Malam Pagelaran Seni Sergai di PRSU Semarak

Medan, Sumut - Momentum Malam Pagelaran Seni dan Pentas Musik Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke 45 tahun 2016 digunakan sebagai ajang mengangkat batang terendam kreasi seni asli dari Kabupaten Tanah Bertuah Negeri Beradat. Salah satunya adalah tarian khas Melayu Serampang Dua Belas yang merupakan buah karya putra asli Kecamatan Perbaungan Alm. Sayuti. Tarian ini juga telah memecahkan rekor MURI karena ditarikan oleh 4320 siswa Sergai pada Januari yang lalu.

Pagelaran yang dihadiri Bupati Sergai Ir. H. Soekirman, Ketua Yayasan PRSU Drs. H. Nuzirwan B. Lubis MSP, Sekdakab Drs. Haris Fadillah MSi, Unsur FKPD Sergai, Sekretaris Yayasan PRSU Wempy S, Ketua TP PKK Ny. Hj. Marliah Soekirman, Ketua DPC GOPTKI Ny. Rosmaida Dharma Wijaya, Ketua DWP Ny. Hj. Imas Haris Fadillah, Kepala SKPD, Camat dan ketua TP PKK Kecamatan, warga masyarakat dari 17 Kecamatan se-Sergai diselenggarakan di open stage Kompleks Tapian Daya PRSU Medan, Rabu malam (30/3/2016).

Hal ini disampaikan Bupati Sergai Ir. H. Soekirman melalui Kabag Humas Dra. Indah Dwi Kumala kepada wartawan di ruang kerjanya di Sei Rampah, Kamis (31/3/2016).

Turut memeriahkan malam kesenian yang berlangsung meriah tersebut para seniman asli Sergai yang sudah menjuarai ajang tarik suara nasional seperti Deswa jebolan Dangdut Akademi dan Ocha Mamamia yang melantunkan beberapa lagu dangdut dan lagu daerah dengan merdu. Kehadiran keduanya menambah semangat dan antusiasme pengunjung yang hadir memadati open stage malam itu.

Bupati Sergai Ir. H. Soekirman dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa Sergai memiliki potensi seni dan budaya yang sangat kaya dan melimpah. Seperti hanya Deswa dan Ocha yang sudah menjuarai kompetisi pencarian bakat nasional dengan dukungan seluruh masyarakat Sergai, dengan menggalang semangat gotong royong yang tinggi telah membawa bakat asli daerah untuk bersinar di tingkat nasional.

Semangat gotong royong seperti ini harus terus kita kembangkan, kita masyarakatkan dalam setiap aspek kehidupan khususnya dalam pembangunan. Jangan menunggu adanya dana yang membuat kita bergerak, namun semangat gotong royong dalam kebersamaan yang menjadi motor penggerak pembangunan partisipatif.

Dengan bergotong royong, semua beban yang berat pasti dapat diangkat, oleh karena itu kearifan lokal seperti marsiurupan, marsiadapari, aaron, rewang dan kegiatan kerja sama lainnya harus terus dipertahankan, himbau Bupati Sergai.

Berkaitan dengan tema Paviliun Sergai tahun 2016 yakni Peran UMKM Sergai dalam menghadapi MEA, Bupati Soekirman mengajak seluruh masyarakatnya untuk mengembangkan budaya produksi dan berkreasi ‘One Person One Product’ di mana setiap orang harus menghasilkan produk yang dapat dipasarkan melalui industri rumah tangga dalam mewujudkan One Village One Product (OVOP).

Untuk menggambarkan keragaman seni, budaya dan adat istiadat di Sergai yang dapat dikatakan miniatur kecil Indonesia, acara dibuka oleh Sanggar Tari Sergai binaan Ketua TP PKK Ny Hj. Marliah Soekirman yang menampilkan welcome dance (tarian selamat datang) mewakili 10 etnis di Sergai.

Tarian tradisional lainnya seperti Larak Lirik, Uis Gara, Tari Endek-Endek, Tari Tagale, Tari Serma Dengan-Dengan dan Tari Zappin Melayu. Beberapa tarian menceritakan tentang gotong royong bersama-sama dalam melakukan panen atau memetik buah seperti Tari Tagale dan Endek-Endek.

Prof Dr Tatiana Denisova: Jawi itu Melayu

Kuantan, Malaysia - Ketika pelbagai pihak semakin meminggirkan tulisan Jawi, seorang wanita kelahiran Russia menongkah arus dan berpendapat tulisan itu perlu dikekalkan untuk dihayati generasi akan datang.

Pensyarah di Pusat Kajian Tinggi Islam, Sains dan Peradaban Universiti Teknologi Malaysia Prof Dr Tatiana Denisova berkata, perkembangan sejarah tulisan Jawi berkait rapat dengan jati diri bangsa Melayu.

Beliau yang mahir bertutur bahasa Melayu selepas mempelajarinya pada usia 17 tahun berkata, hanya dengan menguasai tulisan Jawi, masyarakat dapat mengkaji manuskrip sejarah Melayu lama yang ditulis dalam tulisan berkenaan.

“Penting untuk memberikan kesedaran kebangsaan terhadap tulisan Jawi supaya generasi muda berpeluang menguasai persuratan Melayu (lama) yang ditulis dalam tulisan Jawi.

“Perlu kita ketahui bahawa bahasa Melayu berkembang dalam tulisan Jawi sebelum tulisan Rumi,” katanya.

Beliau berkata demikian ketika ditemui selepas majlis perasmian Seminar Antarabangsa Tulisan Jawi di Kolej Universiti Islam Sultan Ahmad Shah, di sini, semalam.

Ia disempurnakan Tengku Mahkota Pahang Tengku Abdullah Sultan Ahmad Shah.

Tatiana berkata, orang Melayu sangat bertuah kerana memiliki bahasa ibunda yang begitu hebat sehingga pernah digunakan secara meluas pada peringkat antarabangsa.

Katanya, ini dibuktikan apabila bahasa berkenaan turut diajar di universiti di Russia.

“Bagaimanapun, ketika kami belajar bahasa Melayu (di Russia), kami mempelajari asas bahasa itu menerusi terjemahan bahasa Latin,” katanya.

Tatiana, 56, yang dilahirkan di Moscow, Russia pada 28 April 1959 melanjutkan pengajian dalam bidang sejarah dan bahasa Indonesia di Universiti St Petersburg, Russia pada 1980-an.

Beliau kemudian dilantik sebagai Ketua Bahagian Penyelidikan Sumber Sejarah Islam di Akademi Sains Russia, Institut Kajian Oriental, Moscow.

Selain itu, beliau pernah berkhidmat sebagai pensyarah di Institut Pengajian Asia dan Afrika, Universiti Moscow sehingga 2006.

Tatiana juga pernah menjadi Karyawan Tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur sehingga 2006 dan Perpustakaan Negara Malaysia sehingga 2008.

Beliau juga pernah berkhidmat lima tahun sebagai Pensyarah Pelawat di Jabatan Sejarah dan Tamadun Islam, Akademi Pengajian Islam di Universiti Malaya.

Wanita itu sudah menghasilkan pelbagai kajian membabitkan lebih 50 tajuk penerbitan termasuk dalam sumber sejarah Melayu-Islam dan Kesusasteraan Melayu.

Kegiatan resmi di Riau wajib sajikan tari persembahan dan pantun

Pekanbaru, Riau - Pelaksana tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachmand, menyatakan pemerintah Provinsi sudah mengeluarkan edaran mewajibkan setiap kegiatan di wilayah setempat menampilkan tari persembahan dan pantun Melayu guna mencapai visi Riau 2020 jadi pusat budaya Melayu di Asia Tenggara.

"Semua kegiatan yang sifatnya resmi kami anjurkan menampilkan tari persembahan sebagai pembukaan acara dan MC (pembaca acara) juga harus membaca pantun," ungkap Pelaksana tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachmand, Minggu, di Pekanbaru.

Andi menjelaskan Provinsi Riau mulai saat ini harus berbenah diri dalam memperkenalkan budaya Melayu bagi semua kalangan terutama para tamu dan pendatang yang berkunjung ke wilayah tersebut.

"Makannya pengenalan budaya itu dimulai dari setiap awal acara agar menandakan tari persembahan budaya asli Melayu dalam menyambut tamu dengan sajian tepak sirihnya,"urai dia.

Tari persembahan atau identik dengan makan sirih adalah salah satu tari tradisional atau tari klasik Melayu yang umumnya dipentaskan untuk menyambut dan dipersembahkan untuk menghormati tamu agung yang datang.

Tari makan sirih hingga kini masih sering dipertunjukkan dalam perhelatan-perhelatan besar untuk menyambut tamu. Oleh karena itu, tari ini disebut juga dengan Tari Persembahan Tamu.

Gerakan Tari Makan Sirih umumnya menggunakan gerakan pada Tari Lenggang Patah Sembilan.

Meskipun demikian, ada perbedaan nama gerakannya di mana untuk Tari Makan Sirih hanya terdapat dua gerakan saja, yaitu gerakan lenggang patah sembilan tunggal dan ganda.

Sedangkan pada Tari Lenggang Patah Sembilan terdapat tiga bagian gerakan, yaitu lenggang di tempat, lenggang memutar satu lingkaran, dan lenggang maju atau berubah arah.

Penari Tari Makan Sirih ini harus memahami istilah-istilah khusus dalam tarian Melayu, seperti igal (menekankan pada gerakan tangan dan badan), liuk (gerakan menundukkan atau menganyunkan badan), lenggang (berjalan sambil menggerakkan tangan), titi batang (berjalan dalam satu garis bagai meniti batang), gentam (menari sambil menghentakkan tumit kaki), cicing (menari sambil berlari kecil), legar (menari sambil berkeliling 180 derajat), dan lainnya.

Tari Makan Sirih termasuk tari yang bertema gembira. Tari ini diriingi oleh musik khas Melayu yang rancak serta lagu Makan Sirih.

Tari Makan Sirih mengandung nilai-nilai luhur antara lain disiplin dan kesabaran. Nilai ini tercermin dari ragam gerak tari yang harus dipelajari dengan kedisiplinan dan kesabaran agar dapat menguasai tari ini dengan baik.

