun dipadu opor ayam atau gulai kambing karena demi merayakan hari raya serta menghormati tetamu dan saudara.

”Sekarang warga bisa memakan opor ayam atau gulai kambing setiap hari. Namun, zaman dahulu masakan itu benar-benar terasa istimewa,” kata Kris Aji. Tradisi diperkuat oleh santri Kiai Baka, seperti Kiai Zubair dan Salim Khatim Zamhari.

Lebaran "Topat" Jadi Kalender Pariwisata NTB

Mataram, NTB - Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat H Lalu Serinata meminta agar Lebaran Topat yang dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri bisa menjadi agenda dalam kalender pariwisata di daerah tersebut.

Karena menurut Serinata di Mataram, Selasa, meski di beberapa daerah juga diadakan tradisi semacam itu. Namun, tidak semeriah seperti yang diselenggarakan di Pulau Lombok.

"Memang di tempat lain juga ada, tetapi sangat berbeda di Lombok. Karenanya, kalau ini terus diselenggarakan akan menambah daya dukung pariwisata dan budaya Pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya," katanya.

Ia menambahkan, sebagai daya tarik pariwisata dan budaya NTB, semestinya pada saat penyelenggaraan Lebaran Topat, perlu ada kegiatan lain yang menyertainya. Contohnya, penampilan tradisi peresean, gendang beleq, dan kesenian tradisional rudat.

"Kalau ini diikut sertakan, tentunya akan menambah daya tarik Lebaran Topat itu sendiri, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke NTB," ujarnya.

Sebab, lanjutnya, setiap tahun jumlah wisatawan yang berkunjung ke NTB terus meningkat. Karena itu, bila kegiatan seperti Lebaran Topat yang dilaksanakan setiap tahun tersebut dikemas semenarik mungkin, maka tidak menutup kemungkinan pariwisata NTB akan terus berkembang dan maju.

Untuk itu, ia berharap para pemangku amanah, baik Gubernur maupun Bupati/Wali Kota dimana menjadi lokasi kegiatan penyelenggraan Lebaran Topat dapat mempersiapkan kegiatan tersebut sedini mungkin, sehingga memberikan efek yang luar biasa bagi daerah dan dengan sendiri kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.

Lebaran Topat adalah tradisi yang dilaksanakan masyarakat Sasak (Etnis Lombok) seminggu setelah Idul Fitri. Tradisi itu adalah suatu "lebaran kecil" setelah umat Islam menunaikan puasa sunah bulan Syawal, yaitu puasa selama enam hari berturut-turut setelah Idul Fitri.

Pada hari tersebut selepas subuh, masyarakat di Pulau Lombok merayakannya dengan beramai-ramai mendatangi tempat wisata, seperti pantai ataupun beberapa makam leluhur.

Mereka datang bersama keluarga dengan membawa bekal ketupat, kue bantal, maupun lauk-pauk dan bermacam-macam penganan layaknya berekreasi.

Seluruh Pegawai di Inhil Wajib Kenakan Busana Melayu

Tembilahan, Riau - Menindaklanjuti surat edaran dari Gubernur Riau, H Annas Maamun perihal HUT Provinsi Riau ke-57, maka Bupati Indragiri Hilir (Inhil), HM Wardan mengintruksikan mulai Rabu (6/8/2014) seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berdomisili di Inhil agar memakai pakaian melayu atau berbusana muslim.

“Berdasarkan surat edaran itu seharusnya hari Senin semalam sudah mengenakan busana melayu, namun karena kita baru terima hari ini, jadi saya intruksikan mulai besok seluruh pegawai sudah kenakan busana melayu saat jam kerja,''kata HM Wardan, Selasa (5/8/2014).

Selain menggunakan busana melayu, sesuai dengan surat edaran itu pula Bupati meminta kepada seluruh pengurus Masjid yang ada di Negeri Sri Gemilang ini pada Jumat (15/8/2014) saat Kutbah menggunakan tema HUT Provinsi Riau. ''Sementera untuk umat kristiani pada hari minggu, sedangkan Hindu dan Budha menyesuaikan,'' kata Bupati lagi.

Bupati juga mengajak kepada TNI, Polri,Pelajar, Organisasi kemasyarakatan serta seluruh lapisan masyarakat untuk melaksanakan upacara HUT Provinsi Riau pada Sabtu (9/8/2014) hingga ke kecamatan.

