Payung dan Batik dalam Banyumas Extravaganza

Purwokerto, Jateng - Ajang "Banyumas Extravaganza 2015" pada tanggal 19 April diharapkan menarik minat wisatawan luar daerah untuk mengunjungi Banyumas, Jawa Tengah, kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Banyumas Deskart Setyo Jatmiko.

"Agenda wisata budaya tahunan dalam rangka peringatan hari jadi Banyumas ini akan menjadi suatu atraksi yang menarik sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Banyumas," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Menurut dia, ajang "Banyumas Extravaganza 2015" mengusung tema "Payung Kalibagoran dalam Lambaian Batik Banyumasan".

Ia mengatakan bahwa tema tersebut ditujukan untuk membangkitkan kembali industri kerajinan payung kertas khas Kalibagor yang telah mati.

Oleh karena itu, kata dia, semua peserta "Banyumas Extravaganza 2015" akan membawa payung kertas terutama yang memeragakan busana batik Banyumasan.

"Sementara kelompok peserta lainnya minimal membawa dua payung kertas," katanya.

Lebih lanjut, Deskart mengatakan bahwa berdasarkan pendataan terakhir, ajang "Banyumas Extravaganza 2015" akan diikuti 83 grup kesenian yang terbagi dalam tiga kelompok, yakni Kelompok A untuk pelajar, Kelompok B untuk kecamatan, serta Kelompok C untuk organisasi kemasyarakatan dan perusahaan.

Menurut dia, ajang "Banyumas Extravaganza 2015" yang berupa parade budaya tersebut akan dimulai dari depan gedung Bioskop Rajawali atau Jalan S. Parman, Purwokerto.

Selanjutnya, kata dia, seluruh peserta akan berjalan menuju panggung kehormatan yang berlokasi di Alun-alun Purwokerto dengan menyusuri Jalan S. Parman, perempatan Srimaya, dan Jalan Jenderal Soedirman.

"Sebelum rombongan Banyumas Extravaganza tiba di panggung kehormatan, nantinya di tempat itu akan ditampilkan atraksi tarian calung atau lengger yang dimainkan 433 penari. Jumlah penari tersebut menunjukkan usia Banyumas, yakni 433 tahun," katanya.

Operasi Simpatik, Satlantas Berpakaian Melayu dan Hadirkan Badut

Rengat, Riau - Pelaksanaan Operasi Simpatik 2015 pada pekan kedua, agak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sebab, personel Polres Inhu dari Satuan Lalulintas dalam pelaksanaan Operasi Simpatik tersebut menggunakan pakian bertemakan adat setempat yakni berpakaian Melayu.Tidak hanya itu, dalam pelaksanaanya juga menghadirkan badut zebra.

“Hal ini sengaja dilakukan untuk lebih memasayarakatkan sosialisasi Operasi Simpatik kepada pengguna jalan,” ujar Kapolres Inhu AKBP Ari Wibowo melalui Kasat Lantas Emil Eka Putra SH Sik, Senin (13/4).

Dijelaskanya, pelaksanaan Operasi Simpatik dengan berpakaian adat setempat dilaksanakan, Ahad (12/4) di Jalan Sultan sekitar objek wisata Danau Raja Rengat dari pukul 16.30-17.45 WIB.

Dalam pelaksanaannya lebih mendapat perhatian dari masyarakat. Sehingga personel yang diturunkan saat operasi itu lebih leluasa menyosialisasikan dan penyuluhan tertib berlalu lintas. Bahkan, dalam kesempatan itu juga diberikan brosur tentang tentang tertib berlalu lintas.

Selain itu juga, dengan menghadirkan badut zebra memarik perhatian masyarakat. Sehingga tidak sedikit yang menyempatkan untuk berfoto-foto dengan badut zebra tersebut.

“Pakaian adat setempat dan menghadirkan badut dengan harapan dapat tercapai tujuan dari Operasi Simpatik yang tengah dilaksanakan ini, dan ke depan masyarakat dengan penuh kesadaran dapat menaati aturan berlalu lintas,” harapnya.

Masih katanya, hingga pelaksanaan Operasi Simpatik hingga Senin (13/4), pihaknya telah mengeluarkan sebanyak 19 surat tindakan langsung (Tilang) dan sebanyak 501 teguran. Hal ini sebutnya, menandakan masih minimnya kesadaran masyarakat untuk menaati aturan berlalu lintas.

Untuk itu sebutnya, kepada pengguna jalan yang sangat fatal melanggar aturan berlalu lintas selama pelaksanaan Operasi Simpatik, tetap diberikan surat Tilang.

“Hendaknya dalam beberapa hari pelaksanaan Operasi Simpatik tidak ada lagi yang diberikan Tilang,” sebutnya.

PMS Gelar Pagelaran Seni dan Budaya Simalungun

Medan, Sumut - DPC Partuha Maujana Simalungun (PMS) kota Medan akan menggelar Etah Mar-Simalungun. Acara pagelaran seni dan budaya Simalungun ini rencananya akan digelar pada sabtu (25/4/2015) pukul 09.00-17.00 WIB.

Menurut Dr Sukarman Purba, ST, M.Pd selaku ketua pantia, kegiatan Etah Mar-Simalungin ini sengaja digelar untuk menggali, melestaraikan dan merevalitasi budaya Sumalungun yang diwariskan leluhur Simalungun.

"Ingat, bangsa yang besar adalah yang menghormati leluhur dan pahlawan bangsa," katanya, saat berkunjung ke redaksi Tribun Medan, Senin (13/4/2015).

Menurut civitas akedimisi Universitas Negeri Medan ini, kegiatan akan dimeriahkan berbagai acara seni dan budaya. Aneka tari-tarian yakni tortor Sombah, Taur-taur, Turahan akan digelar untuk dinikmati oleh seluruh masyarakat.

"Kita juga akan tampilkan artis-artis terbaik Simalungun," katanya.

Artis yang akan hadir yakni, Jhon Eluaman Saragih, Sonny Saragih (Risingstar Indonesia), Damma Silalahi, Sapna Sitpopu dan Ocha (Juara I Mamamia Indosiar) dan Trio Asisi.

Menurut pria yang juga Wakil Ketua DPC PMS Medan ini, pihaknya juga akan mengundang masyarakat kota Medan dari berbagai Etnis untuk menyaksikan kegiatan akbar budaya Simalungun tersebut.

"Silahkan datang. Kita undang semua warga Sumut dari berbagai etnis. Kegiatannya gratis dan akan disediakan lucky draw menarik," katanya.

Selain acara budaya, kegiatan juga akan diisi dengan Patappei Sihilap PMS Kota Medan periode 2014-2019.

1.800 Perempuan Berkebaya-Sanggul akan Pecahkan Rekor MURI

Yogyakarta - Perkumpulan perias pengantin tradisional khas Yogyakarta Tiara Kusuma akan mengerahkan sebanyak 1.800 perempuan berkebaya dan memakai sanggul tekuk khas Yogyakarta untuk memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada 23 April 2015.

"Jumlah itu akan memecahkan rekor sebelumnya sebanyak 1.500 sanggul tekuk khas Bali yang sudah digelar beberapa waktu lalu. Kegiatan itu untuk melestarikan budaya bangsa," kata Ketua DPD Tiara Kusuma DIY KRAy SM Anglingkusumo di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, Tiara Kusuma merasa perlu menggelar pemecahan rekor MURI tersebut karena sanggul tekuk dan kebaya khas Yogya saat ini mulai hilang. Padahal, dua ciri khas pakaian dan riasan tersebut merupakan bahan ujian jika anggota Tiara Kusuma ingin naik ke jenjang "mahir".

"Siapa pun boleh berpartisipasi pada acara pemecahan rekor yang akan digelar di Sahid Rich Hotel Yogyakarta, 23 April 2015. Acara tersebut juga didukung GKR Hemas dan Viva Cosmetics," katanya.

Ia mengatakan para peserta tidak perlu mengenakan kebaya yang mahal-mahal, yang penting tetap menunjukkan khas Yogyakarta. Salah satu ciri khas yang harus ada pada kebaya khas Yogyakarta adalah menggunakan bahan kain tertutup dan tidak transparan.

"Boleh saja menggunakan kain broklat yang transparan, tetapi harus diberi lapisan sehingga kulit tubuhnya tidak kelihatan," katanya.

Menurut dia, sifatnya yang tertutup membuat kebaya khas Yogyakarta sering pula disebut dengan "tangkepan". Ada juga yang menggunakan "kutu baru" bagi perempuan yang berdada bidang.

"Sebenarnya tambahan kutu baru itu pengaruh dari Solo untuk menutupi kain kemben," katanya.

Ia mengatakan sanggul tekuk khas Yogyakarta memiliki ciri bagian tengahnya "ngirung", agak menonjol seperti garis hidung. Di bagian bawahnya terbelah dan ada "lungsen" atau sedikit rambut untuk melekatkan sanggul di kepala.

"Ciri itu yang membedakan sanggul tekuk khas Yogyakarta dengan sanggul daerah lain," kata Anglingkusumo.

General Manager Sahid Rich Hotel Yogyakarta Herdiyanto mengatakan selain pemecahan rekor MURI, juga akan digelar lomba Puteri Kebaya 2015. Siapa pun, mulai dari remaja puteri hingga dewasa boleh mengikutinya.

"Mengenakan kebaya bukan menunjukkan kekunoan tetapi justru dapat mempercantik diri," katanya.

Pergelaran Angklung Kolosal di Bandung Dimajukan 23 April

Jakarta - Rangkaian Side Events Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika akan dimajukan dari rencana Sabtu 25 April 2015 menjadi Kamis, 23 April 2015. “Ini positif. Acara ini dipercepat dua hari, agar di saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri Kepala Negara di Gedung Merdeka Bandung, show spektakuler itu bisa dipamerkan,” ujar Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam siaran pers Puskompublik Kementerian Pariwisata, Senin (13/4/2015).

Perubahan jadwal itu membuat seluruh kru, panpel, peserta dan segala perlengkapannya harus ngebut untuk menyesuaikan diri. Sedangkan apabila diundur, urusan persiapan properti dan segala sesuatunya lebih mudah. Namun dengan dimajukan 2x24 jam, maka semuanya harus melakukan percepatan. Agar, pentas “Angklung for The World” itu tampil sempurna, penampilan maksimal dan jumlah pesertanya tetap di angka 20.000 orang.

