Nyale Diperebutkan Ribuan Warga Lombok Tengah

Lombok Tengah, NTB - Ribuan warga berebut cacing laut atau nyale di Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tengah Barat, pada Kamis dini hari mulai pukul 03.00 Wita.

Ribuan warga Lombok yang sudah berjaga-jaga semalaman, terlihat sangat antusias terjun ke laut Pantai Seger dengan membawa sorok, yakni sejenis alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu dan berebut menangkap nyale.

Keriuhan menyambut nyale, sebenarnya terjadi mulai pukul 02.00 Wita, ketika warga mulai bersorak-sorak dengan tujuan agar cacing segera muncul di permukaan laut Pantai Seger.

Sekitar pukul 03.00 Wita, sorak-sorai warga makin meriah, begitu nyale mulai bermunculan ke permukaan laut yang masih gelap. Tanpa sabar, warga segera masuk ke laut ingin menangkap nyale sebanyak-banyaknya.

Abdul Majid Sidik, warga Sekotong, Lombok Barat, menyatakan, setiap tahun ia selalu turut menyaksikan kemeriahan perayaan tradisi Bau Nyale di Pantai Seger.

"Tradisi menangkap nyale sangat menarik, apalagi ketika melihat warga yang mempercayai bahwa nyale merupakan penjelmaan Putri Mandalika, hingga mereka beramai-ramai menyambutnya," ujar Abdul.

Menurut dia, tradisi menangkap nyale kali ini lebih tertib dan tidak terjadi kemacetan panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Pemerintah kabupaten sudah mempersiapkan kegiatan dengan maksimal, sehingga tidak terjadi penumpukan pengunjung. Panggung hiburan juga letaknya dipindahkan, jadi warga tidak berjubel lagi," ujarnya.

Dia melanjutkan, meski kawasan Desa Kuta semalam diguyur hujan deras dan jalan menjadi berlumpur, namun tidak mengurangi antusiasme warga untuk turut memeriahkan Bau Nyale.

Bahkan, kata Abdul, bukan hanya penduduk lokal yang berminat melihat kemunculan nyale di Pantai Seger, namun terlihat juga wisatawan lokal dan asing juga tidak kalah bersemangat.

"Sejak masih gelap, wisatawan asing sudah ikut masuk laut dan menangkap nyale. Semoga Bau Nyale bisa menjadi tradisi lokal yang mendunia," ujar dia.

Akulturasi Budaya tak Bisa Dihindari

Bandung, Jabar - Akulturasi budaya modern maupun daerah lain terhadap budaya setempat di masyarakat urban seperti Kota Bandung tidak akan dapat dihindari.Upaya menjaga dan melestarikan serta mengembangkan budaya tradisi akan mengalami banyak kendala dan bahkan sulit dilakukan.

Budayawan Acil Darmawan Hardjakusumah SH., mengungkapkan hal tersebut pada Sarasehan Diskusi Budaya yang diikuti pengenalan Iket dan Selendang Sunda BCA di Gedung Kanwil I Bank BCA, Jalan Asia Afrika Bandung, Selasa (18/2). “Apapun upaya yang akan dilakukan tetap saja tidak akan mampu menahan arus deras akulturasi budaya, Kota Bandung ini khususnya sudah menjadi barometer budaya modern, karenanya akan sangat sulit mempertahankan budaya tradisi atau budaya asli dari budaya luar,” ujar Acil.

Menurut Acil, hal yang perlu dilakukan oleh penggerak seni budaya, masyarakat dan pemerintah adalah menjadikan budaya luar sebagai bagian yang memperkaya budaya setempat. Seperti halnya dengan iket dan selendang Sunda yang kini banyak digunakan kembali oleh orang tua dan generasi muda serta dicanangkan oleh pemerintah daerah merupakan bentuk pergeseran baik dari fungsi maupun manfaat.

“Iket ataupun selendang Sunda yang biasanya menjadi bagian dari kelengkapan tradisi, kini telah bergeser menjadi bagian dari fashion dan gaya hidup, hingga muncul berbagai variasi model. Peristiwa budaya tersebut jangan dihalang-halangi bahkan harus didukung, karena selain akan mempertahankan cirri dan jati diri, juga memperkaya khasanah budaya,” tegas Acil.

Hal senada dikatakan Kakanwil I Bank BCA Jawa Barat, Gunawan Budi Santoso, bahwa pihaknya membuat dan mencanangkan hari Iket dan Selendang Sunda dilingkungan kerja, selain dalam upaya mendukung pelestarian dan pengkayaan budaya Sunda, juga mendukung program pemerintah. “Khususnya pemerintah Kota Bandung yang sudah mencanangkan setiap hari Rabu mengenakan iket dan busana Sunda,” ujar Gunawan Budi Santoso.

Sebagai bukti keseriusan pihaknya mendukung pelestarian budaya, motof Iket dan Selendang yang dibuat berisikan nilai filosofi yang selama ini dijunjung dan dijaga masyarakat Sunda. Seperti senjata kujang dan gugunungan dengan warna dasar biru serta kuning gading.

Sementara untuk langkah awal iket yang akan dikenakan menggunakan jenis iket parengkos nangka, yang merupakan jenis iket umum dikenakan masyarakat. “Mungkin ke depan kami akan memberikan kebebasan kepada karyawan mengenakan berbagai jenis model, setelah itu secara bertahap akan kami berikan juga ke nasabah,” ujar Gunawan.

Sarasehan Diskusi Budaya yang diikuti pengenalan Iket dan Selendang Sunda BCA, diisi dialog dan pemaparan tentang nilai-nilai Kasundaan dengan pembicara Budayawan Acil Darmawan Hardjakusumah SH, Agus Roche, dan Kakanwil I Bank BCA Jawa Barat, Gunawan Budi Santoso. Sarasehan Diskusi Budaya, dibuka pegelaran seni Kacapi Suling serta tari Topeng Cirebon.

Pemkot Solo Gelar Festival Dakwah

Solo, Jateng - Pemkot Solo menggelar Festival Dakwah selama tiga hari, Selasa-Kamis (18-20/2/2014) di Masjid Baitul Hikmah Balai Kota. Kegiatan tersebut diikuti 40 peserta perwakilan sekolah, masjid maupun pondok pesantren.

Wakil Wali Kota (Wawali) Solo, Achmad Purnomo, dalam sambutannya, mengatakan Festival Dakwah diharapkan dapat memacu lahirnya dai-dai muda yang santun dan menjunjung tinggi moralitas.

“Jangan sampai hanya menjadi dai jarkoni, bisa ujar ning ora bisa nglakoni,” ujar Wawali.

Purnomo mendorong seluruh dai di Solo mampu mengembangkan dakwah dan memotivasi warga untuk menjaga kerukunan beragama.

Kegiatan yang kali pertama digelar Pemkot ini menghadirkan juri seperti Charis Muanis (Kementerian Agama), Ustaz Hakim (IKADI) dan Nurul Umam (Pemkot).

"Orange Nassau" Diharapkan Jadi Situs Nasional

Martapura, Kalsel - Balai Arkeologi Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mendukung eks Benteng Belanda dan Pertambangan Batubara Orange Nassau di Desa Benteng Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar menjadi situs cagar budaya nasional.

Kepala Balai Arkeologi Banjarmasin Bambang Sakti di Martapura, mengatakan, dukungan itu diberikan setelah pihaknya melihat hasil penelitian tim peneliti cagar budaya yang bekerja di lapangan.

"Kami mendukung saran dan usulan tim peneliti agar cagar budaya Benteng Orange Nassau menjadi situs cagar budaya nasional dan saran tersebut hendaknya ditindaklanjuti Pemkab Banjar," ujarnya.

Ketua tim peneliti cagar budaya Benteng Pengaron Nugroho Noor Susanto pada ekspos hasil penelitian di depan Bupati Banjar Khairul Saleh, Senin (17/2) mengusulkan kelayakan sebagai situs cagar budaya nasional.

"Setelah melakukan penelitian selama dua puluh hari di areal Benteng Orange Nassau dan mempelajari data lapangan, tempat itu layak diusulkan sebagai situs cagar Budaya Nasional," ungkapnya.

Ia mengatakan, saran dan usul kepada pemerintah daerah agar menjadikan situs bersejarah nasional dilatari historis pembangunan tambang dan nilai-nilai nasionalisme masyarakat Banjar.

Dijelaskan, benteng sekaligus eks pertambangan batu bara itu mengandung nilai historis tinggi sehingga pihaknya optimis jika Pemkab Banjar mengusulkan maka didukung kementerian terkait.

"Selain memiliki nilai historis tinggi, berdasarkan sejarah, tempat itu merupakan awal pertama meletusnya Perang Banjar yang dipimpin para pejuang Banjar seperti Pangeran Antasari," ujarnya.

Perempuan yang Tak Lelah Telusuri Sejarah Leluhur Melayunya

Bireuen, NAD - Genap berusia 67 tahun pada 16 Desember 2013 tidak menyurutkan semangat dan langkah Hj Pocut Haslinda Syahrul binti Teuku Hamid Azwar untuk terus menelusuri sejarah leluhurnya, yakni Tun Sri Lanang yang merupakan raja pertama di Samalanga, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Kendati sudah menetap lama di Jakarta, perempuan yang memiliki darah asli Aceh dari pasangan almarhum Teuku Hamid Azwar dan almarhumah Cut Nyak Djariah Kemala Putri Azwar ini serius menggali berbagai informasi menyangkut leluhurnya di abad ke-17 itu.

“Beberapa upaya saya lakukan seperti penerbitan buku-buku sejarah, seminar sejarah agar sejarah yang tersimpan berabad-abad ini terungkap serta bisa diketahui oleh generasi penerus,” ungkap perempuan yang akrab disapa Pocut Haslinda ini kepada Kompas.com, Senin (17/2/2014).