“Yang akan menjadi Inspektur Upacara adalah Wakil Bupati Inhil, jadi diminta kerjasama seluruh lapisan masyarakat untuk meramaikan HUT Provinsi Riau ke-57 ini,'' harap mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau ini.

Kebaya Encim Tak Efektif Tingkatkan Identitas Budaya Betawi

Jakarta - Belum lama pemerintah membuat peraturan baru mengenai seragam sekolah nasional, dunia pendidikan Indonesia telah mengeluarkan kebijakan baru lagi. Dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 2014, Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta membuat peraturan baju seragam siswi berupa kebaya encim pada hari Jumat.

Peraturan baru tersebut dimaksudkan memperkuat identitas. Dengan memakai kebaya Encim, sekolah memberikan siswa identitas mengenai kebudayaan, khususnya budaya Betawi.

Pengamat Pendidikan Arie S. Widodo mepertanyakan, jika dasar penetapan peraturan baru itu untuk mewujudkan identitas Jakarta, apakah hal tersebut efektif? Arie menilai, ada hal lain yang bisa dilakukan Disdik untuk meningkatkan apresiasi tentang Jakarta ketimbang mengeluarkan peraturan tentang seragam kebaya Betawi.

"Ibu Kota ini penuh dengan sejarah, banyak juga tempat bersejarah di Jakarta yang dipelihara dengan baik. Sayangnya, hal itu belum dimanfaatkan siswa dan sekolah untuk belajar," ujar Arie saat berbincang dengan Okezone, Rabu (6/8/2014).

Pengamat dan praktisi pendidikan itu menambahkan, pemerintah masih setengah-setengah untuk menaikkan identitas kebudayaan tersebut. "Tidak dari baju saja, tapi juga harus menyeluruh. Misalnya melalui ilmu pengetahuan agar mengerti tentang Jakarta," ucap Arie.

Saksikan Pentas Seni dan Budaya di Museum Sonobudoyo Yogja

Yogyakarta - Anda ingin melihat berbagai pementasan pada Rabu (6/8/2014), sejumlah pementasan seni budaya diadakan secara rutin.

Satu di antaranya adalah Sendratari Ramayana Ballet yang akan dihadirkan di Purawisata. Ramayana Ballet adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi.

Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana yang dirangkum dalam 4 babak: penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta.

Pertunjukan Ramayana Ballet di Purowisata telah memecahkan rekor 25 tahun pementasan tanpa henti sehingga mendapat penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia).

Pertunjukan ini bisa dinikmati setiap hari mulai pukul 20.00 hingga 21.30 di Purawisata yang beralamat di Jalan Brigjen katamso Yogyakarta. Untuk bisa menonton Sendratari ini, pengunjung dikenakan tarif USD 25, sementara penonton yang ingin sekaligus menyantap makan malam dikenakan tarif USD 35. Informasi dan reservasi bisa menghubungi (0274) 375705.

Adapun Pagelaran Wayang Kulit dengan lakon Ramayana yang akan digelar di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Wayang kulit adalah mahakarya seni pertunjukan Jawa yang telah mendapat pengakuan dari UNESCO.

Seorang dalang memainkan wayang yang terbuat dari kulit kerbau di balik layar yang terbuat dari kain putih, sehingga para penonton hanya dapat melihat bayangannya saja. Itulah sebabnya pertunjukan ini dinamakan wayang, yang berasal dari kata "bayang".

Daya tarik pertunjukan wayang kulit terletak pada kelincahan ki dalang memainkan berbagai tokoh wayang sekaligus dengan gerakan yang atraktif, mengubah karakter suara, berganti intonasi, melontarkan guyonan dan bahkan bernyanyi.

Pagelaran ini akan diadakan setiap hari mulai pukul 20.00 hingga 22.00 di Museum Sonobudoyo yang beralamat di Jalan Trikora 6 Yogyakarta.

Pengunjung hanya dikenakan tarif masuk sebesar Rp 20 ribu untuk menikmati pagelaran ini.

Melestarikan budaya Yogyakarta, diadakan pula Latihan Tari Klasik Gaya Yogyakarta setiap hari pada pukul 20.00 hingga 23.00.

Latihan ini akan diselenggarakan di nDalem Kaneman, Kadipaten Kidul 44 Yogyakarta.

