Sepasang Guru Mesum, Diarak ke Kantor Lurah

MEDAN (Pos Kota) – Akibat melakukan mesum, sepasang guru Sekolah Dasar (SD) harus menanggung malu saat digrebek warga dan diarak ke Kantor Lurah.

Kejadian itu Rabu (3/10) di kediaman LN, Jalan Pahlawan, Medan. LN merupakan guru olahraga di SDN di Kelurahan Petisah, Medan. Sedangkan RZ, guru di salah satu SDN di Kawasan Jalan MH Yamin, Medan.

Awal penggerebekan saat seorang warga curiga melihat kedatangan seorang laki-laki bernama RZ mengendarai mobil Toyota Kijang Innova BK 1585 KS ke rumah LN, sekitar pukul 01.00 Wib.

“Saya curiga melihat laki-laki masuk malam-malam ke rumah ibu itu. Lalu saya memanggil warga lainnya untuk melakukan pengintaian,”kata Rusli, satu warga.

Tak lama kemudian mereka melihat sepasang guru ini sedang asyik berpelukan sambil tertawa cekikan. Dan akhirnya RZ dan LN melakukan hubungan badan.

Lalu, warga menggrebek rumah tersebut dan keduanya diarak warga ke Kantor Lurah Pahlawan yang tak jauh dari lokasi. Karena kesal warga meminta agar pasangan itu segera dinikahi.

“LN merupakan seorang janda yang ditinggal meninggal suaminya. Sedangkan RZ juga dikabarkan merupakan pria beristri,”ujar Rusli. (samosir)

Dua Laki Satu Perempuan Mesum Diarak Warga

SURABAYA(Pos Kota)-Puluhan warga Dusun Kedung Pring, Desa Jampirogo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur mengerebek kamar kos di dusun setempat, Jumat (21/6)dini hari. Di dalam kamar kos, warga menemukan, dua laki-laki dan perempuan sedang berbuat mesum.

Ketiganya masing-masing, KRA,17, warga Kecamatan Jetis, Dwi Hernawan,24 warga Desa Daleman, Kecamatan Sooko dan Ahmad Faisal,20 warga Desa Daleman, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Saat digrebek, kedua remaja laki-laki berusaha menyembunyikan sang remaja perempuan di kamar mandi. Usai ketiganya tertangkap tangan, ketiganya langsung diarak ke balai desa setempat dengan wajah tertunduk. Ketiganya langsung menjalani pemeriksaan perangkat desa setempat.

Kepala Desa (Kades) Jampirogo, Ahmad Fauzi mengatakan, sebelum digerebek ketiganya sudah sering diperingkatkan warga tentang etika bertamu. “Tapi mereka tetap tidak menghiraukan peringatan warga sehingga warga sepakat mengerebek ketiganya,” ungkapnya, tadi pagi.

Dalam pemeriksaan perangkat desa, lanjut Kades, disepakati jika proses hukum tidak dilanjutkan ke pihak kepolisian. Namun pihak perangkat desa akan memanggil masing-masing orang tua dari ketiga pasangan mesum ke Balai Desa Jampirogo.

“Hasil pertemuan disepakati, kasus tidak dilanjutkan ke polisi tapi hanya memanggil orang tua masing-masing agar mengetahui kejadian tersebut. Ketiganya juga kita kenakan sanksi dengan membayar denda untuk kas desa dan sejumlah material,” jelasnya. (nurqomar/sir)

Diarak Keliling Perumahan, Akibat ‘Tarsan’ Ketagihan

KATA para praktisinya, selingkuh itu mengasyikkan. Buktinya Danuri, 40, dari Bekasi ini jadi ketagihan. Asal suami Weni, 36, tak di rumah, dia menyelinap masuk dan berbagi cinta. Tapi sial, aksi mesum itu ketahuan beberapa malam lalu. Akibatnya Danuri diarak bagaikan tarsan, karena hanya pakai kolor saja.

Sudah banyak sekali contoh kasus di kolom ini, bagaimana pelajaran bagi lelaki subita (suka bini tetangga). Tapi orang yang demen koalisi permanen dengan setan, terus saja memperturutkan hawa nafsunya. Padahal jika dipikir-pikir sebagaimana kata almarhum pelawak Basuki, selingkuh itu enaknya tak seberapa, jika ketahuan malunya luar biasa. Bagaimana tidak? Ngakunya dan penampilannya seperti lelaki alim, ternyata malah dzolim. Itu kan sama saja pencitraan?