Salah satu syarat untuk dapat menarikan tari Melayu adalah sang penari dapat menjiwai setiap gerakan, bukan hanya sekadar melenggang saja.

"Pementasan tari ini dalam setiap pembukaan acara merupakan upaya pelestarian budaya Melayu. Ketika mementaskan tari ini, sebenarnya ada tiga hal yang dilestarikan, yaitu tari, lagu, dan busana Melayu," tutup Andi.

Dinas Pendidikan Bireuen Buka Festival Seni

Bireuen, NAD - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen dengan resmi membuka festival dan lomba seni siswa (FLS2SN) tingkat SMA dan SMK se-Bireuen yang berlangsung hingga besok (hari ini), Kamis (31/3), di aula Setdakab Bireuen, Aceh.

Ketua Panitia, Zamzami S.Pd mengatakan festival tersebut dibuka guna mencari siswa-siswi yang berprestasi dalam bidang seni, dan juga untuk siswa bisa lebih mengenal dengan budaya, seni dan tari yang ada di Indonesia maupun dengan ketrampilan siswa dengan hasil karyanya sendiri.

Festival dengan mengusung tema Kreasi Seni yang memancarkan prestasi dan membentuk karakter mulia diperlombakan untuk sejumlah bidang. Diantaranya tari berpasangan diikuti 20 peserta, tari tradisional 20 peserta, seni musik tari tradisional 7 peserta.

“Kemudian solo vocal 28 peserta, baca puisi 24 peserta, cipta puis 19 peserta, desain poster 15 peserta, kriya 32 peserta dan film pendek 21 peserta. Tapi ada juga hari ini yang tidak hadir untuk mengikuti diantaranya lomba kriya yaitu merupakan lomba ketrampilan atau kreasi tangan, lomba film pendek dan desain poster,” ujarnya.

Museum Keris Solo dijadwalkan buka Oktober

Solo, Jateng - Museum Keris di Jalan Bhayangkara, Solo, dijadwalkan buka pada Oktober 2016 menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Eny Tyasni Suzana, Senin.

"Kami jadwalkan proyek Museum Keris baru dikerjakan Juni. Waktu pekerjaan tiga bulan, jadi September proyek rampung dan Oktober bisa dibuka," katanya.

Museum yang dibangun dengan dana Rp20 miliar itu diharapkan bisa menarik lebih banyak wisatawan ke Solo.

Tahun lalu jumlah wisatawan yang mengunjungi Solo sampai 4,2 juta orang, melebihi target pemerintah daerah sebanyak 4,1 juta orang.

Eny mengatakan selama ini wisatawan domestik umumnya mengunjungi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), Taman Balekambang dan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, serta tempat-tempat wisata kuliner di Solo.

Sementara wisatawan mancanegara biasanya berkunjung ke Pura Mangkunegaran, Pasar Triwindu Ngarsopura dan Keraton.

"Ya mudah-mudahan dengan dibukanya Museum Keris bisa memberi warna baru tempat wisata di Kota Solo," katanya.

Pemerintah daerah menargetkan selama 2016 wisatawan yang mengunjungi Surakarta mencapai 4,5 juta orang.

"Ya kami optimis bila target kunjungan wisatawan ke Solo terpenuhi tahun ini. Januari-Februari saja yang low season jumlah kunjungan 617.489 orang. Apalagi nanti Museum Keris akan dibuka tahun ini," kata Eny.

Raja-Sultan deklarasikan perjanjian Adat Indonesia Bersatu

Makassar, Sulsel - Sebanyak 14 Kerajaan serta Kesultanan se Nusantara mendeklarasikan Perjanjian Adat Indonesia Bersatu guna memerangi bersama Terorisme, Narkotika dan Korupsi di hotel Aryaduta Makassar, Sulawesi Selatan.

"Deklarasi ini merupakan komitmen kami untuk turun tangan, karena sudah menjadi kewajiban kami memberantas musuh negara," sebut Sultan Tallo ke-XIX, I Paricu Muhammad Akbar Amin Sultan Aliyah Daeng Manaba Karaengta Tanete dalam acara tersebut, Sabtu.

Hadir pada kesempatan itu ada14 kerajaan dan kesultanan se Indonesia seperti Kerajaan Sambalung, Gunung Tabur, Atjeh Darussalam, Salaparang di Lombok, Tiworo Muna, Tai Woi, Moroneme Rumbia, Manggarai dan Fak-fak.

Kemudian Kesultanan lainnya yakni Taliwang, Bulungan, Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Demak, serta Buton. Sementara dari kerajaan negeri tetangga, yaitu Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Sejumlah kerajaan lain yang masuk daftar Dewan Adat Nusantara dilantik

Pertemuan Raja-raja dan Kesultanan digagas Dewan Adat Nasional, Perintis dan Generasi Kemerdekaan Republik Indonesia serta Kesultanan Kerajaan Tallo. Hadir pula Mendagri Tjahjo Kumolo, anggota DPR Akbar Faisal dan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Numang serta undangan lainnya.

Menurut Sultan Tallo ke-XIX, Dewan Adat Nusantara wajib mengambil bagian dari penyelamatan bangsa dan negara serta memberikan konstribusi bagi pembagunan bangsa salah satunya dengan melawan musuh terkait dengan terorisme, narkotika dan perilaku korupsi.

"Kami wajib berperang dan memberantas musuh negara itu karena sudah menyerang semua lini bukan hanya kalangan bawah tetapi hingga kalangan menengah keatas," tambahnya.

Deklarasi ini dikukuhkan dalam piagam istiadat bersama dengan bertandatangan kerajaan dan kesultanan sebagai bentuk peran serta memerangi ancaman terorisme, peredaran narkotika dan mencegah perilaku korupsi.

Sementara itu Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Numang mengatakan perjanjian bersama para pemangku adat Nusantara itu akan menjadi perekat bagi kehidupan bangsa sebagai bentuk perlawanan kepada kelompok-kelompok radikal dan sindikat narkotika ingin menghancurkan Indonesia secara perlahan.

"Ini akan menjadi catatan sejarah agar generasi selanjutnya bisa melawan serta ikut memerangi terorisme, narkoba hingga korupsi di Indonesia yang sudah menjalar ke semua lini," paparnya.

Agus menambahkan komitmen dengan perjanjanjian itu memberantas terorisme, radikalisme, peredaran narkoba dan korupsi nyatanya tidak hanya diserukan pemerintah tetapi mesti dibantu para pemangku adat di seluruh Indonesia.

Grup Tari RI Raih Medali Emas & GP di Spanyol

London, Inggris - Grup Folklore Danadyaksa Budaya SMP Labschool Cibubur berhasil meraih medali emas kategori usia 8 hingga 16 tahun sekaligus meraih Grand Prix, juara umum lintas kategori, dalam Festival Folklore Internasional Dance in Catalonia 2016 di Kota LLoret de Mar, Costa Brava, Spanyol.

Pengumuman pemenang dilaksanakan di Grand Casino Costa Brava, Lloret de Mar, demikian Perwakilan dari Gantari Gita Khatulistiwa, pelatih tari Danadyaksa Budaya SMP Labschool Cibubur, Gilang Lestari Mokodompit, kepada ANTARA News London, Sabtu.

Festival yang berlangsung dari tanggal 20 sampai 24 Maret itu diikuti 25 grup penampil dari 11 negara, antara lain Mesir, Uzbekistan, Rusia, Armenia, Kuba, Indonesia dan tuan rumah Spanyol.

Grup Danadyaksa Budaya yang terdiri dari 31 siswa-siswi menampilkan empat nomor tarian tradisional Nusantara, yaitu Tarek Pukat dan Ratoh Jaroe (Gayo, Aceh), Tari Lenggang Langgak (Betawi) dan Tari Gantar Alak (Dayak, Kalimantan).

Diana, selaku perwakilan panitia penyelenggara Dance in Catalonia 2016 mengungkapkan grup Danadyaksa Budaya berhasil memukau para dewan juri dan juga penonton yang turut menyaksikan langsung.

"Kami terpukau dengan penampilan tim Indonesia, dengan usia semuda itu mampu menarikan tarian tradisi dengan tingkat kesulitan tinggi dengan sangat baik," ujarnya.

Kepala Sekolah SMP Labschool Cibubur, Drs. H. Uswadin, M.Pd., mengungkapkan rasa syukur atas prestasi yang luar biasa tim Danadyaksa Budaya SMP Labschool Cibubur yang berhasil meraih peringkat terbaik pada festival ini.

"Keberhasilan ini diraih berkat kerja keras anak-anak dan tim pelatih juga dukungan dan doa orang tua serta semua pihak. Melalui kebudayaan, anak-anak mampu mengibarkan merah putih di kancah folklore dunia," ujarnya.

Salah satu perwakilan siswa anggota Danadyaksa Budaya SMP Labschool Cibubur, Alisha Oriana, kelas VII, mengungkapkan kebahagiannya atas pencapaian yang diraih, meskipun di tengah suhu yang cukup dingin.

"Saya dan teman-teman baru pertama kali ikut kompetisi internasional merasa terkejut dan bangga. Semua ini berkat bimbingan pelatih dan kakak kelas yang berpengalaman ikut serta di tim tari kami," katanya.

Hal senada juga disampaikan, Aurora Nasery, kelas VIII SMP Labschool Cibubur, anggota Danadyaksa Budaya yang sudah dua kali mengikuti kegiatan internasional serupa.

Ia mengutarakan rasa bangganya karena berhasil mempertahankan prestasi gemilang setelah dua tahun lalu berhasil meraih medali emas pada Festival Folklore Internasional InterFolk di Saint Petersburg, Rusia, November 2014.

"Festival kali ini lebih berat karena kami punya beban untuk mempertahankan gelar juara. Apalagi, tim berubah karena anggota sebelumnya yang kini duduk di kelas IX SMP sudah tidak boleh ikut karena fokus persiapan ujian dan digantikan oleh anggota baru dari kelas VII," katanya.

Ia menambahkan, "Tapi, Alhamdulillah dengan kerja keras tim Danadyaksa Budaya yang baru ini, kami tetap bisa tampil maksimal, berhasil memukau juri dan penonton, hingga meraih prestasi yang gemilang."