Memajukan jadwal dalam rentang waktu persiapan yang mepet serta mengatur 20.000 orang memerlukan energi dan konsentrasi besar. Tetapi, jika dibandingkan dengan dampak yang ingin diraih bisa lima kali lebih dahsyat. “Itulah tantangan. Di situlah challenge, untuk merebut double impacts, menghibur di internal, dalam negeri, serta mengesankan di eksternal, bagi tamu yang berasal dari luar negeri,” kata Arief Yahya.

Seperti diketahui, manajemen show yang melibatkan puluhan ribu orang dalam satu tempat, dalam satu momen, itu tidak mudah, apalagi jumlah personel sebanyak itu. Nantinya angklung akan diberi stiker “Wonderful Indonesia” dan pemain mengenakan kaus dengan logo Pesona Indonesia yang merupakan ikon Kemenpar.

“Kami yakin, kami masih bisa mengejar. Soal pilihan waktu ini sangat penting, agar semua Kepala Negara dan delegasi dari berbagai negara itu ikut haru, ikut senang, dengan sambutan warga Bandung dan Indonesia dalam memperingati peristiwa bersejarah bagi bangsa-bangsa Asia Afrika itu,” jelas Arief yang juga mantan CEO PT Telkom itu.

Manfaat lain, lanjut Arief, seni musik tradisional angklung itu juga makin populer di negara-negara Selatan Selatan. Pergelaran sebesar dan se-spektakuler itu harus turut dirasakan suasananya oleh tamu-tamu penting yang berkunjung di Bandung.

Menurut Menpar, ide dasar konser raksasa angklung itu untuk menyambut Peringatan ke-60 KAA. Sebagai Ketua Bidang Side Events, dirinya harus mengkoordinasikan berbagai acara dengan tujuan meramaikan, menghibur, dan menyambut peringatan itu. "Ada dua pihak yang perlu disentuh, yakni delegasi dari berbagai negara, dan masyarakat lokal dan nasional Indonesia," katanya.

Yang pasti, Stadion Siliwangi, Bandung, 23 April nanti akan dipadati sekitar 20.000 orang yang menenteng alat musik khas Sunda itu. Kapasitas stadion itu sendiri akan penuh, dengan ribuan pasang mata yang hadir keliling tribun. Ada yang datang untuk menonton, ada yang memainkan angklung. Mereka akan saling menyaksikan, saling menunggu sensasi suara angklung itu bersama-sama.

Arief memaparkan, momen di Bandung ini sangat spektakuler yakni pemecahan rekor main angklung kolosal. Sebelumnya di New York (5.000 orang), dan Beijing (10.000 orang). “Silakan hadir, silakan berfoto-foto, mengambil gambar, shoot video, up load ke media sosial, karena main angklung kolosal seperti ini belum tentu setahun sekali,” tambah Arief Yahya.

Karnaval Budaya Sulteng 2015 Jadi Ajang Pelestarian Budaya

Palu, Sulteng - Karnaval Budaya Sulawesi Tengah (KBS) 2015, sebagai rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulawesi Tengah ke-51 berlangsung meriah di Palu, Jumat (10/4/2015). Ribuan warga yang menyaksikan menyemut di lokasi kegiatan. Adanya kegiatan ini pun menjadi hiburan akhir pekan tersendiri bagi seluruh warga Palu yang menyaksikan.

KBS yang merupakan agenda tahunan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulteng itu, diikuti oleh perwakilan 12 kabupaten dan 1 kota di Sulteng.

Selain itu, turut serta juga pelbagai komunitas. Seperti komunitas Jawa dan Bali. Bahkan, komunitas warga Tiong Hoa dan India tampak pula dalam KBS yang dipusatkan di Jalan Samratulangi, Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Palu Timur tersebut.

Seluruh peserta yang ikut dari 12 kabupaten dan 1 kota menampilkan beragam busana modern, tarian kontenporer, tarian daerah, marching band, dan pelbagai tampilan lainnya.

Sedangkan komunitas Jawa menampilkan Reog Ponorogo, Bali menampilkan Tarian Kecak, Tiong Hoa menampilkan Barongsai, dan India menampilkan Tarian Dewa Kerisna.

Adanya penampilan seruh seluruh peserta KBS tersebut, membuat warga yang menyaksikan terkesima dan memanfaatkan momen meriah tersebut untuk berfoto-foto dan berselfie riah bersama keluarga dan rekan-rekannya.

"KBS kali ini sangat menarik, itung-itung jadi tontonan akhir pekan bersama keluarga. Sekaligus juga sebagai tempat foto-foto bersama," kata salah satu warga Nurainun saat ditemui di lokasi KBS.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah, Ardiansyah Lamasitudju mengatakan, KBS digelar sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang beragam di Indonesia, khsusnya di Sulteng.

"Dengan melestarikan kebudayaan, maka kita turut pula menjaga keutuhan bangsa dan NKRI," kata Ardiansyah.

Belajar Islam yang Lembut dari Wayang

Jakarta - Islam yang diajarkan Wali Songo melalui media wayang mengutamakan akhlak yang baik dan mengajarkan toleransi.

"Belajar Islam dengan media wayang bisa melembutkan hati anak-anak. Jangan sampai mereka terkena pengaruh paham radikal," kata Ketua Rumah Amalia Agus Syafii, akhir pekan lalu.

Supaya anak-anak tidak terpengaruh paham radikal, ujar dia, mereka harus didekatkan pada budaya keislaman yang menjadi warisan Indonesia. Misalnya, menghafal Alquran dengan gerakan dan memberi corak pilihan bacaan supaya mereka tidak berpikiran sempit.

"Sebagai contoh memperkenalkan berbagai mahzab dalam Islam yang disebarkan oleh Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Maliki. Mahzab itu bukan hanya satu macam, tapi banyak, ini akan membuat anak-anak menghargai perbedaan," cetus Agus.

Anak-anak, terang Agus, juga harus diberitahu kalau paham dari Timur Tengah tidak sesuai dengan karakter bangsa. Mereka harus mengembangkan Islam yang keindonesiaan dan menghargai kearifan lokal sesuai dengan ajaran Islam.

Salah satu contoh Islam keindonesiaan adalah yang dipraktekkan oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

"Anak-anak harus dibentengi dari infiltrasi pemikiran radikal dengan belajar Islam yang berbasis budaya lokal," ujarnya.

Presiden Minta Festival Tambora Dibiayai Pusat

Dompu, NTB - Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Pariwisata menjadikan Festival Tambora sebagai agenda tahunan, dan pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah pusat.

"Saya sudah bisikin Menteri Pariwisata (Arief Yahya) agar ada setiap tahun Festival Tambora, yang membiayai pemerintah pusat," kata Presiden saat menyampaikan sambutan puncak perayaan Tambora Menyapa Dunia di padang savanna Doro Ncanga, Kecamatan Pekat, kabupaten Dompu, Sabtu.

Pada kesempatan yang sama, Presiden meresmikan Gunung Tambora sebagai taman nasional dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim.

Kepala Negara secara khusus Presiden berpesan agar setelah Tambora menjadi taman nasional tetap dijaga keindahan dan juga kelestarian alamnya.

"Tolong dijaga. Dirawat. Jangan sampai ada yang dirusak," kata Presiden.

Presiden tiba di Doro Ncanga dengan menggunakan helikopter Super Puma TNI AU.

Presiden yang mengenakan kemeja putih tiba di Doro Ncanga didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi, dan putrinya Kahiyang Ayu. Gubernur TGH M Zainul Majdi beserta istri satu pesawat dengan bersama Presiden.

Kurang lebih 10 ribu warga Dompu, yang sudah memadati Doro Ncanga sejak sehari sebelumnya, menyemut untuk melihat langsung Presiden. Beberapa orang berebut bersalaman dengan Presiden, yang membuat suasana ramai.

Kenalkan Budaya, Mahasiswa RI Ajarkan Bahasa Indonesia di Australia

Jakarta - Bahasa Indonesia kini menjadi salah satu bahasa yang diajarkan secara intensif di Australia. Para mahasiswa asal Indonesia yang merupakan kandidat master dan doktor pun diterjunkan menjadi pengajar.

"Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah yang menjadi prioritas pemerintah Australia. Di samping itu, pada tahun 2014-2015 Pemerintah Federal Australia melakukan program rintisan pembelajaran bahasa asing di usia dini. Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa asing yang masuk dalam pilot project ini di samping Bahasa China dan Bahasa Jepang," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Canberra Prof. Dr. Ir. Ronny Rachman Noor MRur.Sc., Senin (13/4).

Melalui pilot project ini, Bahasa Indonesia sudah mulai diajarkan pada tingkat preschool. Salah satu negara yang bagian yang mengintesifkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah adalah di Australian National Territory (ACT) di mana ibukota Australia berada. Kerja sama pembelajaran Bahasa Indonesia antara Education and Training Directorate ACT dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan Canberra ini telah berjalan selama 5 tahun terakhir.

"Kerjasama ini melibatkan mahasiswa kandidat doctor dan Master yang sedang menempuh studinya di Australian National University (ANU) dan University of Canberra (UC). Mahasiswa yang telah lolos seleksi yang cukup ketat ini selanjutnya diterjunkan di sekolah sekolah di wilayah ACT untuk menjadi native speaker yang membantu para guru yang mengajar Bahasa Indonesia di sekolah sekolah yang umumnya adalah orang Australia," ungkap Ronny.

Para mahasiswa ini tidak hanya mengajarkan bahasa melainkan juga menjadi duta budaya Indonesia. Sebagai guru bantu (teacher assistant), para mahasiswa juga mendapatkan pengalaman baru karena dilibatkan penuh dalam berbagai program sekolah termasuk perbaikan kurikulum dan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Pada tahun 2015, ada 10 guru bantu yang dilibatkan selama 2 term di berbagai sekolah. Ternyata, minat sekolah-sekolah untuk mendapatkan pelajaran Bahasa Indonesia ini sangat besar. Mereka mengajukan permintaan untuk mendapat guru bantu hanya saja ada keterbatasan sehingga baru 10 sekolah yang bisa dipenuhi permintaannya.

"Diharapkan melalui program ini Bahasa Indonesia dapat dijadikan kunci untuk memperkenalkan budaya Indonesia pada generasi muda Australia," ujarnya.