Memiliki sejarah erat dengan negeri jiran, Malaysia, keturunan Tun Sri Lanang sendiri diakuinya menyebar di sejumlah daerah di wilayah itu. Hal itu terbukti dari banyaknya lawatan ke situs makam Tun Sri Lanang yang terletak di Desa Lueng, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen.

Suatu konsep besar yang masih ingin diciptakan Pocut adalah berdirinya suatu lembaga penelitian, Pusat Pengkajian Sejarah Aceh-Melayu di Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh.

“Kekayaan sejarah Aceh, khususnya Tun Sri Lanang, bukanlah milik Aceh semata, tetapi lebih dari itu, Tun Sri Lanang merupakan milik Nusantara, bahkan dunia,” jelas perempuan yang mengaku keturunan ke-8 Tun Sri Lanang.

Berbekal kemampuan analisis sejarah, ibu lima anak ini masih aktif mengikuti seminar internasional di beberapa negara, berbasis seni dan budaya. Keseriusan Pocut Haslinda dalam mengawal sejarah leluhurnya itu ia buktikan pula dengan lahirnya Seminar Ketokohan Tun Sri Lanang dalam Sejarah Dua Bangsa yang dilaksanakan pada 8 Desember, serta Peresmian Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara di Samalanga pada 9 Desember 2011 lalu.

Sendratari Indonesia Raih Best Performance di Leeds

Leeds, Inggris - Keragaman budaya Indonesia dalam balutan Sandratari yang ditampilkan pelajar yang tergabung dalam Indonesia Society berhasil meraih penghargaan Best Performance Award dalam acara World Unite Festival 2014 yang digelar di Leeds University Union, Leeds, Inggris.

Para penonton yang memadati gedung pertunjukkan World Unite Festival yang diikuti 10 negara hadir Atase Pendidikan KBRI London dan Ny Bonita Fauzi Soelaiman yang memberikan apresiasi pada penampilan pelajar Indonesia yang tergabung dalam PPI Leeds.

Ketua PPI Leeds, Dicky Faizal Aprianto kepada Antara London, Sabtu mengatakan, World Unite Festival 2014 yang digelar selama seminggu sejak tanggal 10 sampai 16 February, Indonesia Society juga menampilkan Tari Saman.

Dikatakan dengan menyabet penghargaan Best Performance Award tahun ini PPI Leeds kembali mengukuhkan diri sebagai pemenang dalam acara tahunan bertajuk Cultural Showcase yang diikuti para pelajar dari berbagai negara yang diadakan Leeds University Union.

Pada 2013. PPI Leeds juga mendapatkan penghargaan yang sama dengan menampilkan tarian saman serta fashion show kebaya tradisional yang dibawakan pelajar berbagai negara, mahasiswa Leeds University, berupa Best Performance Award pilihan penonton.

Kali ini PPI Leeds menunjukkan sesuatu yang berbeda, yaitu dengan penampilan Sendratari, drama yang disajikan dalam bentuk tarian dan musik tanpa dialog.

Sesuai dengan tema dalam Cultural Showcase tahun ini, yaitu cinta, sendratari berdurasi sekitar 25 menit bercerita mengenai bangsawan asal Belanda yang jatuh cinta kepada gadis Jawa yang diperankan Andira Aranandita Subhono, istri Boya Subhono, kandidat Phd school of Mechanical Enginering di Universitas Leeds.

Konflik muncul ketika cinta kedua sejoli itu terhalang oleh perbedaan budaya di antara mereka .Tarian dari berbagai daerah di Indonesia mengiringin sandratari mulai dari yangko rambe dari Papua sampai pada tari Bali.

"Terdapat tujuh tarian dari berbagai daerah di Indonesia turut dimasukkan dalam sendratari mulai dari tarian dari Irian sampai tari Bali, ujarnya.

Selain tarian, efek video yang berisi informasi mengenai adegan ditampilkan sebagai latar sepanjang pertunjukkan agar penonton dapat mengikuti jalan cerita yang juga pantulan dari video di layar panggung berbagai obyek wisata di Indonesia diantaranya Raja Ampat.

Honor Grup Seni Tradisional Terbilang Menggiurkan

Jakarta - Bayaran untuk grup kesenian di Jakarta untuk satu kali tampi rupanya terbilang menggiurkan. Bagaimana tidak, untuk satu kali manggung, grup berisi empat sampai enam orang bisa mendapat bayaran Rp 15 - 20 juta.

Jika dibagi rata, tiap anggota bisa membawa pulang hingga Rp 5 juta sekali pentas. Sekilas nampak mewah, namun ternyata kenyataan tak seindah itu.

"Kalau ditanggap (diundang main di suatu acara) dapatnya nggak tentu, tergantung acaranya. Kadang Rp 15 juta untuk empat orang, kadang seperti acara ini Rp 20 juta untuk empat sampai enam orang," kata Marsam Mulyo Atmojo dari grup Suromadu usai pementasan Lawakan Surabaya di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Minggu (16/2).

"Tapi yang namanya orang seni, ya tanggapannya nggak tetap. Kadang bisa seminggu tiga kali tapi baru ada yang nanggap tiga bulan kemudian. Kalau setiap hari sih bisa kaya Mas," lanjut pria asal Solo.

Grup Suromadu sendiri masih terbilang baru. Bersama beberapa teman pegiat seni yang beda aliran, Suromadu mulai berdiri Agustus 2013. Karena beragamnya aliran dan latar belakang daerah anggotanya, Marsam lebih suka menyebut grupnya sebagai Suromadu +.

Sore ini, Marsam bersama Bendor, Sari, dan Nurul alias Bento tampil membawakan Lawakan Surabaya. Meski para pemain, kecuali Marsam, baru mempelajari materi 1,5 jam sebelum pentas, mereka tetap sanggup memecah tawa di ruangan auditorium Galeri Indonesia Kaya.

Menurut cerita Marsam, ternyata dibanding tahun 90-an dulu, grup seni semacam ini lebih banyak menerima undangan tampil. Penyebabnya ternyata karena berkurangnya grup-grup lain yang sudah gugur lebih dulu.

Marsam sendiri rutin tampi dalam pentas wayang orang tiap Sabtu malam di Senen. Bersama para seniman lain, Marsam tampil di Gedung Wayang Orang Bharata yang berada di Jalan Kalilio no 15, Jakarta Pusat.

"Kapasitas gedungnya sekitar 300-an. Kalau lagi sepi bisa 70 sampai 80 persen, kalau ramai pasti penuh. Yang nonton kalau saya perhatikan orang-orangnya itu-itu terus alias mereka kembali lagi. Tapi ada juga anak-anak, remaja, bapak-bapak, dan ibu-ibu," kata Marsam yang kini berusia 64 tahun.

Yang diceritakan Marsam, serta antusias penonton Lawakan Surabaya sore ini bisa dilihat sebagai satu hal positif. Di tengah serbuan hiburan impor, seni dan budaya lokal masih memiliki tempat.

Pengrajin Batik Tulis Otentik Mulai Langka

Jakarta - Kain batik yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia kini mengalami pergeseran makna. Demi mengejar permintaan, kain batik tak lagi diproduksi seperti namanya.

Dilihat secara makna, batik merupakan teknik merintang warna di atas kain. Di Indonesia membatik umumnya menggunakan malam (lilin khusus batik) sebagai dasar motifnya dengan alat yang disebut canting. Tingginya permintaan kain batik saat ini membuat para pengrajin batik meninggalkan teknik tersebut.

"Pembatik sekarang mulai membuat batik yang lebih cepat dan murah, tidak lagi dengan menggunakan motif klasik," jelas Iwet Ramadhan, pengusaha batik yang menjadi pembicara Fabulous Batik of Java yang digelar di Galeri Kaya Indonesia, Jakarta.

Untuk membuat batik tulis dengan motif klasik, biasanya membutuhkan waktu hingga delapan bulan atau lebih. Sementara pengrajin batik sudah mulai langka di Indonesia.

Hal ini yang menurut Iwet menjadi alasan mengapa batik cap atau celup lebih banyak diproduksi. Karena pangsa pasarnya pun semakin besar dan dari segi waktu pun lebih ekonomis.

"Upah pembatik itu murah, makanya tidak ada penerusnya," jelas Iwet.

Batik tulis yang asli pun masih ada peminatnya. Namun tidak banyak, karena harganya yang mahal dan saat ini sangat sulit mencari pengrajin yang mau membuat kain batik dengan cara yang dilakukan oleh nenek moyang Indonesia dulu.

Untuk satu kain batik pekalongan misalnya dibandrol dengan harga Rp 12 juta, itu pun tidak bisa langsung dipakai karena tidak ada stok yang tersedia. Mengingat pembuatan kain batik memakan waktu yang cukup lama, dan pengrajinnya yang sudah mulai langka.

Iwet Ramadhan mengaku pernah memesan kain batik dan harus menunggu dua tahun untuk bisa memakainya. Namun menurut Iwet, waktu dua tahun itu terbayar dengan keindahan corak yang tergambar di atasnya. Bahkan kain yang dimiliki Iwet tersebut sempat ditawar dengan harga yang lebih tinggi.

"Nunggunya dua tahun, jadi bisa kaya investasi juga," ujar Iwet.

Sayangnya, harga setinggi itu masih belum bisa mensejahterakan pengrajin batik yang ada. Iwet mengatakan kalau satu kain batik berukuran 2x1,5 meter biasanya dibatik oleh lebih dari tiga orang pengrajin.

Bahkan ada yang membutuhkan delapan orang pengrajin. Belum lagi tingkat kerincian dari motif yang dibuat membutuhkan ketekunan dari sang pembuat. Hal tersebut membuat pembatik kian menurun jumlahnya.

"Ini yang menjadi kendala dan harus menjadi perhatian pemerintah. Ketika nanti batik tulis itu masuk ke kancah internasional, mampu gak para pengrajin ini memproduksinya dalam waktu yang singkat," ujar Iwet.