Begini Asyiknya Peresmian Uma’ Adat Uyau I’ut

Tanjungselor, Kaltim - Alunan musik dan tarian khas Suku Dayak memeriahkan acara Renovasi Uma’ Adat Uyau I’ut Desa Teras Nawang dan Amin Lu’ung Desa Metun Sajau, Selasa (28/3/2016).

Baik di awal, pertengahan dan akhir tarian, selalu mendapat riuh tepuk tangan hadirin yang hadir.

Di antaranya, Bupati Bulungan Sudjati, Wakil Bupati Bulungan Ingkong Ala, Ketua DPRD Bulungan Syarwani, Kapolres Bulungan AKBP Ahmad Sulaiman, Dandim 0903/Tanjung Selor Letkol Inf Dannie Hendra dan sejumlah pejabat lainnya.

Suasana khas Dayak sudah mulai terasa disaat penyambutan di dermaga desa. Rombongan pejabat berjalan menuju lokasi acara dengan iringan tarian perang yang dibawakan para pria Suku Dayak.

Di sela-sela sambutan, beberapa persembahan tarian juga menjadi hiburan bagi para hadirin. Musik sendiri dibawakan langsung para pemuda dan kaum bapak dengan menggunakan alat-alat musik yang memang sudah dipersiapkan.

Bukan hanya dari gadis-gadis remaja, para ibu pun tak mau ketinggalan mempersembahkan penampilan terbaik dalam kesempatan tersebut.

Filosofi Tradisi Palang Pintu Betawi

Jakarta - Sebagai kota metropolitan dan pusat globalisasi di Indonesia, ternyata DKI Jakarta juga memiliki beragam budaya tradisional yang patut dilestarikan. Salah satu yang hingga kini masih bisa dilihat adalah tradisi palang pintu.

Palang pintu sebenarnya dibagi menjadi tiga bagian yakni pantun, silat dan selawat. Ketua Sanggar Seni Betawi Setu Babakan Sahroni menuturkan, setiap bagian memiliki makna tersendiri.

Beradu pantun pada tradisi palang pintu memiliki arti suami harus bisa membahagiakan istri dan anaknya kelak. Selain itu, pantun juga melambangkan keluarga harusnya ceria.

"Pantun dalam palang pintu itu melambangkan keluarga harus ceria," ucap Sahroni kepada merahputih.com di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (29/3).

Silat dalam palang pintu melambangkan bahwa seorang suami harus bisa melindungi keluarga baik gangguan dari dalam atau pun dari luar. Terakhir selawat melambangkan suami harusnya menjadi tuntunan bagi istri dan anaknya.

"Nah, kalau selawat itu melambangkan laki-laki harus menjadi imam bagi keluarga," lanjut pria lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta ini.

Tradisi ini dulunya hanya dipakai dalam acara pernikahan. Namun seiring perkembangan zaman, palang pintu juga bisa dipakai untuk menyambut pejabat yang datang ke suatu daerah.

Nah, untuk palang pintu yang biasa dipakai di penyambutan pejabat, bagian selawat dihilangkan. Bahkan, tak jarang pula saat pernikahan palang pintu tidak selalu menggunakan semua bagian.

"Kalau pernikahan juga tergantung permintaan. Kadang bagian selawat dihilangkan jadi biar dipercepat waktunya," jelas Sahroni.

Berbicara masalah waktu, Sahroni menjelaskan, durasi untuk palang pintu bila memakai seluruh bagian bisa mencapai 30 menit. Namun, tak jarang pula durasi tersebut dipercepat tergantung permintaan.

"Kalau mau dipercepat juga bisa. Paling cepet 15 menit, jadi semua bagiannya dipercepat. Itu semua tergantung permintaan," jelasnya.

Budaya Cirebon Akan Mampu Bertahan

Cirebon, Jabar - Di tengah gempuran modernitas, kebudayaan tradisional Cirebon, Jawa Barat, diyakini mampu bertahan bahkan dapat menjadi potensi wisata yang besar. Sejak berabad-abad silam, Cirebon telah menjadi ladang pencampuran berbagai ragam budaya.

”Cirebon sudah terlalu biasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,” ujar pemerhati seni budaya Cirebon, Nurdin M Noer, Kamis (24/3/2016) malam, dalam sesi diskusi kegiatan Kirab Budaya Cirebon di Kota Cirebon.

Turut hadir Sultan Keraton Kasepuhan XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat serta General Manager Cirebon Super Blok Mall Gunadi Iksan.

Nurdin mencontohkan keberadaan bangunan Siti Inggil di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Meskipun berasal dari kebudayaan Hindu, bangunan Siti Inggil merupakan bagian dari dua keraton yang menjadi pusat penyebaran agama Islam pada masa silam itu.

Bahkan, di Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kasepuhan dibangun pintu gerbang menyerupai pura berwarna merah. Tidak tampak benturan budaya ataupun agama.

Dalam Kitab Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon, yang ditulis sekitar abad ke-17, Cirebon disebut berasal dari kata sarumban, yang berkembang menjadi caruban, yang berarti ’campuran’. Namun, hal itu tidak berarti Cirebon kehilangan kekhasannya.

Salah satu kekhasan yang dimiliki Cirebon, menurut Nurdin, ialah bahasa. Ia mengatakan, bahasa Cirebon bukan bahasa Sunda meskipun lokasi Cirebon berada di Jawa Barat. Bahasa Cirebon juga bukan bahasa Jawa walaupun wilayah Cirebon berdekatan dengan Jawa Tengah.

Kini, di tengah perkembangan zaman, yang ditandai oleh ledakan teknologi digital, pelestarian kebudayaan Cirebon kian mendapat tantangan, sekaligus peluang. Tantangan terasa berat karena generasi milenial dinilai lebih condong mencari hiburan modern ketimbang seni tradisional.

Arief mengatakan, anak muda, bahkan orang dewasa, lebih memilih pergi ke mal ketimbang mengunjungi museum yang memuat sejarah dan kebudayaan daerah. ”Ini perkembangan zaman, tidak bisa ditolak,” ucapnya.

Di sisi lain, kebudayaan Cirebon merupakan kekayaan tersendiri yang ternyata mampu menyesuaikan diri dengan menjadi potensi wisata.

Wisata religi, misalnya, dapat ditemui di Cirebon, antara lain di Keraton Kasepuhan dan makam Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo.

”Pengunjung di keraton mencapai 30.000 per bulan, di luar acara Mauludan. Angka ini tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Arief.

Meski kebudayaan Cirebon tampak mampu bertahan, untuk memastikan kelestariannya, tetap diperlukan kerja sama erat antara masyarakat, swasta, dan pemerintah. Penyelenggaraan Kirab Budaya Cirebon merupakan contoh kerja sama yang baik.

Kirab Budaya Cirebon yang tak lain pameran kebudayaan dan kesenian setempat diadakan di mal, sebuah simbol modernitas.

Selain gamelan dan gerabah Sitiwinangun, sejumlah kesenian, seperti tari topeng dan angklung bungko yang nyaris punah, ditampilkan dalam pembukaan Kirab Budaya Cirebon.

”Hal ini merupakan model kolaborasi. Di mal yang menjadi simbol modernitas, ada gamelan yang merupakan bentuk kesenian tradisional,” lanjut Arief.

Kolaborasi itu dinilai dapat mengembangkan potensi Cirebon sebagai obyek wisata bagi wisatawan Nusantara serta mancanegara.

Selain menawarkan wisata religi bagi turis dalam negeri, Cirebon juga menyediakan wisata tempat-tempat bersejarah bagi wisatawan asing, terutama turis asal Tiongkok. Di Cirebon, pada abad ke-15, Laksamana Cheng Ho, pelaut besar Dinasti Ming, Tiongkok, berlabuh di tengah perjalanan panjangnya.

Menurut Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, pada 2015, jumlah wisatawan dalam negeri dan asing yang datang ke Cirebon sekitar 580.000 orang.

Angka itu masih jauh di bawah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang mencapai lebih dari satu juta orang setiap tahun.

Gunadi mengatakan, Cirebon Super Blok Mall akan rutin menggelar pameran kebudayaan dan kesenian Cirebon.

”Kami sedang berusaha menghadirkan sejarah, seni, dan budaya Cirebon dalam mal agar warga dan turis mengenal Cirebon lebih dalam,” ujarnya.

Sultan Johor Ajak Malaysia Jaga Tradisi Melayu, Bukan Arab

KL, Malaysia - Sultan Johor Ibrahim bin Sultan Iskandar mendesak orang Melayu tidak berusaha menjadi seperti orang Arab dan membuang budaya Melayu yang unik.

Sultan Ibrahim mengatakan berpegang pada adat dan tradisi sebagai orang Melayu karena dilahirkan sebagai orang Melayu, sambil mengatakan terganggu bila beberapa orang ingin orang Melayu berhenti mengamalkan ucapan salam tradisional.

"Jika ada sebagian dari Anda ingin menjadi orang Arab dan mengamalkan budaya Arab, dan tidak mau mengikuti adat istiadat Melayu dan tradisi kita, itu terserah Anda. Saya juga akan senang jika Anda tinggal di Arab Saudi," kata Sultan Ibrahim, seperti yang dilansir Straits Times pada 24 Maret 2016. "Itu hak Anda, tapi saya percaya ada orang Melayu bangga dengan budaya Melayu. Setidaknya, saya jujur dan tidak munafik dan rakyat Johor tahu siapa raja mereka," kata Sultan Ibrahim, melanjutkan.

Sebagai contoh, dia mengatakan lebih suka menggunakan istilah Hari Raya daripada Idul Fitri, atau buka puasa dan bukan iftar. "Saya menggunakan istilah Melayu ini sejak anak-anak dan berbicara dengan almarhum ayah saya sejak 50 tahun lalu. Saya tidak bermaksud menggantikan istilah-istilah ini dengan istilah Arab," ujarnya.

Sultan Ibrahim juga menegaskan, salah bila menghukum seseorang yang dianggap melanggar ketimbang memberi nasihat terlebih dulu. "Allah akan menghukum Anda. Jika Anda ingin menasihati seseorang, panggillah dia dan berbisik kepadanya, jangan membuat dia malu depan umum," tuturnya.