Belgia Tertarik Promosikan Budaya Yogyakarta

Yogyakarta - Budaya Yogyakarta yang tetap lestari hingga kini berhasil membuat Eropa tertarik untuk mempromosikannya lebih luas lagi dengan cara mengajak Yogyakarta untuk turut serta pada Festival Europelia 2017.

Hal tersebut ditunjukan dari kunjungan pemerintah Belgia ke Kantor gubernur DIY hari Jumat (10/4/2015) melalui Dubes Belgia dan Barones Kristin Wilmulder General Manager Festival Europelia 2017.

Yogyakarta menjadi salah satu kota yang berpotensi mewakili Indonesia dalam festival itu. Dubes Belgia Patrick Herman mengatakan jika Europelia Festival adalah organisasi non profit yang bertujuan mempromosikan budaya suatu negara di ibukota Uni Eropa di Brussel, Belgia.

Festival ini diadakan setiap dua tahun sekali selama 4 bulan mulai bulan Oktober. Festival ini tidak hanya dilakukan di Belgia tapi juga di daerah Eropa lain yang jumlahnya bisa mencapai 70 kota. Saat ini masih menunggu salah satu calon negara tamu. Sementara negara tamu yang sudah jadi bagian dari festival ini adalah India China dan Turki.

"Hapannya Indonesia dikenal di Eropa. Kunjungan Ini penting bagi Jogja karena Jogja merupakan salah satu pusat budaya di Indonesia dan ada kepentingan Europelia yang ingin bertemu dengan gubernur melihat langsung seni budaya Yogyakarta yang akan ditampilkan dalam festival itu," ujarnya di Kompleks Kepatihan Jumat (10/4/2015).

Festival Europelia lanjut Patrick tidak hanya fokus pada satu daerah saja, namun fokus pada Indonesia secara utuh. Patrick pun sudah mengunjungi DIY dan Bandung yang dinilai sarat dengan budaya. Selain itu Belgia ingin memperlihatkan multikuturalisme di Indonesia dalam festival tersebut. Hal ini nantinya dapat memberikan pelajaran bagi Eropa sendiri yang memiliki kemajemukan terhadap negara lain. Namun hasilnya apakah Jogja mewakili Indonesia akan terpilih baru akan diumumkan pada Mei mendatang.

"Mei nanti akan diumumkan bahwa indonesia jadi negara tamu melalui pemerintah RI. Nanti akan melibatkan kurator seni di eropa dan indonesia. Nanti yang menentukan seninya adalah para kurator seni termasuk dari Jogjakarta," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono mengatakan jika DIY sangat bersemangat menyiapkan semuanya jika terpilih nanti. Namun begitu, pihaknya akan menunggu sampai waktu pengumumannya apakah masuk dalam daftar peserta Festival Europelia 2017.

"Event ini merupakan event diplomasi budaya yang efektif karena sifatnya yang roundtable suatu negara dikunjungi dalam misi yang sama. Ini ibarat satu kali mendayung 70 negara terlampaui. Ini artinya Europelia efektif sebagai diplomasi budaya," ujarnya.

HUT Provinsi ke-67, Sumut Canangkan Tahun Songket 2015

Medan, Sumut - Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Provinsi Sumatera Utara ke-67, Pemerintah Provinsi SUmatera Utara mencanangkan tahun 2015 sebagai tahun songket. Pencanangan ini bertujuan membangun kesadaran songket sebagai salah satu kekayaan budaya, melestarikan songket sekaligus mengembangkan pasar songket SUmatera Utara.

Gubernur SUmatera Utara H Gatot Pujo Nugroho membuka Sarasehan Pencanangan Tahun 2015 Songket Sumatera Utara 2015 “Dengan Songket Menyapa Dunia” yang berlangusng di Aula Martabe Kantor Gubsenur SUmatera Utara, Jumat (10/4/2015).

Dalam kegiatan yang merupakan kerjasama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan Yayasan Bangun Langkat Sejahtera (YBLS) dan Cita Tenun Indonesia (CTI) tersebut juga diputar film pendek tentang songket.

“Dalam rangka HUT ke 67 Provinsi SUmatera Utara yang jatuh pada 14 April nanti, kami paniti mengagendakan sebuah agenda strategis, yaitu Pencanangan tahun Songket Sumatera Utara tahun 2015,’ ujar Gubernur dalam sambutannya. Hadir dalam kesempatan tersebut para pengerajin songket, perancang busana, unsur perbankan, Kamar Dagang dan Industri Sumut, KEtua Dewan Kerajinan Daerah SUmut Hj SUtias HAndayani Gatot Pujo Nugroho, Plh Sekda Provsu Hj Sabrina, Ketua Dewan Pembina YBLS yang juga Sultan Langkat Tengku Azwar Aziz, SE, anggota dewan Pembina YBLS Prof. Dr. Ir. Djohar Arifin Husin dan Sekretaris Tengku Irham Kelana, ST.

Gubernur mengatakan songket merupakan salah satu khazanah budaya Sumatera Utara yang memiliki potensi sebagai pengungkit ekonomi daerah terutama di era Masyarakat Ekonomi Asean. “sadar atau tidak, terpaksa atau tidak, kita sudah masuk era komunitas global Masyarakat Ekonommi Asean,” ujar Gubsu. Kita, lanjutnya, harus mampu bersaing di era globalisasi ini.

“SUmatera Utara sebagai pintu masuk sebelah Barat Indonesia memiliki kekayaan budaya termasuk songket yang memiliki potensi yang menjanjikan di era pasar bebas. Songket yang memiliki keunikan dari sisi proses penunan, identik dengan Melayu, memiliki potensi industri fashion kreatif,” papar Gubenur.

Pencanangan tahun songket Sumatera Utara diawali dengan sarasehan yang menurut Gubernur sebagai wadah komunikasi yang intensif antara pengerajin, pembuat kebiajakan, perbankan dan pasar. “forum mempertemukan pelaku pengerajin songket yang menciptakan produk, dan kami kemudian akan memediasi pelaku pengrajin agar dekat dengan industri, perbankan dan pasar,” ujar Gubernur.

Dia mengatakan bahwa Pencananggan tahun songket Sumatera Utara tidak boleh berhenti dalam pencangan saja namun juga menjadikan songket sebagai salah satu industri ekonomi kreatif Sumatera Utara yang berkembang.

Sarasehan diisi dengan pemaparan Pengembangan Songket dari pihak pemerintah dalam hal ini DInasi Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Kamar Dagang Industri Sumut, Perbankan oleh PT Bank SUmut, Tengku Irham Kelana dari Cita Tenun Indonesia dan YBLS dengan moderator T Mira Sinar.

Irham Kelana dalam paparannya mengungkapkan keberadaan budaya menenun dengan teknik menyungkit (songket) di Sumatera Utara khususnya, hingga saat ini belum banyak dikenal dan dipromosikan sebagai suatu khasanah budaya di Indonesia. “Dia hanya baru dikenal sebagai suatu kekayaan budaya tempatan,” ujarnya.

Kain tenun songket adalah satu artefak dalam budaya yang berperanan sebagai salah satu jatidiri bangsa Melayu, dengan sebaran mulai Pulau Sumatera (Aceh, Sumatera Timur, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Lampung), Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Ternate, serta Bali dan Nusa Tenggara Barat (Lombok).

Tenun songket semula adalah kain para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya, berupa kain mewah yang aslinya berupa benang emas, kemudian ditenun menjadi kain yang cantik, memiliki motif-motif ciri khas sesuai budaya tempatan.

Namun daripada itu semua, perlu kiranya dilakukan suatu program yang mendorong percepatan dalam melestarikan dan mengembangkan tenun songket melayu agar lebih bergaung secara Nasional maupun Internasional.

Yayasan Bangun Langkat Sejahtera (YBLS) bekerjasama dengan Cita Tenun Indonesia (CTI), yang telah teruji keberhasilannya dalam program Pelatihan dan Pengembangan kain Tenun di 10 wilayah di Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan NTT), kali ini mencoba menjalankan program tersebut dengan mengangkat Tenun Songket Melayu Sumatera Utara. Program pelatihan dan pengembangan ini akan dilaksanakan untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara, yang akan dipusatkan di Kabupaten Batubara.

Dua Sastrawan Melayu Ceramah di Paris dan Leiden

Pekanbaru, Riau - Dua sastrawan Melayu masing-masing SPN Fakhrunnas MA Jabbar dan Ramon Damora, Ahad (11/4), bertolak ke Paris, Prancis. Keduanya diundang oleh Institut National des Langues Civilization Orientales (INACO) Paris untuk berceramah tentang Sastra Melayu di Riau-Kepri sekaligus baca puisi dan cerpen di depan mahasiswa jurusan sastra dan Bahasa Indonesia di kampus tersebut.

Selain itu, kedua sastrawan juga akan mampir di Universitas Leiden, Belanda untuk perbincangan sastra dan masalah-masalah sosial-budaya Indonesia. Beberapa dosen asal Indonesia mempersiapkan kegiatan dimaksud.

Fakhrunnas MA Jabbar dalam keterangannya kepada pers, Jumat (10/4) menjelaskan, keberangkatan dirinya dan Ramon sebenarnya menjadi kebanggaan bagi Provinsi Riau dan Kepri karena secara tak langsung memperkenalkan dan mempromosikan kedua provinsi di Eropa.

Dijelaskan, selama berada di Paris, kedua penyair akan memberikan ceramah tentang sastra dan kebudayaan Melayu bagi kalangan civitas akademika dan peminat sastra Indonesia di kampus INALCO. Selanjutnya keduanya akan membacakan puisi dan cerpen di depan para mahasiswa sekaligus berdiskusi tentang puisi dan cerpen yang dibacakan.

Selama kegiatan, kedua sastrawan akan didampingi dan dipandu oleh Dr Etienne Naveau, Ketua Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia INALCO yang dulu pernah menjadi dosen tamu di UI, Jakarta.

Setelah dari Paris, kata Fakhrunnas, kedua sastrawan akan mampir di Universitas Leiden, Belanda untuk kegiatan yang hampir sama. ‘’Saya sudah berkomunikasi dengan Pak Dr Suryadi Sunuri, dosen asal Indonesia alumni UI dan Pak Koko Sudarmoko yang juga mengajar di sana.