Pertunjukan Wayang Golek Menak juga akan digelar Kraton Yogyakarta mulai pukul 10.00 hingga 12.00. Adapun Kesenian Keroncong yang akan diadakan di Gedung Basiyo XT Square Yogyakarta mulai pukul 19.00.

Berlebaran dengan Ketupat Colet, Menu Khas Melayu

Melano, Kalbar - Menu makanan ketupat colet, menu khas Lebaran ala Melayu di Kabupaten Kayong Utara. Menu ini saban tahun mudah ditemui di rumah-rumah warga Melayu Kayong, baik saat Idulfitri maupun Iduladha. “Kadang menjadi tradisi pula pada acara syukuran ataupun selamatan tertentu. Misalnye pindah rumah, tolak bala, dan lain-lain. Ade juga yang buat ketupat untok kepentingan bisnis,” kata Hasanan, warga Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, yang juga aktif di media lokal Kabupaten Kayong Utara, Warta Kayong, kemarin.

Dikatakan dia, ada anggapan di kaum Melayu, Lebaran tanpa ketupat seakan tidak meriah. Sebab, diakui dia, ketupat merupakan menu utama di hari raya yang diagungkan umat Islam. Kaum Melayu Kayong Utara, diungkapkan dia, biasanya menyajikan menu khas ketupat, di mana puncak-puncaknya adalah pada hari pertama atau kedua lebaran. Selepas hari itu, masih menurut dia, sajian ketupat tidak sebanyak di hari sebelumnya. Setiap tamu yang berkunjung ke rumah warga, keluarga, dan sanak saudara, maka tuan rumah akan menyuguhkan ketupat colet buat tamunya.

Seperti menyambut Idulfitri 1435 H kali ini, komunitas Melayu yang ada di Kayong Utara khususnya, telah mempersiapkan anyaman ketupat, minimal tiga hari sebelum Lebaran. Sedikitnye seratus buah ketupat saban rumahtangga Melayu disediakan.

“Istilah ketupat colet penyebutan hidangan ketupat dan lauknya ala Melayu Kayong. Istilah ini udah lama digunakan di tanah Kayong. Lauk utama ketupat biasanye masak lemak (santan) daging sapi atau ayam, atau rendang daging atau ayam. Kadang juga lauknya ikan pari, tenggiri, teri, toman, ruan, dan lain-lain sesuai selera guna penambah nikmat makan ketupat,” jelas Hasanan.

Kepada setiap tetamu dan sanak saudara yang datang, lanjut Hasanan, tuan rumah akan menyuguhkan satu pinggan (piring besar) ketupat dan piring (piring kecil) masakan lemak daging sapi atau ayam. Kalau tamu lebih dari satu orang, ketupat colet yang disajikan juga lebih dari satu hidangan.

“Care makan ketupat colet, sesuai dengan namanye, sangat sederhana. Orang tinggal memotong ketupat yang siap saji itu dengan tangan, kemudian makannye dengan care mencoletkan atau bececah dengan lauk yang telah disediekan. Lazimnya makan ketupat colet menggunakan tangan langsong, tidak pakai sudu’ atau sendok. Itu sebagai simbol kebersamaan dan kesederhanaan,” kupas Hasanan.

Lestarikan Budaya, Mahasiswa UNY Buat Anime Batik

Yogyakarta - Batik adalah warisan budaya bangsa dan salah satu pakaian tradisional Indonesia yang terkenal sampai ke mancanegara. Oleh karena itu, batik perlu dilestarikan terutama oleh generasi muda agar batik tidak punah oleh perkembangan zaman dan teknologi.

Sebagai salah satu cara untuk melestarikan yaitu membuat motif batik kontemporer seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY. Mahasiswa yang terdiri Syaiful Amri, Agus Rahmat Hidayat, Rantau Indramawan, Dhanianto Choirudin M, dan Novi Arumnika itu membuat motif Anime Batik.

Anime adalah sebuah animasi dari Jepang yang ditunjukkan dengan gambar berwarna-warni untuk menjadikan ciri khas dari sebuah tokoh. Selain itu pula, anime bukan hanya untuk kaum anak-anak, melainkan remaja dan orang dewasa. Inovasi baru dengan menyisipkan gambar anime ke dalam motif akan menimbulkan kesan modern sehingga konsumen tidak bosan dengan batik yang ada dipasaran.