Sultan Ibrahim tidak puas terhadap Departemen Pekerjaan Umum (JKR) Batu Pahat karena baru-baru ini memasang pemberitahuan di jalan raya, yang mengingatkan wanita Islam tentang dosa bila tidak menutup rambut. "Ini salah. Ini bukan peran mereka. Sejak kapan JKR terlibat dalam hal ini?" ucapnya.

Dia menegaskan, tugas JKR bukan mengurusi soal agama. Tugas utama mereka memastikan jalan dijaga dengan baik bukan khawatir dengan rambut wanita.

Tentang pertemuan baru-baru ini dengan kelompok-kelompok agama di Emirat Arab (UEA), Sultan Ibrahim mengatakan orang Arab semakin terbuka. "Mereka semakin terbuka. Sebelumnya, wanita di Arab Saudi tidak diizinkan mengemudi, tapi mereka secara bertahap membenarkannya. Beberapa wanita bahkan bergabung politik," kata Sultan Ibrahim. Ia menambahkan, keadaannya sama dengan di Iran.

Tudang Sipulung Dan Kebangkitan Budaya Makassar

Makassar, Sulsel - Pegelaran Tudang Sipulung Kebangkitan Seni Budaya Kota Makassar yang digelar di Fort Rotterdam, Senin (28/3/2016) malam.

Dalam kegiatan ini, sejumlah lukisan karya seniman Makassar dipamerkan. Lukisan tersebut, dipajang di sekitar areal panggung.

Dalam sambutannya, Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto mengatakan, kegiatan Tudang Sipulung yang dilakukan begitu sangat penting untuk menjaga kebudayaan Kota Makassar.

“Banyak aksi kriminal di jalan seperti begal, itu salah satu karena budaya di Makassar kurang dijunjung tinggi,” ujar Danny

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar, Rusmayani Majid mengatakan, kegiatan yang dilakukan ini merupakan program dari Dinas Pariwisata. Sementara untuk anggarannya sendiri menggunakan anggaran APBD.

“Adaji anggarannya itu dipakai dari APBD, kalau nilainya saya tidak tahu pasti yang jelas adaji itu laporannya semua,” singkatnya.

Festival Silat Jampang Upaya Lestarikan Seni Silat

Bogor, Jabar - Kemeriahaan begitu terlihat di kawasan terpadu pemberdayaan Dompet Dhuafa, Zona Madina di Desa Jampang, Parung, Bogor, Minggu 27 Maret 2016. Sebanyak 600 pesilat dari 20 perguruan silat baik silat prestasi dan silat tradisi, terdiri dari anak-anak hingga dewasa hadir dalam Festival Kampung Silat Jampang 2016.

"Festival Kampung Silat Jampang sendiri sudah 2 kali digelar. Selain mempromosikan kesenian silat di wilayah Jampang dan sekitarnya, kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahim bagi para pesilat yang diwadahi Kampung Silat Jampang," ujar Herman Budianto, Direktur Zona Madina, Dompet Dhuafa.

Herman memaparkan, Kampung Silat Jampang (KSJ) merupakan sebuah wadah yang didirikan oleh jaringan Dompet Dhuafa sebagai ajang silaturahim perguruan-perguruan silat di Desa Jampang, Parung, Ciseeng, Iwul, Pondok Udik, Tegal, Babakan, Kabupaten Bogor. Hadirnya KSJ sendiri bertujuan untuk melestarikan budaya dan menjadikan silat sebagai sebuah pemberdayaan masyarakat dengan menerapkan nilai-nilai luhur silat dalam meraih prestasi didunia pendidikan untuk para mustahik.

Beberapa tokoh hadir dalam Festival Kampung Silat Jampang di antaranya, Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, Camat Parung, Deswara Sulanjana, Ketua IPSI Se Kabupaten Bogor, Muhammad Khairul, Perwakilan Camat Kemang, Herman dan tokoh masyarakat Desa Jampang.

Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini memberikan sambutan dalam kegiatan yang digelar setahun dua kali ini. Dalam sambutannya, digelarnya Festival Kampung Silat Jampang tak hanya menjadi ajang silaturahim antarpara pesilat, namun juga ikhtiar menggairahkan kembali kesenian silat dan melestarikannya.

"Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk ikhtiar Dompet Dhuafa dalam mempromosikan silat sebagai bentuk beladiri dan seni budaya asli Indonesia. Ini yang coba kami upayakan, agar seni beladiri ini semakin mendunia, mengingat kesenian silat jarang terekspose di masyarakat," ujar Ahmad.

Senada dengan Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Camat Parung, Deswara Sulanjana, mengucapkan rasa terima kasih kepada Dompet Dhuafa atas kontribusinya melalui Kampung Silat Jampang dalam mempertahankan dan melestarikan kesenian silat, dan mengupayakan silat untuk masuk dalam kegiatan ekstrakulikuler di setiap sekolah di kawasan Jampang dan sekitarnya.

"Harapan saya dan masyarakat Jampang adalah semoga silat semakin mendunia. Saya dan keluarga besar juga pencinta kesenian silat. Untuk itu, warisan budaya Indonesia ini tidak boleh hilang begitu saja. Apa yang diikhtiarkan Dompet Dhuafa untuk kesenian silat harus kita dukung sepenuhnya,” ungkapnya.

Festival Kampung Silat Jampang dimulai dengan kegiatan karnaval ratusan pesilat, yakni melakukan pemanasan sebelum penampilan silat berkeliling di sekitaran kawasan Jampang. Dimeriahkan pula dengan atraksi dan penampilan jurus dari 20 perguruan silat, Parade kendang pencak, dan pengukuhan 20 perguruan silat, serta penghargaan atau apresiasi bagi perguruan silat yang dilakukan secara simbolis.

Saat ini Kampung Silat Jampang terdiri dari 20 Perguruan Silat baik Silat Prestasi maupun Silat Tradisi, dengan pengembangan pelatihan di 12 sekolah, 3 pondok pesantren dan 5 pelatihan umum di masyarakat dengan jumlah siswa silat saat ini mencapai 163 siswa.

Pasar Seni Taman Budaya Riau Meriah, Hadirkan Kreasi Seni UIR

Pekanbaru, Riau - Pasar Seni gagasan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum dan Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Riau berlangsung meriah, Sabtu (27/3/2016) malam. Kegiatan dipusatkan di Gedung Olah Seni Taman Budaya, Jalan Sudirman Pekanbaru ini, menampilkan beragam kreasi seni dari mahasiswa program studi (prodi) sentratasik, Fakultas Keguruan Ilmu Pengetahuan (FKIP), Universitas Islam Riau (UIR).

Beragam seni yang ditampilkan tersebut, mulai dari tari zapin pecah 12, tari karapan, musik tradisional, parkusi, lagu melayu, string, dan seni lainnya. Penampilan mahasiswa ini mendapat perhatian dari pencinta dan penikmat seni, dan komunitas seni, serta masyarakat umum.

Menurut Kepala UPT Museum dan Taman Budaya, Sri Mekka SH MH, program pasar seni memang menjadi agenda dari Taman Budaya Riau, di mana tampilan mahasiswa sentratasik UIR kali ini merupakan ajang kedua kali, sebelumnya dua minggu lalu ditampilkan mahasiswa Universitas Lancang Kuning (Unilak).

"Pasar seni dan budaya ini kita gagas untuk memberi ruang bagi para seniman, pencinta dan penikmat seni bisa berkreasi dan menampilkan kreasi semi mereka di tempat umum. Tujuannya, agar masyarakat khususnya kalangan muda makin mencintai seni dan mampu menciptakan kreasi seni budaya Melayu. Makanya, kita berikan wadah bagi mereka melalui pasar seni ini," papar Sei Mekka, didampingi Kasi

Sri Mekka menambahkan, pasar seni ini juga untuk memulihkan dan melestarikan seni dan budaya lokal yang semakin hari mulai terusik dengan kesenian dan budaya asing. "Kami ingin pasar seni yang dua minggu sekali digelar ini bisa dikunjungi masyarakat Pekanbaru dalam mencari hiburan Sabtu malam. Yang terpenting, pasar seni sebagai wadah menyalurkan kreativitas seni masyarakat, terutama kalangan muda," paparnya lagi.

Sementara Pimpinan Produksi yang juga dosen prodi Sentratasik UIR, Muslim SKar.Msn, mengapreasi program pasar seni yang dilakukan UPT Museum dan Taman Budaya Riau. Karena, dengan adanya pasar seni ini dapat menjadi wadah bagi pencinta seni menampilkan kreasinya kepada masyarakat.

"Saat ini kita menampilkan 11 pertunjukan seni, mulai dari tari zapin pecah 12, tari karapan, musik tradisional, perkusi, lagu melayu, string dan seni lainnya. Untuk penampilan ini kita melibatkan 80 personel yang berasal dari mahasiswa kita dan beberapa alumni kita," sebutnya.

Menurut Muslim, kegiatan ini luar biasa untuk menggairahkan kembali kesenian dan budaya Melayu. "Ini suatu kehormatan bagi kita untuk tampil maksimal. Di sini, kita menampilkan seni kreasi modren dan seni budaya Melayu," kata Muslim.

Muslim menambahkan, sentratasik UIR telah banyak meraih prestasi, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Seperti, pada iven parade tari tingkat nasional tahun 2005 lalu, sanggar selondang di bawah naungan prodi sentratasik berhasil masuk lima besar, dan prestasi lainnya.

Semarang Gelar Kesenian Bangsa

Semarang, Jateng - Keharmonisan budaya terlihat dalam Karnaval Seni Budaya dan Ogoh-Ogoh 2016 yang digelar di Semarang ditandai dengan iringan penampilan beragam kesenian tradisional.

Beragam kesenian ditampilkan mengiringi empat "ogoh-ogoh" yang didatangkan langsung dari Bali yang diarak bersama-sama dari kawasan Kota Lama menuju Kompleks Balai Kota Semarang, Minggu (27/3/2016)

Beragam kesenian itu, di antaranya kesenian dari Baleganjur Peradah Kota Semarang, kesenian dari Terang Bangsa mewakili umat Kristen, kesenian yang mewakili Khonghucu, dan kelompok penghayat kepercayaan.

Tampil pula kesenian Baleganjur dari Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) dan kelompok "voorijder" dari Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Semarang yang mengiringi arak-arakan ogoh-ogoh.

