Korupsi APBD Kalbar Libatkan Anggota DPRD

Pontianak - Otonomi daerah yang diharapkan lebih memberikan kesejahteraan rakyat di daerah ternyata disalahgunakan oleh pihak legislatif dan eksekutif di Kalimantan Barat. Otonomi daerah menjadi ladang subur bagi korupsi di daerah.

Sembilan belas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalbar dijaring Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalbar untuk diperiksa berkaitan dengan menguapnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2003 sebesar Rp 8,6 miliar. Enam anggota Dewan mulai diperiksa, yaitu Zf, Mn, An, Kb, Ps, dan My. Sementara yang lainnya akan segera diperiksa, yakni AS, LA, Al, Yl, Tri, IM, SAA, DH, HB, Tra, HA, KA, dan AR.

Pemeriksaan itu dilakukan setelah keluar surat panggilan pada 16 Agustus lalu kepada para anggota Dewan tersebut. “Suratnya sudah dilayangkan. Bahkan, tiga hari sebelum pemeriksaan dilakukan mereka sudah disurati,” ujar Kepala Kejati Kalbar Darmono.

Pemeriksaan itu dilakukan berdasarkan izin Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dengan surat nomor X.161.61/115/SJ tertanggal 7 Juli 2006 tentang persetujuan tertulis pemeriksaan terhadap 19 anggota DPRD Provinsi Kalbar.

Kepala Kejati Kalbar menjelaskan, kasus ini adalah kasus lama yang penanganannya lamban. Kelambanan penanganan karena beberapa orang yang akan diperiksa adalah pejabat pemerintah yang pemeriksaannya harus melalui izin Presiden.

Beberapa anggota Dewan protes atas pemeriksaan itu. Salah satunya Thobias Ranggie yang mengatakan semestinya tidak hanya anggota Dewan yang diperiksa, tetapi juga pihak eksekutif.

Selain itu, Kejati juga akan menangani tiga kasus lain, yakni kasus korupsi dana otonomi daerah Kabupaten Sintang sebesar Rp 4,6 miliar, kasus BNI 46 oleh PT Sinar Kakap senilai Rp 17 miliar, dan kasus korupsi Dana Reboisasi Kapuas Hulu senilai Rp 70 miliar.

Pada kasus dana otonomi daerah Kabupaten Sintang yang akan diperiksa adalah Ketua DPRD, mantan Bupati, dan mantan Sekretaris Daerah Sintang. Pada kasus korupsi dana reboisasi Kapuas Hulu telah ada tersangka, yaitu Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bupati Tambul Husein, serta Sekretaris Daerah Kapuas Hulu. Sementara korupsi di BNI 46 yang menjadi tersangka adalah Direktur PT Sinar Kakap.

Sepertinya Pemerintah perlu lebih tegas lagi menindak pihak legislatif dan eksekutif nakal yang menggerogoti empuknya kue otonomi daerah. (Tony Kusmiran/E4)

Sekda Kerinci Juga Dibidik

Jambi - Satu lagi kasus dugaan korupsi yang kini diselidiki kejaksaan. Kajati Jambi Kemas Yahya Rahman menyatakan, pihaknya sudah memanggil Sekda Kerinci Zubir Muchtar dan beberapa pejabat lainnya untuk dimintai keterangan terkait dugaan korupsi dana proyek sarana dan prasarana pengujian kendaraan bermotor (keur) di Dishub Kerinci.

“Iya, Sekdanya (Zubir Muktar, red) sudah kita undang,” ujarnya. Sumber Jambi Independent di Kejati mengungkapkan, selain Zubir penyelidik dari intelijen Kejati juga memeriksa Mufli Masri (direktur PT Hilmanindo Signintama, Jakarta), ketua panitia lelang serta Kepala Dinas Perhubungan Kerinci Basyarin.

Informasinya, proyek pengadaan peralatan sarana dan prasarana pengujian kendaraan bermotor tersebut bernilai Rp 8 miliar. PT Hilmanindo Signintama adalah rekanan Pemkab Kerinci dalam pengadaan peralatan tersebut. Sumber dana proyek tersebut adalah APBD 2005-2006.

Kadishub Kerinci Basyarin ketika dihubungi kemarin menyatakan bahwa hingga kini pengerjaan proyek tersebut masih berjalan di dekat Terminal Sehilir Semudik. Menurut Basyarin, ia ditanyai kejaksaan seputar tender proyek atau pengumuman lelang. Menurutnya, semuanya sesuai prosedur.

Dijelaskannya, dua tahap proyek tersebut menggunakan dana APBD 2004. Satu tahap berupa pembelian peralatan dengan nilai Rp 2,9 miliar dan tahap lainnya berupa pembangunan gedung dengan anggaran Rp 2,8 miliar. “Tidak ada masalah. Realisasi gedung mencapai 30 persen,” ujarnya.

Diketahui, peralatan uji kendaraan itu didatangkan dari luar negeri dan kini sudah berada di Kerinci. Hanya saja, lanjutnya, peralatan itu belum bisa dipasang karena harus sejalan dengan tahapan pembangunan gedung. Katanya, itulah antara lain penyebab keterlambatan proyek tersebut selain masalah administrasi dan menunggu persetujuan DPRD.(dya/azz)

Sumber: Jambi Independent, Sabtu, 26 Agustus 2006

Panitia Proyek RSUD Wajo Dipolisikan

MAKASSAR--Panitia tender proyek pembangunan paviliun RSUD Lamadukelleng Wajo 2006 senilai Rp1,1 miliar, Selasa (22/8) kemarin secara resmi dilaporkan ke Reskrim Polda Sulsel.

Pengaduan dilakukan pengurus Masyarakat Transparansi Sulsel (Matrass) dan diterima Kasat Tipikor Polda Sulsel AKBP Drs H A Rahmat SH MH.

Dalam suratnya No 037/Matrass/LSM/VIII/2006 yang ditandatangani pengurus intinya, Ir Firdaus Paressa MM dan Syahrir Cakkari SH, Matrass memaparkan adanya indikasi penyimpangan yang dilakukan panitia tender, yang mengakibatkan keuntungan bagi CV Marto sebagai pemenang tender. Padahal dilihat dari segi penawaran, CV Marto berada di posisi ke IX dengan nilai penawaran Rp984,9 juta. Sementara Dua perusahaan lainnya, yaitu PT Bieta Batara Sakti yang memiliki nilai penawaran Rp944 juta, justru digugurkan.

"Ada indikasi, panitia telah mengabaikan Keppres No 80 Tahun 2003 dalam melaksanakan proses tender. Panitia mengabaikan sama sekali sanggahan yang dilakukan peserta tender yang kecewa. Sebab itu kami telah melaporkan hal ini ke Reskrim Polda, agar hal ini dapat diusut tuntas," tegas Firdaus.

Sementara itu Direktris PT Bieta Batara Sakti, Ny Haslinda mengaku sangat kecewa dengan proses tender proyek tersebut. Pasalnya, Ny Haslinda mengaku telah mengikuti proses tender sesuai mekanisme yang berlaku. Namun kenyataannya, panitia tender justru menggugurkan PT Bieta Batara Sakti, dengan mengabaikan surat Bawasda No 709/210/bawasda, tanggal 20 Juli 2006, yang menyatakan bahwa penawaran perusahaan yang dipimpinnya itu telah memenuhi syarat.

"Kami menganggap panitia telah melecehkan surat Bawasda tersebut. Sanggahan yang kami sampaikan juga tidak digubris panitia. Sebab saat sanggahan kami sampaikan 7 Juli 2006, Direktur Pengguna barang dan jasa, dr H Relaty Sri Rejeki MKes, justru mengeluarkan surat perintah kerja (SPK). Padahal masa sanggah belum berakhir," tandasnya. (Silisuli)

Sumber: Ujungpandang Ekspres, Rabu, 23 Agustus 2006

Kejari Sukoharjo Didesak Tuntaskan Kasus

SUKOHARJO - Proses hukum sejumlah kasus korupsi di wilayah hukum Kabupaten Sukoharjo kini dipertanyakan. Kejaksaan Negeri Sukoharjo didesak menuntaskan proses hukum dari sejumlah kasus korupsi yang melibatkan pejabat di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, yang hingga kini terkesan dipetieskan.

Tuntutan ini disampaikan Forum Publik Masyarakat Sukoharjo (FPMS) dalam aksi yang digelar di Kantor Kejari Sukoharjo, Selasa (22/8). Aksi dilanjutkan ke Kantor Kepolisian Resor Sukoharjo.

Koordinator FPMS Simon R Purba mempersoalkan kasus dugaan politik uang, kasus sepeda motor DPRD, kasus dugaan manipulasi data kepegawaian, dan kasus manipulasi anggaran penyidikan dan dana saksi di lingkungan Kejari Sukoharjo, serta sejumlah kasus yang korupsi lainnya yang dinilai tidak jelas kelanjutannya.

"FPMS mencatat selama kurun waktu kepemimpinan Budi Siswanto di Kejaksaan Negeri Sukoharjo, ada indikasi memetieskan kasus korupsi," katanya.

Dihubungi terpisah, Kepala Kejari Sukoharjo Budi Siswanto menghargai tuntutan dari masyarakat. Namun, ia membantah semua tudingan yang diajukan kepada kejari terutama tuduhan dirinya melakukan manipulasi anggaran penyidikan dan dana saksi.

"Memang ada anggaran penegakan hukum dan hak asasi manusia. Namun, tidak ada istilah menggunakan anggaran untuk kepentingan pribadi. Bukan saya sok suci, tetapi itu pantang buat saya," ujarnya sambil menambahkan bahwa sebenarnya ia enggan mengomentari aksi tersebut karena khawatir menimbulkan polemik yang berkepanjangan.

Soal anggaran tersebut, Budi mengatakan, sebagai kejari ia berwenang mengatur anggaran penegakan hukum sesuai aturan yang ada. Sejauh ini yang dilakukannya adalah penghematan untuk kepentingan dinas yang lain.

Penanganan kasus korupsi politik uang dan kasus sepeda motor bukan merupakan tanggung jawab Kejari Sukoharjo karena penyidikan kasus tersebut adalah tanggung jawab Polres Sukoharjo. Demikian juga kasus manipulasi data kepegawaian tidak pernah ditangani kejaksaan. (SON)

Sumber: Kompas, Rabu, 23 Agustus 2006

Giliran Sekda Prabumulih Tersangka Korupsi

Palembang - Setelah Walikota Prabumulih, Sumatera Selatan, Rachman Djalili, ditetapkan sebagai tersangka, kini giliran sekdanya A Latief, yang menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi dua unit mobil dinas.

Abadi D Darmo, penasehat hukum tersangka, kepada wartawan, Rabu (23/8/2006) membenarkan penetapan status tersangka terhadap kliennya, A Latief. "Klien saya kemarin menjalani pemeriksaan di polda dan telah ditetapkan sebagai tersangka," katanya

Menurut dia, kliennya sama sekali tidak mengetahui pengadaan mobil tersebut. Sebab 2 mobil dinas jenis Nissan Terrano Frontier tersebut telah ada sejak 2003, saat kliennya menjabat Kepala Dinas Pendapatan Daerah.