4 Masakan Tradisional Jadi Duta Kuliner Nusantara

Singapura - Empat masakan tradisional Indonesia menjadi wakil Indonesia dalam ajang World Street Food Congress 2015 di Kawasan Bugis, Singapura. Empat masakan itu diharapkan bisa menjadi duta yang mengenalkan keanekaragaman kuliner Nusantara ke dunia internasional.

Empat masakan itu adalah gudeg Yu Nap dan kupat tahu Gempol dari Bandung, Jawa Barat; ayam Taliwang dari Lombok, Nusa Tenggara Barat; dan soto ambengan Pak Sadi dari Surabaya, Jawa Timur.

Empat masakan khas Indonesia itu menyajikan 100 porsi siap jual setiap hari, pada 8-12 April 2015, di ruang terbuka kawasan Bugis. Rabu (8/3/2015) malam, seusai pembukaan World Street Food Congress (WSFC) 2015, masakan itu langsung diserbu pembeli, baik warga Singapura, warga negara Indonesia, maupun warga asing lain.

Kupat tahu Gempol, misalnya, langsung ludes kurang dari 3 jam sejak acara dibuka. Pembeli untuk tiga makanan lainnya pun rela antre panjang untuk menikmatinya. Sebelum acara ditutup pukul 22.00 waktu setempat, empat masakan Indonesia itu sudah ludes terlebih dahulu.

Arie Parikesit, Konsultan Kuliner Bango dari Kelanarasa, Kamis (9/4/2015) di Singapura, mengatakan, empat legenda kuliner Indonesia itu memiliki sejarah bermula dari kecil, bahkan berlokasi di pinggir jalan. Tahun ini, keempatnya dipilih mewakili aneka masakan Nusantara.

"Makanan Indonesia tak hanya nasi goreng, gado-gado, sate, dan rendang. Banyak kuliner Nusantara dari Sabang sampai Merauke yang bisa dikenalkan kepada pencinta kuliner di seluruh dunia," ujarnya.

Menurut Arie, selain bertujuan mengenalkan makanan Nusantara ke dunia internasional, ajang itu diharapkan juga mengangkat rasa bangga pelaku usaha kuliner Tanah Air. "Rasa bangga menjadi pelaku usaha kuliner itu penting untuk terus melestarikan dan mengembangkan kuliner Nusantara. Apalagi, di tengah gempuran makanan Barat," katanya.

Selama ini kuliner Nusantara, jelas Arie, kalah terkenal dibandingkan kuliner Thailand dan Vietnam. "Kita memiliki keanekaragaman kuliner yang banyak sehingga untuk menjadikan satu ikon khusus kuliner Indonesia sulit. Keanekaragaman itu menjadi keuntungan sekaligus kerugian," papar Arie, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Dahlia Irawati, dari Singapura.

Dalam WSFC 2015 ada 24 stan dari sejumlah negara. Singapura mengusung Chey Sua Carrot Cake dengan kue lobak putih, Thailand menyajikan Hoy Tord Chao Lay dengan sajian omelette tiram, dan Amerika Serikat membawa Churros Locos yang menampilkan churro sundae, camilan yang dipadu dengan es krim.

"Acara ini bertujuan membuka jaringan, memberi ide baru usaha kuliner, dan merayakan budaya makanan jalanan sedunia. Setiap makanan jalanan bisa jadi duta bagi negaranya," ujar KF Seetoh, penggagas WSFC dan pendiri situs kuliner dunia Makansutra.

Erlia Anom, warga Indonesia di Singapura, bergembira dengan emat masakan Nusantara itu. Ia datang untuk menikmati keempat masakan tersebut.

Rentak Zapin Melayu Pecahkan Rekor MURI

Bintan, Kepri - Rentak tarian Zapin Melayu yang digelar secara serentak oleh ibu-ibu Bhayangkari yang ada di Kepolisian Daerah (Polda) Kepulauan Riau (Kepri), pecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada Jumat (10/4). Dari informasi yang dihimpun, tarian khas Melayu tersebut, diikuti lebih dari 3.000 peserta yang tersebar di seluruh Kepolisian Resort (Polres) dibawah Polda Kepri.

Dari ribuan peserta tersebut, diikuti oleh internal kepolisian, baik Ibu Bhayangkari, Polisi Wanita (Polwan), Polisi Laki-Laki (Polki) serta jajaran Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Kepolisian. Untuk Polres Bintan sendiri, kegiatan yang digelar di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bintan (eks arena MTQ), Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, menghadirkan sedikitnya 240 peserta dari jajaran internal Polres Bintan.

Bagi para masyarakat Kota Tanjungpinang dan Bintan yang menyaksikan pagelaran terakbar jelang akhir pekan itu dapat disaksikan secara gratis. Selain kegiatan tarian Melayu Zapin yang memecahkan rekor Nasional itu, pengunjung dan penonton yang hadir juga disajikan berbagai bazar rakyat yang disajikan dalam nuansa khas Melayu.

Selain itu juga, setiap kegiatan yang diselenggarakan secara serentak diseluruh Polres yang ada di wilayah Polda Kepri, ditayangkan secara eksklusif di Markas Komando (Mako) Polda Kepri dalam sebuah tayangan yang juga disaksikan oleh pejabat di Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Kepri. "Jadi seluruh kegiatan di Polres yang ada di Polda Kepri disiarkan melalui video conference, nanti di Polda juga bakal disaksikan jajaran Kepolisian dan pejabat di Pemprov Kepri," pungkas Polda Kepri.

Pelajar dari 20 Negara Ramaikan Festival Budaya 2015

Jakarta - Puluhan pelajar dari 20 negara termasuk tuan rumah Indonesia yang mewakili semua benua meramaikan Festival Internasional Bahasa dan Budaya (IFLC) ke-13 yang akan berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (11/4).

"Lewat festival ini, kami ingin mempersatukan dunia di tengah budaya dan bahasa antarbangsa yang berbeda supaya kita bisa ikut menciptakan perdamaian dunia," kata Didin Sopandi, juru bicara panitia penyelenggara IFLC, di Jakarta, kemarin.

Menurut Didin, para pelajar dari Indonesia dan negara-negara seperti Turki, Ukraina Jerman, Albania, Australia, Ethiopia, Filipina, Georgia, Kamboja, Kazakstan, Malaysia, Mongolia, Nepal, Tajikistan, Tunisia, Yordania dan Vietnam ini, membawa semangat perdamaian.

"Karenanya, motto yang kita usung adalah Colour Of The World (warna dunia)," kata pria yang menempuh pendidikan sarjana bidang biologi dari Universitas Indonesia dan kini aktif mengajar di SMA Semesta Semarang ini.

Dia mengatakan Indonesia baru pertama kali menjadi tuan rumah kegiatan internasional yang digagas lembaga pendidikan Turki dan penyelenggaraannya sudah memasuki tahun ke-13.

Delegasi Indonesia yang diperkuat sedikitnya 50 orang pelajar dari sejumlah daerah seperti Jawa Barat, Banten dan Jawa Tengah, akan menampilkan Tari Saman dari Aceh.

Sebagai bagian dari rangkaian program IFLC di Jakarta itu, delegasi yang terdiri atas sepuluh orang berkunjung ke Kantor Berita Antara. Mereka diterima Kepala Divisi Pemberitaan Internasional dan Ekonomi Bambang Purwanto dan Sekretaris Perusahaan Iswahyuni.

Pada kesempatan itu, Bambang Purwanto menjelaskan tentang sejarah serta peran dan fungsi kantor berita nasional yang didirikan Adam Malik bersama sejumlah pemuda pejuang Indonesia pada 13 Desember 1937 itu kepada para peserta.

Alla Soroka, peserta dari Ukraina, dan Jasnitha, peserta asal Malaysia, mengaku senang dapat berpartisipasi dalam acara yang akan dilangsungkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 11 April pukul 13.30 sampai 16.30 WIB itu.

Alunan Gamelan dan Sinden Asal Budapest Pukau Publik Ceko

London, Inggris - Alunan gamelan Jawa dan nyanyian pesinden asal Budapest memukau ratusan pengunjung yang hadir pada Konser Musik Vychodni Inspirace v Nove Hudbe (Inspirasi Timur dalam Musik Terkini) yang digelar di gedung pertunjukkan Academy of Performing Arts in Prague, Selasa malam waktu Praha.

Pentas tersebut merupakan even tahunan unggulan Jurusan Drum, Fakultas Musik dan Tari, Academy of Performing Arts in Prague yang juga diikuti musik dari India dan kawasan Timur Tengah, demikian Sekretaris III Penerangan, Protokol dan Konsuler KBRI Praha, Fitriyani Riduan kepada Antara London, Jumat.

Pentas gamelan dimainkan grup Gamelan binaan KBRI Praha, Wirama Galih, yang dipimpin Marton Szatai (31) dengan sinden Dora Gyorfi, perempuan asal Budapest, Hungaria yang berusia 26 tahun, mantan Dharmasiswa, sama-sama belajar seni gamelan dan sinden di Insitut Seni Indonesia Surakarta.

Marton dan Dora menyatakan mencintai kesenian gamelan dan sinden sejak pertama kali mendengarkan alunannya yang lembut dan menenangkan. Keduanya berharap dapat terus pentas sehingga gamelan dan sinden semakin dikenal oleh masyarakat Ceko.

Gamelan Wirama Galih dibentuk pada tahun 2013, beranggotakan staf KBRI Praha dan masyarakat Ceko telah pentas di berbagai event diplomatik dan seni di Praha.

Dikatakannya gamelan tersebut dinamakan Wirama Galih, yang berarti Irama di Dalam Hati, karena dalam bermain gamelan masing-masing pemain harus mendengarkan satu sama lain dengan hati.

Duta Besar RI Praha, DR. Aulia Aman Rachman yang hadir pada pertunjukkan tersebut mengatakan promosi seni dan budaya Indonesia diarahkan untuk pencapaian diplomasi ekonomi, yakni menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata bagi publik Ceko. Dubes Aulia berkomitmen untuk terus mengenalkan seni dan budaya Indonesia kepada publik Ceko secara luas.

Beberapa pengunjung yang hadir mengatakan dapat menikmati alunan musik gamelan dan mengagumi bagaimana kolaborasi instrumen dapat menghasilkan bunyi yang cantik, walaupun tidak memahami apa yang dinyanyikan pesinden.