Metode yang digunakan dalam pembuatan produk itu yakni dengan metode cap dan tulis. Batik cap adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang menggunakan canting cap. Canting cap yang dimaksud di sini mirip seperti stempel, hanya bahannya terbuat dari tembaga.

Batik tulis adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang teknis pembuatan motifnya langsung ditulis secara manual. Dengan kedua metode tersebut diharapkan dapat dihasilkan baju batik dan kain batik yang mempunyai inovasi menarik yang digemari generasi muda.

Lebaran Betawi sebagai Harmoni Budaya

Jakarta - Lebaran, bagi masyarakat Betawi, menjadi momen puncak pemulihan diri dalam membina silaturahim dengan masyarakat di sekitar. Peristiwa ini bukan sekadar peringatan hari raya, melainkan juga penyatuan harmoni budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Sejarawan JJ Rizal mengungkapkan, tradisi Lebaran di Betawi memiliki keunikan tersendiri karena perayaan ini merupakan hasil akulturasi aneka macam budaya dalam kurun waktu lama. ”Kita bisa melihat bagaimana Lebaran Betawi mengadopsi bermacam-macam budaya, mulai dari budaya pra-Islam, Tiongkok, hingga Eropa,” ucap dia, Selasa (29/7/2014) di Jakarta.

Rizal mencontohkan, pada saat Lebaran, masyarakat Betawi memiliki kebiasaan memotong kerbau yang merupakan sisa tradisi masyarakat agraris pra-Islam. Tradisi ini sama sekali bukan berasal dari masyarakat Muslim di Timur Tengah, Tiongkok, ataupun Eropa.

”Saat Lebaran orang Betawi juga makan ketupat. Makanan dari beras yang menggumpal menjadi satu ini menandakan komunalisme, kebersamaan, solidaritas, dan perasaan sepenanggungan. Di sinilah terjadi pertemuan tradisi agraris dan maritim. Agraris dari berasnya dan maritim dari daun kelapanya,” kata dia.

Adopsi budaya Tiongkok ke dalam Lebaran Betawi juga tampak pada tradisi pemukulan beduk. Masyarakat Betawi bahkan tidak memilih ondel-ondel untuk menolak bala, tetapi menggunakan petasan untuk menolak bala pada saat Ramadhan serta Lebaran. Sama seperti beduk, petasan juga khas tradisi Tiongkok.

”Yang paling menarik lagi, saat Lebaran di meja makan disajikan makanan-makanan yang sejarahnya berasal dari berbagai budaya. Kita bisa menemukan kue kastengel dan nastar yang khas tradisi Belanda, kue keranjang yang khas tradisi masyarakat Tionghoa, dan sekaligus tampak pula umbi, ketan, serta dodol yang merupakan produk tradisi agraris lokal. Di sinilah muncul perayaan multikultur atau peristiwa perayaan simbol yang diterima melalui proses sejarah,” kata Rizal lagi.

Kekhasan tradisi Lebaran Betawi yang sarat harmoni budaya ini, menurut Rizal, tak lagi banyak disadari masyarakat saat ini. Karena itulah, sejarah tradisi Lebaran Betawi seperti ini perlu dikenalkan lagi kepada generasi muda.

Pemikir Islam, Budhy Munawar-Rachman, mengatakan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan terbuka pada berbagai macam kebenaran, termasuk tradisi dan budaya. Hal serupa pernah disampaikan almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam bukunya Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (Jakarta: Desantara,2001). Dalam gagasannya, ”pribumisasi Islam” tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing.

Serunya Lomba Makepung di Jembrana

Negara, Bali - Ratusan ekor kerbau yang dipasang-pasangkan, mengikuti lomba Makepung, yang merupakan kesenian atraksi khas Kabupaten Jembrana, Bali, yang ditetapkan sebagai warisan budaya nasional.

Lomba pacuan kerbau di jalan persawahan memperebutkan piala bergilir Bupati Jembrana ini, diselenggarakan di Sirkuit Makepung, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Minggu (3/8/2014).

"Makepung tidak sekadar hanya lomba pacuan kerbau semata. Lebih dari itu, kesenian ini merupakan wujud sukacita petani usai panen," kata Bupati Jembrana, I Putu Artha, yang melepas dua pasang kerbau pertama untuk berlomba.