Produksi dalam jumlah besar memiliki tantangan yang besar pula. Selain waktu, pengrajin juga dituntut untuk memberikan konsistensi terhadap karyanya. Karena Iwet sendiri pernah mengalami hal tersebut untuk keperluan bisnis fashion yang menggunakan kain batik. Produksinya lama kelamaan terlihat jelas perbedaannya.

"Namanya juga membuat karya seni, si pengrajin butuh mood juga kalau mau bikin," kata pemiliki lini batik TikShirt ini.

"Bau Nyale" di Lombok Tengah dimeriahkan artis

Mataram, NTB - Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengundang artis dari Jakarta guna memeriahkan tradisi penyambutan "Bau Nyale" (menangkap cacing laut), 19-20 Februari 2014.

"Ya, kami undang tiga grup band yakni Kotak, Inessentias Music, dan Iyet Bustami, dan sudah ada kepastian untuk memeriahkan Festival Core Event Bau Nyale," kata Kabag Humas dan Protokol Setkab Lombok Tengah, Lalu Herdan, yang dihubungi dari Mataram, Minggu.

Seperti tahun-tahun sebelumnya tradisi "Bau Nyale" itu digelar di dua lokasi yakni Pantai Kaliantan, Desa Serewe, Kabupaten Lombok Timur, dan di Pantai Seger Tanjung Aan, Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah.

Di Kabupaten Lombok Timur, pemerintah setempat selalu memadukan dengan Festival Kaliantan yang menampilkan berbagai pagelaran kesenian daerah, yang dimulai beberapa hari sebelum puncak "Bau Nyale" yang biasanya digelar dini hari.

Selain parade budaya dan olahraga, juga kegiatan menyisik Bau Nyale, peresean, musik gambus, dan pagelaran seni tradisional lainnya.

Sedangkan di Kabupaten Lombok Tengah, tradisi tersebut dinamakan Festival "Core Event Bau Nyale" yang dipadukan dengan pemilihan putri Mandalika, serta pentas seni dan sendratari.

Herdan mengatakan, tiga grup band itu akan tampil pada puncak tradisi penyambutan "Bau Nyale" di Pantai Seger, Kabupaten Lombok Tengah.

Diharapkan, tradisi "bau nyale" itu semakin meriah dan akan ada banyak wisatawan yang ikut menyaksikannya," ujarnya. Tradisi penyambutan "Bau Nyale" yang sudah turun-temurun sejak ratusan tahun silam itu didasarkan pada penghitungan penanggalan menurut tahun Sasak.

Setiap tahun "nyale" atau sejenis cacing laut (anelida polycaetae) yang muncul sekali dalam setahun di pantai selatan Pulau Lombok, ditangkap pada tanggal 19 dan 20 bulan kesepuluh dan kesebelas. Awal tahun Sasak ditandai dengan terbit bintang "Rowot", sementara menurut penghitungan suku Sasak bulan kesatu dimulai pada tanggal 25 Mei dan umur setiap bulan dihitung 30 hari. Bulan kesepuluh dan dan kesebelas itu berkisar antara Februari atau Maret pada penanggalan Masehi.

"Nyale" yang hendak ditangkap itu diyakini merupakan jelmaan dari Putri Mandalika yang pada ratusan tahun silam memilih menceburkan diri ke Laut Selatan Pulau Lombok ketika kesulitan memilih satu dari tiga pangeran yang sangat ingin mempersuntingnya.

Konon saat menceburkan diri itu Putri Mandalika berubah menjadi "nyale" yang kemudian diasumsikan oleh masyarakat di sekitar pantai selatan itu kalau Puteri Mandalika berubah menjadi "nyale" agar berguna bagi banyak orang, daripada menjadi obyek perebutan ketiga pangeran tersebut.

Pemuda Melayu Helat Musyawarah Besar

Medan, Sumut - "Dalam masyarakat modern yang terbuka perbedaan budaya bukanlah hambatan maupun penghalang kesatuan melainkan mempererat integrasi. Bahkan perbedaan budaya merupakan kekayaan bagi masyarakat plural yang heterogen termasuk di Provinsi Sumatera Utara. Di tengah keragaman dan kemajemukan tersebut kita harus mengedepankan sikap saling hormat menghormati dan bertenggang rasa sesama warga sehingga tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi atau lebih kuat serta berdiri sama tinggi duduk sama rendah dan ke bukit sama mendaki ke lembah sama menurun," hal tersebut dikatakan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi pada pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) Angkatan Muda Melayu Indonesia (AMMI) hari ini di Medan.

Tengku Erry Nuradi yang juga Dewan Pembina PB AMMI menambahkan, sebesar apapun perbedaan kita sebagai manusia baik suku, agama dan ras kita tidak boleh menyebarkan kebencian atas perbedaan tersebut tetapi harus membangun kebersamaan dan sikap kekeluargaan dan akan terjalin persaudaraan dalam kemajemukan yang menciptakan rasa solidaritas di tengah perbedaan sehingga timbullah rasa saling hormat menghormati yang akan menjauhkan kita dari pertentangan dan permusuhan serta konflik di negeri ini.

AMMI kelahirannya dibangun atas dasar prinsip kebersamaan dan kekeluargaan serta kesetiakawanan harus menunjukkan kiprahnya di tengah-tengah masyarakat Sumatera Utara. Kebersamaan tentu akan selalu baik bila solid dan kompak dapat membaur pada etnik lainnya tidak hanya pada suku Melayu sesuai dengan slogan Melayu Sahabat Semua Suku.

Ketua Panitia Mubes OK Faisal A Djalil mengatakan, bahwa Mubes pertama ini dihadiri oleh Keluarga besar AMMI, Para Panitia Pelaksana Mubes AMMI, Tokoh Melayu dan undangan lainnya. AMMI yang lahir pada tahun 2007 disahkan oleh PB MABMI dan memiliki 11 Pengurus Daerah seperti Kota Binjai, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi , Batu Bara, Tanjung Balai, Sibolga, Madina dan Langkat.

Ketua Panitia mengharapkan agar AMMI mampu mendirikan Badan Usaha dan dapat memberikan beasiswa bagi anak Melayu sehingga martabat anak Melayu meningkat. Keadaan anak melayu ini terpantau saat ketika AMMI mengadakan safari ramadhan ke daerah-daerah waktu yang lalu.

Tanamkan Nilai Budaya di Semarak Kampung Bocah

Semarang - Akhir pekan merupakan waktu yang tepat untuk mengabiskan waktu bersama keluarga, terutama untuk sang buah hati.

Namun sering kali, saat akhir pekan tiba, orang tua kebingungan untuk menghabiskan waktu libur dengan berbagai kegiatan yang menghibur sekaligus menambah wawasan bagi putra putrinya.

Pilihan itulah yang diberikan oleh acara ’Semarak Kampung Bocah’ yang dihelat oleh Hotel Oak Tree Emerald, Semarang, Jl Palm VI Papandayan, Gajahmungkur, Minggu (16/2).

Dalam acara yang digelar di area kolam renang itu, puluhan anak-anak yang datang bersama orang tua disuguhkan beragam hiburan yang menarik, dan mereka pun boleh mencobanya.

Seperti lomba mewarnai, membatik, merangkai janur, hingga bermain dengan aneka permainan tradisional.

Anak-anak ini pun terlihat antusias, mereka mencoba beragam hiburan tersebut dengan didampingi oleh instruktur atau dari keluarga. Selain mencoba permainan, bocah-bocah ini bisa juga berenang di area tersebut.

Food Beverage Manager Oak Tree Semarang, Riesdian Tri Wibowo mengatakan, kegiatan Semarak Kampung Bocah ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang harmonis, kompak pada masing-masing keluraga, dan melatih bakat anak.

Sekaligus memperkenalkan keanekaragaman budaya lokal kepada anak, yang kini tinggal di era moderen.

"Acara ini juga dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai budaya lokal kepada anak-anak, sehingga mereka nantinya tidak gampang meninggalkan warisan budaya Indonesia tersebut," ungkapnya.

Dia menambahkan, selain beragam hiburan, acara ini juga diramaikan dengan stand batik stand batik & minuman herbal yang didukung oleh Klub Merby.

Kegembiraan anak-anak ini tak disitu saja, beragam kenangan hasil karyanya sendiri, seperti tas batik bias dibawanya pulang.

"Untuk kegiatan serupa selanjutnya akan kami gelar pada 23 Februari mendatang, dengan jumlah peserta yang dibatasi, Untuk informasi selengkapnya dapat menghubungi Hotel Oak Tree Emerald Semarang 024-8509191," kata Reisdian.

Paid to Click

Saat ini internet bukan hanya digunakan untuk mencari data semata melainkan juga untuk mempromosikan sesuatu kepada khalayak ramai. Fenomena baru ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mencari keuntungan. Salah satu diantaranya adalah dengan membuat suatu program yang diberi nama PTC atau Paid To Click, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai “dibayar setiap kali mengklik sebuah iklan dalam jangka waktu tertentu (umumnya sekitar 5-30 detik)”.

Paid To Click adalah sarana yang sangat efektif untuk meningkatkan traffic atau jumlah pengunjung bagi situs-situ yang biasanya berbasis penjualan produk. Dengan biaya yang relatif murah pemilik sebuah situs dapat menggiring pengguna internet untuk mengunjungi situsnya, terlepas dari faktor berkualitas atau tidaknya sumber traffic tersebut. Harapannya adalah agar situsnya “kebanjiran” traffic dan akhirnya dapat meningkatkan penjualan produknya.

Sedangkan bagi orang yang “tergiring” yang tentu saja telah menjadi member atau anggota dari sebuah situs Paid To Click tidaklah sia-sia belaka. Ia akan mendapat imbalan dari hasil melihat iklan-iklan yang ada di dalam situs Paid To Click yang diikutinya. Bagaimana, Anda tertarik?