Kemudian dalam APBD 2004 ada alokasi anggaran pembelian mobil, dan A Latief yang telah menjabat sekwilda membayar mobil itu sesuai tagihan dealer. "Kalau tidak dibayar pihak dealer mungkin akan ribut dan bisa mencoreng Pemkot Prabumulih," cetus Abadi.

Setelah dilakukan pembayaran, kasus ini lantas dilaporkan ke polisi. Meski menerima penetapan kliennya sebagai tersangka, namun dia berharap polisi secepatnya mengusut tuntas kasus ini.

"Kami harap polisi bisa mencari siapa yang memerintahkan pembelian mobil tersebut, mengapa dibeli tahun 2003 tetapi baru dibayar tahun 2004. Bahkan Walikota Rachman Djalili mengatakan tidak pernah memerintahkan pembelian mobil dinas itu," papar pria yang kini tengah mengikuti pendidikan program doktor di Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Di tempat terpisah, menurut Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Kombes Pol Abusopah Ibrahim, dalam kasus dugaan korupsi atau mark-up pengadaan 2 unit mobil dinas Pemkot Prabumulih, setelah melakukan pemeriksaan terhadap 14 saksi, telah ditetapkan dua orang tersangka yaitu Latief dan Abdul Kadir yang menjabat pimpinan proyek pengadaan mobil dinas.

Dugaan korupsi ini terungkap setelah adanya laporan dari LSM ke Polda Sumsel. Menurut Abusopah, polisi yang menyelidiki kasus ini telah memeriksa sejumlah saksi di antaranya Hasan Karsono Johan Cahaya dari PT Wahana Dikara.

Dari hasil pemeriksaaan, ditemukan indikasi kerugian negara sebesar Rp 400 juta. Dalam APBD Kota Prabumulih tahun 2004 menyebutkan untuk pembelian dua unit mobil dinas dialokasikan anggaran Rp1,4 miliar. Padahal harga mobil tersebut tidak sebesar itu. (nvt/)

Sumber: Detik.com, Rabu, 23 Agustus 2006

Dugaan Korupsi Ongkos Haji di Depag Sumsel

Sumatera Selatan - Hasil kerja keras tim investigator Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan, mulai diproses secara hukum ketingkat yang lebih tinggi, diantaranya dugaan korupsi ongkos haji di Kanwil Depag Prov. Sumsel dan dugaan korupsi atas pengadaan komputer dilingkungan Diknas Kab. Muara Enim.

Perkara korupsi di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Selatan yang melibatkan Kabid Haji (Drs. H. Hayanuddin) yang berdasarkan hasil audit investigasi Pewakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera merugikan keuangan negara sebesar 1 milyar lebih mulai disidangkan awal bulan ini.

Jaksa mendakwa Hayanuddin berlapis, primer pasal 2 (1) UU no 31/1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No 20/2001 jo pasal 55 (1) ke 1 KUHP jo pasal 64 (1) KUHP atau subsider pasal 3 UU No 31/1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU No 20/2001 jo pasal 55 (1) ke -1 KUHP jo pasal 64 (1) KUHP.

Modus operandinya adalah dengan me- mark-up harga tiket Palembang-Jakarta-Palembang diatas yang ditetapkan PT Garuda Indonesia sebesar Rp785 ribu atas 6000 jemaah haji (2003 dan 2004) yang kalau diakumulasi mencapai 1,06 milyar.

Sedangkan berkas dugaan korupsi pengadaan komputer dilingkungan Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Muara Enim Prov. Sumsel melibatkan Kepala Dinas ( Drs. H. Agung Budi Mpd) dan Pimpro (Yuliani SH) yang menurut perhitungan Perwakilan BPKP Provinsi Sumsel merugikan negara sebesar Rp 47 Juta lebih dinyatakan lengkap (P21) dan dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Muara Enim.

Pelimpahan berkas dan penyerahan tersangka beserta barang bukti itu dilakukan langsung oleh Kanit Tipikor Polres Muara Enim Iptu Ibrahim dan diterima oleh Kasi Datun Kajari Muara Enim, Tengku SH awal bulan ini. (Indra Khaira Jaya)

Sumber: Indonesia, 09 Agustus 2006

Wali Kota Prabumulih Resmi Nonaktif

Palembang - Wali Kota Prabumulih H Rachman Djalili yang menjadi tersangka kasus dugaan korupsi Pangkul-gate senilai Rp 3,3 miliar dan ditetapkan sebagai tahanan kota, Rabu (2/8) pagi, resmi dinonaktifkan sementara.

Penyerahan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No 131.16-396 Tahun 2006 tentang Penonaktifan (Pemberhentian) Sementara Wako Prabumulih ini dilakukan Gubernur Sumatera Selatan Syahrial Oesman kepada Wakil Ketua DPRD Prabumulih, Sondi Senan Duro, yang didampingi Wakil Wali Kota Prabumulih Yuri Gagarin dalam acara khusus di Ruang Kerja Gubernur.

Untuk sementara, tugas wali kota diserahkan kepada Wakil Wali Kota Prabumulih, Yuri Gagarin. Kapasitas pemberhentian Rachman Djalili bersifat sementara untuk keperluan pemeriksaan. “Kalau nanti terbukti tidak bersalah, ya tentu akan kembali lagi menjadi wali kota. Jadi, ini bukan pemberhentian, tetapi hanya penonaktifan sementara terkait pelaksanaan proses hukum,” ujar gubernur.

Wakil Ketua DPRD Sondi Senan Duro menyatakan, hari ini juga surat penonaktifan itu diserahkan ke Wali Kota Prabumulih. Nanti selanjutnya pihak Pemkot Prabumulih yang mengatur kapan serah terima tugas dilakukan.

Sebelumnya, Wali Kota Prabumulih Rachman Djalili sempat dua kali pingsan ketika akan ditahan pihak kejaksaan sehingga tidak sempat mencicipi hotel prodeo. Rachman Djalili ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi pengadaan lahan untuk pembangunan kantor pemerintah kota dan Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih tahun anggaran 2003 dengan kerugian negara mencapai Rp 3,3 miliar. Ia ditetapkan sebagai tahanan kota selama 20 hari sejak 1 Juni-20 Juni 2006, yang kemudian diperpanjang kembali. (muhamad nasir)

Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 02 Agustus 2006

Pemerintah Kepulauan Riau Diterpa Dugaan Korupsi

Batam—Isu korupsi menerpa Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau setelah ditemukannya dua belas berkas pengeluaran uang senilai Rp 11 miliar. "Saya yakin banyak bukti pengeluaran uang itu fiktif," kata Ahars Sulaiman, anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau menjawab Tempo, Rabu siang. Dia berencana memanggil beberapa pejabat seperti Kepala Biro Keuangan AgusPurwanto, Ketua Badan Pengawas Daerah Ridwan Amta, dan Sekretaris Daerah Edi Wijaya.

Menurut Ahars, Edy Wijaya adalah orang yang bertanggung jawab karena sebagai Ketua Badan Pengawas Daerah Provinsi Kepulauan Riau. "Seharusnya Edy mengecek," ujar Ahars.

Temuan dugaan korupsi pengeluaran anggaran 2005 ini berawal dari audit Badan Pemeriksaan Keuangan Riau. Sebanyak 17 item yang tak jelas bukti pengeluarannya senilai Rp 17 miliar. Ditemukan juga 5 item bukti pengeluaran senilai Rp 6 miliar. "Ini kami usut," kata Ahars.

Ketua Bada Pengawas Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Ridwan Amta, menjelaskan bukti pengeluaran itu terdapat di dinas-dinas. Menurut catatannya, ternyata dinas-dinas tidak mengeluarkan uang. "Kami telusuri lagi," kata Ridwan Amta. RUMBADI DALLE

Sumber: Tempo Interaktif, Rabu, 02 Agustus 2006

Mantan Bupati Serang Jadi Tersangka Korupsi

Serang–Mantan Pelaksana Tugas Bupati Serang, Ahmad Rivai, dan mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Serang, Aman Sukarso, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pembangunan jalan lingkungan Pasar Rau, Kabupaten Serang.

Kepala Bidang Humas Polda Banten, Ajun Komisaris Besar Pol. Sriani yang dihubungi hari ini mengaku belum mengetahui secara detail hasil penyedikian kasus ini. "Saya belum tahu, jadi saya nggak berani ngomong," katanya.

Namun sumber Tempo di Polda Banten mengaku kedua mantan pejabat di lingkungan Pemda Serang itu ditetapkan sebagai tersangka karena dinilai bertanggung jawab atas pengeluaran dana Rp 5 miliar tanpa prosedur resmi. "Satu tersangka lain dalam kasus ini juga akan ditetapkan dalam waktu dekat," ujarnya.

Berdasarkan catatan Tempo kasus korupsi ini mulai diusut Polda Banten pada September 2005. Kasus ini berawal dari proyek pembangunan jalan lingkungan Pasar Rau yang diperbaiki untuk kepentingan kunjungan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, 30 Juli 2004 lalu. Nilai proyek itu sebesar Rp 9,5 miliar dikerjakan tanpa surat perintah kerja (SPK).

Hasil penyelidikan ditemukan indikasi korupsi karena Ahmad Rivai semasa menjabat Pelaksana Tugas Bupati Serang dan Aman Sukarso mengalihkan dana Rp 5 miliar dari Rp 15 miliar bantuan Provinsi Banten. Uang itu dibayarkan ke PT Sinar Ciomas Raya Contractor tanpa dimasukkan dulu ke kas daerah. Di lain pihak proyek jalan itu dilakukan tidak atas permintaan Pemda Serang.

Sumber : Tempointeraktif.com : 27 Juli 2006

Staf Ahli Bupati Didakwa Korupsi

PURBALINGGA - Kasus dugaan korupsi dana APBD Purbalingga, Jawa Tengah senilai Rp 120 juta mulai disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Purbalingga, Senin (17/7). Bambang WS, staf ahli Bupati Purbalingga, oleh jaksa penuntut umum (JPU) Abdul Basik didakwa melakukan tindak pidana korupsi dana APBD. Dugaan korupsi dilakukan pada saat yang bersangkutan sebagai pejabat sementara Direktur Utama Perusahaan Daerah (Perusda) tahun 2003.

Sidang dugaan kasus korupsi yang melibatkan pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga cukup menarik perhatian masyarakat. Untuk mengecoh masyarakat yang akan menyaksikan persidangan, terdakwa datang ke pengadilan dengan dibonceng sepeda motor. Sidang dugaan korupsi ini baru dimulai sekitar pukul 12.00.

Menurut JPU, dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Ahmad Sukandar, pada saat menjabat Dirut Perusda, terdakwa melalui APBD mengajukan anggaran pengembangan Perusahaan Aneka Usaha. Sebagian dana tersebut seperti tercantum dalam proposal yang diajukan terdakwa antara lain akan dialokasikan untuk pemasaran sate ayam Blater, sate khas Purbalingga sebesar Rp 25 juta, pengembangan asinan buah melon senilai Rp 40 juta dan pengelolaan terminal agribisnis di Desa Kutabawa Kecamatan Karangrej senilai Rp 80 juta.