Ribuan masyarakat yang terlihat memenuhi sepanjang jalan yang menjadi rute arak-arakan budaya, mulai dari kawasan Kota Lama sampai Jalan Pemuda, terutama di depan Kompleks Balai Kota Semarang.

Sesampainya di balai kota, pengunjung disuguhi Tari Garuda Murti yang menceritakan Indonesia yang dilambangkan burung garuda mengalami beberapa ujian dan cobaan, namun Pancasila tetap saksi.

Ketua Panitia Karnaval Seni Budaya dan Ogoh-Ogoh 2016 I Nengah Wirta Darmayana menjelaskan tema yang diusung dalam kegiatan pawai budaya itu adalah "Merajut Harmoni dalam Keberagaman".

Pawai budaya itu, kata dia, mengambil momentum Hari Raya Nyepi 1938 yang sekaligus menjadi sarana silaturahmi dan pengembangan kreasi seni bagi seluruh elemen masyarakat lintas etnis dan agama.

"Pawai ogoh-ogoh ini merupakan salah satu upaya memelihara kerukunan umat beragama di Kota Semarang. Diharapkan para pelaku seni juga terpantik untuk mengembangkan kreasi dan inovasi," katanya.

Tentunya, kata Nengah yang juga Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang, pawai budaya itu bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Atlas.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengungkapkan ada beberapa harapan positif dari kegiatan pawai budaya dan ogoh-ogoh itu, yakni mengangkat daya tarik wisatawan ke Kota Semarang.

"Event semacam ini akan menjadi daya tarik. Tidak hanya bagi wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan asing karena dari segi kualitas penyelenggaraan dan muatannya tidak kalah dengan yang di Bali," katanya.

Sawahlunto Miliki 17 Jenis Seni Tradisi Berbagai Etnis

Padang, Sumbar - Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, memiliki sedikitnya 17 jenis seni tradisi berbagai etnis yang dibina Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) kota itu.

"Ke-17 jenis seni tradisi itu dilanggengkan oleh 40 kelompok kesenian yang ada di Kota Sawahlunto," kata Kepala Seksi Pembinaan Seni Budaya dan Perfilman Disparbud setempat, Syukri SSn di Sawahlunto, Senin (28/03/2016).

Ia menjelaskan, kesenian dari berbagai etnis itu muncul sebagai kearifan lokal masyarakat akibat pembauran hubungan sosial kemasyarakatan yang tercipta sejak berabad-abad silam.

Menurutnya, berbagai program pembinaan dalam bentuk pelestarian seni budaya nusantara sudah diluncurkan pihaknya sejak sepuluh tahun terakhir baik berupa bantuan sarana prasarana maupun upaya peningkatan kualitas seni pertunjukan dengan menampilkan kelompok - kelompok seni tersebut di berbagai kegiatan pada berbagai tingkatan.

Berdasarkan data sementara, lanjutnya, kelompok seni tersebut menekuni lebih dari satu jenis kesenian dan uniknya sebagian dari kelompok tersebut mampu memainkan jenis kesenian lebih dari satu etnis yang ada, antara lain Seni Wayang Kulit, Randai, Kuda Lumping, Tor - Tor, Tari Piring dan lain sebagainya.

Dari beberapa jenis tarian yang ditampilkan, katanya, juga sudah menggabungkan beberapa ciri khas seni tradisi masing - masing etnis dalam satu karya cipta seni, lengkap dengan keragaman jenis alat musik pengiring yang dimainkan secara langsung oleh kelompok seni tersebut.

Dia mengatakan, untuk kegiatan tahun 2016 pihaknya akan terus melakukan pembinaan terhadap seluruh kelompok seni yang ada, salah satunya dengan mengembangkan kreatifitas dan produktivitas para pelaku seni bersama dengan pihak Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan Republik Indonesi.

Pembinaan lanjutan Pembinaan untuk mengaplikasikan hasil kesepakatan terkait rencana strategis kegiatan 2017 dalam rapat koordinasi dengan pihak Ditjen tersebut di Surakarta, Jawa Tengah, dalam kegiatan Rakor Kebudayaan Pusat dan Daerah Bidang Kebudayaan 2016, 22 hingga 24 Maret 2016.

"Salah satu poin pada rakor tersebut adalah melakukan pencatatan secara digital terhadap para seniman kesenian tradisi, guna membuka informasi yang seluas - luasnya kepada masyarakat terkait upaya pembinaan yang dilaksanakan pemerintah," kata dia.

Selain itu pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Ditjen terkait juga mengupayakan untuk menyederhanakan sistem administrasi pengajuan bantuan hibah bagi seluruh kelompok seni binaan pihak pemerintah daerah.

Hal itu untuk menjamin kesetaraan masing - masing pelaku seni tradisi dan budaya dalam mendapatkan perlakuan setara ketika membutuhkan langkah-langkah pembinaan dalam meningkatkan kualitas pertunjukan mereka.

Sementara itu, budayawan asal Sumatera Barat yang tercatat sebagai dosen salah satu perguruan tinggi ternama bidang kesenian di provinsi itu, Zulkifli Dt Sinaro Nan Kuniang S Kar M Hum, mengatakan upaya pembinaan seni tradisi seyogyanya merupakan salah satu program pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kalla.

Hal itu sebagai salah satu bentuk program Revolusi Mental, yakni memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

"Salah satunya dengan mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan mengangkat potensi budaya lokal," kata dia.

Menurutnya, program tersebut dalam pelaksanaannya membutuhkan dorongan yang kuat dari masing-masing pemerintah daerah, khususnya dalam merumuskan metode pendataan serta pembinaan yang melibatkan seluruh unsur ketokohan di masyarakat.

Dia mencontohkan, seperti pembinaan seni di salah satu pusat kebudayaan suku Jawa, yakni di Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruhnya bisa berjalan karena adanya dorongan yang dilakukan pihak keraton dalam mempertahankan nilai - nilai tradisi dan budaya daerah itu, dengan memanfaatkan pamor dari "Sang Sultan" sendiri.

"Kondisi itulah yang mulai hilang dari tatanan sosial masyarakat Sumatera Barat terutama masyarakat adat suku Minangkabau, seiring menurunnya penghormatan kita kepada tokoh - tokoh adat atau para Ninik Mamak serta para pemimpin," kata dia.

Menurutnya, pelestarian seni tradisi tidak akan bisa dilepaskan dari rasa kecintaan dan kepatuhan suatu kelompok masyarakat terhadap pemimpinnya.

Dengan kata lain, imbuhnya, para pemimpin saat ini harus memahami kembali tradisi kepemimpinan yang baik dan berwibawa untuk meraih kecintaan tersebut.

Tanpa itu semua, katanya lebih lanjut, maka upaya pelestarian seni tradisi dan budaya akan semakin sulit dilaksanakan karena tidak adanya legitimasi yang jelas dari masyarakat terhadap pemimpinnya, sehingga segala bentuk imbauan dan arahan yang diberikan yang dilakukan dalam pembinaan tersebut tidak lagi menjadi sebuah garisan kebijakan yang harus dilaksanakan.

"Mari kita kembalikan semangat untuk berseni tradisi dan budaya sebagai "Pamenan Rajo dan Pamainan Anak Mudo - Mudo alam Minangkabau" dalam tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, jika memang ingin melestarikan kesenian tradisi kebudayaan yang ada," kata dia.

Seni, Budaya Berperanan Penting dalam Pembinaan Negara

KL, Malaysia - Kejayaan sesebuah negara tidak hanya ditentukan oleh pencapaian hebat dalam bidang sains dan teknologi, tetapi juga melalui peranan besar dimainkan seni dan budayanya dalam mendorong rakyat agar kreatif dan inovatif.

Ketika menegaskan perkara itu, Rektor Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara) Prof Dr Hatta Azad Khan berkata sains dan teknologi, tanpa seni dan budaya, akan melahirkan sebuah negara yang hanya berjaya dari segi fizikal tetapi kosong dari segi nilai manusiawi dan keunggulan ciri-ciri kemanusiaan.

"Struktur sosial sesebuah negara perlu bersedia untuk melakukan anjakan paradigma serta bersifat penuh keilmuan, inovatif, kreatif dan berdaya saing dari segi modal insan dalam bidang seni dan budaya.

"Inilah yang perlu dijadikan asas bagi tamadun manusia dan pembangunan negara, tanpa mengesampingkan kepentingan ekonomi, politik, sains pengurusan dan pentadbiran awam," katanya.

Hatta berkata demikian dalam ucaptamanya pada Simposium Antarabangsa Liga Institut Pengajian Kesenian Asia (ALIA) di Aswara di sini hari ini.

Simposium dua hari itu, yang bermula hari ini dan bertemakan "Ocean of Colours" (Samudera Warna), bertujuan menyerlahkan ekspresi perpaduan dalam kepelbagaian melalui karya seni.

Dua puluh empat kertas kerja akan dibentangkan pada simposium itu, yang dihadiri peserta dari pelbagai negara termasuk Jepun, Korea Selatan, Indonesia dan Mongolia.

ALIA dianggotai 27 negara Asia, Amerika Syarikat dan beberapa negara Eropah yang berusaha mempromosikan seni melalui kerjasama dalam kalangan institusi pengajian tinggi melalui penyelidikan, pembelajaran dan program kesenian.

Budayawan: Aceh Barat Krisis Regenerasi Sastrawan

Meulaboh, NAD - Budayawan Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, Syeh Hasan mengatakan saat ini daerah itu dilanda krisis regenerasi sastrawan yang melanjutkan perjuangan mempertahankan budaya leluhur masa lampau.

"Inilah yang kami khawatirkan, generasi penerus yang menyukai sastra-sastra Aceh, baik tulisan maupun lisan yang kental dengan nilai-nilai sejarah dan pelajaran agama dalam budaya Aceh," katanya di Meulaboh, Jumat (25/3).

Syeh Hasan merupakan salah seorang seniman yang sudah berusia tua, namun masih aktif dalam berbagai pementasan-pementasan seni sastra lisan seperti membawakan "Hikayat" dalam acara pesta perkawinan maupun sunat rasul.