Rupanya Danuri belum pernah dapat pelajaran berharga. Ketika istri Warsito, 42, tetangganya begitu mulus bebas dempul, tangannya terasa gatel jika tidak mengganggunya. Wajahnya sih biasa-biasa saja, tapi bodinya meck, nggitar Spanyol. Mana kala dia menatap Ny. Weni, entah mau belanja ke warung, atau dia mau kondangan bersama ibu-ibu komunitasnya, dia jadi bengong kayak ayam kemakan karet. Danuri begitu mengagumi, tapi sekaligus pengin untuk menggumuli.

Di rumah sebetulnya Danuri juga ada istri, yang siap melayani 24 jam, kecuali hari libur nasional. Tapi menurut perasaannya. Wagiyem, 38, istrinya itu sudah kehilangan daya tariknya sama sekali. Beda dengan Weni, dia masih menawarkan sejuta aroma dan gairah. Bukti nyata, asal senggolan tak sengaja saja, langsung seperti ada strom 240 menyengat tubuhnya.

Di kala Danuri sedang menjadi lelaki subita, tiba-tiba ada setan mengajak koalisi permanen, tak peduli siapa pemimpinnya. Jika koalisi permanen dalam politik untuk mengejar kekuasaan, koalisi permanen versi setan memang sekedar untuk mengejar kenikmatan. “Ayo maju saja Bleh, jangan ragu. Paling satu putaran juga kena.” Kata setan memberi motivasi.

Karena tetangga dekat, Danuri memang banyak tahu perkembangan Weni dari waktu ke waktu. Kapan dia sendirian di rumah, kapan pula ada suaminya. Nah, di kala Warsito dines kantor, diam-diam dia main ke rumah Weni. Ngobrol ngalor ngidul tentang keseharian. Uniknya, Danuri ini bisa juga meladeni obrolan kaum ibu sepuyat harga-harga sembako misalnya. Karenanya dia bisa cerita berapa harga cabe keriting, bahkan daging celeng selundupan.

Ketika Weni memberi angin, artinya tak bosan akan obrolannya, mulailah dia berwacana hal-hal yang nyerempet-nyerempet bahaya. Ternyata Weni tidak menghindar. Tahu sudah Danuri bahwa bini Warsito ini bisa dimainkan. Maka begitu situasinya sangat kondusif dan aman secara mantap terkendali, Weni pun disergapnya, hip……dan pasrahlah sampai tinggal mendesah dan terengah.

Sejak itu Danuri jadi ketagihan. Asal suami Weni berangkat ke kantor, dia menyelinap masuk minta jatah. Tapi yang terjadi beberapa lalu sangat berbeda. Ternyata gerak geriknya sudah diperhatikan warga. Maka sebelum Danuri benar-benar mencetak gol, langsung digerebek. Tadinya berdua-dua mau diarak bersama, tapi Weni meratap-ratap minta ada kebijaksanaan.

Ya sudah, akhirnya Danuri saja yang ditelanjangi, maksudnya hanya pakai kolor doang. Dalam kondisi ala tarsan tersebut, dia diarak naik sepeda motor, keliling kampung di perumahan Desa Waluya Kecamatan Cikarang Utara. Untung saja ada polisi melintas, sehingga praktek main hakim sendiri tersebut bisa dihentikan. “Ini negara hukum, jangan sampai main hakim sendiri,” tegur polisi.
Ditangani polisi, takut ada yang hanya dilapan anem, sih. (Gunarso Ts)

Ambon Gelar Pasar Ramadhan di Dua Lokasi

Ambon, Maluku - Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon menggelar pasar murah Ramadhan 1435 Hijriah di dua lokasi yakni desa Poka kecamatan Teluk Ambon dan kelurahan Pandan Kasturi, kecamatan Sirimau.

"Pasar murah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan menjelang hari raya keagamaan, kali ini difokuskan untuk masyarakat di dua kecamatan yakni Teluk Ambon dan Sirimau," kata Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy, belum lama ini.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi masyarakat Ambon yang semakin meningkat berdampak pada masyarakat ekonomi terbatas.