Pada pertunjukkan tersebut, sebagai bagian dari promosi wisata Indonesia, KBRI Praha menggelar booth berisi leaflet informasi wisata dan suguhan penganan kecil khas Indonesia.

150.000 Seniman Dilibatkan dalam Pesta Kesenian Bali ke-37

Denpasar, Bali - Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-37 akan melibatkan sekitar 150.000 seniman Bali. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha.

"Pesta Kesenian Bali nanti akan diramaikan kurang lebih sekiyar 150 ribu seniman Bali dan masing-masing Kabupaten dan kota diwajibkan akan mengikuti acara naik paradenya nanti atau pementasan, pagelaran ataupun lomba," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha, di Denpasar, Jumat (3/4/2015).

PKB ke -37 tahun 2015 ini mengangkat tema "Jagaddhita" yang diartikan memperkokoh kesejahteraan rakyat. Acara akan berlangsung sekitar satu bulan dari 13 Juni hingga 11 Juli 2015 yang dipusatkan di Taman Budaya ayau lebih dikenal dengan Art Center.

"PKB akan dimulai 13 Juni dan diakhiri pada 11 Juli mendatang. Sebagaimana biasanya bahwa pembukaan akan dilakukan pawai di depan Museum Perjuangan Rakyat Bali. Temanya adalah Jagaddhita yang diartikan memperkokoh kesejahteraan masyatakat," katanya.

Dewa Beratha menambahkan, PKB yang digelar setiap tahunnya ini tetap menampilkan lima materi pokok yaitu diawali dengan pawai, pergelaran atau parade, lomba, sarasehan dan pameran. Tidak lepas dari tema yang diusung maka Pesta Kesenian Bali tahun ini akan menampilkan sendratari berseri Ramayana yang ditampilkan oleh seluruh kabupaten dan kota secara bergantian sesuai jadwal pementasan.

Brunei Gelar Pesta Pernikahan selama 11 Hari

Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam - Brunei Darussalam menggelar pesta pernikahan besar-besaran putra keenam Sultan Hassanal Bolkiah, Pangeran Abdul Malik, selama 11 hari berturut-turut.

Sang Pangeran mempersunting seorang wanita yang juga masih keturunan bangsawan, Dayangku Raabiatul Adawiyyah binti Pengiran Haji Bolkiah. Pesta pernikahan kerajaan (royal wedding) ini dimulai sejak Minggu (5/4) lalu hingga Rabu (15/4) mendatang dengan menggabungkan budaya Brunei dan adat Islam.

Masyarakat Brunei juga diminta untuk mengibarkan bendera nasional selama acara berlangsung. Dilaporkan Brunei Times, acara adat dimulai dengan upacara pertunangan yang disebut Majlis Istiadat Menghantar Tanda Diraja dan Pertunangan Diraja yang berlangsung di hari ketiga, tepatnya Selasa (7/4).

Sang mempelai perempuan menerima hadiah dari sang calon suami di Istana Nurul Iman. Upacara dimulai dengan hadirnya anak-anak kecil yang berpakaian layaknya pengantin. Mereka membawa hadiah berupa pakaian lengkap, aksesori seperti gelang, anting, kalung, sepasang sepatu dan kapal perak yang digunakan untuk menyimpan empat buah sirih pinang dalam kotak perak bernama Kaskol Langguai.

Hadiah lainnya yaitu surat mahar berisi perjanjian mempelai pria untuk menikahi pengantin perempuan dan daftar semua hadiah. Daftar hadiah yang dijadikan mahar atau mas kawin berupa uang senilai USD1.000 (sekitar Rp12,9 juta). Hadiahhadiah tersebut diantar oleh 16 anak dengan membawa lilin kerajaan yang disebut 16 dian.

Turut dalam rombongan ada 40 pemuda yang berjalan berpasangan dengan membawa barang-barang koleksi kerajaan seperti tombak dan pedang yang dihiasi pita emas dan perak. Setibanya di Istana Nurul Iman, rombongan mempelai pria disambut 17 ledakan meriam.

Acara berlanjut dengan Berjaga-Jaga atau Malam Berjaga yang menandai dimulainya Istiadat Berjaga- Jaga atau musim perayaan kerajaan untuk pernikahan kedua mempelai. Dalam acara ini sebagian besar diisi doa dan pembacaan ayat-ayat Alquran.

Pangeran Abdul Malik saat ini bekerja di instansi pemerintah bagian administrasi. Pria berusia 32 tahun ini sebelumnya mengenyam pendidikan di Universitas Brunei Darussalam (UBD). Sang Pangeran juga aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial, termasuk mengatur berbagai organisasi di negara kaya minyak ini.

Ketika baru berusia 30, dia sudah ditunjuk menjadi Ketua Jemaah Tadbir Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah. Seperti saudara-saudaranya dan keluarga kerajaan lainnya, Pangeran Abdul Malik juga belajar tradisi dan adat istiadat sesuai dengan ajaran Islam.

Sementara, sang mempelai perempuan merupakan anak kedua dari Pengiran Haji Bolkiah bin Pengiran Haji Jaluddin. Berbeda dengan sang mempelai pria, Raabiatul Adawiyyah lebih tertarik di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dia juga aktif mengikuti berbagai kompetisi, salah satunya membaca Alquran. Dia juga dikenal sangat peduli pada perkembangan muslimah di dunia.

Pernikahan kerajaan yang dipastikan megah dan meriah ini tidak hanya membawa kebahagiaan bagi kedua mempelai beserta keluarga kerajaan, tapi juga masyarakat. Mereka berbondong-bondong berkumpul di Royal Wharf untuk merayakan pernikahan kerajaan melalui pertunjukan agama dan budaya. Tidak hanya di istana, pernikahan sang pangeran juga dirayakan hingga ke desa-desa.

Masyarakat menggelar berbagai perlombaan, seperti lomba nasyid, membaca puisi dan pidato. ”Kami bergabung tidak untuk memenangkan kompetisi, tapi untuk merayakan pernikahan kerajaan,” ungkap Hamdani Omar, warga Desa Lambak.

Etnis Sumut Menyatu di Kirab Budaya Jawa

Medan, Sumut - Sejumlah kesenian dan kebudayaan etnis di Sumatera Utara (Sumut) menyatu dalam gelaran Kirab Budaya Jawa di Lapangan Benteng, Medan, Senin (6/4). Selain dari Jawa, kesenian daerah Melayu dan Mandailing juga ditampilkan sebagai bentuk apresiasi dan silaturahim masyarakat Sumut.

“Mandailing berpartisipasi dengan gordang sambilan. Etnis Melayu hadir menampilkan senandung Melayu. Ini membuktikan masyarakat Jawa selalu bergandengan tangan dengan semua etnis di Sumut,” kata Ketua Panitia Kirab Budaya Jawa, KRT Hardi Mulyono Kartonagoro Surbakti.

Acara kebudayaan yang dihadiri seribuan orang ini juga dimeriahkan penampilan seniman campursari, Didi Kempot; reog, kuda lumping, debus, dan atraksi kebudayaan ini mampu menyedot ribuan pengunjung yang ingin menyaksikan penampilan dari masing-masing peserta kirab. Cuaca panas tidak menyurutkan niat masyarakat menyaksikan Kirab Budaya Jawa.

Bahkan, warga dari berbagai daerah di Medan dan sekitarnya mulai memadati kawasan Lapangan Merdeka sejak pukul 10.00 WIB untuk ikut bergabung. Turut hadir Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho; Ketua DPRD Sumut, Ajib Shah; Ketua Tim Penggerak PKK Sumut, Sutias Handayani; Wali Kota Meda, Dzulmi Eldin; Sultan Serdang, Tengku Ahmad Talaa; dan perwakilan Sultan Deli, serta beberapa tokoh etnis lainnya.

Hardi menegaskan, masyarakat Jawa di Sumut sejak dahulu kala berupaya sekuat tenaga terus memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah bersama masyarakat lainnya di Sumut. Kirab Budaya Jawa digelar Forum Masyarakat Jawa Sumut untuk menyampaikan sikapnya mendukung pembangunan Sumut yang berkelanjutan. “Kegiatan ini tak lain untuk mempererat tali persaudaraan.

Orang Jawa itu mengedepankan musyawarah dan komunikasi, mana tahu ada perbedaan,” ucapnya. Ketua DPRD Sumut, Ajib Shah, menyampaikan, Sumut memiliki kekayaan alam melimpah, juga keanekaragaman agama dan budaya yang menjadi aset penting untuk dijaga dan dilestarikan.

Tentunya ini membutuhkan dukungan berbagai pihak. Dia berharap Kirab Budaya Jawa tidak menjadi yang pertama dan terakhir, tapi harus berkelanjutan dalam pembangunan Sumut. “Mari kita jaga agar ke depannya anak cucu kita dapat mengenali budayanya,” kata Ajib. Sementara itu, Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho, dalam kesempatan itu menyampaikan, semua sepakat bahwa Sumut adalah provinsi yang memiliki keberagaman.

Hal itu selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Sumut di level nasional. Di sisi lain, pembangunan juga memerlukan suasana kondusif. “Untuk itu keberagaman yang menjadi modal selama ini terhadap pembangunan Provinsi Sumut harus terus dipertahankan,” katanya.

Dia juga berharap dukungan ini dilakukan dengan cara proaktif. Elemen masyarakat lainnya harus diajak juga untuk bersama membangun Sumut. Ke depannya, Sumut diharapkan menjadi provinsi yang berdaya saing, maju, dan sejahtera. “Hari ini adalah deklarasi. Hari mendatang adalah kerja, kerja dan kerja untuk membangun Sumut,” ucapnya.

Lampung Selatan Gelar Festival Rajabasa

Bandarlampung, Lampung - Kabupaten Lampung Selatan menggelar berbagai kegiatan budaya bernama Festival Rajabasa 2015 untuk mencari bakat sebagai duta pariwisata dan seni daerah itu.

"Berbagai lomba seperti tari kreasi dan lomba lagu pop Lampung digelar. Pada acara puncak, yakni pemilihan Muli-Mekhanai atau putra dan putri daerah itu dari perwakilan kecamatan," kata Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Lampung Selatan Fauziah Arief, saat dihubungi dari Bandarlampung, Kamis.

Ia mengatakan acara pemilihan Muli-Mekhanai itu juga diikuti dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) setempat.