Menurut dia, yang sangat krusial saat ini adalah wadah bagi generasi mempelajari tentang sastra Aceh ini sudah sangat sulit, jangankan berharap muncul dari kurikulum sekolah, pada tempat-tempat belajar secara tradisionalpun sudah tidak lagi ditemukan.

Syeh Hasan yang dikenal masyarakat Aceh Barat dan Nagan Raya sebagai penyair Hikayat Aceh ini menilai, perkembangan era globalisasi merupakan salah satu masalah serius yang menjadi tantangan sehingga generasi bergeser pada perilaku dan cara hidup lebih modern.

"Seperti budaya Seumapa dalam satu adat perkawinan, dulu setiap akan ada acara perkawinan, saat meminang, mengantar linto (antar mempelai pria) itu ada penyair bertanya sambil berpantun, sekarang jarang itu masih ada," jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, dalam budaya Aceh tentang Seumapa itu banyak nilai historis terkandung dalam penyampaian pesan sehingga dipahami orang lain, meskipun pertanyaan yang disampaikan secara sindiran.

Syeh Hasan menyampaikan, sekarang masih banyak sastrawan di Aceh, mengenal budaya, adat dan memahami tentang pentingnya pelestarian budaya, namun tidak sedikit diantara mereka tidak memiliki regenerasi yang suatu saat menjadi penerus.

Cenderung para sastrawan di Aceh juga bergerak dengan cara pengajaran moderenisasi dan terus melahirkan satrawan dengan seni-seni kreasi baru, kondisi demikian membuat sastra tradisional Aceh ditinggalkan dan tidak dikenal lagi oleh generasi selanjutnya.

"Ini adalah tugas kita bersama, kita berharap ada keberimbanganlah dalam menghidupkan sastrawan, jangan hanya dalam bahasa nasional (bahasa Indonesia), tapi bahasa Aceh juga penting," sebutnya.

Padang Ulan, Menikmati Kesenian Banyuwangi di Pesisir Pantai Boom

Banyuwangi, Jatim - Jika berkunjung ke Banyuwangi, Jawa Timur, dan bertepatan dengan malam bulan purnama, anda harus mampir di Pantai Boom karena ada pergelaran Padang Ulan yang menampilkan kesenian tradisi masyarakat Banyuwangi.

Seperti pada Kamis (24/3/2016), para penari dari Sanggar Rama Lestari, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi tampil membawakan beberapa tarian daerah Banyuwangi.

Para penari membawakan tari Gandrung, tari Nyiru, tari Jaranan Buto, dan tari Mijil Seblang di amphitheater yang menghadap langsung ke Pantai Boom.

"Padang ulan ini sebenarnya tradisi dari nelayan. Saat bulan purnama sepi ikan sehingga mereka menggelar hiburan di tepi pantai dan tradisi ini sekarang kami hidupkan kembali," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda kepada KompasTravel, Jumat (25/3/2016).

Menurutnya pemerintah Kabupaten Banyuwangi memfasilitasi siapa pun untuk tampil saat pergelaran Padang Ulan, mulai dari kelompok tari, musik tradisional hingga teater.

Untuk penonton pun tidak dipungut tiket dan mereka bisa menonton secara lesehan di sekitar pementasan.

"Karena berbentuk amphitheater sehingga penonton bisa duduk di tempat yang disediakan. Bebas siapa saja bisa datang dan nonton," kata Bramuda.

Seni Budaya Miliki Prospek Bangkitkan Pariwisata Belitung

Belitung, Babel - Seni budaya tradisional, berupa tari-tarian asli Belitong memiliki prospek untuk membangkitkan pariwisata Negeri Laskar Pelangi.

Maneger Event Organizer (EO) Alex N Friend, Alex mengatakan, prospek itu sudah terlihat dari berbagai event swasta yang kini banyak digelar di kawasan di Kabupaten Belitung.

"Apalagi semua kegiatan sekarang, pasti menampilkan kesenian. Maka dari itu, pentas seni budaya sangat diperlukan, melihat perkembangan pariwisata Belitung saat ini," kata Alex kepada Posbelitung.com, Jumat (25/3/2016).

Alex menyampaikan, peranan seni budaya di Belitung perlu dilakukan atau ditampilkan secara kontinyu.

"Itu perlu, supaya juga sanggar-sanggar di Belitung semangkin berkembang," ucapnya.

Barongsai Hingga Wayang Golek Ramaikan Parade Budaya di Bandung

Bandung, Jabar - Akhir pekan ini, Kota Bandung memilki banyak agenda menarik. Salah satunya kirab budaya atau Parade Budaya Pesona Andir Kebon Jati yang digelar mulai tanggal 25-26 Maret 2016.

Kegiatan ini digelar atas kerjasama Vihara Giri Metta Bandung, Paskal Hyper Square, dan Dinas Pariwisata Kota Bandung.

Parade Budaya akan digelar pada Sabtu, 26 Maret 2016 mulai pulul 15.00 WIB dengan rute dari Lengkong Kecil-Asia Afrika-Jenderal Sudirman-Klenteng-Kebon Jati-Paskal Hyper Square.

Pawai kali ini akan menampilkan kesenian Sunda, Kebudayaan Indonesia, atraksi Barongsai, dan atraksi Liong.

Acara juga di meriahkan oleh Grup Band Pasundan Asih by Tan De Seng, Wayang Golek dengan Dalang Muda Adi Kontea Sunarya serta tarian dan gamelan.

Selain itu ada Bazar Parade di Lengkong Kecil yang akan digelar pada Jumat 25 Maret 2016 mulai pukul 13.00 sampai dengan selesai dan Sabtu, 26 Maret 2016 pukul 09.00 sampai selesai.

Provinsi Riau Pastikan Andil dalam Parade Tari Nusantara ke- 35 di TMII

Jakarta - Pemerintah Provinsi Riau, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dipastikan akan ikut ambil bagian dalam Parade Tari Nasional ke -35 yang akan diselenggarakan di Taman Mini "Indonesia Indah" (TMII) Jakarta pada tanggal19-20 Agustus 2016 mendatang.

Dalam agenda rapat pengelola TMMI di Hotel Desa Wisata, seluruh perwakilan dari Dinas Kebudayaan di Indonesia tampak hadir memenuhi undangan rapat pemaparan pra-iven nasional tersebut, Rabu, (23/03/2016) di Komplek TMII Jakarta.

Tampak hadir perwakilan dari Provinsi Riau, KUPT Museum dan Taman Budaya, Sri Mecka, Kasi Taman Budaya Evie Andriana dan UPT Anjungan Riau Zulfikar.

"Kita hadir disini memenuhi undangan dari pihak panitia yakni, Bidang Program Budaya Taman Mini Indonesia Indah Ertis Yulia, dalam rangka perencanaan iven Parade Tari Nasional 2016 yang akan diikuti seluruh perwakilan Provinsi termasuk kita dari Riau," ungkap Sri Mecka kepada GoRiau.com.

Ketika ditanya tarian atau persembahan apa yang akan ditampilkan dalam parade tersebut, Sri Mecka belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena memang belum ditentukan pihak panitia.

"Acara kan belum selesai, kita masih menunggu apakah kita boleh menentukan sendiri, atau menunggu reques dari mereka (Panitia,red). Namun yang pastinya nanti setelah ditentukan kita dalam waktu dekat akan langsung mengadakan audisi yang melibatkan sanggar dan Kabupaten se Provinsi Riau, untuk kemudian kita ambil yang terbaik guna tampil di acara puncak parade bulan Agustus nanti," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Kasi Taman Budaya Riau Evie Andriana, dirinya mengaku berterimakasih kepada pihak Panita, karena Provinsi Riau mendapat kehormatan untuk ikut andil dalam parade tersebut.

"Pada intinya kita sangat mengapresiasi kepada pihak TMII yang akan mengadakan acara parade ke 35 ini, kalau soal tekhnisnya kita belum bisa memastikan, karena harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan berbagai pihak termasuk dengan Panitia dan Pemerintah Provinsi Riau sendiri," ujarnya.

Sekedar informasi, acara Parade Tari Nusantara yang ke 35 ini, merupakan sarana apresiasi masyarakat terhadap seni tari daerah, serta sebagai upaya mendukung program pemerintah dalam upaya pelestaruan dan pengembangan seni tari secara nasional.

Selain itu acara ini juga sekaligus menjadi wadah apresiasi, kompetisi dan evaluasi dalam hal kreatiivitas penggarapan/karya seni tari guna memacu para penata tari dalam memperkaya perbendaharaan khasanah seni tari daerah.

"Diharapkan acara ini nantinya juga meningkatkan produktivitas, kreativitas dan kualitas para seniman/wati khususnya dari Provinsi Riau," ungkap Sri Mecka lagi.

Disamping itu kata Mecka, acara ini juga sangat bagus karena bisa meningkatkan pengetahuan, wawasan dan apresiasi budaya antar pelaku seni. "Acara ini juga sekaligus memperkenalkan, mempromosikan dan menyebarluaskan produk karya seni daerah, khususnya garapan baru yang bernuansa tradisi khas daerah dari seluruh Provinsi termasuk Riau," ujarnya.

Adapun penghargaan atau piala yang akan diperbutkan dalam parade tari tersebut nantinya juga akan dibagi menjadi beberapa kategori, diantaranya untuk wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Riau, Jambi, Kepri, Babel, Sumsel, Bengkulu dan Lampung, nantinya akan memperebutkan "Parama Natya Budaya Swarna Dwipa".

Untuk wilayah Jawa dan Bali yakni "Parama Natya Budaya Jawa Bali Dwipa". Semantara untuk wailayah Nusatenggara, Maluku dan Papua, "Parama Natya Budaya Eksotika Indonesia Timur". Dan untuk wilayah Sulawesi "Parama Natya Budaya Eksotika Sulawesi", serta wilayah Kalimantan dengan sebutan "Parama Natya Budaya Eksotika Kalimantan".

Dari pantauan GoRiau.com, dalam acara pemaparan dan persiapan Parade Tari Nasional di Komplek Hotel Desa Wisata, tampil sebagai salah satu narasumber, yakni musisi dan pengamat musik serta tari nasional Bens Leo.