Akan tetapi, menurut JPU dalam dakwaan, anggaran tersebut tidak digunakan untuk pemasaran sate, pengembangan terminal agribisnis dan untuk modal usaha asinan buah melon, namun digunakan untuk kegiatan dan kepentingan lain. Diantaranya untuk membiayai kerja sama dengan Yayasan Yakota di Jakarta sebuah yayasan yang mengurusi kerja sama magang dengan perusahaan-perusahaan di Jepang, dipinjamkan kepada Asosiasi Pedagang dan Petani Sayur Desa Kutabawa, menutup hutang perusahaan kepada terdakwa.

Baik terdakwa maupun Budi Riono, penasihat hukumnya menyatakan tidak akan memberikan eksepsi atas dakwaan JPU. (Hindharjoen Nts)

Sumber: Kompas, Senin, 17 Juli 2006

Mantan Bendahara DPRD Sinjai akan Diperiksa

Melengkapi Berkas Tiga Tersangka

SINJAI--Mantan Bendahara Sekretariat DPRD Sinjai, Hj Nurfiah, kembali akan diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi DPRD Sinjai periode 2001-2003 lalu. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Sinjai, Sugeng Purnomo SH yang ditemui Upeks di ruang kerjanya, Selasa (11/7), mengatakan pemanggilan mantan bendahara tersebut untuk diperiksa sebagai saksi guna melengkapi berkas tersangka Razak Alty dkk.

"Benar, surat pemanggilan Nurfiah dari Kejati baru saja kami kirim ke yang bersangkutan. Dirinya diperiksa Kejati berdasarkan surat tertanggal 10Juli 2006. Dia diperiksa guna lebih melengkapi sekaligus mendalami berkas para tersangka," ungkap Sugeng.

Sebelumnya, lanjut Kajari Nurfiah telah dipanggil untuk dimintai keterangannya di Kejati. Namun saat itu Sinjai dilanda banjir. Dalam kasus itu, kejaksaan menetapkan Tiga tersangka, yakni HA Razak Alty, Yusuf Ahmad, dan Subi SH. "Jadi rencananya mantan bendahara itu pemeriksaannya dijadwalkan, Kamis (13/7). Itu sebagai akumulasi dari keseriusan pemerintah untuk menuntaskan kasus korupsi di Sinjai, utamanya kasus DPRD Sinjai," tambah Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Sinjai, Irawan Eko mendampingi Kajari Sinjai. (Amran)

Sumber: Ujungpandang Ekspres, Kamis, 13 Juli 2006

Kasus Korupsi Mamasa Dilimpahkan ke Pengadilan

Berkas pemeriksaan kasus dugaan korupsi proyek pengerasan jalan tahun 2006 di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Polewali Mandar hari ini. “Berkas kasus sudah kami limpahkan hari ini,” kata Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Polewali Mandar, Atang Pujianto di Mamuju.

Kasus proyek senilai Rp 1,2 milyar ini semula ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Namun, kasus ini kemudian dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Polewali Manda, termasuk dua terdakwanya.

Dari hasil penyidikan, Kejaksaaan Tinggi Sulawesi Selatan menetapkan pimpinan proyek, Esri Siko dan Kepala Dinas Prasarana Wilayah Mamasa, Ismunandar Makmoen sebagai terdakwa. Keduanya diduga dengan sengaja mengerjakan proyek pengerasan jalan tidak sesuai Bestek yang ditetapkan dalam Rencana Anggaran Belanja.

Kedua terdakwa terancam hukuman kurungan selama lima tahun dan maksimal 20 tahun serta denda minimal Rp 200 juta dan denda maksimal Rp 1 miliar. anwar anas

Sumber : tempointeractive.com : 11 Juli 2006

LMA Sehati Minta Kasus Dugaan Korupsi Oknum Bupati Waropen Ditindak Lanjuti

Jayapura - Belum ditindaklanjutinya indikasi kasus korupsi yang dilakukan oknum Bupati Waropen O.J Ramandey sesuai temuan Bawasda Provinsi Papua dan BPKP Perwakilan Jayapura hingga saat ini rupanya membuat Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Sehati Kabupaten Yapen Waropen dan Forum Mahasiswa Independen Pembarantasan Korupsi mendatangi Gubernur kemarin.

Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup di ruang kerja Gubernur itu, Ketua LMA Yapen Waropen Agus Tanawani bersama pengurus lainnya mendesak Gubernur agar segera menindak lanjuti hasil indikasi korupsi berdasarkan temuan Bawasda dan BPKP. Mereka juga menyampaikan hasil temuan oleh tim investigasi yang telah dilakukan oleh LMA sendiri.

“Kami tadi bertemu dengan gubernur untuk meminta agar indikasi korupsi yang dilakukan oleh oknum bupati Waropen bisa segera ditindaklanjuti,” Kata ketua LMA Yapen Waropen Agus Tanawani ketika dicegat wartawan kemarin usai bertemu Gubernur.

Berdasarkan hasil temuan Bawasda Provinsi Papua dan BPKP Perwakilan Jayapura memang ditemukan adanya sejumlah indikasi korupsi yang dilakukan oleh oknum bupati tersebut. “Untuk itu, kami tegaskan jangan sampai proses hukum ini berjalan lambat. Kasus ini bukan kasus baru tetapi sudah lama karena berlangsung pada tahun anggaran 2004 lalu tetapi kenapa sampai sekarang belum ditindak lanjuti,” tukasnya serius.

Karena itu kepada Gubernur, LMA menyampaikan pernyataan sikapnya antara lain meminta bahwa praktek oknum pejabat pemerintah maupun aparat penegak hukum yang dengan strategi membentengi kejahatan korupsi yang berdasarkan hasil audit Tim Investugasi pemberantasan korupsi, maka kepada mereka harus dituntut dan ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. “Bahwa jika tuntutan kami tidak mendapat perhatian yang serius maka ada indikasi pihak tertentu yang dengan sengaja dan sadar membentengi pelaku kejahatan korupsi sehingga ditindak sesuai dengan proses hukum yang berlaku,” tegas Tanawani.

Kata Tanawani, pihaknya bukan hanya mengacu pada hasil audit tim Bawasda dan BPKP tetapi juga didasarkan pada hasil investigasi tim yang dibentuk oleh LMA yang mana hasilnya juga terdapat indikasi korupsi. “Kami mensinyalir telah terjadi indikasi korupsi oleh oknum bupati berdasarkan data yang ada dari tim investigasi kami,” katanya.

Disebutkan, beberapa indikasi korupsi yang dilakukan oleh oknum Bupati Waropen berdasarkan hasil invetsigasi tim-nya antara lain adalah penyalahgunaan dana Otsus yang diarahkan pada pemerintah Kabupaten Waropen sebesar Rp 3.133.505.801. Hal ini telah membuat daerah atau negara dirugikan karena kas daerah mengalami defisit. Lalu pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan Rencana Definitif (RD) dan DASK yangt elah ditetapkan. Dari 14 kegiatan dijumpai sebanyak 4 kegiatan dengan nilai Rp 4.624.498.000 pelaksanaannya menyimpamng dari rencana.

Selain itu, pembayaran pengadaan 5 uni speed boat senilai R p 6.805.000.000 dengan daan yang bersumber dari dana Otsus dan DAU yang tidak melalui prosedur yakni dilakuakn dengan cara penunjukan langsung oleh Sekda Kabupaten Waropen. Juga terdapat pembayaran melebihi kemajuan pekerjaan sebesar Rp 413.063.400. kepada rekanan atas proyek pembangunan rumah jabatan ketua dan wakil ketua DPRP kabupaten Waropen serta berbagai dugaan korupsi lainnya.

Bawasda Akui Ada Indikasi Korupsi

Sementara itu, Kepala Bawasda Provinsi Papua Drs Elly J. Loupatty yang mendampingi Penjabat Gubernur DR Sodjuangon Situmorang ketika menerima para LMA dari Waropen tersebut ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa Gubernur akan sudah mempelajari masalah tersebut dan akan segera mengkoordiansikan dengan pihak Kejaksaan. “Sebenarnya hal itu sudah dipelajari oleh gubernur, nanti gubernur akan koordinasi dengan Kejaksaan untuk tindak lanjuti itu,” katanya.

Kalaupun masalah tersebut baru ditindaklanjuti saat ini padahal sudah ditemukan sejak setahun lalu, Loupatty mengatakan kalau hal itu bukan tertahan di Kejaksaan namun oleh Kejaksaan sedang melakukan penyelidikan ulang dan kejaksaan akan mengkoordinasikan kembali hal itu dengan pihak pengawasan fungsional.

Ditanya apakah kejaksaan tidak cukup dengan data dari Bawasda dan BPKP, Loupatty hanya mengatakan bahwa bukan soal cukup atau tidak cukup tetapi memang kacamata kejaksaan berbeda dengan kacamata pengawasan seperti Bawasda. “Dari segi Kejaksaan saya pikir bukan soal cukup atau tidak cukup. Tetapi itu kacamata Kejaksaan berbeda dengan kami sehingga mungkin ada beberapa hal yang harus dilengkapi,” katanya.

Meskai begitu, Loupatty tidak menutupui kalau berdasarkan hasil temuan Bawasda memang terjadi indikasi korupsi dan indikasi i tu yang dilanjutkan oleh pihak kejaksaan.(ta)

Kasus Korupsi Diknas Soppeng segera Diekspos

MAKASSAR--Kejaksaan Negeri (Kejari) Soppeng dalam waktu dekat akan mengekspose hasil penyelidikan kasus dugaan korupsi Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Soppeng. Selama penyelidikan, Kejari Soppeng sudah memeriksa 20 Kepala SDN, Kadiknas Soppeng, Pemegang Kas dan seorang kontraktor.

"Hasil penyelidikan kami sudah matang, dan kini tinggal perampungan berkas untuk diekspos. Selanjutnya kami menunggu persetujuan dari Kajati Sulsel kapan kasus ini dapat diekspos," ungkap Kajari Soppeng, H Syarifuddin MH, di Kejati Sulsel, Jumat (30/6) kemarin.

Menurutnya, Kejari Soppeng telah berupaya keras melakukan penyelidikan, guna menindaklanjuti laporan LSM menyangkut kasus tersebut. Pasalnya dalam laporan LSM itu, ada indikasi kuat pelanggaran Kepmendiknas dan Kepmenkeu oleh instansi terkait, dalam melaksanakan proyek rehabilitasi dan renovasi 30 SDN pada tahun 2004.

"Proyek itu bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) Non Reboisasi senilai Rp 2,6 miliar. Proyek itu untuk melakukan rehabilitasi fisik bagi 30 SDN dan Dua SDN dalam bentuk bantuan peralatan. Namun ada indikasi pelanggaran Kepmendiknas dan Kepmenkeu," tambah Kasie Intel Kejari Soppeng, Sibayat SH, tanpa menjelaskan secara detil aturan main yang dilanggar. (Silisuli)

Sumber: Ujungpandang Ekspres, Senin, 3 Juli 2006

Penyimpangan Dana

9 Kasus Dugaan Korupsi Segera Ditindaklanjuti

SEMARANG - Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jawa Tengah telah menyelesaikan audit investigasi terhadap sembilan kasus dugaan korupsi di sejumlah kabupaten/kota hingga akhir Juni 2006. Hasil audit terhadap sembilan kasus itu sudah diserahkan ke penyidik untuk segera ditindaklanjuti.