Berikut adalah daftar beberapa situs berbasis PTC atau Pay To Click yang hingga sekarang masih eksis di jagad maya.
PaidVerts
Your 1:1 Traffic Exchange

Digerebek Istri Saat Mesum Dengan Selingkuhan

MEDAN-Hendri Wijaya (47), pengusaha gula asal Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) harus menanggung malu. Pasalnya, ia digerebek mesum dengan wanita selingkuhannya, Jumat (24/1) sekitar pukul 01.50 WIB. Adalah Lenny (29) warga Dusun 12 Kebun Sayur, Kec. Sei Bamban, Serdang Bedagai yang pertama kali memergoki suaminya bercumbu mesra dengan seorang wanita bernama Sunarti (35).

Ulah tak pantas ini dilakukan Hendri di kediaman mereka Perumahan Setia Budi Indah (Tasbi) I Blok N No 97 Jl. Setia Budi, Medan Sunggal. Kepada POSMETRO (Grup JPNN), Lenny mengatakan perselingkuhan Hendri terungkap dari laporan anak mereka yang kerap melihat ayahnya keluar masuk rumah dengan Sunarti.

"Anakku menghubungiku, katanya suamiku sering bawa wanita ke rumah. Karena itulah, aku lantas menyuruh beberapa kerabat di Medan untuk mengintip suamiku," ucapnya di depan ruang Reskrim.

Setelah dapat kepastian suaminya selingkuh, Lenny yang penasaran memilih pulang ke Medan. Setiba di lokasi, ia pun mengajak Kepala Lingkungan (Kepling), security perumahan serta beberapa warga sekitar untuk melakukan penggerebekan. Saat itu, Lenny yang masuk diam-diam tersentak melihat suaminya dan Sunarti tengah asik berhubungan intim di dalam kamar. Tak terima dengan perbuatan keduanya, sekira pukul 14.00 WIB, Lenny ditemani Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan pun membuat laporan resmi ke Polresta Medan dengan bukti nomor STTLP/210/I/2014/SPKT Resta Medan.

“Kecewa aku sama sumaiku, sudah tua masih selingkuh juga. Padahal anak-anak sudah besar," kesalnya dengan mata berkaca-kaca.

Masih kata Lenny yang berstatus istri kedua itu, selama dua tahun belakangan ini hubungannya dengan Hendri memang kurang harmonis. “Apalagi saya sempat ke Malaysia untuk bekerja. Suami saya pengusaha gula di Sabang, sementara wanita selingkuhannya (Sunarti) dari Jawa sana. Saya sudah malas cerita ini bang,"ucapnya sembari berlalu.

Pantauan POSMETRO MEDAN, keduda pasangan selingkuh tersebut masih menjalani pemeriksaan intensif di unit PPA Polresta Medan. Tapi sayang, saat dikonfirmasi Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Medan, AKP Ulli Lubis malah enggan memberi keterangan. Ia malah mengarahkan wartawan meliput judi dan korupsi.

"Kasusnya saya belum tau, lagian buat apa kalian liput geleng-geleng (kecil-kecil-red) gini, kan banyak yang besar seperti judi dan korupsi. Kesanala kalian liput,"ucapnya pada kru koran ini.

Selain itu, Ulli yang belum genap sebulan duduk jadi kanit itu sempat mengelabuhi wartawan dengan mengarahkan ke piket Reskrim. "Coba tanya piket sana, di sini belum ada diperiksa yang kalian tanya itu. Atau mungkin masih dibawa ke Polres,"ujarnya sembari menonton TV.

Berangkat dari arahan Ully, wartawan pun menanyakan ke piket yang hanya berjarak 20 meter dari ruangannya."Memang ada , tapi keduanya (pasangan mesum itu) sudah diperiksa di Unit PPA, silahkan cek ke sana bang, lagian dari dini hari tadi itu,"jawab petugas piket.

Melihat sikap tertutup kanit PPA yang diduga akan 86-kan kasus tersebut, Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Jean Calvijn Simanjuntak sontak terkejut dan berang. "Masa dia (AKP Ulli) ngomong begitu? Nanti saya panggil dia, kok unit lain yang diurusin," ungkapnya dengan nada tinggi. (gib/deo)

Video Mesum Ibu Guru dengan Tukang Ojek Hebohkan Sikka

MAUMERE - Lagi-lagi video mesum hebohkan warga Kabupaten Sikka. Sebelumnya, adegan mesum dilakoni suami-istri berinisial PM dan MD, kini oleh oknum guru berinisial FT dan selingkuhannya GD, yang berprofesi sebagai tukang ojek. Berlokasi di Kecamatan Doreng, adegan layak sensor ini direkam menggunakan handphone (HP).

FT adalah oknum guru SD di Desa Kloangpopot, Kecamatan Doreng. Sementara GD, oknum tukang ojek tinggal di Desa Wolomotong, Kecamatan Doreng. Adalah TA, suami FT, yang menemukan 'film' ini pada memori HP istrinya. Kini, video mesum yang ditemukan TA telah dilaporkan kepada Polsek Bola dan sedang dalam proses pemeriksaan.

Kapolres Sikka, AKBP Budi Hermawan, SIK, melalui Kapolsek Bola, Aiptu Frans Somba Say, dikonfirmasi Pos Kupang (Tribunnews.com Network) per telepon dari Maumere, Kamis (13/2/2014), membenarkan ada kasus tersebut.

Ia menjelaskan, kasus video mesum ini terungkap berawal dari TA--suami oknum guru FT di Doreng yang selingkuh dengan GD--mendapatkan memori HP Samsung sang istri pada tanggal 27 November 2013, pukul 22.20 Wita.

"Kami sedang tangani kasus video mesum tersebut. Suami pelaku sudah lapor ke Polsek Bola. Kami sedang periksa saksi-saksi," kata Frans.

Ketika memori HP itu dibuka TA, ternyata di dalamnya berisi adegan mesum istrinya dan selingkuhannya. Tidak puas, TA mengadukan kasus itu ke Polsek Bola.

"Suami FT lapor ke Polsek Bola. Kami sikapi dengan melakukan pemeriksaan. Masalah ini juga pernah diselesaikan para tokoh masyarakat di Doreng, namun tak berhasil," papar Frans.

Frans mengungkapkan, TA dan FT sudah menikah dan memiliki anak. Namun anak mereka meninggal dunia dalam usia enam hari. Penjelasan dari FT, dia selingkuh dengan GD karena sudah ada kesepakatan dengan suaminya untuk mencari anak.

"Kami sudah mendatangi tempat kejadian perkara dan menyita HP milik istri FT," ujar Frans.

Sebelumnya, video mesum pasangan suami-istri berinisial PM dan MD menggegerkan warga Kota Maumere. Video panas layak sensor berdurasi 19 detik itu sudah menjadi tontonan gratis dan menjadi 'layar tancap' di tempat-tempat umum.

Video itu diproduksi di salah satu rumah dinas tempat PM-MD tinggal di Kelurahan Beru, Kecamatan Alok Timur, Sikka. Adegan porno PM-MD yang sudah dikaruniai tiga orang anak ini berujung pada laporan ke Polres Sikka dan pemecatan tenaga tenaga honor tersebut oleh Bupati Sikka.

Berbagi Budaya ala ITB dan Kookmin University

Bandung, Jabar - Sebagai penutupan acara pertukaran pelajar internasional, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB (SITH ITB) dan College of Forest Science, Kookmin University, Korea Selatan menyelenggrakan Cultural Night. Cultural Night tersebut diadakan pada Minggu (09/02/14) di Gedung Serbaguna ITB Jatinangor.

Acara Cultural Night tersebut merupakan acara puncak dan penutup atas terselenggaranya pertukaran pelajar internasional mahasiswa Kookmin University ke SITH ITB selama seminggu penuh. Para mahasiswa SITH ITB dan Kookmin University saling menampilkan budaya dari negara masing-masing. Mahasiswa SITH ITB menampilkan berbagai tari tradisional, angklung, ngawih, dan vocal group yang membawakan lagu-lagu daerah. Berbagai tari tradisional tersebut diantaranya Tari Saman (Aceh), Tari Merak (Jawa Barat), Tari Topeng (Jawa Barat), dan Tari Lenggang Nyai (Jakarta). Sedangkan, tim angklung membawakan lagu Manuk Dadali (Jawa Barat) dan I Think I love You (Korea) sebagai persembahan pada mahasiswa Korea.

Tak mau kalah dengan mahasiswa Indonesia, para mahasiswa Kookmin University pun menampilkan tarian K-POP untuk menghibur mahasiswa Indonesia. K-POP atau Korean Pop merupakan jenis musik yang memang sedang populer sampai pada level dunia. Selain itu, para mahasiswa Korea juga membawakan lagu-lagu pop Korea.

Sebelum Cultural Night, mahasiswa SITH ITB dan Kookmin University pun diajak berinteraksi melalui permainan tradisional antara dua negara. SITH ITB menghadirkan permainan Makan Kerupuk, Balap Karung, dan Sendok Kelereng yang lekat dengan Indonesia untuk diperkenalkan. Sedangkan Kookmin University juga memperkenalkan permainan tradisional Korea yaitu Yout Nol E, Jegi Chagi, and Bisuk Chiki.

Acara tersebut semata-mata untuk mengenal dan mempelajari kebudayaan dari masing-masing negara. Selain itu mempererat hubungan baik antara SITH ITB dan Kookmin University "Acara ini sangat bagus. Saya sangat menikmatinya dan ternyata kebudayaan Indonesia sangat luar biasa. Benar-benar malam yang menyenangkan untuk saya", ujar Sora salah satu mahasiswi Kookmin University.