"Kemajuan ekonomi tersebut berdampak pada masyarakat ekonomi terbatas untuk bersaing dengan kondisi tersebut, pemerintah memiliki peranan untuk melihat kondisi masyarakat," katanya.

Jelang hari raya, kata Richard, pelaku usaha menerapkan filosofi dagang yakni meraih keuntungan. Hal ini akan berdampak pada masyarakat ekonomi terbatas.

"Pasar murah ini menyiapkan kebutuhan masyarakat dengan harga di bawah pasaran, sehingga kebutuhan pokok dapat dijangkau," ujarnya.

Ia berharap, masyarakat dapat optimal memanfaatkan pasar murah tersebut guna membeli kebutuhan pokok menjelang hari raya Idul Fitri.

"Saya minta Disperindag untuk memperhatikan hal ini jangan sampai pasar murah ini didominasi oleh pegawai dan masyarakat menengah keatas," katanya.

Sementara itu Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) kota Ambon, Rudy Wattilete menyatakan, untuk kegiatan pasar murah itu pihaknya menyediakan harga subsidi bekerja sama dengan distributor.

Pemkot, katanya menyiapkan anggaran subsidi pasar murah sebesar Rp50 juta dan Rp44 juta untuk kegiatan operasional dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014.

"Kami bekerjasama dengan lima distributor serta perum Bulog untuk menyediakan bahan kebutuhan pokok," ujarnya.

Pasar Ramadhan Jadi Ajang Wisata Kuliner

Sampit, Kalteng - Pasar Ramadhan di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, tidak hanya menjadi tempat berbelanja persiapan buka puasa, juga jadi ajang wisata kuliner.

"Hampir semua kue tradisional ada di Pasar Ramadhan. Di luar Ramadhan, jarang ada yang jual kue-kue seperti itu. Hanya saat bulan puasa seperti ini banyak yang menjualnya," ungkap Ari, warga Sampit, Selasa.

Hampir semua jenis kue tradisional disediakan pedagang. Seperti berbagai jenis bingka, kue lapis, putu mayang, amparan tatak dan lainnya yang dijual dengan harga berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 30.000 per kue ukuran sedang.

Tak hanya umat Muslim, pembeli yang datang sebagian juga non-Muslim yang sudah menganggap tradisi Pasar Ramadhan menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat Kotim yang sudah ditunggu-tunggu setiap Ramadhan.

"Hampir semua kue tradisional ada disediakan. Ini bisa menjadi wisata kuliner bagi masyarakat kita dan tamu dari luar daerah," kata Bupati Kotim, H Supian Hadi.

Saat hari pertama usai membuka Pasar Ramadhan, Supian juga ikut berbelanja di pasar tersebut. Dia terlihat membeli beberapa kue dan masakan untuk berbuka puasa di rumah.

Bagi tamu dari luar daerah, Pasar Ramadhan sangat menarik dan menyajikan suasana menyenangkan sekaligus petualangan memanjakan lidah bagi yang suka berwisata kuliner.

"Tadi malam saya sudah ke sana (Pasar Ramadhan). Kuenya manis-manis. Saya suka," kata Mark Avery, guru di Scoth Grafton High School Australia yang kebetulan berkunjung ke Sampit.

Mark yang merupakan guru bahasa Indonesia di negeri Kangguru itu mengaku senang dengan suasana di Pasar Ramadhan karena menyajikan sesuatu yang berbeda baginya. Dia mendukung kegiatan tersebut dilestarikan.

150 Meriam Siap Berdentuman pada Malam Lebaran

Pontianak, Kalbar - Pemerintah Kota Pontianak bersama berbagai pihak terkait hampir merampungkan persiapan festival meriam karbit. Intinya, festival tahunan itu siap dilangsungkan. Meriam karbit akan menggelegar pada malam Idulfitri.