Menurut Putu, meskipun dikemas dalam lomba, peserta yang dibagi menjadi Kelompok Makepung Ijogading Barat dan Timur ini, tidak mempedulikan kalah atau menang, karena yang terpenting bagi mereka adalah bertemu dengan kawan petani, untuk bersenang-senang dalam lomba ini.

Sebagai kesenian khas Kabupaten Jembrana, yang sudah diakui secara nasional, Putu berjanji, untuk meningkatkan sarana dan prasarana, untuk melestarikan budaya ini.

Pertarungan untuk menjadi juara umum antara Ijogading Barat dan Timur ini, sudah berlangsung puluhan tahun, dan selalu terjadi persaingan sengit untuk menjadi yang tercepat.

Agar berhasil juara, kerbau-kerbau yang akan dilombakan, mendapatkan perlakuan istimewa baik dari sisi kesehatan, makanan hingga pemberian nama yang unik.

Untuk menunjukkan rasa sayang mereka terhadap kerbaunya, nama-nama artis, gunung, laut hingga yang bermakna filosofis diberikan kepada kerbau-kerbau ini.

"Nama-nama kerbau, selain agar mudah memanggilnya saat berlomba, juga sebagai bentuk rasa sayang kami terhadapnya," kata I Made Ratama, salah seorang pemilik kerbau makepung.

Lomba sendiri dilakukan dengan melepaskan dua pasang kerbau yang menarik gerobak serta joki, secara berurutan depan belakang dengan jarak tertentu, yang apabila sampai di finish, kerbau di belakang bisa memperpendek jarak maka akan muncul sebagai pemenang, sementara kalau jaraknya kian jauh, kerbau yang di depan ditetapkan sebagai pemenang.

Setelah berlomba seharian, Kelompok Ijogading Barat berhasil mengalahkan Ijogading Timur, dengan nilai 34 melawan 21.

Sebagai juara umum, Kelompok Ijogading Barat memboyong piala bupati serta uang pembinaan Rp 17,5 juta, sementara Ijogading Timur mendapatkan uang Rp 13 juta.

Kepenuhan Bangkitkan Perayaan Idul Fitri Secara Adat

Pasir Pangaraian - Luhak Kepenuhan di Rokan Hulu, Riau punya tradisi tersendiri dalam merayakan hari kemenangan, Idul Fitri. Selain bersalam-salaman seperti halnya yang dilakukan umat muslim seluruh dunia, di daerah ini, Idul Fitri juga digelar dengan cara adat Luhak Kepenuhan. Menurut informasi, menghidupkan perayaan Idul Fitri secara adat ini sudah dilakukan turun temurun.

“Perayaan lebaran ini dikenal dengan nama 'Lebaran Ko Dyo' secara adat, ini merupakan perayaan adat di Luhak Kepenuhan Negeri Beradat (bersih, elok, elok, ramah, agamis, dinamis, akademis, terpimpin),'' ujar Ketua Panitia Pelaksana H Junizar SSos yang juga Sekretaris Kecamatan Kepenuhan.

Untuk tahun ini, perayaan lebaran secara adat dilaksanakan Sabtu, 2 Agustus 2014 bertempat di balai adat Luhak. Perayaan ini juga dirangkai dengan halal bi halal dan kegiatan ini sudah berlangsung secara turun temurun dari masa ke masa ''adat yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk karna hujan''.

Hadir dalam acara seluruh pucuk, tungkek, induk, mato-mato, buah poik, anak kemenakan, bundo kandung suku nan sepuluh di Luhak Kepenuhan yang terdiri dari suku bangsawan, suku anak ajo-ajo, suku nan soatuih, suku melayu, suku kandang kopuh, suku moniliang, suku pungkuik, suku kuti, suku ampu, suku mais, imam nan ompek, dubalang nan ompek, dt Pordano motoi, dt Saudagar ajo, alim ulama, tokoh pemerintahan, para mahasiswa Luhak Kepenuhan seluruh indonesia, para undangan dan masyarakat pada umumnya, terkhusus lagi para kaum famili yang datang dari perantauan.