Ini dijelaskan Kepala BPKP Jateng Aan Adiwisastra melalui surat bernomor S-2516/PW11/5/-2006 kepada Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KP2KKN) Jateng, Jumat (30/6). Surat ini juga ditujukan kepada Komisi Ombudsman Nasional (KON) Perwakilan Jateng-Daerah Istimewa Yogyakarta.

Surat itu adalah jawaban atas klarifikasi KON Jateng-DIY pada BPKP Jateng terkait laporan KP-2KKN tentang terhambatnya penyelidikan dan penyidikan 23 kasus korupsi di Jateng karena lambannya audit investigasi BPKP.

Dari 23 dugaan korupsi itu, sebagian besar adalah kasus pengadaan buku ajar, yakni di Kabupaten Batang, Brebes, Kota Salatiga, Kabupaten Grobogan, Pemalang, Sukoharjo, Tegal, Wonogiri, dan Kabupaten Wonosobo.

Aan menyebutkan, dari 23 kasus yang dilaporkan KP2KKN itu, sembilan kasus selesai audit investigasi dan perhitungan atas kerugian keuangan negaranya. Sembilan kasus itu, di antaranya kasus proyek pembangunan terminal bus Purwokerto, dana bantuan Gubernur untuk Kabupaten Blora, pengadaan buku paket di Brebes, kasus APBD Kendal 2003, kasus proyek Sippadat di Kendal, dan kasus pengadaan buku di Sukoharjo.

Menanggapi penjelasan BPKP itu, Koordinator KP2KKN Jateng Abhan Misbach menyatakan, ada kesan saling lempar tanggung jawab antara penyidik dan BPKP.

Ia mencontohkan, dalam kasus dugaan korupsi pengadaan buku di Pemalang, Salatiga, dan Batang, pihak Polres di tiga daerah mengatakan lambannya pengusutan kasus yang mereka tangani karena terganjal audit BPKP. Tetapi, BPKP mengatakan daerah itu belum melengkapi data, bahkan belum meminta audit. (han)

Sumber: Kompas, Sabtu, 1 Juli 2006

3 Tersangka Porseni Diperiksa Lagi

KOTA AGUNG - Tiga tersangka kasus korupsi penyelenggaraan kegiatan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus senilai Rp102 juta kembali diperiksa Tim Kejaksaan Negeri Kotaagung, Kamis (29-6).

Tiga tersangka Ikhwan Muslimin, Hasan Basri, dan Iwan Kurniawan, yang didampingi tim penasihat hukumnya, Abi Hasan Muan, dijemput petugas kejaksaan dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kotaagung.

Ketua Tim Penyidik Maiza K., mendampingi Kajari Kotaagung Yusron mengatakan pemeriksaan terhadap ketiga tersangka kasus tindak korupsi porseni fiktif ini untuk melengkapi berita acara pemeriksaan secara mendetail. Pasalnya, masih ada yang harus dilengkapi dalam materi penyidikan sehingga menjadi lengkap atas perbuatan mereka dalam menjalankan kegiatan tersebut.

"Kami masih memeriksa perbuatan tersangka dalam penggunaan dana anggaran negara yang dibuat dalam surat perintah jalan (SPJ)." kata Maiza Proses ini merupakan pemeriksaan terakhir terhadap tersangka. Selain itu, pihaknya juga sudah memeriksa sejumlah saksi terkait kegiatan tersebut.

Ketika ditanya apakah ada kemungkinan ada tersangka lain dalam penyelenggaraan kegiatan porseni fiktif, pihaknya belum dapat menyebutkan. Menurut dia, yang jelas untuk sementara tim kejaksaan masih memeriksa ketiga tersangka atas menyelewengkan dana negara.

Dia mengatakan barang bukti yang diamankan Kejaksaan Negeri Kotaagung, di antaranya surat-surat dan dokumen kegiatan serta bukti kuitansi yang mereka dikeluarkan.

Sukarmin, seorang penasihat hukum mereka, mengatakan keterlibatan kliennya dalam perkara tidak korupsi ini dianggap kurang fair. Dia mengatakan jika hukum benar-benar ditegakkan, jangan mereka bertiga saja yang menjadi tersangka. Pasalnya, instansi terkait pun banyak yang terlibat, apalagi kliennya adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan memiliki pimpinan.

"Tanpa ada persetujuan dan perintah pimpinannya, kegiatan Porseni dimungkinkan tidak berjalan," kata Suparmin. n ONO/D-3

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 1 Juli 2006

Didukung 12 Artis Ibukota, PRSU Suguhkan Seni Budaya dan Kreatifitas

Medan, Sumut - Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke 44, akan dibuka 20 Maret mendatang. Even ini, akan menjadi ajang untuk promosi produk unggulan dari berbagai daerah kabupaten/kota. Selain itu, kegiatan kali ini juga akan menjadi pilihan hiburan keluarga yang bernilai edukatif.

Sebab PRSU ke 44 yang bertema "Sumut Bangkit" ini selain akan dimeriahkan 12 artis ibu kota, seperti Cita Citata (19 April), Vagetos (21 Maret), Tipe X (22 Maret), Lina Geboy (27 Maret), Hijau daun, juga akan ada sajian yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.

Ketua Yayasan PRSU Drs H Taufik Margandi Lubis yang didampingi Edy dari Event Organizer Asa Convex kepada wartawan, Rabu (11/3) di Kantor Yayasan PRSU di Tapian Daya, Medan menyebutkan, PRSU ke-44 berlangsung selama 32 hari, dalam rangka HUT Provinsi ke-67.

Dia menyebutkan kegiatan ini memiliki sejumlah event dan berbeda dengan tahun lalu. Karena ada beberapa kegiatan baru, seperti pameran alat utama sistem pertahanan (Alutsista), festival elektronik, mini zoo & reptil, automotive area.

Konten baru ini, ada beberapa yang diselenggarakan siang hari. "Untuk alutsista dan mini zoo dan reptil ini, akan diisi dengan siang hari,"ujarnya seraya menambahkan, hal tersebut untuk mengisi waktu siang hari, yang selama ini tidak dimanfaatkan sebab kegiatan dipadatkan dimalam hari.

Melalui even tahunan ini, dia berharap bisa lebih mengoptimalkan potensi daerah. Disamping juga dapat , memfasilitasi para investor di Sumut dan juga aktivitas ekspor-impor dan produk kreatif pelaku UMKM lainnya.

PRSU ke 44 ini, direncanakan akan dibuka Gubernur Sumatera Utara. Sementara kegiatan kali ini, sebut Drs H Taufik Margandi Lubis, dikemas lebih lebih hidup dan lebih menarik. "Sehingga pengunjung semakin banyak yang tertarik untuk menyaksikan even tahunan ini,"urainya seraya, selain ajang promosi, masyarakat juga akan diberikan edukasi, tidak hanya sekedar menampilkan seni budaya, ekonomi, tapi kreatifitas.

William Wongso: Populerkan Kuliner sebagai Identitas Budaya

Jakarta - Konsultan juru masak William Wongso meminta pemerintah memopulerkan kuliner sebagai identitas kebudayaan bangsa Indonesia di kancah global untuk mempertahankan warisan bangsa dari generasi ke generasi.

"Kuliner penting sebagai budaya bangsa, identitas kita, yang selama ini tidak disadari," katanya dalam diskusi di Jakarta belum lama ini.

Menurut William, Indonesia memiliki banyak keanekaragaman makanan yang berbeda antardaerah dan diperkaya dengan kearifan lokal yang harus tetap dijaga agar tidak diklaim oleh negara lain.

"Banyak yang tidak mengerti kuliner itu bagian dari budaya seperti tarian masuk pariwisata dan ekonomi kreatif. Nah kuliner masuk ke dalam ekonomi kreatif tapi sebagai produk budayanya itu sebagai pariwisata," ujarnya.

William mengatakan pemerintah juga harus mempopulerkan cita rasa otentik makanan Indonesia ke mancanegara seperti hidangan makanan untuk menyambut perwakilan pemerintah negara lain yang datang berkunjung ke Indonesia. "Istana ya menyajikan jamuan kenegaraan menu Indonesia yang baik," katanya.

"Menghadirkan menu makanan khas Indonesia saat menyambut tamu dari negara asing merupakan salah satu wujud nyata untuk memperkenalkan makanan Indonesia yang arif kepada dunia luar," sambungnya.

Ia mengatakan pemerintah dan warga Indonesia jangan dibatasi dengan persepsi menyajikan makanan untuk orang asing berdasarkan apa yang dia suka saja, tetapi juga makanan yang dihidangkan dapat mewakili kebudayaan Indonesia.

Untuk mempertahankan keberadaan makanan khas Indonesia di tengah banyaknya pengaruh makanan asing yang masuk ke dalam negeri, lanjut William, bisa dengan jamuan kenegaraan yang menonjolkan makanan Indonesia.

Selain itu, pemerintah dapat memulai meningkatkan dukungan terhadap industri bahan baku dan pendidikan terkait pembuatan makanan Indonesia dan menciptakan juru masak profesional.

Pemerintah perlu mensosialisasikan bahan-bahan otentik untuk membuat makanan dan cita rasa Indonesia serta mengekspor bumbu otentik Indonesia untuk hotel, restoran dan "catering".

William menambahkan, sulit memperoleh bahan baku untuk bumbu-bumbu otentik Indonesia di luar negeri, padahal bumbu dan bahan otentik itu membuat makanan memberikan cita rasa khas pada masakan yang tidak bisa tergantikan.

Di luar negeri, contohnya, jahenya hibrida berukuran besar dan bukan jahe Indonesia yang kecil-kecil. "Bahan bumbu Indonesia lebih baik dibandingkan bahan lainnya di luar negeri untuk membuat makanan," katanya.

Untuk mempertahankan cita rasa makanan Indonesia di hotel dan restoran Indonesia di luar negeri, ekspor bumbu otentik Indonesia sangat diperlukan karena rasa khas makanan Indonesia yang kaya rempah tidak dapat digantikan dengan bumbu lainnya dari negara lain.

Lebih lanjut, William mengatakan restoran Indonesia di luar negeri berada di tempat-tempat yang tidak mewah, dan berada di lingkungan tempat tinggal warga Indonesia yang berada di luar negeri, sehingga keberadaannya kurang populer di mata warga negara lain. Untuk itu, pemerintah harus fokus pada pengembangan restoran masakan Indonesia di mancanegara untuk memperkenalkan makanan bangsa ke luar negeri.

Selain itu, sektor pendidikan juga harus mendukung pelestarian kuliner Indonesia sebagai budaya bangsa dan mendidik juru masak profesional yang tahu rasa asli dari masakan Indonesia. "Di SMK 90 persen masakan yang dipelajari itu masakan non Indonesia," katanya.

William memaparkan, juru masak luar negeri yang mendalami masakan Indonesia datang ke daerah asal makanan itu hanya untuk mengetahui pengolahannya di daerah asal dan mengetahui rasa aslinya.