Tim Tari Tradisional Wakatobi Meriahkan Pameran Budaya di Australia

Kendari - Tim tarian tradisional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Kamis, bertolak ke Australia untuk memeriahkan malam pameran budaya di Negeri Kanguru tersebut, yang berlangsung pada 14--17 Februari 2014.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wakatobi Tawakal melalui telepon dari Jakarta, Kamis, mengatakan tim tarian tradisional yang berangkat ke Australia tersebut, terdiri atas 15 penari dan beberapa pendamping, termasuk Bupati Wakatobi Hugua.

Ia mengatakan, tarian tradisional Wakatobi yang akan mengisi acara utama dalam pameran budaya di Australia tersebut, adalah Tari Lariangi.

Tarian tersebut, kata dia, merupakan tarian leluhur masyarakat Wakatobi yang keasliannya hingga saat ini masih tetap dipertahankan.

"Tarian tradisional yang masih asli ini, biasanya dimainkan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan daerah," katanya.

Oleh karena keaslian itu, kata dia, Tari Lariangi telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

"Saat ini Pemerintah Kabupaten Wakatobi sedang mengusulkan Tarian Lariangi ke Unesco di Paris, untuk mendapatkan pengakuan sebagai tarian Warisan Dunia," katanya.

Solo Carnaval Suguhkan Wayang Kolosal Libatkan 1.000 Orang

Solo, Jateng - Rangkaian perayaan hari jadi Kota Solo Ke-269 bakal lebih semarak dengan hadirnya pertunjukan wayang kolosal. Pementasan yang digelar di pelataran Benteng Vastenburg, Minggu (16/2/2014) malam, akan menampilkan lakon Darmaning Satrio.

Berbeda dengan pementasan wayang konvensional, petunjukan perdana wayang kolosal ini dibuat tanpa dialog. Sepanjang pertunjukan, penonton akan dikawal narasi yang dibacakan dengan Bahasa Indonesia. Sebanyak 1.000 orang dari Gedung Wayang Orang Sriwedari, Wayang Orang RRI, sanggar tari, komunitas seni, seniman, dan pelajar dilibatkan dalam pertunjukan ini.

Sebelum tampil membawakan fragmen cerita Karna Tanding, para pemain dan pengrawit yang mengisi gelaran Solo Carnaval, akan diarak dari Ngarsopuro menuju venue pementasan di Koridor Jenderal Sudirman, mulai pukul 19.00 WIB.

Ketua Penyelenggara, Bambang Suhendro, mengatakan pementasan dengan kemasan baru ini untuk memberikan alternatif hiburan bagi warga. Menurut Bambang, wayang sebagai obyek kesenian tradisional yang membutuhkan pelestarian, memerlukan inovasi agar tidak ditinggalkan penonton.

“Ini gambaran baru pementasan wayang di Solo. Konsepnya berbeda dengan wayang pelataran. Diawali dengan karnaval, para pendukung acara seolah-olah diajak maju ke medan laga,” ujarnya kepada wartawan di Balai Kota Solo, Rabu (12/2/2014).

Secara terpisah, Sutradara Pementasan Wayang Kolosal, Agus Prasetyo, mengungkapkan lakon Darmaning Satria sengaja dipilih untuk memperingati hari jadi Kota Solo sebagai cermin bagi para abdi negara. Menurutnya, pertunjukan ini akan lebih menonjolkan karakterisasi Karna yang total mengabdi untuk negaranya.

“Ceritanya akan lebih banyak mengambarkan pengabdian Karna. Seperti halnya abdi negara yang mengabdi penuh dedikasi dan tidak korupsi, cerita ini sengaja saya tampilkan untuk mengritisi kondisi sosial akhir-akhir ini. Banyak abdi negara yang mengalami kemerosotan moral. Mereka lupa fitrahnya yang harus mengabdi untuk kebenaran, bukan golongan atau pribadi,” tandasnya.

Agus membeberkan pertunjukan wayang kolosal yang menggabungkan sendratari dan wayang orang ini bakal penuh kejutan. “Nanti akan ada perang panah, ogoh-ogoh dari Manahan, dan siswa-siswi SMA yang menari Caisar saat limbukan,” ungkapnya.

Menurut Agus, pementasan yang melibatkan banyak kalangan ini telah dipersiapkan sejak dua bulan yang lalu. “Ide pementasan yang berbeda ini datang dari Pak Wali [Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo]. Lalu kami mulai observasi untuk cerita. Latihan intensif sudah dimulai sejak dua pekan lalu,” pungkasnya.

Sebelum menyelenggarakan Solo Carnival, Pemkot Solo terlebih dahulu menggelar Konser Gamelan Akbar pada Sabtu (15/2) malam dan Festival Jenang pada Sabtu-Minggu (16-17/2) pagi untuk menyambut hari jadi bertema Solo Bersih dan Berbudaya ini.

Sultan Menjaga Budaya Tanpa Imbalan

Yogyakarta - Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai raja Kraton Yogyakarta dan Sri Paduka Paku Alam XI sebagai adipati kadipaten Pura Pakualaman berfungsi sebagai penjaga warisan dan pengembang kebudayaan kedua lembaga warisan leluhur tersebut.

Berdasarkan Pasal 11 huruf d UU Nomor 13/2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki hak konstitusional mendapatkan protokoler dan keuangan alias honor dalam kapasitas penguasa tradisional tersebut. Hak konstitusional tersebut menjadi masalah dari sudut pandang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehingga pengageng Kesultanan dan Pakualaman menolak untuk menggunakan haknya. Keduanya pun mengembalian honor sebagai raja dan adipati.

Iktikad anti korupsi Sultan dan Paku Alam diperlihatkan pada akhir tahun 2013, keduanya menanyakan kepada KPK apakah sebagai raja dan adipati boleh menerima honor dari dana keistimewaan.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat KPK merespon pertanyaan Sri Sultan dengan mengirim surat rekomendasi ke Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah DI Yogyakarta akhir Januari 2014.

Berdasarkan kajian terhadap Undang-Undang Nomor 13/2012 tentang Keistimewaan DI Yogyakarta, KPK menemukan indikasi bahwa ketentuan tentang hak protokoler dan keuangan terhadap raja yang di dalamnya juga melekat jabatan gubernur dan adipati yang menyandang tugas wakil gubernur tidak sejalan dengan Pasal 38 UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 109/200 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut telah diatur hak protokol dan keuangan gubernur dan wakil gubernur. Meskipun tidak mengatur jabatan penguasa tradisional, undang-undang tentang kepala daerah dan peraturan pemerintah yang harus dijadikan pegangan Sri Sultan dan Paku Alam dalam hak keuangan.

Berdasarkan usulan DPRD dan pemerintah DI Yogyakarta raja dan adipati, keluarga dan abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Pura mendapat honor. Raja mendapat Rp3,8 juta per bulan, permaisuri Rp3,4 juta per bulan. Jatah permaisuri setara dengan honor adipati Puro Pakualaman.

Honor dari dana keistimewaan diberikan juga kepada keluarga, misalnya KGPH Hadiwinoto menerima Rp 3,2 juta per bulan, limka putri raja masing-masing mendapat honor iRp 3,02 juta per bulan.

KPK "menghalalkan" honor yang diberikan kepada anak dan keluarga raja serta prajurit, sebaliknya KPK mengharamkan raja dan adipati menerima honor dana keistimewaan. Pertimbangan KPK menghalalkan keluarga menerima honor dana keistimewaan karena mereka masuk kategori abdi dalem dan bukan pejabat negara. Yang sedikit berbeda perlakuan permaisuri raja, GKR Hemas, yang berstatus pejabat negara (anggota Dewan Perwakilan Daeah), tetap "dihalalkan" menerima honor dana keistimewaan.

Honor bagi raja, keluarga dan abdi dalem dilaksakan rutin. Sebagai pemohon dan pengguna anggaran adalah DPRD dan pemerintah daerah DI Yogyakarta. Usulan dana didasarkan hasil rapat anggaran di parlemen.

Berdasarkan pernyataan Kepala Bappeda DI Yogyakarta Tavip Agus Rayanto, dana keistimewaaj 2014 sekitar Rp 600 miliar lebih, akan naik menjadi Rp 1,2 triliun pada 2015. Ini bermakna bahwa penjagaan warisan budaya berlangsung secara berkesinambungan dari tahun ke tahun.

Selama KPK melarang, dana itu tidak akan dinikmati oleh raja dan adipati yang notabene sebagai simbol penguasa tertinggi yang mengoordinasikan para pelaksana penjaga warisan budaya. Raja dan adipati dalam konteks hak pendaan seperti tercekat oleh inkonsistensi konstitusi, akibatnya mereka boleh mengabdi tetapi tidak boleh menikmati manisnya pengabdian.

Wartawan ASEAN Nikmati Malam Budaya di Palembang

Palembang, Sumsel - Puluhan wartawan yang tergabung dalam Konfederasi Wartawan ASEAN (CAJ) menikmati malam seni budaya tradisional di salah satu hotel berbintang di Kota Palembang, Sumatera Selatan, Selasa.

Malam seni budaya tradisional Indonesia merupakan rangkaian kegiatan pelatihan dan seminar serta tanda dimulainya program Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik ASEAN atau CAJET yang segera dibangun di Kota Palembang yang ditargetkan selesai pada 2015.

Puluhan wartawan perwakilan dari Indonesia dan sembilan negara ASEAN lainnya berada di Palembang sehubungan mengikuti pelatihan dan seminar jurnalistik yang digelar CAJ atas kerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan selama tiga hari pada 10 - 12 Februari.

Dalam acara malam seni budaya tradisional itu, Gubernur Sumsel Alex Noerdin didampingi istri Eliza tampak berbaur bergembira bersama para wartawan dan pengurus CAJ seperti Benny Antiporda, Akhmad Kusaeni, dan Rahmad Nasution, menikmati suguhan sejumlah tarian dan lagu daerah serta dan menyanyikan beberapa lagu kesayangannya.