Lebih lanjut Junizar mengungkapkan bahwa, beberapa agenda acara yang dilaksanakan adalah pembukaan acara yang dilakukan dengan tari persembahan, pembacaan gema wahyu Ilahi, sambutan ketua panitia, sambutan dari anak kemenakan, sambutan dt. Bondaro Sakti Bakhtiar AH. Acara serta dilanjutkan dengan kesenian gong untuk mengiringi pencak silat, namun sebelum itu semua, terlebih dahulu dilangsungkan penaikan tunggul-tunggul dan bendera suku nam sepuluh secara bergilir sambil dibacakan sejarah dari bendera atau tunggul adat masing-masing suku di Luhak Kepenuhan Negeri Beradat, selanjutnya acara halal bi halal dan saling bermaafan dari keselurahan yang hadir.

Salah seorang anak kemenakan Luhak Kepenuhan yakni Zailendra yang juga alumni mahasiswa UIN Suska Riau, mengungkapkan bahwa sebagai anak kemenakan sesuai dengan potatah potitih Luhak Kepenuhan yakni ''olun diimbau olah datang olun di suuh olah poi'' ( belum dipanggil sudah datang, belum disuruh atau diperintahkan sudah pergi), dirinya sangat bangga dengan adat Luhak Kepenuhan yang terus berkembang secara dinamis.

“Budaya ini memjadi pogang pakai (pedoman) kita dalam menata dan menatap jauh kedepan degan nilai adat yang terus tumbuh dan berkembang serta membudaya dalam perkembangan zaman yang terus berubah, namun adat Luhak Kepenuhan Negeri Beradat masih eksis dan berwibawa sebagai kekuatan khusus bagi kami anak kemenakan,'' ujarnya.

“Alhamdulillah dengan semangat adat yang terus mengalir, kami anak kemenakan bersama Mamak Sutan Kayo Muah selama setahun ini telah pula membuat website dengan nama www.luhakkepenuhan.com, yang saat ini dalam proses perpanjangan domain untuk beberapa tahun ke depan, sampai saat ini sudah ada 9856 pengunjung, sebagai upaya kita dalam melestarikan dan mengkomunikasikan dan mempublikasikan adat Luhak Kepenuhan Negeri BERADAT, semoga saja dapat dijadikan pedoman dalam menumbuhkembangkan adat, sehingga adat ini tidak hilang ditelan dengan gemerlapnya zaman, ''hilang di cai, tokolamun di kokeh,'' ungkap Zai Bokar, panggilan akrab Zailendra.

Selain menghidupkan kembali tradiri adat Kepenuhan, berbagai upaya melestarikan adat juga dilakukan dengan melakukan berbagai bentuk seperti penggalangan dana dan penerbitan buku sejarah dan adat Kepenuhan.

“Dan wujud dukungan terhadap adat ini, semenjak tahun 2011 sampai sekarang atas gagasan bersama telah pula disepakaki anggaran Rp 100 juta pertahunnya untuk masing-masing luhak dan limo di Kab Rokan Hulu, dan Rp 50 juta pertahun untuk LKA per kecamatannya serta telah pula melahirkan Perda tentang LAM Kabuaten Rokan Huku,'' ungkap Ismail Hamkaz yang juga pernah sebagai sekretaris Pansus Ranperda tentang LAM Kab Rohul

Dijelaskan Ismail Hamkaz, khusus untuk Luhak Kepenuhan juga sudah diterbitkan 3 buah buku yakni pertama, sejarah dan adat istiadat masyarakat Luhak Kepenuhan karangan Ismail Hamkaz, kedua: Potatah Potith Luhak Kepenuhan yang dilengkapi dengan ayat Alquran dan Hadist nabi karangan Ismail Hamkaz, serta ketiga Luhak Kepenuhan Negeri BERADAT, karangan Ismail Hamkaz dan Khoirul Fahmi.

Para Seniman Minta Pengesahan RUU Kebudayaan Ditunda

Jakarta - Para seniman yang tergabung dalam Koalisi Seni Indonesia mendesak agar pengesahan RUU Kebudayaan yang digodok Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Komisi X DPR ditunda dan jangan dipaksakan disahkan dalam waktu dekat ini.

"Alasannya, draf RUU Kebudayaan itu memiliki dasar berpikir yang harus dikritisi karena mempunyai implikasi besar pada cita-cita ideal. RUU Kebudayaan disusun dengan paradigma ketakutan budaya Indonesia tergerus oleh budaya asing," kata M Abduh Aziz, ketua pengurus Koalisi Seni Indonesia, dalam diskusi Publik membahas RUU Kebudayaan di Jakarta, Kamis.