Untuk itu, orang Indonesia harus memiliki ketertarikan atau minat untuk mengenal lebih dalam seluk belum makanan Indonesia, terutama juru masak agar tidak kalah unggul dengan juru masak luar negeri dalam memasak dan menyajikan menu makanan Indonesia. "Orang yang masak sendiri tahu tidak bagaimana rasa asli makanan itu," katanya.

Ia mengatakan kuliner sebagai budaya bangsa harus dipertahankan dengan mencintai dan mempelajari cerita di balik lahirnya makanan khas itu. "Makanan kan tidak cuma masalah enak tidak enaknya tapi harus diceritakan supaya orang lain tahu dan ingin tahu bagaimana sebenarnya rasanya," tambahnya.

Istri Wali Kota Apresiasi Lomba Tata Rias Pengantin 9 Etnis Sumut

Medan, Sumut - Ketua TP PKK Kota Medan, Rita Maharani Dzulmi Eldin yang juga pelindung Himpunan Perias Pengantin (Harpi) Melati Kota Medan, mendukung dan mengapresiasi kegiatan Seminar, Pagelaran, dan Lomba Tata Rias Pengantin 9 Etnis di Sumatera.

Kegiatan ini dinilai bermanfaat untuk anggota Harpi dan juga untuk masyarakat umum di bidang tata rias pengantin. Selain itu, forum ini juga sebagai media memadukan aspirasi pemikiran dan kreativitas bagi pemerhati budaya dan para perias pengantin di Kota Medan dan Sumatera Utara.

Hal itu diungkapkan Rita Maharani saat membuka acara Seminar, Pagelaran dan, Lomba Tata Rias Pengantin 9 Etnis Sumatera Utara yang digelar DPC Harpi Melati Kota Medan, Kamis (5/3), di Hotel Garuda Plaza Medan. Turut hadir dalam kegiatan ini, penasihat Harpi yang juga Ketua Konsorsium Penata Rias Pengantin Sumut Nurhayati Lubis, Ketua Harpi Sumut Desmita, dan panitia pelaksana Sara Hasibuan.

Dalam kesempatan itu, Rita berharap para peserta seminar dapat memanfaatkan kegiatan ini untuk menambah ilmu dan memajukan usahanya di bidang rias pengantin. Dengan begitu, dapat menambah penghasilan keluarga, Dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapat ini menjadikan ahli tata rias pengantin semakin profesional sekaligus menyukseskan pembangunan nasional dalam memberikan pengabdian dan jasa di bidang rias pengantin kepada masyarakat.

“Saya mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini. Melalui kegiatan ini kita melestarikan budaya tata rias pengantin sekaligus meningkatkan kualitas para penata rias pengantin. Jadi mereka memiliki inovasi dan kreativitas sehinga menjadikan sebagai wirausaha yang profesional, “ ujar Rita.

Sebelumnya, Ketua Harpi Melati Medan, Minny Amri mengatakan, kegiatan ini digelar dalam melestarikan budaya etnis yang ada di Sumatera Utara agar tidak hilang. Sebab dari sembilan etnis tata rias pengantin di Sumatera Utara yang baku sudah mencapai kurikulum hanya enam, yakni Simalungun, Karo, Madina, Melayu, dan Tapsel.

Sementara yang belum adalah Batak Toba, Phak-Phak Dairi, dan Nias. “Mana yang belum baku ini akan segera mencapai kurikulum. Karena itu, akan segera bergabung dengan pihak konsorsium pelestarian budaya.

Harpi Melati akan terus mencerdaskan anak bangsa yang bertujuan untuk pendidikan, sehingga kegiatan ini memberikan manfaat kepada anak didik perias pengantin pada masa mendatang,” ujar Minny.

Mahasiswa 18 Negara Ikuti International Cultural Festival

Yogyakarta - Puluhan mahasiswa dari 18 negara yang sedang menempuh studi di Yogyakarta mengikuti International Cultural Festival di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

"International Cultural Festival (ICF) merupakan suatu wadah untuk bertemu dan mengekspresikan budaya dari berbagai daerah dan negara," kata Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Gunawan Budiyanto di Yogyakarta, Rabu.

Kegiatan itu, kata dia, juga menjadi sarana komunikasi dan menjalin hubungan antarmahasiswa dari negara yang berbeda yang ada di Yogyakarta.

"Saya senang karena UMY bisa menjadi penyelenggara kegiatan tersebut. UMY sebagai universitas yang memiliki tagline muda mendunia, berkomitmen untuk mengembangkan model pendidikan bertaraf internasional," katanya.

Menurut dia, hal itu dilakukan dengan menjalin hubungan kerja sama antaruniversitas di berbagai negara dalam berbagai bidang dan kegiatan.

"Hubungan kerja sama tersebut salah satunya terlihat dari penyelenggaraan kegiatan kebudayaan ICF yang melibatkan mahasiswa dari berbagai negara yang ada di Yogyakarta," katanya.

Ia mengatakan mahasiswa yang mengikuti ICF itu di antaranya berasal dari Malaysia, Palestina, Polandia, Thailand, Timor Leste, Turki, Turkmenistan, Ukraina, Vietnam, Australia, Tiongkok, Jerman, Hongaria, India, Italia, Yordania, dan Indonesia.

"Kegiatan itu dimeriahkan pementasan Tari Saman, Tari Bali, Sunshine Voice, dan musik akustik, serta lomba memasak," katanya.

17 Negara akan Ramaikan Festival Erau di Tenggarong

Jakarta - Bulan Juni mendatang Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur akan mengadakan Festival Erau yang diikuti 17 negara seperti, Estonia, Turki, Latvia, Slovenia, Germany, Polandia, Italia, Hawai, Bulgaria, Korsel, Afrika Selatan, Hungaria, Malaysia, Filipina, Rusia, Venezuela dan Mesir.

Hal itu disampaikan Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, (11/3).

"Total akan ada sekitar tiga ratusan orang dari manca negara yang tampil membawakan kesenian rakyat dari masing-masing negaranya," ujar Rita Widyasari yang akrab disapa Bunda.

Erau adalah sebuah tradisi budaya Indonesia yang dilaksanakan setiap tahun dengan pusat kegiatan di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Erau sendiri berasal dari bahasa Kutai, yaitu eroh yang artinya ramai, riuh atau ribut, dengan suasana yang penuh sukacita.

Suasana yang ramai dan riuh rendah dengan berbagai suara tersebut dalam arti banyak kegiatan dari sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik dan bersifat sakral, dimana ada ritual, maupun hiburan.

Sama seperti tahun sebelumnya, pelaksanaan Erau 2015 akan kembali bersanding dengan gelaran International Folk & Art Festival yang akan digelar mulai tanggal 6 Juni hingga 14 Juni 2015 di Tenggarong, dimana pada tanggal 6 Juni akan ada Kirab Budaya yang diikuti delegasi mancanegara bersama 30 paguyuban atau sanggar seni di Kutai Kartanegara dengan menempuh jarak kurang lebih 2 km di jalan utama kota Tenggarong.

Sedangkan pembukaan Erau sendiri akan digelar pada hari Minggu pagi, 7 Juni 2015 pukul 09.00 WITA di Keraton Kutai dan untuk pembukaan International Folk & Art Festival dalam rangka Erau Adat Kutai akan dilaksanakan pada pukul 10.00 WITA di Stadion Rondong Demang.

Untuk penutupan Erau akan dilaksanakan pada hari Minggu pagi 14 Juni 2015 di halaman Keraton dengan acara puncak yakni upacara adat Mengulur Naga dan Belimbur atau siram-siraman.

20 Negara Pastikan Ikut Festival Karnaval KAA

Bandung - Pada peringatan Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan April mendatang, 20 negara dipastikan akan ambil bagian pada acara Festival Karnaval KAA. Negara lain hingga saat ini masih menunggu konfirmasinya untuk ikut dalam kegiatan tersebut.

"Iya, 20 negara sudah konfirm akan ikut. Kita sambut baik kabar ini, menandakan festival karnaval ini mendapat perhatian dari negara peserta," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Herlan JS ditemui di Hotel Mitra Jalan Supratman, Selasa (10/3).

Menurutnya, karnaval yang rencananya akan menampilkan beberapa kebudayaan khas negara peserta ini akan menjadi salah satu kegiatan yang akan meramaikan HUT KAA. Berbagai persiapan terus dilakukan agar acara ini berlangsung lancar karena diperkirakan akan banyak masyarakat yang tertarik untuk melihat karnaval tersebut.

"Persiapan terus dilakukan, karena menjelang acara puncak, banyak juga acara lain yang akan digelar di kota Bandung sebagai tuan rumah," katanya.

Kota Bandung menjadi tuan rumah HUT KAA Ke-60 pada 24 April mendatang. Puluhan kepala negara akan hadir pada acara yang dipusatkan di Gedung Asia Afrika tersebut.

Rampak Kendang Ramaikan Pentas Budaya Nusantara

Jayapura, Papua - Pentas Budaya Nusantara yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Jayapura bekerja sama dengan Korem 172/PWY di lapangan Trikora Abepura mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Pentas Budaya Nusantara tersebut menampilkan rampak kendang yang dikolaborasikan dengan Tari Adat Papua dibawakan oleh gabungan prajurit Satgas Pamtas RI – PNG Yonif 323 / Raider dengan beberapa siswi SMA Keeromini.

Penampilan rampak kendang itu sangat memukau dan mendapat banyak apresiasi positif dari masyarakat Jayapura yang hadir dalam acara Pentas Budaya Nusantara dan oleh pejabat TNI dan Pemkot Jayapura serta pimpinan sanggar seni di Jayapura. Pejabat TNI yang hadir di antaranya Kasdam XVII/Cen Brigjen TNI Tatang Sulaiman, Danrem 172/PWY Kolonel Inf Tri Yuniarto.

Rampak kendang merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. “Rampak” berasal dari bahasa sunda yang bermakna serempak atau bersama-sama, jadi rampak kendang bisa diartikan sebagai suatu pertunjukan kendang yang dimainkan secara bersama-sama. Gendang atau kendang adalah alat musik utama dari pertunjukan Rampak Kendang, alat musik lainnya dalam pertunjukan Rampak Kendang salah satunya rebab, gitar, dan alat gamelan lainya.

Semua alat musik itu kemudian dipadukan membentuk suatu irama yang energik dan bersemangat. Pertunjukan sering dikolaborasikan dengan kesenian yang lain, seperti tari Jaipong atau dijadikan pengiring lagu pop. Namun dalam Penampilan Pentas Budaya Nusantara yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Jayapura Rampak Kendang dikolaborasikan dengan Tari Adat Papua.

Dalam kesempatan yang sama, DansatgasYonif 323/R Mayor Inf Slamet menjelaskan Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 323/R merupakan salah satu satuan yang saat ini melaksanakan tugas pengamanan perbatasan RI-PNG. Di samping melaksanakan tugas pokok pengamanan perbatasan demi menjamin tegaknya kedaulatan dankeutuhan wilayah NKRI, Satgas Yonif 323/R juga melaksanakan kegiatan pemberdayaan wilayah pertahanan melalui kegiatan Binter. Dalam pelaksanaan pembinaan territorial Satgas Yonif 323/R melakukannya melalui tiga jalur kegiatan yaitu agama, budaya dan kesetaraan.