Sementara Sekretaris Tetap Konfederasi Wartawan ASEAN (CAJ) Akhmad Kusaeni menjelaskan, kegiatan itu diawali dengan jamuan makan malam (welcoming dinner) di Rumah Dinas Gubernur Sumsel Alex Noerdin sekaligus penjelasan mengenai potensi daerah oleh pemimpin provinsi itu.

Kemudian "workshop" dengan panelis di antaranya Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, dan Gubernur Sumsel Alex Noerdin.

Setelah mengikuti pelatihan, seminar, dan malam seni budaya tardisional ini, pada hari terakhir Rabu (12/2) seluruh peserta diajak melakukan kunjungan ke Jakabaring Palembang yang menjadi cikal bakal lokasi sekolah jurnalistik ASEAN.

Kawasan Jakabaring merupakan pusat fasilitas olahraga bertaraf internasional yang pernah dipakai untuk SEA Games 2011 dan "Islamic Solidarity Games 2013" yang masih tersedia lahan yang sangat luas untuk dibangun berbagai fasilitas CAJET, kata Kusaeni yang juga Direktur Pemberitaan Perum LKBN Antara itu.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin pada kesempatan acara malam seni budaya mengatakan, pihaknya menyambut baik dipilihnya Kota Palembang sebagai tempat pendidikan dan pelatihan wartawan ASEAN, dan berharap semua peserta selama berada di daerah ini dapat merasa senang dan membawa kesan baik yang bisa dipromosikan di negara masing-masing.

Untuk mewujudkan pembangunan CAJET itu, pihaknya berjanji mewujudkannya dalam waktu dua tahun terhitung mulai Februari 2014 ini, dan para wartawan yang hadir saat ini bisa kembali lagi ke Palembang untuk menyaksikan peresmian pusat pendidikan dan pelatihan wartawan itu, kata gubernur.

Jilbab Jadi Budaya Bangsa

Jakarta - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menilai jilbab adalah budaya bangsa ini. Polwan yang ingin berjilbab harus diberikan kemudahan. Mereka ingin menjalankan keyakinannya sekaligus melestarikan budaya bangsa ini.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nasir, menyatakan pihaknya dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan persoalan jilbab Polwan. Sebenarnya, jelas Haedar, kalau Polri mendasarkan pijakannya pada konstitusi, maka hal ini akan menjadi sederhana. “Ini hak beragama. UUD menjamin hal itu,” imbuhnya, saat dihubungi, Rabu (12/2). Jilbab juga menjadi hak budaya bangsa ini yang mayoritas muslim.

Dia menyatakan Polri harus bertindak cermat dan konstitusional. Berjilbab bagi siapapun, termasuk Polwan, adalah hak mendasar. “Beri hak berjilbab. Atur model dan warnanya sesuai dengan tren Polri,” jelas Haedar. Muhammadiyah akan terus mengawal hal ini agar segera ada sikap jelas Kapolri. Muhammadiyah sebagai kekuatan keagamaan dan moral, kata Haedar, meminta Kapolri segera mengatur soal jilbab Polwan.

Sampai saat ini, pihaknya menilai Polri belum punya keinginan politik untuk mengakhiri problem krusial tersebut. Sikap Polri dinilainya masih sangat kaku terkait jilbab polwan. Polri dinilainya masih belum membuka diri. Akhirnya, Polwan yang mau berjilbab mengalami kendala.

Konser Gamelan Akbar Digelar di Benteng Vastenburg Solo

Solo, Jateng - Sebuah komunitas yang peduli akan kelestarian kesenian tradisional gamelan bernama "Komunitas Lestari Gamelan" akan menggelar sebuah konser akbar di Benteng Vastenburg, Solo, pada Sabtu mendatang (15/2).

"Ya melalui situasi seperti ini kami yang tergabung dalam Komunitas Lestari Gamelan tergerak untuk membangkitkankan kembali kesenian gamelan," kata Ketua Komunitas Lestari Gamelan Begog Joko Winarso, di Solo, Rabu.

Ia mengatakan melalui ajang pertunjukan gratis ini bakal menampilkan tanding gending antara dua komposer kenamaan yang dimiliki Kota Solo, Blacius Subono dan Dedek Wahyudi. Tanding gending menjadi ajang unjuk kreativitas dan kemampuan teknis bagi dua komposer yang telah malang melintang di pentas musik gamelan ini.

"Lewat konser ini penonton diajak menemukan kembali makna gamelan yang seolah-olah sudah tidak ada. Para apresiator juga diajak berziarah budaya untuk melihat pertunjukan dua komposer besar ini," katanya.

Ia mengatakan dalam satu panggung utama gamelan slendro pelog, masing-masing komposer akan menampilkan tiga komposisi garapannya bersama penyanyi Sruti Respati dan kelompok teater tari Sahita.

Dedek Wahyudi bakal menampilkan komposisi Gatra Mutiara, Nusantara Indah, dan Demo Bonang. Sedangkan Blacius Subono akan menampilkan gending klasik, gending yang sempat menjadi branding pariwisata Kota Solo, dan permainan laras slendro pelog bertajuk Lingga-Yoni.

Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyambut baik dengan digelarnya konser gamelan tersebut yang juga sekaligus dalam memeriahkan menyambut hari ulang tahun (HUT) Kota Solo ke 269.

Ia mengatakan setelah konser ini ada kelanjutannya tidak hanya berhenti disini saja. "Untuk menindak lanjuti ini maka Pemkot Surakarta pada anggaran perubahan tahun ini akan menganggarkan dana untuk membeli gamelan di berikan kepada setiap kelurahan yang belum ada," katanya.

Dikatakan dari 51 kelurahan yang ada baru beberapa saja yang memiliki gamelan, tetapi kalau di kecematan seduah memiliki semua. "Melalui pengadaan gamelan ini diharapkan bisa memberikan kegiatan positif kepada masyarakat khususnya dalam pengembangan seni tradisional".

Indonesia Perlu Strategi Kembangkan Kesenian

Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menegaskan Indonesia memerlukan strategi untuk mendukung perkembangan kesenian secara berkelanjutan sehingga menjadi kekuatan dalam negeri sebagai industri kreatif maupun "soft power" pengangkat derajat bangsa.

"Sudah waktunya kita mempunyai strategi untuk mendukung perkembangan kesenian Indonesia termasuk pemberian insentif," katanya di Jakarta, Rabu, dalam acara The Art of Giving Fasilitasi Dunia Usaha untuk Seni Pertunjukan.

Menurut dia, kesenian sangat potensial untuk bisa menjadi kekuatan, sebagai basis industri kreatif yang mampu menyejahterakan masyarakat.

Selain di luar nilai ekonomi, kata dia, kesenian memiliki "soft power" untuk mengangkat derajat suatu bangsa.

"Kami harapkan dukungan yang berkelanjutan dan komprehensif untuk kesenian tidak saja harus dari pemerintah tetapi di banyak negara lain datang dari kerja sama dan kemitraan pemerintah dengan swasta dan masyarakat," katanya.

Dukungan itu, kata dia, diharapkan tidak saja dalam bentuk finansial tetapi banyak cara lain untuk memberikan dukungan yang diperlukan.

Pihaknya mencatat industri kreatif terkait seni rupa nilainya mencapai Rp2 triliun dan seni pertunjukan Rp2,6 triliun, dengan pertumbuhan masing-masing empat persen dan 6,9 persen pada 2013.

Secara keseluruhan sektor ekonomi kreatif dengan 15 sub sektor mengalami pertumbuhan 5,76 persen atau sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,74 persen.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pembina Koalisi Seni Indonesia Goenawan Mohamad mengestimasikan sudah terjadi penurunan jumlah kelompok atau organisasi seni budaya yang pada 2000 ada sekitar 3.800 turun menjadi 2.400 pada 2004.

Sepuluh tahun kemudian atau pada 2013 kemungkinan hanya tinggal 1.000 kelompok kesenian.

Menurut dia, menurunnya jumlah kelompok kesenian itu, antara lain karena kurangnya dukungan dana dan sumber daya lainnya.

"Dalam kesenian ada dua hal, yakni yang bisa dikomersialkan misalnya karya musikal Broadway atau Laskar Pelangi dan yang kedua hal yang tidak bisa dikomersialkan," katanya.

Hal yang tidak bisa dikomersialkan itu termasuk di dalamnya adalah proses menuju produk kesenian itu sendiri yang selama ini justru dinilainya luput dari perhatian.

"Kita pernah punya sekolah kesenian terintegrasi TIM atau museum sinematex pertama di Asia sebelum Jepang. Itulah saya pikir yang kita butuhkan saat ini yakni membiayai proses sebelum produksi," katanya.

Ia mengatakan proses sebelum produksi merupakan suatu hal yang tidak menarik dan tidak bisa dikomersialkan tetapi sangat penting untuk didukung.

Goenawan mencontohkan, laboratorium medis yang meneliti tentang DNA tidak menarik untuk dikomersialkan, tetapi dari situlah akan dihasilkan produk riset yang dibutuhkan seluruh umat manusia.

Pihaknya sangat berharap ada strategis dan langkah untuk mengembangkan kesenian secara lebih menyeluruh dan berkelanjutan.

Drama Musikal Siti Nurbaya, Kasih Deny yang Ahirnya Sampai

Jakarta - Untuk pertama kalinya, koreografer dan penyanyi Denny Malik menyutradarai sebuah drama musikal. Dia mengatakan drama musikal berjudul Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) ini merupakan obsesinya selama dua tahun terakhir. Ia berkeinginan kuat membuat drama musikal dengan latar belakang yang kental dengan budaya Indonesia.

Menurut Denny, awalnya banyak orang mengusulkan agar ia membuat drama tentang Romeo dan Juliet. Namun, dia enggan mengangkat kisah percintaan tragis dari Inggris itu karena ingin melestarikan kisah asli Indonesia.