“Kami siap melaksanakannya. Persiapan sudah 90 persen,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak, Hilfira Hamid, Selasa (22/7).Tahun titik awal festival meriam karbit atau lokasi seremonial berada di Pontianak Timur, tepatnya di Gang Nusa Karya, Jalan Tanjung Raya II. Penentuan titik tersebut adalah hasil dari cabut undi. Lokasi ini juga menjadi perhatian pihak terkait, karena Jalan Tanjung Raya II kerap macet. Kemacetan terjadi sejak Jembatan Kapuas I ditutup bagi kendaraan roda empat dan lebih sehingga arus lalu-lintas berubah ke Jembatan Kapuas II yang membuat Tanjung Raya II padat.

“Setelah kami pikirkan bersama nanti muspida dan tamu akan menggunakan jalur air. Mulainya dari Dispenda Provinsi Kalbar diangkut dengan kapal wisata ke Gang Nusa Karya,” papar Hilfira.Dari rapat terakhir yang digelar, kemarin, Hilfira menyebut semua pihak yang terlibat dalam festival meriam karbit siap melaksanakan dan mendukung. “Pengamanan dari polair, polsek, dan polres semua siap. Instansi lain juga siap,” katanya.

Sekretaris Forum Meriam Karbit Pontianak, Barry Silmon, mengatakan bahwa terjadi perbaikan dalam pelaksanaan festival meriam karbit tahun ini. Sala satunya, tentang penetapan siapa yang menjadi juri karena tahun lalu terjadi protes dari banyak peserta terkait keputusan juri. “Tahun ini kami belajar dari kersalahan. Kami perbaiki. Juri tahun lalu tidak lagi dilibatkan sekarang. Yang jadi juri sekarang mereka yang netral, bukan berasal dari peserta. Ada akademisi, ada profesional, ada juga budayawan,” jelasnya.

Ada kendala yang dialami panitia tahun ini, yakni perihal pendanaan. Jika tahun lalu dari Pemerintah Provinsi Kalbar dapat bantuna, sekarang tidak lagi. “Karena sekarang terjadi perubahan struktur dinas di pemrpov. Dulu kami dapat dari dinas kebudayaan dan pariwisata Kalbar, sekarang kebudayaan bergabung dengan pendidikan sehingga anggarannya tidak ada,” jelas Barry.

Ketua Panitia Festival Meriam Karbit, Zakaria, mengatakan bahwa ada lima kategori penilaian yang dilihat juri, yaitu bunyi, motif meriam, dekorasi panggung/lokasi meriam, kekompakan seragam peserta, serta atraksi seni dan budaya.Tahun ini sudah ada 30 peserta yang mendaftar untuk mengikuti festival meriam karbit. Mereka tersebut di tiga kecamatan, Pontianak Selatan, Pontianak Tenggara, dan Pontianak Timur. “Satu titik minimal lima miriam. Jadi tahun ini ada sekitar 150 meriam, belum lagi ditambah meriam besi yang tidak menjadi peserta,” ujarnya.(hen)

Toraja International Festival 2014: Merayakan Kehidupan Budaya Megalitik

Jakarta - Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai wilayah penting dalam peradaban di dunia. Toraja adalah salah satu yang mewakili jejak peradaban megalitik Nusantara yang mengagumkan.

Untuk melihat budaya tersebut , Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja serta Kabupaten Toraja Utara, menggelar Toraja International Festival 2014 (TIF 2014) pada 11-13 Agustus di Desa Kete Kesu yang telah berumur lebih dari 900 tahun.

TIF 2014 akan diwarnai dengan beragam pertunjukan seni, di antaranya Toraja Opera (Madandan dan Manembong) dan pertunjukan seni internasional dari beberapa negara (Inggris, Amerika Serikat, Zimbabwe, dan Korea Selatan). Menurut Franky Raden selaku music director di TIF 2014, kesenian merupakan alat promosi wisata yang efektif sehingga ini akan dikemas dengan sebaik mungkin.

Satu hal yang baru pada TIF 2014 adalah hadirnya coffee corner yang menyajikan kopi Toraja. Ada juga seminar TIF 2014 yang mengangkat isu peran generasi muda dalam pembangunan budaya lokal dan pariwisata. Kain tradisional Toraja yakni tenun sa’dan pun turut dipamerkan.