RUU Kebudayaan dibuka dengan konsideran yang mengejutkan terutama pada poin C yang berbunyi "Bahwa nilai budaya dan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sangat rentan terhadap pengaruh globalisasi sehingga dapat menimbulkan perubahan nilai budaya dalam masyarakat," kata Abduh Aziz.

Konsideran tersebut sangat jelas menyatakan bahwa kebudayaan Indonesia sangat rentan, dan ketakutan terhadap hantu globalisasi yang akan merusak masa depan kebudayaan Indonesia. Ini bukti sesat berpikir terhadap pengertian kebudayaan itu sendiri. Pengingkaran bahwa sejarah perkembangan kebudayaan Indonesia yang tetap "survive" hingga hari ini, tambah Abduh.

Diskusi Publik RUU Kebudayaan yang diprakarsai Koalisi Seni Indonesia menampilkan pembicara yakni Dirjen Kebudayaan Kemendikbus Prof Dr Kacung Marijan, anggota Komisi X DPR Dr Reni Marlinawati, dan akademisi Dr Hilmar Farid.

Sementara itu, anggota Komisi X DPR Dr Reni Marlinawati mengatakan, bahwa pembuatan draft RUU Kebudayaan ini sudah mengundang tokoh dan pelaku kebudayaan dan seni Indonesia, serta akademisi untuk memberikan masukan mengenai RUU ini.

"Dengan RUU Kebudayaan, kami berharap pemerintah wajib bertanggungjawab dan mengalokasi dana yang besar bagi pengembangan kebudayaan Indonesia. Kami terbuka dengan semua masukan dari Koalisi Seni Indonesia untuk menyempurnakan RUU Kebudayaan ini," kata Reni.

Ketua Koalisi Seni Indonesia Abduh Aziz mengatakan punya pengalaman traumatis saat penggodokan RUU Perfilman, dimana dalam waktu tiga minggu sudah disahkan oleh DPR tahun 2009 dalam rangka kejar target. Akibatnya, UU Perfilman banyak kelemahan dan tidak bisa diimplementasikan yang terlihat tidak ada satu peraturan pemerintahan (PP) yang mendukungnya hingga kini.

Dirjen Kebudayaan Kacung Marijan dan Reni menegaskan tidak akan tergesa-gesa mengesahkan RUU Kebudayaan. "Kami akan melibatkan Koalisi Seni Indonesia terlibat dalam pembahasan RUU Kebudayaan ini. Kasus UU Perfilman memang saat itu pemerintah dan DPR sama-sama ingin mempercepat keluarnya UU tersebut. Kalo RUU Kebudayaan ini, kami tidak ada niatan untuk percepatan," kata Prof Dr Kacung Marijan.

Koalisi Seni Indonesia merupakan organisasi berbadan hukum yang beranggotakan 58 organisasi seni budaya dan praktisi seni di 12 provinsi Indonesia.

Museum Berbasis Tradisi Lokal

Jakarta - Pengembangan permuseuman di Indonesia perlu mengadopsi sisi-sisi kearifan lokal. Dengan demikian, museum-museum Indonesia memiliki kekhasan sesuai tradisi yang berkembang di setiap daerah.

Arkeolog sekaligus pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, mengatakan, selama ini pengembangan museum di Indonesia merupakan warisan kolonial. Karena itu, pengelolaan dan konservasi koleksi-koleksi museum juga masih banyak mengikuti cara-cara Barat.

Menurut Daud, di Indonesia perlu dibangun museum berperspektif lokal atau museum yang sesuai dengan versi budaya Indonesia. Hal itu karena setiap daerah di Indonesia memiliki aneka macam tradisi khas yang berkaitan dengan perawatan dan konservasi benda-benda bersejarah.

”Tentang konservasi (koleksi museum) misalnya, selama ini kita masih mengikuti cara-cara Barat, seperti pemakaian bahan-bahan kimia. Padahal, tradisi lokal kita juga mengajarkan banyak teknik tentang konservasi, contohnya pengawetan kain batik dengan ramuan alam atau pengawetan wayang kulit dengan cara ngisis (diangin-anginkan) serta dirawat sedemikian rupa agar kulitnya tidak melengkung,” kata Daud, Jumat (1/8/2014), saat dihubungi dari Jakarta.