"Kita akan lebih bangga karena mengangkat karya pujangga Indonesia," kata Denny dalam jumpa media di Jakarta, Senin.

Pertimbangan lain mengangkat kisah percintaan Siti Nurbaya dan Samsul Bahri itu adalah sebagai upaya meneruskan dan melestarikan budaya Indonesia pada generasi muda.

Denny prihatin dengan generasi masa kini yang tidak banyak tahu tentang sastra Indonesia. Dia berharap drama yang digarapnya dapat menjadi salah satu solusi mengimbangi gencarnya penetrasi budaya luar di Indonesia.

"Orang-orang di zaman saya masih banyak dapat materi seperti Layar Terkembang dan Siti Nurbaya di sekolah. Tapi zaman sekarang tidak seperti itu," ujarnya.

"Bahkan sekarang sulit mencari buku Siti Nurbaya. Akhirnya saya dapat di toko buku loak di Kwitang," lanjutnya.

Drama musikal yang diambil dari roman karya Marah Rusli itu akan dikemas secara kekinian dan melibatkan Andi /rif, Ariyo Wahab, Iman J-Rocks, Candil, Dewi Gita, Denada, Leona dan Arro dari The Voice Indonesia, Aria (Samsons) dan Vicky Burky.

Drama musikal Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) akan dipentaskan sebanyak empat kali dalam dua hari di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pementasan berlangsung pada 29 dan 30 Maret pukul 15.00 dan 19.30 WIB. Harga tiket berkisar dari Rp250.000 hingga Rp1,5 juta.

Sambut ‘Bau Nyale’ Ada Pemilihan Putri Mandalika dan Pangeran

Lombok Tengah, NTB - Perayaan core event Bau Nyale yang digelar Pemkab Loteng, tahun 2014 ini akan dikemas berbeda dengan perayaan pada tahun sebelumnya, diantaranya akan digelar pemilihan putri Mandalika dan pangeran.

"Kita akan menggelar lomba pemilihan putri Mandalika dan pangeran yang akan menjadi sejarah baru bagi daerah yang bermotto Tatas Tuhu Trasna ini", kata H. LM. Putrie di Bencingah Adiguna Praya kemarin.

Dijelaskan Mamiq Putrie, panitia perayaan core event Bau Nyale tahun 2014 diketuai oleh Asisten I Sekda Loteng, HM. Amin dan Kadis Budpar sebagai Sekretaris. "Peserta dalam pemilihan Putri Mandalika dan pangeran sesuai yang diminta Bupati Loteng HM. Suhaili FT, peserta pemilihan Putri Mandalika dan pangeran supaya berasal dari semua sekolah, SKPD serta masyarakat", jelasnya.

"Pemilihan Putri Mandalika dan pangeran, bagian dari acara yang cukup menyedot perhatian pengunjung karena bagi yang terpilih akan langsung menjadi pemain dalam drama Putri Mandalika yang akan ditampilkan pada acara puncak perayaan core event Bau Nyale, kegiatan pesta rakyat itu akan dipusatkan di Pantai Serenting Kute Kecamatan Pujut", katanya.

Kaltara Didorong Sebagai Provinsi Budaya

Tanjung Selor, Kaltara - Usai dihelat tiga hari, 7-9 Februari, akhirnya hasil rekomendasi Kongres Kebudayaan Kaltara I menetapkan lima poin. Salah satunya, menjadikan Kalimantan Utara sebagai provinsi budaya di belahan bumi Borneo.

Presiden Bintang Utara, yang juga Ketua Panitia Kongres, Jimmy Borneo merinci lima poin rekomendasi. Pertama, menetapkan Kota Tanjung Selor Bulungan Ibu Kota Kaltara sebagai kota budaya di Kaltara. Kedua, menetapkan Desa Salimbatu, Tanjung Palas dan Teras Baru sebagai desa budaya. Selanjutnya, mewujudkan Provinsi Kaltara sebagai pusat budaya di Kalimantan.

Poin keempat, meminta komitmen kabupaten/kota se utara mendukung provinsi Kaltara sebagai pusat budaya di Kalimantan. Kelima, Pemprov Kaltara melakukan pembinaan berkelanjutan dalam pengembangan kebudayaan Kaltara, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa.

Penetapan rekomendasi itu, menurut Jimmy Borneo, disepakati sejumlah elemen. Di antaranya, Pemprov Kaltara, insan pers, tokoh adat di Kaltara, anggota dewan Bulungan, akademisi, insan budayawan Kaltara, dan Pemkab maupun Pemkot di Kaltara. Hasil kongres itu ditetapkan usai seminar Kebudayaan Kaltara II.

"Lima rekomendasi kongres akan kita kawal ke Pemprov Kaltara maupun pemerintahan pusat," jelasnya, seperti rilis yang diterima ROL, Senin (10/2) malam. Jimmy berharap hasil rekomendasi bisa diseriusi dan ditindaklanjuti pemerintah daerah dan pusat.

Untuk membangun peradaban Kaltara sebagai provinsi yang baru, lanjutnya, pemerintah perlu menguatkan dan mengembangkan budaya nenek moyang. Apalagi, Kaltara kaya akan varian budaya yang diwarisi sejak zaman nenek moyang.

Budaya, sambung Jimmy, mampu menyatukan semua elemen. Sekaligus menancapkan pondasi membentuk embrio peradaban yang beradab. "Kita ingin Kaltara maju melesat, berbudaya dan berkarakter," harapnya, seraya menambahkan apalagi sebagai provinsi garda terdepan NKRI.

‎​Seluruh elemen di Kaltara pun meminta kongres kebudayaan perlu dihelat secara periodik tiap tahun. "Ini sekaligus memonitor hasil rekomendasi agar tuntas," tambahnya.

Tradisi ‘Bau Nyale’ 2014 Dihelat 19 – 20 Februari

Lombok, NTB – Acara puncak core event ‘Bau Nyale’ tahun 2014 akan dilaksanakan pada 19 – 20 Februari 2014. Penentuan tanggal tersebut berdasarkan hasil rapat yang diadakan Pemerintah Daerah setempat yang dilaksanakan di Bencingah Adiguna Praya, belum lama ini.

Dalam rapat itu dihadiri oleh Wakil Bupatu Lombok Tengah, H. Lalu Normal Suzana, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, H. Lalu Putria, Camat Pujut dan sejumlah pemangku (tokoh adat) pelaksana ‘Bau Nyale’ yang dikenal dengan sebutan pemangku empat penjuru mata angin. Pada rapat tersebut juga diputuskan pusat acara akan diadakan di Pantai Serenting Desa Kuta, Kecamatan Pujut.

Wakil Bupati Lombok Tengah, H. Lalu Normal Suzana, yang ditemui usai acara rapat mengatakan, penentuan acara puncak core event ‘Bau Nyale’ dilakukan sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap pelaksana acara ritual adat masyarakat yang diadakan setiap tahun tersebut.

Dari pendapat pemangku adat, pelaksanaan penangkapan cacing laut yang dipercaya oleh masyarakat adat setempat sebagai jelmaan Putri Mandalika itu jatuh pada 19, 29, dan 21 Februari.

“Setelah dipertimbangkan berdasarkan penanggalan sasak dan kesepakatan para pemangku adat, puncak perayaan tahun ini di Kabupaten Lombok Tengah ditetapkan pada 19 dan 20 Februari,” Jelas Normal Suzana.

Rabbani Wahed, Tarian Khas Bireuen yang Perlu Diselamatkan

Bireuen, NAD - Ini dia tarian khas Aceh bernuansa Islam kental asal Kabupaten Bireuen, Aceh. Ya, Rabbani Wahed, asal Desa Pante Rheng, Kecamatan Samalanga—berjuluk kota santri—yang banyak dikisahkan tari ini dilahirkan oleh Abu Syamsyah alias Abu Sab awal 1950-an.

Pantas saja, syair atau bacaan di dalam tarian yang hanya dimainkan oleh para lelaki ini semuanya berisi takbir, tasbih, salawat serta puji-pujian kepada Allah dan rasulnya. Kalaupun ada kalimat dalam bahasa Aceh itu juga merupakan kalimat pujian yang diterjemahkan ke dalam bahasa daerah tersebut sambil memadukan dengan gerakan yang unik namun penuh heroik melebihi Seudati maupun Saman.

Penuturan Ketua Sanggar Seni Rabbani, Desa Pante Rheng, Muzakkir, tarian Rabbani tersebut saat ini sudah dikenal hingga ke mancanegara, seperti Turki dan Malaysia. Bahkan mereka beberapa kali sudah diundang ke Malaysia untu mengisi acara-acara kenegaraan di sana.

“Tahun 2002 mewakili Indonesia ke Turki, selanjutnya 2011 pernah diundang TV Alhijrah Malaysia dalam acara pengambilan gambar titian ombak, serta beberapa acara baik di beberapa provinsi di Indonesia maupun luar negeri,” jelas Muzakkir, Minggu (9/2/2014).

Menurut Muzakkir, dalam penampilan ke luar negeri tersebut selalu mendapat pujian serta kekaguman dari para penonton yang menyimak syair maupun gerakan para penarinya. Sebanyak sembilan orang penari didampingi Syeh Radar sebanyak dua orang, mereka dilatih keras untuk bisa mahir menarikan tarian terbilang sulit itu.

Sekilas, saat klimaks tarian ini ditampilkan, ada gerakan-gerakan yang mana pada pada saat doa penutup para penari benar-benar larut dalam doa sehingga seperti tidak sadarkan diri, namun itu sebenarnya larut dalam doa atau benar-benar menyerahkan diri kepada Allah sambil mengucapkan tahlil atau Lailahaillallah terus menerus dengan kusyuk, sehingga mereka semua tergeletak seperti tak sadarkan diri.