Melalui jalur budaya, sebagai satuan yang berasal dari Jawa Barat, Satgas Yonif 323/R membentuk dan menyiapkan Tim Rampak Kendang yang dikolaborasikan denganTarian Adat Papua dengan tujuan untuk mengangkat danmelestarikan budaya nusantara dan budaya asli Papua. Melalui Seni Kolaborasi ini diharapkan dapat dijadikan sarana merebut simpati dari masyarakat khususnya masyarakat di perbatasan sehingga kemanunggalan TNI Rakyat dapat terwujud.

Pekalongan Gelar "Batik Run and Color 2015"

Pekalongan - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, bekerja sama dengan sejumlah pelaku ekonomi kreatif akan menggelar kegiatan bertajuk Batik Run and Color Fest 2015.

Panitia Batik Run and Color Fest 2015, Ganish di Pekalongan, Rabu, mengatakan bahwa pada kegiatan yang akan digelar 26 April mendatang ini, pemkot bekerja sama dengan CV Anugerah Akbar Jaya dan Risa Kreativindo.

"Kegiatan Batik Run and Color Fest 2015 selain bertujuan mempromosikan potensi kerajinan batik juga dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-109 Kota Pekalongan," katanya.

Menurut dia, kegiatan Batik Run and Color Fest 2015 ditargetkan akan melibatkan sedikitnya 5.000 peserta dari unsur pelajar, mahasiswa, dan masyarakat setempat.

"Untuk pendaftaran kegiatan Batik Run and Color Fest akan dibuka mulai 15 Maret 2015. Harga tiket pendaftaran sebesar Rp50 ribu untuk pelajar dan Rp75 ribu (mahasiswa dan masyarakat)," katanya.

Panitia Batik Run and Color Fest kata dia, mmasih melakukan koordinasi dengan pihak lain terkait penempatan untuk memproleh tiket pada lima titik drop box.

Ia mengatakan para peserta akan mendapatkan kaos, bandana, nomor peserta, dan bubuk warna yang akan ditaburkan pada saat peserta finish di Lapangan Jetayu Kota Pekalongan.

"Kami berharap kegiatan Batik Run and Color Fest 2015 ini akan meriah dan mendapatkan sambutan positif dari masyarakat," katanya.

Serbuan Kata Indonesia dalam Kamus Oxford

Jakarta - Tidak perlu terlalu minder ketika mengetahui bahwa sembilan dari 10 kata dalam bahasa Indonesia adalah sumbangan asing. Bahasa Ibu kita juga ternyata menyumbang beberapa kata untuk kamus terpercaya Inggris, Oxford.

Terdapat beragam kata kita, mulai nama makanan, tumbuhan, hewan, hingga budaya dan busana tradisional yang diserap oleh bahasa Inggris dan masuk ke kamus Oxford. Bukan sebaliknya, bahasa Inggris yang diserap ke Indonesia.

Bahkan, menurut penelusuran CNN Indonesia, ada lebih dari 10 kata yang benar-benar ditulis dan diucapkan persis seperti aslinya.

Batik, misalnya. Meski beberapa kali menjadi rebutan Indonesia dan Malaysia, Oxford mengakuinya sebagai produk budaya Jawa. Dalam kamus Oxford, batik tetap ditulis seperti asli.

Tertulis dalam kamus, arti batik adalah metode (aslinya digunakan di Jawa) memproduksi desain berwarna di atas tekstil dengan mencelupkannya, setelah pertama mengaplikasikan lilin ke bagian yang akan dibiarkan tak tercelup. Arti kedua, pakaian yang dicelup menggunakan metode batik.

Selain itu, masih ada kata ikat. Oxford menulis, definisi kata itu adalah kain yang dibuat dengan teknik dekoratif Indonesia, dilengkungkan atau dimasukkan lungsin atau keduanya, dan dicelup warna sebelum ditenun.

Bukan hanya di bidang fesyen, kata Indonesia juga menyerbu kamus Oxford perkara makanan. Lihat saja satai, sambal, tempeh, dan rambutan. Keempatnya bisa ditemukan dengan arti sama seperti maknanya dalam bahasa Indonesia.

Menurut Oxford, satai adalah makanan Indonesia dan Malaysia yang terdiri atas potongan kecil daging yang dipanggang dan ditusuk, disajikan dengan saus pedas yang mengandung kacang.

Sementara sambal, diartikan sebagai makan kesukaan atau perangsang nafsu yang dibuat dengan sayur, buah, atau pedas-pedasan. Tempeh merupakan makanan Indonesia yang dibuat dengan menggoreng kacang kedelai yang difermentasi. Sedangkan rambutan, adalah buah tropis merah seukuran plum dengan duri lunak dan agak asam.

Selain itu, Indonesia juga masih punya kata durian di kamus Oxford. Artinya, buah tropis oval berduri yang terdiri atas daging lembek yang seperti krim. Durian juga dijelaskan beraroma busuk, tapi rasanya bernilai tinggi.

Budaya tradisional pun menyumbang untuk kamus Oxford. Gamelan diartikan sebagai alat musik instrumen tradisional di Jawa dan Bali, termasuk banyak instrumen perkusi perunggu. Masih ada pula kata parang, yang diartikan sebagai golok yang berasal dari Melayu.

Dari kawanan binatang, salah satu sumbangan adalah orangutan. Di kamus mana pun, hewan primata itu tetap disebut sesuai nama aslinya. Oxford mendefinisikannya sebagai kera soliter besar dengan rambut merah panjang, lengan panjang, tangan dan kaki melipat, dan asli Kalimantan serta Sumatera.

Jika kata-kata itu belum membuat Anda terkejut, masih ada dugong. Kata yang sering menjadi bahan ejekan di Indonesia itu ada di kamus Oxford, dan diambil dari kata duyung. Artinya adalah sapi laut di pesisir Samudera Hindia dari timur Afrika sampai utara Australia.

Gelar Budaya Aceh 2015 Ajang Pelestarian Budaya Negeri

Bandung, Jabar - Indonesia adalah Negara yang ditakdirkan dengan keanekaragaman budaya yang ditinggalkan oleh para pendahulu. Budaya, adat istiadat and sejarah adalah warisan penting yang patut dilestarikan. Seiring perkembangan zaman yang bergeser pada era modernisasi dan globalisasi, tak jarang anak cucu ibu pertiwi sudah tak mengenal warisan kekayaan daerahnya sendiri. Kegelisahan ini sepatutnya sudah dirasakan oleh para generasi muda untuk senantiasa melestarikan adat istiadat, budaya dan sejarah setempat.

Maka dari itu, untuk menjawab kegelisahan tersebut, sekumpulan pemuda-pemudi yang tergabung dalam Unit Kesenian Aceh (UKA ITB) menggelar pagelaran budaya Aceh yang bertujuan untuk melestarikan, mengeksistensikan kebudayaan Aceh sekaligus untuk memperkenalkan ragam budaya Aceh ke seluruh masyarakat Bandung hingga Pulau Jawa. Acara pagelaran yang diadakan pada Minggu, (08/03/15) bertempat di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga ITB) ini turut mengundang tokoh penting yakni Bapak Fery Mursyidan Baldan selaku Menteri Agraria dan Tata Ruang RI, Bapak Dedy Mizwar selaku Wakil Gubernur Jawa Barat, Bapak Kadarsyah Suryadi selaku Rektor ITB, dan Wali Nanggroe Aceh serta para tamu lainnya.

Pembina UKA ITB, Abdullah Sanny, disela pidato sambutannya mengakui bahwa acara ini mendapat dukungan penuh dari rakyat Aceh di Pulau Jawa dan di Provinsi Aceh sendiri. Beliau juga berterimakasih kepada Jawa barat atas kerjasama pasca Tsunami Aceh 10 tahun silam dan kerjasama dalam pengembangan pendidikan dengan mengirim 100 guru aceh ke ITB untuk mengenyam pendidikan dan selanjutnya dikembalikan ke Aceh.

Pagelaran budaya Aceh yang dihadiri kurang lebih ratusan masyarakat dari berbagai elemen ini mendapat percikan kagum dan takjub pada setiap tampilan budaya yang disajikan. Pasalnya, pagelaran ini adalah hasil kolaborasi dan kerjasama badan seni di Indonesia seperti Mahasiswa Saman Gayo, Saka UGM, Rafly, Rara Tarmizi, Ida Azwar, T.ryo dan Studi Teater Mahasiswa ITB. Acara yang dikemas dengan unsur kebudayaan Aceh seperti pembacaan Ayat Al-Quran, penampilan lagu-lagu, syair dan tarian mengangkat cerita Sultan Iskandar Muda sebagai unsur drama teatrikalnya.

Pagelaran yang berlangsung di malam hari itu adalah acara puncak dari serangkaian Gelar Budaya Aceh (GBA) tahun ini. Berbagai rangkaian acara telah berlangsung sebelumnya secara berturut-turut yaitu Meuratoh Sajan (Pre-Event), Saweu Budaya (Pameran budaya dan Wisata kuliner) dan acara puncaknya yang berlangsung di Sabuga Minggu malam itu. GBA ini adalah acara akbar dari Unit Kebudayaan Aceh yang diadakan rutin 3 Tahun sekali dan pada tahun 2015 ini merupakan GBA yang ke-6 yang diketuai oleh Mauliady Satria.

"Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia, sponsor, dan media partner serta elemen lapisan masyarakat yang telah membantu menyukseskan acara ini, semoga GBA selanjutnya semakin baik," tutur Satria dalam sambutannya.

Akulturasi Aneka Budaya dalam Langgam Busana Betawi

Jakarta - Budaya Betawi terus berkembang dari masa ke masa dengan ciri yang mudah dibedakan dengan budaya lainnya. Kebudayaan Betawi pun lambat laun tumbuh spontan dengan kesederhanaanya mengikuti pesatnya perkembangan zaman. Salah satu ciri khas dari kebudayaan Betawi yang dimaksud salah satunya adalah dari sisi pakaiannya.

Berbicara mengenai pakaian khas masyarakat Betawi maka Anda akan mengetahui bahwa pakaian khas masyarakat Betawi terdiri atas berbagai jenis. Ada pakaian sehari-hari, pakaian formal dan pakaian pengantin.

Setiap pakaian tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Apabila ditelisik, pakaian khas Betawi merupakan akulturasi dari berbagai macam budaya lain seperti budaya Cina, Arab dan Eropa. Pengaruh budaya Cina yang kental dapat kita lihat lewat pakaian pengantin wanita Betawi. Pakaian yang dipakai oleh mempelai wanita merupakan pakaian yang serupa dengan pakaian putri Cina.

Baju pengantin Putri Cina itu terdiri dari serangkaian Kembang Goyang dengan Burung Hong serta penutup wajah pengantin perempuan yang disebut Siangko (pat-sian khou), baju pengantin berpotongan Mancu yang mempunyai bukaan di kanan, yang disebut baju Toaki (toa-ki), dan bawahan berupa rok lipit yang disebut Kun (kun). Di bagian bahu dan dadanya pengantin perempuan memakai aksesori yang disebut Terate (in-kian).

Selain pada baju pengantin wanita, adaptasi budaya Cina juga dapat kita lihat pada pakaian sehari-hari yang sering dipakai oleh perempuan Betawi pada umumnya yaitu kebaya encim.