Ini adalah tahun kedua TIF diselenggarakan setelah mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat, turis domestik maupun turis mancanegara pada perhelatan tahun lalu. Wakil Bupati Kabupaten Toraja Utara, Frederik Buntang Rombelayuk mengatakan, terjadi peningkatan kunjungan sejak diselenggarakannya TIF 2013.

Kini jumlah wisatawan yang datang ke Toraja mencapai 199 ribu. Pada awal tahun 2014 hingga Juni, jumlah wisatawan nusantara menyentuh angka 50 ribu sedangkan wisatawan mancanegara di angka 4.500.

“Kami optimis pada akhir tahun nanti wisatawan nusantara mencapai 125 ribu dan wisatawan mancanegara mencapai 40 ribu. Toraja sangat ramai dikunjungi pada Juni hingga September,” jelas Frederik pada konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/7/2014).

Lanjut Frederik, masyarakat Toraja sangat antusias dalam menyambut TIF 2014. Mereka sudah menanti ini sejak lama dan bersedia menjaga keamanan serta ketertiban demi kesuksesan festival tersebut.

Kemenperin Gelar Pameran IKM Yogyakarta

Jakarta - Kementerian Perindustrian menggelar Pameran IKM bertajuk Jogja Extravaganza sebagai upaya untuk mempromosikan produk terbaik dari para perajin unggulan Yogyakarta serta meningkatkan kualitas produk industri kecil dan menengah (IKM).

"Kami sangat menghargai prakarsa Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Yogyakarta untuk kembali kerja sama dengan Kemenperin. Semoga melalui pameran ini bisa lebih mempromosikan dan memasarkan produk IKM Yogya agar semakin memasyarakat," kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah di Jakarta, Senin.

Menurut dia, Yogyakarta merupakan barometer produk kerajinan yang kaya kreativitas yang berakar pada budaya dan kearifan lokal. Hal itu, menurut dia, merupakan potensi yang menjadi daya tarik kuat bagi para wisatawan.

Dikatakannya, Yogyakarta memiliki banyak potensi industri kreatif diantaranya industri fesyen, kerajinan, seni pertunjukan dan kuliner.

"Batik adalah komoditas ekspor utama Yogya dengan kekayaan corak batik yang dimilikinya lebih dari 400 macam," katanya.

Sementara dari produk kerajinan, terdapat berbagai kerajinan khas seperti kerajinan kayu dari Desa Kerebet, kerajinan kulit dari Desa Manding dan kerajinan perak dari Kota Gede.

Untuk kuliner, Yogyakarta memiliki banyak makanan khas diantaranya gudeg, bakpia, jadah dan tempe.

Pihaknya pun menyoroti keberhasilan IKM di Kabupaten Sleman yang menyumbang hasil produksi IKM terbesar Yogyakarta pada 2012.

Euis merinci hasil produksi sektor IKM Yogyakarta mencapai Rp241 miliar pada 2012 dengan porsi hasil terbesar dari Sleman yang mencapai Rp79 miliar.

Pihaknya berharap pameran ini bisa terus menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri terutama produk IKM sehingga nantinya bukan hanya menjadi komoditas perdagangan pada persaingan usaha dalam negeri saja, tetapi juga dalam persaingan antarnegara terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015.

Pameran yang diadakan selama empat hari sejak 21-- 24 Juli 2014 di kantor Kemenperin, Jakarta ini diikuti sebanyak 44 perajin IKM yang menampilkan berbagai produk unggulannya yakni batik, tenun, kulit, kayu, rajut, perak, tembaga, kerajinan wayang, herbal dan aneka makanan.

Dua film Indonesia akan Diputar di Kongres Amerika

Ambon, Maluku - Film Cahaya Dari Timur (CDT) Beta Maluku dan Laskar Pelangi akan diputar di hadapan anggota Kongres Amerika Serikat dalam kajian antropologi, kata produser CDT Glenn Fredly.

"Saya telah dihubungi pihak kedutaan Amerika yang menyatakan dua film Indonesia itu akan diputar dan menjadi bahan diskusi kajian antropologi di kongres Amerika dalam waktu dekat," katanya di Ambon, Sabtu.

Menurut Glenn, film merupakan produk budaya yang memiliki kekuatan besar untuk merubah cara pendang masyarakat Indonesia tentang Maluku.