Ditambahkan Muzakir, dirinya akan melakukan penyelamatan terhadap kesenian daerah ini agar tidak diklaim oleh pihak lain. “Kita akan mengurus perizinan seperti akte notaris dan lain sebagainya, agar rabbani wahed menjadi tarian khas asal Samalanga, Bireuen, sehingga diketahui masyarakat luas,” katanya.

Masyarakat Yunani Puji Keunikan Siomay dan Kolak

London, Inggris - Masyarakat Yunani memuji keunikan dan kelezatan kuliner Indonesia berupa siomay, sate lilit dan kolak pisang yang disajikan dalam pameran the 7th International Gastronomy Forum yang digelar oleh Chefs Club of Greece, Athena, Yunani.

Para chef atau juru masak terkemuka di Yunani dan pengunjung stan Indonesia memuji keunikan dan kelezatan beberapa kuliner itu, ujar Sekretaris Satu Pensosbud KBRI AThena John Admiral kepada Antara London, Senin.

Dikatakannya para pengunjung setelah mencicipi kuliner Indonesia yang disajikan oleh KBRI Athena memuji makanan siomay, sate lilit dan kolak pisang dengan mengatakan "monadika..! nostima fagita" (makanan yang unik dan lezat).

KBRI Athena berpartisipasi dalam the 7th International Gastronomy Forum yang diikuti oleh tujuh negara. Tiap negara peserta disyaratkan menampilkan tiga kuliner tradisionalnya masing-masing dengan bahan baku yang mudah didapatkan di Yunani.

Duta Besar RI untuk Yunani Benny Bahanadewa mengatakan acara semacam ini adalah sarana yang tepat untuk strategi promosi kuliner Indonesia di luar negeri. Makanan Indonesia diharapkan dapat menjadi bagian dari khasanah kuliner global khususnya masakan di Yunani.

Menurut Dubes Benny Bahanadewa, saat ini kuliner telah dimanfaatkan secara luas oleh banyak negara sebagai salah satu bentuk strategi diplomasi publik yang efektif untuk memperkenalkan budaya masing-masing bangsa/negara.

Kontes Kecantikan ala Suku Mandar Kembali Digelar

Majene, Sulbar - Kontes kecantikan gadis ala suku Mandar kembali digelar di Majene, Sulawesi Barat, Sabtu (8/2/2014). Puluhan gadis cantik dari berbagai pelosok desa yang mengikuti kompetisi tahunan ini diarak dengan Sayyang Pattuddu atau kuda yang pandai menari mengikuti irama tetabuhan grup rebana yang menyertainya.

Kalindagdag atau seniman pantun khas Mandar yang setia mengawal peserta di sepanjang rute jalan terus menyanjung gadis cantik andalan mereka yang diperlombakan dalam festival ini.

Suasana kontes kecantikan khas suku Mandar ini tampak meriah. Para peserta kontes merupakan gadis pilihan dari berbagai pelosok desa dan kota di Majene untuk tampil di ajang bergengsi bagi warga suku Mandar ini. Setiap peserta terdiri dari satu grup rebana, Pakalindakdag atau seniman pantun khas Mandar, dan Sayyang Pattuddu atau kuda yang pandai menari lengkap dengan gadis cantik.

Dengan berbusana khas Mandar dan berdandan cantik layaknya calon pengantin, para gadis ini berlomba mencuri perhatian dewan juri dan para penonton agar bisa terpilih menjadi peserta terbaik dan mengalahkan peserta dari dusun dan kecamatan lain. Fokus penilaian tak hanya mengandalkan kecantikan semata. Faktor keberanian peserta menuggang kuda yang ditunjang dengan kemampuan kuda menunjukkan keterampilan menarik, juga menjadi penilaian penting untuk menjadi juara dalam festival kecantikan ala suku Mandar ini.

Tata rias peserta dan kekompakan tim rebana, termasuk Kalindagdag atau seni pantung yang mengiringi setiap peserta, juga menjadi fokus penilaian untuk menentukan peserta terbaik dalam kontes tahunan ini.

Kontes kecantikan serupa juga rutin digelar warga suku Mandar di berbagai kabupaten di Sulawesi Barat seperti Polewali Mandar, Mamuju dan Majene. Ribuan penonton yang tumpah di sepanjang rute jalan yang dilalui peserta tidak hanya memacetkan jalan-jalan desa, tetapi juga jalan protokol seperti jalur trans Sulawesi.

Kontes ini memperebutkan hadiah berupa piagam, dana pembinaan dan lainnya. Namun bagi mereka, hadiah bukan tujuan utama dalam mengikuti kontes ini. Rasa bangga dan senang menjadi juara dalam kontes kencatikan itu lebih penting daripada hadiah.

Panitia pelaksana kontes, Marzuki mengatakan, kontes bergengsi di Majene ini selalu menyedot perhatian ribuan wisatawan lokal dan luar daerah. Bahkan kegiatan ini juga menarik perhatian wisatawan asing di sepanjang rute yang dilalui peserta kontes.

“Pemerintah sedang berupaya mengangkat tradisi khas Mandar ini menjadi salah satu aset wsiata lokal yang diharapkan bisa menyedot perhatian wsiatawan, termasuk wisatawan asing untuk datang ke daerah ini,” ujar Marzuki.

Kawung Akan Tampil di Thailand Ajarkan Seni Budaya Jawa

Yogyakarta - Mengajarkan seni budaya dan kearifan lokal, komunitas Kawung aktif datang ke beberapa sekolah dan komunitas di Yogyakarta. Tidak hanya di dalam kota saja, mulai 10 -17 Februari 2014 komunitas ini akan menggelar misi budaya ke Thailand.

Dalam kesempatan ini, Kawung diundang oleh Suphanburi College of Dramatics Art, Thailand untuk menampilkan pertunjukan seni budaya Yogyakarta. Selain itu mereka juga memberikan workshop mengenai tari klasik Yogyakarta, Sendratari Ramayana dan kesenian rakyat Banyumas.

Menurut Denny Eko Wibowo selaku Pimpinan Rombongan Kawung, Sendratari Ramayana menjadi sajian utama dalam misi kebudayaan ini. Ia mengatakan, kisah Ramayana merupakan ’common ground’ nusantara dan juga Thailand. "Ada kesamaan akar budaya antar kedua negara, selain itu dengan adanya perbedaan juga untuk saling mengenal," jelasnya.

Saat ini Thailand sedang marak dengan demonstrasi dan kondisi politik yang kurang stabil, karenanya jalur seni budaya seolah menjadi oase yang senantiasa mempererat hubungan kekerabatan antar manusia. Selain menampilkan dan mengajarkan tentang tari dan drama dari seni budaya jawa, delegasi Kawung terdiri dari 10 orang ini juga akan bergantian belajar tentang seni tari dan kisah ramayana versi Thailand.

Kegiatan ini diinisiasi oleh para pengajar, dan pelaku seni yang memiliki minat dan kepedulian

betapa pentingnya transfer pengetahuan seni budaya terhadap generasi muda. Para delegasi kebudayaan ini adalah delegasi Ganes Setya Aji, Ganang Sapta Aji, Ari Kusuma, Ayu Pratiwi, Tri Jaka, Apriyani, Anggoro Budiman, dan Galih Prakasiwi.

Kawung sendiri merupakan wadah seni budaya dan kearifan lokal. Sebuah komunitas yang mengajarkan ke siswa-siswa dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi mengenai seni budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tenun, Phinisi, Tari Bali dan Taman Mini Antre Usulan Warisan Budaya Dunia

Jakarta - Empat warisan budaya nasional diusulkan menjadi warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO. Keempat warisan budaya nasional ini akan diusulkan satu persatu ke UNESCO terhitung mulai 2014.

Seperti dikutip dari laman setkab, disebutkan empat warisan budaya nasional itu adalah Taman Mini Indonesia Indah yang akan diusulkan tahun ini, Tari Bali 2015, Perahu Phinisi 2016, dan Tenun Indonesia 2017.

Diah Harianti, Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), mengatakan setiap tahun tiap negara hanya boleh mengusulkan satu warisan budaya ke UNESCO. Usulan itu pun mesti dilengkapi dokumen pendukung berupa dokumen tertulis dan video dokumentasi.

Ia menegaskan, keterbatasan dalam jumlah usulan warisan budaya nasional ke UNESCO, bukan berarti jumlah penetapan warisan budaya nasional berkurang. Sebaliknya, dari 2.700 warisan budaya yang telah tercatat saat ini harus terus bertambah jumlahnya.

“Kita harus sebanyak-banyaknya menetapkan budaya nasional. Target tahun ini 1.000 warisan. Yang sudah ditetapkan tahun lalu 77 warisan, target tahun ini minimal 70 lagi,” jelasnya.

Menurut Diah, pemilihan urutan usulan dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan. Warisan budaya, sebisa mungkin harus mewakili setiap wilayah di Indonesia. Pertimbangan lain, budaya yang diusulkan seyogianya memiliki nilai dan kesakralan yang tinggi.

“Misalkan, di Sumatera kita punya Tari Saman dari Aceh, di Papua kita punya noken, di Jawa ada angklung, keris, selanjutnya akan diusulkan tari Bali, perahu Phinisi mewakili Sulawesi, dan tenun Indonesia,” tuturnya.

Pertimbangan wilayah tersebut, kata Diah, disebabkan ragam budaya di Indonesia luar biasa banyaknya, sedangkan kuota untuk didaftarkan ke UNESCO sangat terbatas. Hanya satu usulan setiap tahun. Menyikapi hal tersebut, diperlukan pendekatan kewilayahan agar semua wilayah bisa terwakili.

Selain wilayah, nilai yang terkandung dalam sebuah warisan harus tinggi. Tari Bali misalnya, kata dia, yang akan diusulkan pada 2015 mendatang, selain mewakili wilayah Bali, tari Bali dipilih karena nilai kesakralannya tinggi. Masyarakat Bali menjunjung tinggi budayanya salah satunya lewat tarian.

-

Arsip Blog

Recent Posts