Menurutnya, jajaran staf baik tenaga kerja honorer maupun PNS banyak yang memiliki potensi. Sehingga, perlu pula dikembangan.

Perwakilan kecamatan juga diminta untuk mengirimkan peserta yang berasal dari Lampung Selatan. Karena, banyak peserta yang diambil dari daerah lain.

"Buat apa menang tapi asal daerah lain. Kami ingingkan potensi dari daerah ini," katanya

Rangkaian gelaran Festival Rajabasa 2015, lanjutnya, telah digelar sejak April ini. Seluruh perwakilan kecamatan diminta untuk mempersiapkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya.

"Bulan ini sudah mulai digelar rangkaiannya. Mulai dari lomba tari kreasi daerah, lagu pop daerah dan masih banyak lagi. Untuk pemilihan Muli-Mekhanai nya, akan dilakukan pada Kamis (9/10) malam puncak jelasnya.

Sebelumnya, sebanyak puluhan peserta ikut meramaikan kegiatan rangkaian Festival Rajabasa 2015, dalam ajang lomba lagu pop daerah Lampung yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Lampung Selatan, di Aula PKK setempat, Selasa (7/4).

Peserta lomba lagu pop daerah Lampung diikuti oleh para perwakilan dari 17 kecamatan se-Lampung Selatan dan dari kalangan pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.

Selain sebagai rangkaian kegiatan Festival Rajabasa, lomba lagu pop daerah Lampung itu juga sebagai ajang pencarian bakat bagi generasi muda kabupaten ini.

Pesertanya terdiri atas 27 orang perempuan dan 23 orang laki-laki. Tujuannya dari lomba ini, untuk menggali potensi dan kreativitas generasi muda dibidang seni suara, setiap peserta wajib membawakan lagu wajib pilihan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak panitia.

Pagelaran Terebang Buhun Pusaka Cisitu

Bandung, Jabar - Balai Taman Budaya Jawa Barat menggelar kesenian tradisional Terebang Buhun Pusaka Cisitu Kab. Sumedang. Kesenian tradisional terebang yang awalnya pada abad ke 13 sebagai media tradisi agraris dan kemudian menjadi sarana syiar agama Islam merupakan hasil program pewarisan seni tradisional tahun 2015.

Meski kesenian Terebang Buhun Pusakan Cisitu asal Dusun Pangjeleran, Ds. Cigintung, Kec. Cisitu Kab. Sumedang, sudah jarang ditampilkan dan nyaris punah, namun ratusan pelajar yang memenuhi Teater Tertutup Balai Taman Budaya Jawa Barat, Rabu (8/4/2015) merasa terhibur. Bahkan diakhir pagelaran tembang “Buah Kawung”, “Geboy” dan di pungkas tembang “Tumbila”, yang dilantunkan Mamah Rodiah Si Madu, dipaksa untuk turut menari.

Bagai terhipnotis Kepala Balai Taman Budaya, Muhammad Darajatun dan belasan anak sekolah langsung menari diatas panggung. Tidak berlangsung lama, puluhan anak lainnya turut naik dan lainnya menari didepan panggung.

“Kini kesenian (Terebang) tersebut sudah hampir punah. Karenanya melalui program pewarisan kesenian tradisional kembali kami (Balai Taman Budaya Jabar) angkat kembali dan mereka yang menyaksikan dari kalangan pelajar,” ujar Mohammad Darajatun yang tidak menyangka apresiasi penonton dari kalangan anak-anak sekolah masih sangat tinggi terhadap kesenian tradisional.

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com

Suku Laut: Berjasa dan Terpinggirkan di Tanah Melayu

Pekanbaru, Riau - Orang suku laut makin terpinggir dari peradaban mereka karena berbagai faktor. Ironisnya, pemerintah daerah juga tak peduli pada komunitas suku laut ini.

“Padahal orang laut sangat berjasa pada Melayu dan dunia kemelayuan. Tapi pejabat yang kebanyakan orang kita Melayu juga banyak yang tak peduli pada orang suku laut,’’ ujar Direktur Lembaga Bahasa dan Budaya Orang Laut Indonesia, Haryono.

Hal itu dikatakannya kepada Riaupos.co, Senin (6/4) di Pekanbaru. Orang laut yang kerap disebut juga orang Duanu ini, menurut Haryono memiliki kontribusi penting bagi sejarah dan perkembangan dunia Melayu. Menurut dosen Prodi PPKN Jurusan IPS FKIP Unri ini, orang laut adalah komunitas yang menemukan Selat Melaka.

Orang laut juga yang selalu menjaga raja-raja Melayu, terutama saat mereka berada di kawasan laut. Pendirian Kerajaan Indragiri, Kerajaan Siak, dan beberapa kerajaan Melayu berbasis kelautan lainnya juga tak lepas dari andil orang laut.

“Karena di masa ini menjelajahi laut ini perlu keahlian khusus. Orang laut yang ahli dan sebagai pemandu apapun,’’ ujarnya.

Oleh sebab itu, menurutnya, pemerintah daerah perlu benar-benar memperhatikan orang laut. Saat ini, kondisi mereka yang masuk dalam komunitas adat terpencil (KAT) ini sangat memprihatinkan. Jumlahnya menyusut, kurang dari 50 ribu jiwa. Bahasanya nyaris hilang. Budayanya juga satu per satu lepas. ‘’Tolong pemerintah, perhatikanlah kami,’’ ujarnya.

Wali Kota Aceh: Tidak Satupun Budaya Aceh Bertentangan dengan Agama Islam

Banda Aceh, NAD - Menurut Wali Kota Banda Aceh, Hj. Illiza Saaduddin Djamal, kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Sehingga tidak ada satupun budaya yang tumbuh dan berkembang di Aceh yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

“Peumuilia jamei adat geutanyo (memuliakan tamu adalah adat istiadat kami.red) merupakan spirit kami dalam membangun pariwisata,” kata Illiza dalam rilisnya kepada hidayatullah.com, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jalan Medan Merdeka Barat No.17 Jakarta, belum lama ini.

Sebagai Kota Tamaddun, demikian kata Illiza, Banda Aceh adalah pintu gerbang kebudayaan Aceh, kota tempat indentitas ke-Acehan bermula, di kota tua tersebut asal muasal adat dan budaya yang kini berkembang di 23 kabupaten kota.

Hal itu bukan tanpa dasar, asal mula Aceh adalah Banda Aceh Darussalam. Baru kemudian dalam perjalanan waktu, Aceh berkembang seiring penyiaran agama Islam di nusantara.

“Banda Aceh akan terus berbenah dan menyiapakan diri sebagai destinasi wisata Islami dunia,” ungkap Illiza.

Untuk mewujudkan hal itu, kata Illiza, Pemerintah Kota Banda Aceh menggandeng PATA Indonesia Chapter guna ikut membantu promosi Kota Banda Aceh sebagai tempat yang patut dan layak dikunjungi sebagai kota wisata Islami dunia. [baca: Menteri Pariwisata Luncurkan Positioning Banda Aceh Sebagai Pusat Wisata Islami Dunia].

“Agar prosentase kunjungan wisatawan ke kota Banda Aceh terjadi juga peningkatan sebesar 20% setiap tahunnya sesuai dengan target RPJMD Kota Banda Aceh tahun 2012-2017,” pungkas Illiza.

Pasific Asia Travel Association (PATA) Indonesia Chapter merupakan salah satu organisasi traveler dunia yang sudah berdiri sejak tahun 1951 yang berkantor pusat di Bangkok, Thailand. Dan kini sudah memiliki anggota mencapai 1.110 pelaku industry pariwisata dari 42 negara.

PATA Indonesia Chapter adalah asosiasi yang berperan dalam pengembangan industry tourism dan destinasi di kawasan Asia Pasifik yang akan mendorong pertumbuhan berbagai destinasi wisata di tanah air guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, khususnya mancanegara ke Indonesia.

Ribuan Ibu-Ibu Belajar dengan Aksara Arab Melayu

Banjarmasin, Kalsel - Hebat! Lebih seribu perempuan di Kota Banjarmasin setiap hari Minggu berkumpul di Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang terletak di pusat kota.

Hebatnya, di majelis taklim yang dipimpin Guru H Zuhdi itu, buku yang menjadi acuan pembelajaran dicetak tidak menggunakan aksara Indonesia seperti abjat.

“Buku ini menggunakan aksara Arab-Melayu,” ujar Hj Ida, seorang jamaah, Minggu (5/4/2015).

Aksara Arab Melayu itu tulisannya menggunakan aksara Arab namun dibaca dengan Bahasa Indonesia

Apakah tidak menimbulkan kesulitan? Menurut mereka karena sudah terbiasa akhirnya membaca Bahasa Indonesia degnan aksara Arab itu tidak sulit.

“Awalnya memang agak kaku, tetapi sudah terbiasa sekarang lancar,” ujar yang lain.

Budaya Melayu Warnai Pawai Taaruf STQ Bintan

Bintan, Kepri - Ribuan warga Bintan menyaksikan pawai taruf Seleksi Tilawah Quran (STQ) ke-6 yang ditampilkan para kafilah dari 10 kecamatan se-Bintan di Jalan Jenderal Sudirman, depan Gedung Nasional, Tanjunguban Kota, Bintan Utara, Minggu (5/4).

Di bawah guyuran hujan, warga antusias mengikuti agenda tahunan yang dibuka Bupati Bintan, Ansar Ahmad tersebut.

”Kafilah dari Kecamatan Bintan Timur tampil maksimal. Pernak-pernik mereka bernuansa Islam dan beda dari lainnya. Kemudian grup drumband yang ditampilkan bukan dari siswa SMP maupun SMA seperti kafilah lainnya, melainkan dari murid SD,” sebut warga Bintan Utara, Ismail.

Kafilah ini katanya, mampu merebut simpatik warga dan pastinya menjadi perhitungan bagi juri.

Selain itu, juga ada tarian melayu, pencak silat, dan komunitas sepeda ontel.

Hal menarik, dari komunitas sepeda tua itu ada seorang anggota DPRD Bintan dari fraksi Partai Golkar, Hasriawardy yang sering disapa Gentong.

Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Bintan, Saleh Ahmad mengatakan, STQ membesarkan budaya Melayu di Bintan.