Film ini, katanya tidak hanya menceritakan keindahan alam, keramahan masyarakat Maluku tetapi juga yang menyatakan daerah ini tidak selalu identik dengan kekerasan, kemiskinan.

"Sebagai seniman kami ingin menjadi bagian alat untuk menghancurkan stigma seperti itu supaya indonesia tidak hanya dilihat dari jakarta, kita harus mulai mengajak masyarakat melihat indonesia dari timur," katanya.

Ia mengakui, film ini mendapat atensi luar biasa sebagai salah satu film terbaik yang pernah dibuat yakni memberikan potret kondisi Maluku khusunya Tulehu dan kota Ambon.

"Film ini berbicara tentang identitas juga rekonsiliasi di masyarakat, dan umumnya media mengangkat tentang proses rekonsiliasi kondisi masyarakat hingga hari ini," kata Glenn.

"Saya bersyukur film ini menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut, juga di sosial media. Efeknya setiap orang yang selesai memonton film ini mau belajar bahasa Maluku, dan ingin berkunjug ke daerah ini. Hal ini menunjukan film merupakan produk budaya yang dapat merubah stigma," katanya.

Indonesia Kirim Duta Kebudayaan ke Cina

Jakarta - Di tengah isu ketakutan akan ada kerusuhan pasca-pemilu, banyak warga Indonesia memilih pergi ke luar negeri untuk menghindari kerusuhan karena trauma yang pernah terjadi pada 1998 lalu. Tetapi di tengah ketakutan ini sekolah-sekolah Indonesia berlomba-lomba mengirimkan siswa siswi terbaik untuk melaksanakan misi mengenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional.

Seperti yang dilakukan oleh 'SMP Islam Tugasku', Jakarta Timur yang akan mengirimkan sebanyak 14 orang siswanya ke Beijing, Cina untuk mengikuti The 6th Asia and Oceania International Children Art Festival.

'SMP Islam Tugasku' merupakan satu-satunya wakil dari Indonesia yang mendapatkan undangan langsung dari Conseil Internasionales des Organisations des Festivals de Folklore et d'Arts Traditionnels (CIOFF). Menurut Humas 'SMP Islam Tugasku', Zulbahri, acara tersebut merupakan festival tahunan anak internasional. "Kami beruntung bisa membawa nama besar Indonesia di luar negeri," paparnya.

Pada acara yang akan digelar mulai 21 Juli sampai 29 Juli 2014 tersebut, siswa-siswi Indonesia akan menampilkan tiga tarian, yaitu: Tari Gaba-Gaba (Maluku), Tari Gandrung (Bali), dan Tari Indang Mubarrok (Melayu).

Menurut Dedy "Miing" Gumelar yang ikut melepas siswa-siswi tersebut, acara ini bukan sekadar memperkenalkan budaya Indonesia ke mancanegara tapi juga sebagai ajang aktualisasi diri siswa-siswi. "Saya bangga menyaksikan anak-anak yang notabenenya bukan penari tapi mau belajar dan memunculkan kreativitasnya. Ini penting diajarkan pada sekolah-sekolah kita," ujar Miing.

Anggota Komisi X DPR yang juga pentolan grup komedi Bagito ini mengingatkan agar sistem pendidikan Indonesia harusnya memberikan keseimbangan dalam pengajarannya. "Jangan hanya dari sisi intelektual saja yang dikejar. Aspek pembangunan karakter juga perlu dibangun melalui seni dan olah raga. Ke depan pendidikan kita harus mengarah ke sana," tegasnya.

Sebelumnya pemerintah dan DPR dikritik terkait dengan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kebudayaan yang dinilai oleh sebagian pihak sesat pikir. Sebab, dalam UU tersebut dicantumkan ihwal perlindungan budaya nasional dari dampak globalisasi. Hal ini oleh sebagian pihak justru akan mengebiri budaya itu sendiri, karena budaya dipandang dinamis dan mengikuti perkembagan zaman. Pihak DPR sendiri, beralasan bahwa di samping budaya nasional perlu diperkuat tapi derasnya pengaruh globalisasi juga perlu direm.