Pada awalnya, kebaya encim merupakan kebaya asli Betawi yang diperuntukkan untuk golongan nyai-nyai. Namun karena harganya mahal, maka masyarakat Betawi yang ekonominya lemah tidak bisa membelinya.

Melihat hal tersebut maka orang Cina yang ekonominya lebih baik kemudian mengadaptasi pakaian asli Betawi tersebut dengan harapan mereka bisa diterima dan menjadi bagian dari penduduk asli. Karena kemudian banyak orang Cina yang berbusana kebaya tadi, lantas orang-orang lalu sering menyebutnya dengan kebaya encim atau kebaya nyonya.

Jika pengaruh budaya Cina dapat dilihat pada pakaian pengantin wanita Betawi maka pengaruh budaya Arab dapat Anda lihat dari pakaian pengantin pria Betawi.

Busanan yang dikenakan oleh pengantin pria dalam adat betawi disebut dengan Dandanan Care Haji. Busana ini terdiri dari jubah berwarna cerah yang terbuat dari bahan beludru dengan bagian dalam berupa kain berwarna putih yang halus. Sebagai pelengkap ditambahkan penggunaan tutup kepala dari sorban yang disebut dengan nama Alpie.

Seperti layaknya busana mempelai pria, baju keseharian pria Betawi pun terpengaruh dari budaya Arab. Pria Betawi mengenakan baju putih panjang yang dinamakan dengan baju Sadariah lengkap dengan tambahan sarung yang biasa digantung di leher. Uniknya, sandal terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pria Betawi juga dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.

Akulturasi budaya lainnya yang turut mempengaruhi budaya Betawi juga berasal dari dataran Eropa. Hal ini dapat dilihat ketika masyarakat Betawi kerap menggunakan kain batik beraneka motif dari hasil akulturasi tersebut, misalnya saja motif kereta kuda atau binatang khas Eropa dengan warna yang cerah.

Pemuda 40 Negara Belajar Seni Budaya Indonesia

Jakarta - Kementerian Luar Negeri mengumpulkan 70 anak muda dari 40 negara untuk mempelajari seni dan budaya Indonesia lewat program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Ini adalah tahun ke-13 penyelenggaraan BSBI.

Peserta dibagi menjadi enam kelompok lalu dikirim keenam kota yaitu Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar untuk tinggal di sana selama tiga bulan. Di antara peserta mancanegara, ada enam anak muda Indonesia yang menjadi pendamping tiap kelompok. Para peserta akan mempelajari bahasa Indonesia, tari, alat musik tradisional, hingga kearifan lokal wilayah yang ditinggalinya. Khusus di Yogya, peserta akan mempelajari Indonesia dari sisi kajian akademik di universitas.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan BSBI adalah cara Indonesia merangkul generasi muda dari seluruh dunia. "Anda membangun jembatan kesepahaman, perdamaian, dan kesejahteraan dunia," katanya di hadapan peserta BSBI saat pembukaan program tersebut, Senin, 9 Maret 2015, di Gedung Pancasila, Kemlu.

Menurutnya, program ini penting karena hubungan antarnegar bukan hanya antarpemerintah tapi juga antarrakyat terutama generasi muda. BSBI tahun ini mengangkat tema ASEAN Community 2015 mengingat komunitas ASEAN akan dibentuk pada 31 Desember nanti. "Sebagai penerima BSBI, kalian punya kesempatan berbaur dengan orang Indonesia lokal, belajar bahasa Indonesia, dan menyerap budaya lokal."

Direktur Diplomasi Publik Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu Al Busyra Basnur mengatakan program ini dibuat untuk mempeluas teman Indonesia (Indonesia friends) di luar negeri. Seleksi peserta di masing-masing negara dilakukan oleh Kedutaan Besar Indonesia di sana dengan mempertimbangkan 8-10 kriteria yang ditetapkan Kemlu.

Peserta harus berusia antara 18-30 tahun. Mereka juga mesti merupakan individu yang potensial bagi Indonesia. "Agar setelah 15-20 tahun ke depan mereka jadi pemimpin di negaranya masing-masing, kita punya sahabat Indonesia di sana," kata Busyra. Mereka diharap dapat memberi pemahaman, promosi, dan meningkatkan kerja sama bilateral.

BSBI akan ditutup dengan pertunjukan kolosal bertajuk Indonesia Channel. Kegiatan ini mengumpulkan seluruh peserta dalam sebuah pertunjukan kolosal untuk menampilkan seni budaya yang mereka pelajari. Acara ini diharap ditargetkan dihadiri 4.000-5.000 penonton. Tahun sebelumnya, penutupan akbar seperti ini digelar di Yogya dan Surabaya.

Phan Khuong, 22 tahun, peserta dari Vietnam, mengatakan tertarik mempelajari bahasa, tarian, dan alat musik Indonesia, karena Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara. Dia juga ingin pergi ke gunung berapi dan melihat komodo. "Saya juga mau menikmati hidup orang Surbaya," katanya yang mengetahui BSBI dari informasi Vietnam Youth Union.

Khuong pernah belajar sedikit tentang Indonesia sebelumnya. "Saya tahu Soekarno," ujarnya bersemangat. Ia kagum karena Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar dunia dengan budaya yang beragam. "Saya pikir Indonesia adalah saudara," kata mahasiswa jurusan politik di National Academy of Public Administration Vietnam ini.

Antusiasme juga ditunjukkan Clement Longuiville, 25 tahun, peserta asal Belgia. Dia mengaku sangat tertarik mempelajari budaya Indonesia. Longuiville mengatakan sudah melakukan perjalanan ke berbagai negara di dunia dan terpikat pada kesenian tradisional Yogyakarta seperti wayang wong dan wayang kuit. "Itu bagus sekali," ujar pria asal Prancis. Dia pun masih ingin belajar jatilan dan reog. Karena itu, ketika mengetahui ada BSBI, dia segera mendaftar.

Longuiville sebelumnya telah tinggal di Yogya selama tiga bulan. Dia menjadi sutradara ketoprak dan lesung dengan naskah Prancis. Dalam program BSBI, mahasiswa Institut Nasional Seni Film Teater Belgia ini kebagian jatah tinggal di Denpasar. "Saya akan belajar tari bali, gamelan, make up," katanya.

Pawai Budaya Meriahkan HUT Kota Bekasi Ke-18

Bekasi - Peringatan Hari Ulang Tahun Kota Bekasi yang ke-18 dimeriahkan dengan pawai budaya, Selasa, 10 Maret 2015. Pawai dilakukan setelah rapat paripurna istimewa di gedung dewan perwakilan rakyat daerah setempat di Jalan Chairil Anwar, Bekasi Timur.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, pada usia 18 tahun kotanya, ia meminta kepada seluruh masyarakat untuk selalu mewujudkan kerukunan hidup bermasyarakat serta meningkatkan kesadaran, kesatuan, dan persatuan integritas masyarakat menuju visi-misi Kota Bekasi: “maju sejahtera dan ihsan”.

"Harus ada sikap toleransi untuk mempersatukan dalam bingkai Kota Bekasi," kata Rahmat, Selasa, 10 Maret 2015. Menurut Pepen, sapaan akrabnya, semangat persatuan dan kesatuan masyarakat Kota Bekasi adalah tonggak sejarah berdirinya Kota Bekasi.

Dari pantauan Tempo, pawai budaya dipusatkan di Alun-alun Kota Bekasi, Jalan Pramuka, Bekasi Selatan. Pawai kemudian menuju kantor Wali Kota Bekasi di Jalan Ahmad Yani.

Dalam pawai itu, tampak sejumlah kebudayaan dari Nusantara, misalnya reog Ponorogo dari Jawa Timur, kebudayaan Padang-Sumatera Barat, Batak, dan Betawi. Namun mayoritas peserta mengenalkan budaya asli Bekasi.

Peserta yang merupakan pegawai pemerintahan itu tampak mengenakan seragam asli Bekasi, yakni pangsi. Adapun yang perempuan mengenakan kebaya. Antusiasme warga pun tampak tumpah ruah di jalan menyaksikan pawai. Pawai berbagai kebudayaan itu merupakan bagian dari masyarakat Kota Bekasi yang heterogen.

Pekan Budaya Dayak (Kaltim) Bersama 1.000 Siswa Sekolah Dasar se-Jakarta

Jakarta - Komunitas Penjaga Budaya - Sekar Nusa Jakarta berencana menggelar Pekan Budaya Kalimantan Timur (Kaltim) di Museum Nasional Jakarta berlangsung selama empat hari 27-30 April 2015. Acara ini akan melibatkan 1.000 siswa sekolah dasar kelas 3-5 se-Jabodetabek, demikian penjelasan Ketua Panitia Arie Bekti Budi Hastuari, kepada Tribun, Minggu (8/3).

Dia menyebutkan pertimbangan pemilihan peserta di usia SD sesuai ciri-ciri dimasa perkembangan, dimana anak usia 7-12 tahun merupakan usia menuju peralihan dan usia yang baik untuk memberikan stimulus sehingga dapat menambah cakrawala anak sebagai bekal di kemudian hari.

Lewat Program Pekan Budaya Dayak Kalimantan Timur Bersama 1000 Anak melibatkan lebih dari 20 sekolah dasar di Jakarta. Dengan menggunakan metode edutainment secara berkelompok anak- anak terlibat untuk: Menjelajah Museum Nasional; Membuat penganan khas; Membuat kerajinan masyarakat suku Dayak; Menyanyikan lagu Burung Enggang, dan Buah Bolo; Mendengarkan cerita legenda yang mendidik; Mengenalkan dan mencoba membunyikan alat musik Sampe; Memperagakan tari Enggang - yang telah diajarkan pelatih-pelatih yang dikirim ke sekolah-sekolah yang telah mendaftar 1 (satu) bulan sebelum hari H.

"Ini semua sebagai bagian untuk memperkenalkan budaya Suku Dayak kepada anaka-anak di luar Kalimantan. Sekaligus untuk memperingati Ulang Tahun ke- 237 Museum Nasional dalam sekaligus dengan adanya Program Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dicanangkan Tahun 2012 – 2014 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah momen yang tepat untuk tetap melanjutkan program tersebut dan bersama museum dapat beriringan mengenalkan salah satu budaya.

Sebagai info juga, program yang sama telah kami lakukan dengan nama Jelajah Budaya Jawa bersama 1000 anak SD pada tanggal 24 – 28 Oktober 2011, dengan melibatkan lebih dari 20 sekolah dan home schooling dengan dukungan Ibu Kanjeng Ratu Hemas. Tahun ini, panitia berencana mengangkat lima daerah (Kalimantan Timur , Papua, Bali, Manado dan Sumatra Utara) .

Disisi lain, kata Arie, sejauh ini Prof. Edi Sedyawati (Mantan Dirjen Kebudayaan-red) sebagai Penasihat yang mempunyai keprihatin yang sama karena semakin mengemukanya budaya serba instan, serta serangan program-program tekhnologi yang bertubi-tubi, menambah anggapan seni tradisi sesuatu yang tua, kuno, lamban, dan tidak modern.