Warga sudah menganggap budaya Melayu identik dengan Islam. Sehingga warga menjadikan budaya mereka tak terlepas dari agama. Maka dari itulah, STQ tahunan ini dikombinasikan dengan penampilan budaya Melayu.

”Wujud kekayaan Melayu di Bintan tidak bisa terpisahkan dengan Islam,” kata Saleh.

Bupati Bintan, Ansar Ahmad mengakui, pawai taaruf STQ merupakan salah satu pagelaran budaya Islam, yang mengantar para kafilah untuk bertanding dalam STQ.

Taman Budaya Sumbar Gelar Minangkabau Open Festival

Padang, Sumbar - Komunitas tari galang Performing Arts dan Surya Galang Corporation bekerjasama dengan Taman Budaya Sumatera Barat (Sumbar) menggelar acara "Minangkabau Open Festival" (MOF) pada 2 sampai 5 April 2015.

Ketua Panitia MOF, Irsyal Jamal Tuanku Alam Batuah di Padang, Kamis mengatakan acara ini berisi rangkaian acara seni, seperti tari Minang kreasi dan lagu Minang.

"Festival ini berisi rangkaian acara lomba, seperti tari Minang kreasi dan lagu Minang, yang akan diikuti oleh peserta mulai tingkat siswa SD, SLTP, SLTA, perguruan tinggi dan umum," tambahnya.

Ia menjelaskan acara ini diadakan dalam rangka melestarikan budaya dan tradisi yang ada di Minangkabau, agar "anak nagari" atau generasi muda setempat tetap mengenal budaya asli daerahnya.

"Intinya mengajarkan kepada anak nagari untuk lebih mencintai budaya Minangkabau itu sendiri dibandingkan budaya yang lainnya," ujarnya.

Menurutnya, budaya Minangkabau itu mempunyai ciri khasnya sendiri, contohnya saja ada beberapa penghargaan dari tingkat internasional kepada budayawan dan seniman Minangkabau yang tampil di luar negeri.

Ia mengungkapkan saat ini sudah banyak generasi muda Minangkabau yang sudah menjurus untuk mencintai budaya lain dibandingkan dengan budaya sendiri.

"Yang kami takuti, akhir-akhir ini banyak anak nagari yang lebih menyanyikan lagu barat atau asing daripada menyanyikan lagu Minang," jelasnya.

Ia menambahkan acara ini juga terbuka untuk "anak nagari" yang berada di luar daerah. Ada yang datang dari luar provinsi, seperti Lampung dan Jambi yang ingin melampiaskan kerinduan dengan budaya Minangkabau.

"Sekali pulang ke kampung bisa melepaskan rindu, serta bakat senipun bisa pula kesampaian," katanya.

19 Sanggar Tari Samosir Ikuti Festival Budaya

Samosir, Sumut - Sebanyak 19 sanggar tari di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, mengikuti Festival Budaya "Gondang Naposo" yang digelar pemerintah setempat, Sabtu dan Minggu, di Open Stage Pangururan.

"Festival ini sebagai even budaya spektakuler membuka rangkaian HSF (Horas Samosir Fiesta) tahun 2015," kata Kepala Dinas Pariwisata, seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Ombang Siboro di Samosir, Minggu.

Gondang Naposo merupakan ritual etnis Batak yang diyakini sebagai media perkenalan dan tegur sapa, berbalas pantun antarpemuda dan pemudi sampai melangkah ke jenjang perkawinan.

Ombang berharap, kegiatan ini mampu melestarikan dan mengembangkan nilai seni budaya, khususnya pada generasi muda, menjadi sarana pertunjukan dan hiburan bagi wisatawan dan masyarakat.

Even ini, lanjutnya, ditetapkan menjadi kegiatan berkelanjutan setiap tahun dengan tuan rumah secara bergiliran dari sembilan kecamatan.

"Bapak Bupati (Mangindar Simbolon) berpesan kepada peserta untuk berkompetisi dengan cara sportif," katanya.

Festival dimeriahkan dengan malam hiburan rakyat menampilkan Tongam Sirait, The Shine, Chirstoper Naibaho (Indonesia Junior Idol), Ocha (Mamamia), Siantar Rapp Foundation serta artis lokal Jajabi dan Santabee Band.

Festival Tunggal Tiga Tampilkan Kesenian Diki Pano

Padang, Sumbar - Kesenian khas Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Diki Pano, ditampilkan dalam "Festival Tanggal Tiga" yang digelar 3 April 2015 pukul 20.00 WIB di Ladang Tari Nan Jombang, Balai Baru Kota Padang.

"Kesenian ini sudah ada sejak zaman perjuangan Tuanku Imam Bonjol. Digunakan sebagai sarana propaganda untuk mendukung perjuangan melawan penjajah," kata Andermi, pengurus Sanggar Bundo Kanduang Pasaman yang akan menampilkan kesenian tersebut di Padang, Jumat.

Diki Pano adalah nyanyian pantun adat yang diiringi musik yang dihasilkan oleh alat musik pukul yang disebut Pano atau Pano-pano atau biasa juga disebut Pipano.

Dia mengatakan Diki Pano dimainkan oleh tiga orang yang duduk berhadapan. Pukulan terhadap alat musik pukul yang membuat irama disebut "guguah".

"Guguah terbagi atas beberapa jenis. Di antaranya murai kancak, guguah panapa jatuah ka dantang, guguah panjang, guguah tupai dan bagaluik," kata dia.

Selain Diki Pano, Sanggar Bundo Kanduang juga memainkan Ronggeng Pasaman dalam acara tersebut di Ladang Tari Nan Jombang, Balai Baru Padang pukul 20.00 WIB.

Sanggar itu, katanya akan didampingi anggota DPRD Pasaman, Akhmad Khadafi yang juga adalah pembina sanggar.

Sementara itu koreografer "Impressa Dance Company" yang juga menjadi pelaksana "Festival Tanggal Tiga Nan Jombang", Joni Andra mengatakan Diki Pano dan Ronggeng Pasaman tersebut sudah pernah ditampilkan pada Festival tanggal 3 Nobember 2013.

"Penampilannya mendapatkan apresiasi dari penonton," katanya.

Kekhasan kesenian tradisi itu menurutnya menarik untuk kembali ditampilkan, karena itu panitia festival mengundang Sanggar Bundo Kanduang untuk menampilkannya lagi.

Pawai Budaya Buka Jamsinas 2015 di Yogyakarta

Yogyakarta - Jambore Penyiaran Nasional (Jamsinas) 2015 akan dibuka pada Selasa (7/4/2015) siang mendatang dengan kirab budaya di Jalan Malioboro menuju 0 kilometer. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala RRI Yogyakarta, Saraswati SA dalam pertemuan dengan wartawan di auditorium RRI, Kotabaru Minggu (05/04/2015).

Kirab budaya yang akan menjadi pembuka Jamsinas 2015 akan diikuti oleh 88 peserta dari satuan kerja RRI di seluruh Indonesia. Para peserta akan mengenakan pakaian adat dari masing-masing daerah untuk menyuguhkan keragaman Indonesia. Selain peserta dari insan penyiaran, kirab budaya akan dimeriahkan dengan atraksi kesenian tradisional dari lima kabupaten kota di DIY

"Nanti semua pakai pakaian daerah masing-masing ketika pawai tersebut. Ada juga pasukan Kraton dan juga kesenian dari kabupaten kota DIY ini," imbuhnya

Jamsinas tahun 2015 ini merupakan yang pertama kali diadakan di pulau Jawa, hal tersebut yang menurut Saraswati menjadi suatu hal yang istimewa dalam gelaran selama lima hari mulai 7-11 April mendatang. "Ini cukup istimewa karena DIY merupakan daerah pertama yang mengelar Jamsinas di pulau Jawa," ungkapnya lagi.

Jamsinas sendiri merupakan ajang silaturahmi bagi insan penyiaran di Indonesia yang diadakan setiap dua tahun sekali. Sebelumnya, Gorontalo, Palangkaraya dan Jambi pernah menggelar acara serupa pada tahun-tahun sebelumnya.

Tahun 2015 ini Jamsinas akan dilaksanakan di Benteng Vrederburg, Auditorium RRI, Plaza Ngasem serta Pantai Depok. Banyak agenda kegiatan menarik yang dapat disaksikan oleh masyarakat Yogyakarta selama lima hari.

Sate Kere & Festival Kuliner di Benteng Vastenburg

Solo, Jateng - Sejumlah makanan tradisional dipamerkan dalam Solo Indonesian Culinary Festival di Benteng Vastenburg Solo, 2-5 April 2015. Pengunjung bisa menikmati aneka masakan itu di lebih seratus stand yang disediakan.

Ketua Panitia Solo Indonesian Culinary Festival Daryono mengatakan bahwa kegiatan itu sudah digelar untuk kedua kalinya. "Kami akan menyelenggarakan festival ini sebagai kegiatan rutin tahunan," kata Daryono usai acara pembukaan, Kamis malam, 2 April 2015.

Terdapat 108 usaha kuliner yang ikut memeriahkan kegiatan tersebut. Mereka berasal dari penjual makanan, baik berskala mikro maupun dari kalangan hotel, restoran, serta katering. Menu kuliner yang disediakan pun cukup bervariatif.

Hanya, mereka memprioritaskan untuk menu-menu masakan tradisional yang dianggap khas dari kota tersebut. Sekitar 60 persen yang disediakan adalah kuliner tradisional, sedangkan sisanya adalah masakan kontemporer maupun masakan tradisional yang telah dimodifikasi.

Menurut Daryono, menu masakan tradisional yang disajikan pada tahun ini jauh lebih banyak dari kegiatan serupa tahun lalu. Tahun lalu menu tradisional hanya 30 persen.

Beberapa kuliner khas Solo yang disediakan antara lain serabi, intip, kue putu, serta sate kere. "Khusus menu sate kere mejadi ikon dalam kegiatan ini," kata Daryono. Sate ini berasal dari tempe gembus yang dipotong kecil lantas ditusuk dan dibakar.

Sesuai namanya, sate ini dulunya merupakan santapan bagi masyarakat bawah. Lantaran banyak penggemar, kuliner ini lambat laun semakin naik kelas. "Sekarang banyak orang-orang kaya yang hobi makan sate kere," kata Daryono.