Angklung dan Tifa Indonesia Bergema di Austria

Jakarta - Gema angklung dan alunan musik Tifa yang dibawakan para musisi dari berbagai daerah berhasil membuai lebih dari 600 undangan yang memadati Mozartsaal dalam acara pagelaran seni budaya "Wonderful Indonesia for the World" di Wiener Konzerthaus di Wina, Austria.

High Definition Project (HDP), duo asal Yogyakarta, menampilkan kebolehan memainkan lagu-lagu kontemporer dengan alat angklung dan diselingi dengan permainan biola.

Sementara itu, kelompok pemain angklung dari Angklung Web Institute (AWI) Bandung yang beranggotakan delapan orang menampilkan beberapa komposisi klasik dan modern beserta tari Jaipong dan Topeng.

Selain penampilan musik angklung, para undangan dibuat kagum dengan kualitas vokal dan permainan Tifa dan Toto Buang yang dibawakan kelompok Siwa Lima, binaan Taman Budaya Provinsi Maluku.

Beberapa lagu khas Amboina seperti Nunusaku Musike, Angin Tiup dan Parcuma ditampilkan secara sempurna dengan latar belakang video yang menggambarkan keindahan alam Maluku.

Undangan juga dihibur dengan penampilan Harri Stojka. Musisi Jazz kenamaan Austria tersebut memberikan testimoni mengenai pengalamannya berkunjung ke Indonesia saat mewakili Austria di Java Jazz Festival, Ngayogya Jazz dan Bali Jazz Forum.

Dalam testimoninya, Harri Stojka menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negeri terindah yang pernah dikunjunginya dan ia pun mengajak para penonton untuk datang dan menikmati keindahan alam dan keramahan masyarakat Indonesia.

Rangkaian kegiatan "Wonderful Indonesia for the World" bertujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata dan seni budaya Indonesia kepada publik Austria.

Acara pagelaran seni budaya ini terselenggara atas kerja sama KBRI/PTRI Wina dengan Kementerian Pariwisata RI, Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kota Bandung, juga didukung oleh Andritz Hydro Gmbh, perusahaan Austria yang memiliki investasi di Indonesia.

Sultan Skala Brak Nobatkan Hulubalang Tanggamus

Kotaagung, Lampung - Ratusan masyarakat memadati ruang terbuka hijau Ir. Soekarno Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggus, yang sedang menggelar acara adat penobatan hulubalang dan penggawa Kesultanan Skala Brak, Rabu (23/3/2016).

Hadir dalam acara ini Sultan Skala Brak yang dipertuan ke 23 Edward Syah Pernong, Wakil Gubernur Bachtiar Basri, Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan, Wakil Bupati Samsul Hadi, Pemred Lampung Post Iskandar Zulkarnain, Kapolres Tanggamus AKBP Ahmad Mamora serta jajaran pejabat lingkungan Pemkab Tanggamus.

Prosesi pengangkatan 20 hulubalang dan 150 penggawa ini diawali dengan arak-arakan mengelilingi taman kota Kotaagung yang dilanjutkan dengan pertunjukan pencak silat dari perguruan Kotaagung, Kotaagung Barat, dan Kalianda. Pada upacara sakral ini turut dihadirkan Pusaka Penahut atau pusaka Kyai Naga Silluman yang telah berusia lebih dari 500 tahun. Pada kesempatan ini Sultan Skala Brak melantik Hengki Asnari Salim sebagai Panglima Pangitokh Alam dari Tanggamus.

Dalam sambutannya, Edward Syah Pernong menyampaikan sejarah singkat berdirinya Kerajaan Skala Brak. Skala Brak merupakan kerajaan Islam dan keberadaannya turut menyebarluaskan agama ini. Atas dasar hal ini, dirinya berharap masyarakat dapat mempertahankan adat dengan dilandasi ajaran-ajaran Islam.

"Kepada para panglima dan penggawa saya minta agar dapat menjadi sosok yang selalu membawa kedamaian, kebaikan, akhlak. Menjadi juru damai ketika ada persoalan di tengah masyarakat dan selalu bersedia membantu pemerintah dalam membangun daerah," harap mantan Kapolda Lampung ini.

Dia juga meminta masyarakat Lampung, khususnya warga Tanggamus untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan. Jangan sampai terpecah belah oleh kepentingan sepihak, tapi harus terus membesar. "Bila diibaratkan badan, organ-prgannya harus saling mendukung sehingga tercipta sebuah kekuatan yang kokoh," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan mengaku sangat mengapresiasi acara adat yang digelar Kepaksian Skala Brak. Menurut Bambang, acara adat merupakan salah satu pelestarian nilai-nilai tradisi dalam wilayah hukum adat Kepaksian Skala Brak.

"Acara ini sebagai wujud nyata kebudayaan yang berkepribadian. Pemberian gelar adat merupakan salah satu falsafah hidup masyarakat adat Lampung. Oleh karena itu, perlu dijaga dan dipelihara sehingga tidak tercemar oleh perilaku yang tidak sesuai dengan nama yang disandangnya," katanya yang akrab disapa Pun Bambang.

Bupati mengajak semua elemen masyarakat untuk terus mempererat jalinan silaturahmi dan kekeluargaan. "Saya menyambut baik dukungan dari penggawa-penggawa Lampung, khususnya tokoh-tokoh adat Bumi Begawi Jejama dan Kerajaan Adat Paksipak Skala Brak Kepaksian Pernong untuk turut aktif dalam pelaksanaan pembangunan di Tanggamus," ujarnya.

Gelar Bentang Karya Bertema Melayoe Doeloe, Kemas Tampil Berkain Sarung

Selatpanjang, Riau - Komunitas Seni Muda Bernas (Kemas) Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, akan menggelar bentang karya ke-4 tanggal 26 Maret tahun 2016 malam. Bengtang Karya kali ini akan ditampilkan dengan gaya berbeda.

Pembina Kemas Berty Asmara didampingi Ketua Heru, ketika ditemui di Selatpanjang, Rabu (23/3/2016) mengatakan, bahwa mereka akan menggelar kegiatan bentang karya ke-4. Bentang karya ini merupakan upaya. untuk mengaplikasikan latihan-latihan yang telah dilakukan selama ini.

"Rencananya tanggal 26 Maret 2016 malam," kata Berty.

Ditambahkan Heru, untuk bentang karya ke-4 tahun 2016 ini, mereka akan tampil beda dengan mengusung tema “Melayoe Doeloe”. Dimana, nantinya semua anggota kemas dan semua panitia akan mengenakan kain sarung dan berpakaian ala masyarakat melayu zaman dulu.

"Itu lah yang membuat penampilan kita kali ini unik," tambah Heru.

Dijelaskan Heru lagi, dalam helat yang akan dilaksanakan nanti akan disuguhkan berbagai karya diantaranya musik komposisi, tari kreasi, musikalisasi puisi, drama dan teaterikal.

"Karya yang kami tampilkan nanti, merupakan proses latihan yang telah kami lakukan, tentu saja karya ini original yang belum pernah ditampilkan sebelumnya, kecuali muspus (baca; musikalisasi puisi, red) yang merupakan karya Bang Matrock," ujar Heru.

Ketika disinggung tentang sumber dana yang mereka dapatkan untuk melaksanakan Bentang Karya ke-4 ini, pembina Kemas Berty Asmara hanya tersenyum kecut.

"Kalau masalah itu (biaya, red), sampai hari ini kami "patungan", yang paling penting bagi kami adalah untuk seluruh anggota tetap semangat melestarikan produk budaya yang kita miliki, mengangkat kearifan lokal dalam bentuk karya," ujar Berty.

Ia juga berharap agar nantinya generasi muda di Kepulauan Meranti ini agar tetap melakukan hal-hal positif tidak hanya di bidang kesenian. Dan memiliki pola pikir yang kreatif guna menciptakan daerah yang bisa "bersaing" dengan daerah yang lain.

Mengingat perkembangan kesenian yang semakin pesat, perlunya support dari pihak-pihak terkait agar dapat dukung kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan dan pola pikir yang maju guna pencapaian pembangunan khususnya dibidang kesenian. Apalagi bagi mereka yang telah mengharumkan nama baik Kabupaten Kepulauan Meranti sekarang maupun di masa mendatang.

Sendratari Ramayana Bertahan Ditengah Gempuran Jaman

Klaten, Jateng - Kesenian tradisional tetap bertahan ditengah gempuran hiburan modern yang terus berkembang. Tak dapat dipungkiri seni klasik masih menjadi magnet bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara, salah satunya yakni Sendratari Ramayana. Sanggar Tari Kusuma Aji (STKA) Klaten salah satunya yang hingga saat ini tetap konsisten mempertahankan kebudayaan adiluhung tersebut.

Pimpinan STKA Klaten, Tejo Sulistyo mengatakan, untuk menyajikan tontonan yang menarik perlu mempersiapkan dengan matang. Baginya pencapaian terbesar yakni manakala dapat melestarikan budaya daerah dan penonton merasa terhibur dengan apa yang ditampilkan.

“Semua komponen melakukan hal yang terbaik. Latihan dan latihan terus kami lakukan untuk menyajikan yang terbaik bagi penonton,” kata Tejo di Klaten, Rabu (23/03/2016).

Tejo Sulistyo mengerahkan sebanyak 70 penari dari sanggar yang dipimpinya, sehingga pentas full story Ramayanan benar-benar memikat penonton. Cerita penuh Ramayana tersebut dipentaskan dalam empat babak yang menceritakan perjuangan cinta rama dan Shinta.

Menurut Tejo Sendratari Ramayana yang sering adipentaskan di Kompek Candi Prambanan merupakan penggabungan antara tari dan drama tanpa dialog. Cerita diangkat dari kisah Ramayana, yakni perjalanan Rama menyelamatkan istrinya Dewi Shinta yang diculik Raja Rahwana.

Batik Garutan, Sederhana Tapi Cantik

Jakarta - Batik garutan asal Garut, Jawa Barat, dinilai memiliki keindahan tersendiri dengan ciri khasnya. Meski motifnya sederhana, tidak kalah dengan batik daerah lain.

Itu diungkapkan Hartono Sumarsono dalam peluncuran buku Batik Garutan di Jakarta Convention Center, Rabu (23/3) petang. "Batik Garut dan Tasik sederhana, tapi cantik sekali."