"Hal ini seolah menjadi kewajiban kami mengingatkan dan membuktikan dinamisnya budaya Nusantara kepada banyak kalangan terutama pada anak-anak usia 9-12 tahun," kata Arie.

Dia menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah kurang lebih 230 suku bangsa yang tersebar di seluruh Nusantara. Keberagaman suku yang ada di Indonesia berbanding lurus dengan kebudayaan yang diciptakan dari masing-masing suku atau daerah. Keanekaragaman budaya Indonesia adalah salah satu kekayaan dan menjadi ciri khas jati diri bagi bangsa Indonesia.

Budaya Nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Untuk mencapai puncak yaitu Kebudayaan Nasional, maka perlu dilakukan pelestarian dan pengembangan budaya daerah.

Begitu halnya dengan Museum, sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif kultural dan rekreatif, merupakan salah satu media sosialisasi. Idealnya menjadi wadah bagi generasi muda agar dapat mengetahui identitas, memahami keberagaman budaya, menghargai kekayaan bangsa agar dapat turut serta melestarikan budaya Indonesia.

Marwan Berharap Seni dan Budaya Lahat Dilestarikan

Lahat, Sumsel - Wakil Bupati Lahat, Marwan Mansyur, SH, MM mengajak warga di Bumi Seganti Setungguan menjaga dan melestarikan seni budaya Lahat, yang kini mulai terkikis oleh dampak pesatnya perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi.

Menurut Marwan, tarian dan lagu daerah bisa berkembang lebih luas sesuai perkembangan zaman. Seni dan budaya yang kita miliki sangat banyak dan beragam. Kekayaan tersebut akan hilang ditelan bumi jika tidak dipertahankan.

"Harus diakui saat ini masyarakat mulai meninggalkan seni dan budaya lokal, padahal ini dapat menjadi aset wisata yang memiliki daya tarik," terang Marwan, saat membuka lomba seni dan tari daerah Lahat, senin (9/3) di gedung kesenian Lahat.

Lebih lanjut Marwan meminta kepada intansi terkait untuk lebih memperhatikan nilai budaya dan harus fokus menyelamatkan peninggalan budaya dan kesenian daerah. "Terapkan nilai budaya dan kesenian Lahat di sekolah, agar anak didik kita dapat melestarikannya," tegasnya.

Opera Melayu Bulang Cahaya di Pekanbaru Sukses

Pekanbaru, Riau - Teater Selembayung Riau, sukses pentas di Anjung Seni Idrus tintin selama tiga malam berturut-turut, 26-28 Febuari 2015 lalu. Sebuah kisah yang diangkat dari novel sejarah karya budayawan Riau, Rida K Liamsi, yang kemudian diubahsuai ke dalam bentuk panggung oleh Sutradara, Fedli Azis.

Sepanjang tiga malam itu pula, para pengunjung yang memenuhi Anjung Seni Idrus Tintin dikawasan Bandar Seni Raja Ali Haji purna MTQ Pekanbaru itu, disuguhkan sebuah kisah sejarah yang mengisahkan tentang kisruh kekuasan antara bangsawan Melayu dan Bugis, semasa kejayaan Kerajaan Riau-Lingga. Kisah, di mana Pulau Penyengat, Pulau Bintan, dan Daek masih masih dijadikan pusat kerajaan yang pernah jaya di nusantara itu.

Dalam lakon yang dikemas dengan konsep opera Melayu itu juga tergambar sebuah peristiwa tentang perseteruan antara Bugis dan Melayu. Perebutan kekuasaan antara Tengku Muda ayah Tengku Buntat yang Bangsawan Melayu dengan keturunan Bangsawan Bugis. Kisruh kekuasaan ini harus mengorbankan cinta Raja Djafaar dan Tengku Buntat. Raja Djafaar selaku bangsawan keturunan Bugis-Melayu dianggap akan melemahkan kedudukan Bangsawan Melayu jika dikawinkan dengan Tengku Buntat.

Tergambar jelas bagaimana kekuasaan dan perebutan pengaruh oleh dua puak itu dalam kisah tragis kerajaan Riau-Lingga sehinggalah kerajaan itu dibubarkan oleh penjajah dalam hal itu, Belanda dan Inggris. Kerajaan Riau-Lingga terbagi dalam dua wilayah, Hindia Belanda (Indonesia, termasuk Riau) dalam kekuasaan Belanda dan Semenanjung (termasuk, Johor, Pahang dan Tumasik) dalam kekuasaan Inggris.

Dalam kalang keliwut kepentingan dan kekuasaan itu juga terselip kisah seputar persoalan antara cinta, kekuasaan dan marwah. Kisah cinta sejati antara Raja Djafaar (Bugis) dan Tengku Buntat (Melayu) yang menggetarkan jiwa. Sebuah kisah cinta setara Romeo and Julliet atau Laila dan Majenun. Karena tragedi cinta Cik Puan Bulang (Buntat) itu, telah mengubah haluan sejarah Riau-Lingga. Sehingga sebagaimana ucapan penutup dari lakon itu yang berbunyi “Benar kata Orang Prancis, di mana ada peristiwa besar, di situ ada perempuan,” ucap salah seorang pelakon di dalam Opera Melayu Bulang Cahaya itu.

Fedli selaku sutradara mengakui memang harus bekerja keras mewujudkan naskah ini untuk dibawa ke atas panggung. Apalagi, dalam garapan semi opera ini, lakon ini tergolong panjang. Durasinya mencapai 2,5 jam. “Ini pertunjukan Opera Melayu, bukan opera murni atau liberto. Jadi konsepnya, ala-ala teater klasik Bangsawan,” jelas pimpinan Sanggar Teater Selembayung itu.

Dalam garapan karya yang kesekian kalinya ini, Fedli tak hanya bekerja sendiri. Untuk memantapkan konsepnya, dia merangkul beberapa ahli sebagai pendukung seperti design panggung oleh Yudi Ys (perupa), Koreografer Syafmanefi Alamanda, (seniman tari), piñata kostum Sunardi (seniman tari), penata make up Harry Zardi (seniman tari), Penata musik, Iwan Landel, videografi, Rudi Kodon. “Kita juga menggandeng penyanyi Riau, Benni Riaw dan Siska Mamiri vokalis Geliga,” jelas Fedli.

Terkait dengan konsep yang ditawarkan dalam Opera Bulang Cahaya yaitu Opera Melayu, Ketua Umum Dewan Kesenian Riau, Kazzaini mengatakan, konsep yang ditawarkan Fedli dari sanggar Selembayung sangat menarik untuk didiskusikan karena apakah rupa atau bentuk opera Melayu itu memang sudah ada sejak dahulunya dan bagaimana pula bila dikaitkan dengan keberadaan teater-teater tradisi Melayu.

Disebutkan Kazzaini misalnya, sandiwara Bangsawan yang memang nota benih ada unsur nyanyian dan tarian di dalamnya. Kemudian masa perkembangan berikutnya sandiwara bangsawan disebut atau dikenal oleh beberapa pelaku teater di Riau ketika itu dengan sebutan sandiwara klasik. “Bentuknya itu juga hanya saja ada sedikit perbedaan dari tata tekhnik pentasnya seperti bentuk layar dalam Bangsawan yang kemudian dimodifikasi dalam bentuk yang lain,” ucap Ketua Yayasan Sagang itu.

Selain itu, dalam pentas Opera Bulang Cahaya, sanggar Selembayung juga menawarkan misalnya latar panggung dengan menggunakan kecanggihan teknologi hari ini yaitu menggunakan multimedia. Katanya, ini sebuah tawaran yang menarik untuk didiskusikan sehingga konsep Opera Melayu yang di-maksud dapat dipertegas dan diperjelas “sehingga ke depannya barangkali kita bisa menemukan konsep-konsep baru untuk kemajuan teater di Riau itu sendiri. Tapi yang jelas, apa yang diupayakan Teater Selembayung sungguh pekerjaan yang layak mendapat apresiasi bagi kita semua,” tutupnya.

Tak tanggung-tanggung, dalam pentas kali ini, sanggar Teater Selembayung tampil dengan kekuatan pemain sebanyak 17 orang dengan tata kostum yang menarik. Disimbah cahaya lampu serta permainan multimedia, adegan per adegan mengalir seiring dengan konfik yang semakin tajam hingga sampai ke klimaks pementasan.

Dalam lakon ini dimulai dari seorang tokoh yang bekerja sebagai redaktur budaya di sebuah majalah budaya di Pekanbaru, dari ceritanyalah sesungguhnya kisah ini bermula. Kisah yang menggunakan alur mundur itu kemudian mengalir hampir memakan waktu dua jam lebih. Dengan ragam bentuk seni yang kemudian ditawarkan oleh Sutradara, Fedli seperti adanya tarian, nyanyian dan tentu saja dialog-dialog dari para aktor, kisah yang teraktub di dalam novel menjadi lebih dapat dirasakan seperti yang diutarakan salah seorang seniman budayawan Riau, Taufik Ikram Jamil.

Katanya, upaya Fedli selaku penulis naskah dan sekaligus sutradara dalam memindahkan kisah dalam novel ke dalam bentuk panggung cukup berhasil sehingga emosi cerita dan konflik yang terjadi semakin dapat dirasa. ”Kita lebih merasa terharu menyaksikan dalam cerita lakon yang disuguhkan,” ucap Penyair senior Riau itu.

Sementara itu, OK Nizami Jamil yang juga hadir mengemukakan hal serupa. Katanya sudah lama di Pekanbaru ini tidak menggelar karya yang berbau sejarah yang kalau pada masa dulunya disebut teater klasik Riau. Apa yang dilakukan Sanggar Selembayung dipadang OK sebagai upaya mengenalkan sejarah kepada generasi hari ini.

“Selamat untuk Sanggar Selembayung, semoga upaya ini dapat diteruskan karena masih banyak kisah sejarah dalam negeri Riau ini untuk dikisahkan kembali, diambil intisari semangat, terutama bagi generasi hari ini,” ucapnya.

Senada dengan itu, tokoh masyarkat Riau, Chaidir MM, menyatakan kebanggaannya atas apa yang telah dipentaskan Teater Selambayung. “Harapan saya ke depan teruslah berkarya apalagi sekarang sudah ada UPT Bandar Serai yang akan mengelola dengan maksimal segala aktivitas seni budaya di kawasan Bandar Serai ini. Dan saya kira, tidak banyak daerah yang punya agenda menggelarkan karya seperti kita. Ini kerja yang luar biasa, teruslah berkarya,” ucapnya.

Sementara itu, Fedli ditemui usai pementasan mengucapkan terima kasih terutama kepada Rida K Liamsi yang telah mengizinkan novelnya untuk diubahsuaikan ke dalam bentuk pertunjukan pentas sekaligus telah menjadi produser di garapan Selambayung kali ini. Garapan Opera Melayu Bulang Cahaya ini juga dipastikan Fedli tidak hanya pentas di Batam dan Riau.

“Insyaallah akan dipentaskan di Acara Panggung Publik SeSumatera di Padang Panjang akhir Maret mendatang. Dan kita juga akan terus berupaya untuk menjajaki di mana Lakon Bulang Cahaya ini bisa dipentaskan lagi,” ucapnya

-

Arsip Blog

Recent Posts