Daryono berharap festival itu mampu mencatat transaksi hingga Rp 1,5 miliar. Daryono yakin target bisa tercapai lantaran banyak wisatawan saat libur akhir pekan kali ini. Dia menyebut bahwa festival tahun lalu mampu membukukan transaksi hingga Rp 1 miliar.

Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo berharap agar festival itu bisa menghidupkan kembali kuliner tradisional yang telah banyak dilupakan masyarakat. "Sehingga bisa terangkat lagi seperti halnya sate kere," kata Rudy.

Beragamnya kuliner khas di kota tersebut merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. "Kuliner juga menjadi bukti bahwa ekonomi kerakyatan bisa terus berkembang," kata Rudy.

Karang Taruna Kenalkan Budaya Bone Melalui Pameran

Watampone, Sulsel - Sebanyak 40 pelaku usaha kecil dan menegah akan meramaikan Pameran Ekonomi Kreatif Pemuda 2015, Senin (6/4) mendatang.

Pameran yang dilaksanakan selama dua hari itu akan digelar di Gedung Pemuda, Jl Kewerang, Kecamatan Taneteriattang, Kabupaten Bone.

Ketua Panitia, Bahtiar mengatakan, jumlah peserta yang ditargetkan 25 pelaku usaha melampaui batas target sehingga pihaknya kembali menambah stand pameran. Menurutnya, pameran usaha kreatif ekonomi ini merupakan pertamakalinya digelar di Kabupaten Bone.

"Selain pameran batu permata, akan ada demo kerajinan makanan khas Bone dan lain sebagainya," ungkap Bahtiar, Jumat (3/6/2015).

Bahtiar menambahkan, tujuan digelarnya pameran adalah, meningkatkan citra dan pemasaran yang strategis serta pertumbuhan industri kreatif dari berbagai sektor usaha khususnya di Bone.

"Jadi untuk mempromosikan hasil kerajinan di Bone serta memberikan kesempatan bagi mitra binaan untuk mempromosikan produk masing-masing sekaligus sebagai ajang tukar informasi," katanya.

Dialog Budaya Sastra Lisan di Era Digital Mulai Digelar

Banjarmasin, Kalsel - Dialog Budaya Satra Lisan di Era Digital yang dilaksnakan di Gedung Balairung Sari Taman Budaya Jalan Brigjend H Hasan Basri Kayutangi Banjarmasin ini hasil kerjasama Taman Budaya Kalsel dan Banjarmasin Post Group, Kamis (2/4/2015) berlangsung meriah yang dibuka Asisten Administrasi Umum Pemprov Kalsel, Drs H Haris Karno.

Pada cara tersebut menghadirkan nara sumber Seniman asal Bandung, Jawa Barat, Godi Suwarna, Seniman asal Banjarmasin John Tralala dan Butet Kartaradyasa seniman asal Jogjakarta.

Hadir pada acara tersebut. Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Pariwisata, Muhandas, Wakil Walikota Banjarbaru, Ogi Fajar Nazuli, Pimpinan Redaksi Banjarmasin Yusran Pare, Pimpinan Perusahan Wahyu A, pegiat seni, sastrawan, dan budayawan Kalsel.

Ketua pelaksana Sirajudin mengatakan, pada acara tersebut dihadiri 450 peserta dari 300 peserta yang diundang.

Kirab Budaya dan Istighotsah Buka HUT Kota Pekalongan ke-109

Pekalongan, Jateng - Kirab budaya dan istighotsah, menjadi rangkaian pembuka dalam peringatan HUT Kota Pekalongan ke 109, Rabu (1/4). Rombongan Walikota dan Wakil Walikota beserta jajaran pejabat Pemkot, anggota DPRD dan tokoh masyarakat, dikirab bersama sejumlah kesenian dan dua gunungan makanan beserta buah-buahan. Kirab dimulai dari halaman SMPN 1 hingga berakhir di Lapangan Jetayu.

Sampai di Lapangan Jetayu, acara dilanjutkan dengan membaca istighotsah bersama dengan masyarakat, ulama, tokoh masyarakat, jajaran pegawai dan guru TPQ.

Istighotsah juga dihadiri oleh Ketua Komite Nasional Indonesia Unesco (KNIU) Arif Rahman, dan perwakilan dari Kementrian Pariwisata.

Walikota Pekalongan, M Basyir Ahmad dalam sambutannya mengatakan, istighotsah menjadi satu acara wajib dalam setiap peringatan HUT Kota Pekalongan.

Selain istighosah, Basyir menyebutkan, dalam peringatan HUT kali ini, ada banyak rangkaian kegiatan, berbeda dengan peringatan HUT di tahun sebelumnya.

“Karena tahun ini, kita sekaligus menerima penghargaan Kota Kreatif. Jadi peringatan HUT tidak hanya digelar satu hari melainkan sampai lima hari, termasuk adanya pameran kreatif,” tuturnya.

Tapi Walikota menegaskan, seluruh biaya dalam penyelenggaraan acara merupakan partisipasi dari masyarakat. “Jadi APBD hanya untuk istighotsah saja, acara hari ini lainnya ngayubagyo semua,” katanya.

Kedepan Walkot berharap, siapapun yang memimpin Kota Pekalongan bisa menggelar event lebih besar dari yang sekarang . Selama masa pemerintahannya, dikatakan Basyir setiap tahun ada tiga event besar. “Sebagai Kota Kreatif, kita harus mempertahankan predikat itu dengan berbagai event, dan juga pengembangan industri kreatif,” imbuhnya.

Harapan yang sama disampaikan Ketua DPRD Kota Pekalongan, Balgis Diab. Usai mendapat predikat Kota Kreatif dirinya ingin masyarakat bisa memunculkan ide-ide kreatif demi mendongkrak pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. “Dengan adanya pengakuan itu, masyarakat harus mampu terus menggali ide kreatif dan bisa berinovasi di semua sektor. Pemerintah siap membantu dan memfasilitasi,” harapnya.

Dengan predikat sebagai Kota Kreatif bidang kerajinan dan kesenian rakyat, masyarakat harus terus berkreasi. Karena menurutnya, penghargaan tersebut bisa dicabut, dan yang menentukan adalah masyarakat. “Jadi harus terus berkreasi. Karena yang menentukan dicabut atau tidak adalah masyarakat,” tandasnya.

Budaya Lokal Sleman Tetap Dilestarikan

Sleman, DIY - Sebanyak 20 (dua puluh) Desa Budaya di Kabupaten Sleman siap untuk mengembangkan dan melestarikan budaya lokal yang adiluhung melalui berbagai program yang akan dilaksanakan. Hal ini mendukung sepenuhnya keberadaan keistimewaan DIY sebagaimana diamanatkan dalam UU No.13 Tahun 2012.

Demikian dinyatakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ir. AA Ayu Laksmidewi TP, MM saat Sosialisasi Desa Budaya Kabupaten Sleman, Rabu (01/04/2015) di Ruang Rapat Golong Gilig 2 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No.13 Beran Tridadi Sleman.

Ayu menambahkan konsep yang diterapkan dalam pengembangan desa budaya adalah konsep pemberdayaan. Dalam hal ini diharapkan masing-masing desa budaya bersama dengan pendamping dan pengawasnya masing-masing dapat memetakan dan menggali kemampuan, kekuatan dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Kemudian mengoptimalkan keberlangsungan dan keberlanjutan aset budaya yang dimilikinya dengan program-program yang selaras serta kreatifitas yang berdasarkan pada budaya lokal sehingga dapat memperkuat jati diri Jogja yang istimewa.

"Budaya lokal yang adiluhung perlu dijaga dan dipertahankan dengan baik, diantaranya budaya gotong royong yang memiliki nilai-nilai yang sangat kuat di kalangan masyarakat. Selain itu budaya menjaga martabat juga perlu terus ditumbuhkembangkan dengan memperkuat semangat kemandirian dan pemberdayaan potensi yang dimiliki yang meliputi adat dan tradisi, kesenian, permainan tradisional, kuliner, sastra dan warisan budaya lainnya."

Kota Sukabumi Bangkitkan Kearifan Budaya Lokal

Sukabumi, Jabar - Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz mengatakan, dalam menghadapi arus globalisasi pada tahun ini pihaknya akan terus berupaya membangkitkan kembali kearifan budaya lokal.

"Kearifan budaya lokal ini harus menjadi kekuatan bagi daerah khususnya dan nasional pada umumnya dalam menghadapi arus globalisasi," kata Muraz usai menghadiri peringatan Hari Jadi 101 tahun Kota Sukabumi di Lapang Merdeka, Rabu (1/4/2015).

Menurut Muraz sebagai langkah untuk mewujudkan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Di antaranya menerbitkan SK Wali Kota mengenai Rebo Nyunda.

"Rebo Nyunda ini mulai hari ini setiap hari Rabu menggunakan pakaian khas Sunda. Ada dua macam warna dominan yaitu hitam dan putih, seperti yang saya pakai ini sekarang warna putih," ujar Muraz sambil memperlihatkan pakaian yang dikenakannya.

Muraz menuturkan sebelumnya upaya membangkitkan kearifan lokal itu sudah dilaksanakan dalam penggunaan bahasa Sunda dan kesenian tradisional pencak silat dalam muatan lokal (Mulok) di lingkungan pendidikan.

"Dalam bidang kebudayaan lokal ini Kota Sukabumi juga sudah berprestasi baik regional maupun nasional," tutur mantan Sekda Kota Sukabumi dua periode itu.

Ketua DPRD Kota Sukabumi Moch. Muslikh Abdussyukur mengapresiasi komitmen dan langkah Pemkot Sukabumi dalam berbagai upaya membangkitkan kearifan budaya lokal.

"Saya mengapresiasi Pemkot Sukabumi yang sudah menetapkan setiap Rabu harus mengenakan pakaian adat dan berbahasa Sunda," kata Muslikh kepada wartawan usai rapat paripurna di Gedung DPRD, Rabu.

Langkah Pemkot Sukabumi itu, lanjut Muslikh, juga sudah diterapkan di kalangan DPRD. Salah satu contohnya hari ini mengenakan pakaian khas Sunda dan dalam rapat paripurna juga menggunakan bahasa Sunda.

"Rapat paripurna juga sudah menggunakan bahasa Sunda dan semuanya berpakaian pangsi," ujar Muslikh yang sebelumnya menjabat Wali Kota Sukabumi selama dua periode.

-

Arsip Blog

Recent Posts