Tidak hanya itu, kekhasan batik garutan terletak pada warna latar gumading alias kuning gading. Juga, tiap ujung kain dilinting tipis membentuk keliman kecil lalu disom. Jahitan seperti itu diberi istilah beulit kacang.

Dari 300 kain batik garutan koleksi Hartono, semuanya dijahit beulit kacang. Mengapa namanya garutan?

Pria kelahiran Arjawinangun, Jawa Tengah, 1953 itu mengatakan dahulu kala pembatik Garut lebih pandai berjualan ketimbang Tasikmalaya sehingga tempat yang dulu dikenal sebagai Swiss van Java itu lebih menonjol. "Sekarang sepertinya terbalik ya," komentar pendiri toko Batik Kencana Ungu dan Batik Citra Lawas itu.

Dalam perkembangannya, batik Garut dan Tasikmalaya banyak dipengaruhi tempat-tempat lain. Corak kawung, parang, dan sidomukti dipengaruhi Solo dan Yogyakarta. Warna-warna cerah, seperti merah jambu dan ungu muda, adalah pengaruh Pekalongan yang disesuaikan dengan selera setempat.

Motif awan mega mendung Cirebon menjelma menjadi Tiga Dara dalam batik garutan. Ada juga corak unggas, seperti bangau, merak, manuk dadali, juga motif unik seperti Gunung Cikuray.

Batik Garutan adalah buku ketiga Hartono. Sebelumnya, ia sudah menulis Batik Pesisir Pusaka Indonesia dan Benang Raja: Menyimpul Keelokan Batik Pesisir.

Belajar Bahasa Melayu melalui Lagu Anak Kampung dan Karya P. Ramlee

KL, Malaysia - Rata-rata peserta Pidato Antarabangsa Bahasa Melayu (PABM) 2016 Piala Perdana Menteri berupaya menguasai bahasa Melayu kerana mereka merupakan pelajar dalam bidang pengajian bahasa dan budaya Melayu di universiti masing-masing.

Namun berbeza bagi peserta dari United Kingdom, Tavan Karl Kessler Dutton, 24, beliau mempelajari bahasa tersebut secara tidak formal termasuk dengan mendalami makna lirik lagu popular di negara ini antaranya Anak Kampung nyanyian penyanyi dari Sabah, Jimmy Palikat.

Katanya, selain lagu itu, dia turut mempelajari bahasa Melayu menerusi karya agung Allahyarham Tan Sri P. Ramlee seperti Engkau Laksana Bulan, Berkorban Apa Saja dan Sedangkan Lidah Lagi Tergigit.

“Pada awalnya saya hanya menyukai lagu-lagu tersebut kerana muziknya yang menarik tetapi secara kebetulan terdapat rakan kuliah memberitahu lirik lagu itu mempunyai makna yang indah. Ia menyebabkan saya tertarik untuk mempelajari bahasa Melayu.

“Secara kebetulan pula, ibu saya berketurunan Kadazan tetapi dia langsung tidak pandai bertutur dalam bahasa Melayu kerana dibesarkan di Australia. Saya berharap penyertaan dalam pertandingan ini akan meningkatkan lagi penguasaan bahasa Melayu saya seterusnya dapat mengenali lebih mendalam asal usul keluarga sebelah ibu,” katanya.

Dutton ialah antara 20 peserta yang layak ke peringkat suku akhir pertandingan PABM Piala Perdana Menteri 2016 yang berlangsung di Hotel RHR @ Universiti Tenaga Nasional (Uniten), Bangi dekat sini hari ini.

Peserta dari Belanda, Priscilla Haley Rasyid, 22, pula berharap dapat merangkul gelaran juara dan membawa pulang hadiah wang tunai sebanyak RM20,000 kerana ingin menggunakannya bagi membiayai pengajian di peringkat sarjana kelak.

Pelajar tahun tiga Ijazah Asia Tenggara di Belanda itu menyimpan hasrat untuk menyambung pengajian ke Indonesia agar lebih dekat dengan keluarganya.

“Bapa saya orang Belanda manakala ibu dari Indonesia dan semua keluarga serta rakan-rakan saya berada di sana. Saya ingin belajar dan berada lebih dekat dengan mereka.

“Lagipun saya menyukai cuaca di Jakarta yang lebih panas berbanding Belanda selain keunikan pelbagai budaya di sana,” katanya.

Bagi Rebecca Clare Lawrence, 20, dia gemar melancong ke luar negara terutama negara-negara di Asia Tenggara kerana kepelbagaian budaya, agama dan bahasa yang berbeza dengan negaranya di Australia.

Jelas pelajar Ijazah Ekonomi dan Bahasa Melayu Indonesia di Universiti West Australia ini, sejak kecil dia menanam cita-cita untuk bekerja di luar negara kerana mahu menimba pengalaman dan berjumpa dengan kenalan baharu.

“Secara logiknya, apabila kita bekerja di negara lain gaji yang ditawarkan lebih besar. Jadi ia antara sebab saya sangat minat untuk mempelajari bahasa lain selain bahasa Inggeris,” katanya.

Sementara itu, dua wakil negara antara 15 peserta yang mara ke peringkat separuh akhir PABM Piala Perdana Menteri 2016 pada Rabu iaitu penuntut Universiti Teknologi Mara (UiTM), Irfan Mohamad Fairus, 23, dan mahasiswa Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Muhammad Haziq Jamaludin, 21.

Kedua-dua mereka akan bersaing dengan tiga lagi peserta dalam kategori Alam Melayu.

Menurut Penyelaras dan Penghakiman PABM 2016, Dr. Mazleena Mohamad Hussain, peserta dari Alam Melayu tidak perlu melalui peringkat suku akhir kerana mereka memang berasal dari negara yang bertutur dalam bahasa Melayu.

“Kaedah ini lebih cepat dan menjimatkan masa kerana mereka telah dipilih oleh universiti masing-masing sebelum layak menjadi wakil untuk negara tersebut,” katanya.

Melestarikan Budaya Suku Sakai di Bengkalis

Bengkalis, Riau - Bengkalis mengimbau Dinas Budaya Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dan pihak terkait terus menggali berbagai kebudayaan suku Sakai, etnis asli di daerah pesisir Riau tersebut. Bupati Bengkalis Amril Mukminin menjelaskan banyak budaya suku Sakai jarang terpamerkan baik itu di lokal maupun nasional, sehingga tak banyak yang mengenal budaya unik tersebut.

"Budaya Sakai hari-kehari semakin jarang dipamerkan, padahal diantara budaya itu terdapat keunikan yang harus ditonjolkan sebagai keragaman warna suku di Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Bengkalis," tegas Amril di Bengkalis, Selasa (22/03/2016).

Ia meminta dan berharap agar para orang tua suku Sakai mewariskan sejarah yang benar terhadap generasi muda, seperti sejarah persukuan hingga tradisi-tradisi yang biasa dalam persukuan.

"Misalnya petang-megang menjelang Ramadan yang saat ini hanya dilakukan beberapa kota atau kabupaten saja," ujar dia.

Menurut dia, Petang-megang atau bersuci diri satu-satunya budaya Sakai yang masih bertahan atau terlestarikan. Namun banyak kebudayaan Sakai lainnya yang belum terlestarikan.

"Hal ini yang harus terus ditanamkan ke generasi muda kita agar mereka tidak lupa dengan kebudayaan asli yang dimiliki suku Sakai ini. Supaya tidak tergerus kemajuan zaman yang berkembang pesat seperti saat ini," ungkap dia.

Selain itu lanjut dia, banyak budaya lainnya seperti budaya tradisi pakaian yang terbuat dari kulit atau pelepah pohon.

"Jika hal ini dipertontonkan, maka akan memberi kesan unik tersendiri. Begitu juga tarian khusus yang dimiliki suku sakai ini," kata dia.

"Jogja Fashion Week" 2016 Tampilkan Keragaman Batik

Yogyakarta - Pergelaran busana "Jogja Fashion Week" 2016 yang akan berlangsung di Jogja Expo Center 24-28 Agustus akan menampilkan keragaman motif batik dari berbagai daerah di Indonesia yang dipadukan dengan busana kontemporer.

"Jogja Fashion Week pertama hingga kesepuluh kami mengangkat tema busana etnik, kali ini kami akan hadirkan keragaman motif batik untuk mendorong batik lebih mendunia," kata Ketua pelaksana Jogja Fashion Week 2016, Afif Syakur di Yogyakarta, Selasa.

Oleh sebab itu, menurut dia, tema besar yang diusung dalam perhelatan Jogja Fashion Week tahun ini adalah "The Heritage". Tema itu menggambarkan posisi batik sebagai warisan budaya Indonesia dengan nilai sejarah dan filosofi yang sangat tinggi pantas untuk selalu disertakan dalam setiap ide kreatif para desainer nasional.

Selain itu, menurut Afif, pergelaran Jogja Fashion Week 2016 yang ditargetkan diikuti 100 desainer nasional dengan 1.500 karya busana itu nantinya juga sekaligus mempromosikan Kota Yogyakarta sebagai trendsetter batik dunia. Dengan demikian setiap inovasi batik selalu mengacu sejarah batik di Yogyakarta.

"Selain telah dikukuhkan sebagai Kota Batik Dunia oleh "World Craft Council" pada 2014, akar rumput batik sendiri memang pusatnya di Yogyakarta," kata Afif yang juga desainer batik itu.

Ia berharap melalui acara tersebut akan mendorong para desainer nasional memunculkan motif batik-batik baru yang mampu dipadukan dengan fashion kontemporer. "Setiap desain busana yang diperagakan wajib mengandung unsur batik," kata dia.

Adapun rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM bersama Dinas Pariwisata DIY itu mencakup peragaan busana (fashion show), pameran busana, cap batik, video sejarah, foto batik dan buku batik, karnaval topeng indonesia, kompetisi desain busana, fashion art, seminar dan penganugerahan.

Sementara itu, Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata DIY Putu Kertiasa berharap acara "Jogja Fashion Week" ke-11 melalui karnaval topengnya dapat menyumbang peningkatan kunjungan wisata hingga 15 persen dari total kunjungan 2015 yang telah mencapai 3.400.000 orang.

-

Arsip Blog

Recent Posts