Pengembangan dan pengelolaan museum berperspektif lokal ini sangat penting demi terjaganya koleksi-koleksi benda bersejarah. Di sisi lain, dengan pengembangan konsep museum yang sesuai dengan versi budaya lokal, diharapkan semakin tumbuh rasa memiliki di antara masyarakat terhadap kekayaan peninggalan-peninggalan bersejarah budaya Indonesia.

Untuk pengembangan museum yang berperspektif lokal, Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM pada 18-20 November 2014 akan menggelar Konferensi Internasional ”Museum of Our Own 2014” di UGM, Yogyakarta. Beberapa tema yang akan diangkat dalam konferensi tersebut antara lain penulisan sejarah museum di Asia Tenggara, pengembangan teori museologi, museum dan cagar budaya, serta konservasi.

Kepala Seksi Pengembangan Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ni Ketut Wardani mengatakan, pemerintah sedang merancang pembangunan museum-museum khas Indonesia, antara lain Museum Batik, Museum Perang Dunia II Morotai, dan Museum Ende.

Mahasiswa Unair Hidupkan Seni Banjari dan Saman

Surabaya, Jatim - Sejumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membentuk komunitas seni untuk mewadahi bakat seni mereka serta menghidupkan Seni Musik Banjari dan Tari Saman.

"Para mahasiswa yang tergabung dalam grup Banjari ini mayoritas memiliki latar belakang pesantren atau pernah tergabung dengan grup sejenis sebelum masuk universitas," kata koordinator komunitas Banjari FEB Unair, Fachruddin Aabid, di kampus setempat, Sabtu.

Ia menjelaskan kelompok Banjari terbentuk pada bulan Oktober 2012 yang berawal dari tiga orang mahasiswa Ekonomi Islam yakni dirinya, Didit Prakoso dan Aidi Faiz yang memiliki kesamaan minat terhadap jenis musik ini.

"Seiring berjalannya waktu, kami mencari tambahan personel untuk melengkapi formasi grup yang sudah ada. Hasilnya, empat personel tambahan yang semuanya laki-laki membuat formasi grup yang baru hingga seluruhnya berjumlah tujuh personel," katanya.

Kini, grup Banjari ini tidak hanya menerima anggota laki-laki, namun sudah mulai menerima anggota perempuan. Tercatat tujuh orang mahasiswi sudah mulai bergabung dengan dengan grup itu.

"Grup kami sudah tampil dalam berbagai acara baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Pada Maulid Nabi 2014, kami diminta untuk menjadi salah satu pengisi acara pada Festival Mauludan di Taman Bungkul yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya," katanya.

Berbeda dengan grup Banjari yang baru menerima anggota perempuan untuk bergabung, komunitas Tari Saman di FEB justru memang diperuntukkan para mahasiswi. Sampai saat ini tercatat 15 mahasiswi sudah bergabung dengan kelompok tari asal Aceh itu.

"Meskipun kelompok samannya baru terbentuk dalam hitungan bulan, tawaran untuk tampil dalam berbagai acara sudah cukup banyak. Mau tidak mau, kami pun harus rutin menggelar latihan sehingga saat tampil nantinya akan semakin baik," kata koordinator Saman, Nur Sabrina Begum.

Perempuan asal Serang yang pernah meraih juara dua tingkat Banten dan juara tiga tingkat DKI Jakarta dalam perlombaan Tari Saman bersama kelompoknya semasa SMA itu mengaku kendala yang dihadapi adalah kelompok tari itu belum memiliki seragam.

"Karena itu, fee yang dibayarkan langsung digunakan membayar biaya sewa seragam. Kadang kita malah harus mengeluarkan biaya sendiri ketika fee yang kami terima jumlahnya justru kurang dari biaya sewa seragam," katanya.

Namun, kendala itu tidak terlalu berpengaruh pada penampilan mereka, sebab semuanya dilakukan untuk menyalurkan hobi. "Manfaatnya, daya fokus dan konsentrasi saya meningkat karena setia pergerakan Saman memang membutuhkan konsentrasi lebih," kata mahasiswi semester lima jurusan Ekonomi Islam FEB Unair itu.

-

Arsip Blog

Recent Posts