Bubur Pedas, Kuliner Ramadan Khas Masyarakat Melayu di Langkat

Langkat, Sumut - Pada umumnya masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, berbuka puasa di bulan Ramadan seperti sekarang ini harus tersedia ’bubur pedas’ yaitu makanan khas yang sudah ada sejak zaman kerajaan Melayu dahulu kala.

"Makanan bubur pedas ini merupakan makanan kuliner warga Melayu saat berbuka puasa," kata salah seorang pembuat bubur pedas Safiah, di Stabat, seperti dikutip dari Antara, Minggu (20/7).

Dikatakannya bahwa makanan khas Melayu Langkat ini sangat diminati, dan ini salah satu makanan yang wajib untuk dicicipi di setiap datangnya bulan suci Ramadan. Konon menurut ceritanya, bubur pedas merupakan kuliner warisan Kesultanan Deli, yang selalu dinikmati selama bulan Ramadan sejak tahun 1909.

Makanan khas Melayu ini tidak hanya lezat tapi juga bisa menjadi makanan penghangat tubuh. Di mana bubur khas Melayu ini memiliki rasa dan aroma yang sangat khas, berwarna kuning pekat dengan kuah santan kental, diirisi daun mangkokan, daun jambu biji, serta daun ketumbar.

Sehingga membuat bubur pedas ini tidak hanya enak tapi juga menyehatkan, kata Safiah. Safiah juga menyampaikan selain itu juga pembuatannya dengan memakai beras sebagai bahan dasar bubur, ditanak dicampur dengan berbagai macam rempah-rempah. Seperti kunyit, temu kunci, temu hitam, jintan serai, temu mangga, dan puluhan macam jenis rempah lainnya.

Sementara untuk campurannya biasanya menggunakan potongan dada ayam serta udang segar.

Uniknya lagi, kata Safiah, bubur pedas juga bisa menggunakan sayuran yang biasanya tidak dipakai. Seperti daun mangkokan, daun mengkudu, daun jeruk, daun kunyit, dan daun jambu biji, yang diiris halus dan dicampurkan saat memasaknya.

Cara memasaknya juga cukup unik, di mana bubur pedas dimasak dalam panci atau wajan berukuran sangat besar, ditaruh di atas tungku dengan api kayu bakar dan digodok menjadi satu secara perlahan-lahan.

Dirinya setiap hari memasak 12 kilogram beras untuk dijadikan bubur pedas, yang harus dimasak dua kali di panci besar yang sama.

Karena sesudah dimasak, nanti bubur pedas ini dapat menjadi dua ember besar, dan siap untuk dibawa ke Masjid Raya Stabat.

"Hampir setiap tahunnya kenaziran Masjid Raya Stabat selalu memesan bubur pedas," katanya.

Seiring dengan berkembangnya zaman, bubur pedas pun mengalami perubahan dalam pemakaian rempah, ini dikerenakan sebagian besar rempah itu sudah sulit ditemukan.

Meskipun begitu, penggemar bubur pedas justru semakin meningkat, tidak sedikit orang yang penasaran akan mencicipi lezatnya makanan khas Melayu untuk berbuka puasa ini.

Hal itu dibenarkan salah seorang jamaah Masjid Raya Stabat, Muhammad Azuan yang mengungkapkan betapa lezat cita rasa dari bubur pedas ini.

Puluhan jamaah warga Stabat, maupun dari luar Stabat, yang akan berbuka puasa dipastikan akan menikmati bubur pedas yang disediakan masjid secara gratis untuk berbuka puasa.

"Masjid Raya Stabat menyediakan buka puasa gratis dengan bubur pedas, buat masyarakat," katanya menjelaskan.

Sementara itu pengamatan di lapangan, mulai awal Ramadan, sepanjang Jalan Kiyai Haji Zainal Arifin dan Jalan Perniagaan Stabat, ramai diantre para pembeli hanya untuk merasakan bagaimana sedapnya bubur pedas.

Terbukti setiap harinya menu bubur pedas itu menjadi incaran para warga yang akan berbuka puasa.

Toraja Gelar Festival Budaya Megalitik

Jakarta - Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara serta Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan Toraja International Festival (TIF) pada 11-13 Agustus 2014 di Toraja, Sulawesi Selatan, dengan tema "Merayakan Kehidupan Budaya Megalitik".

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, mengatakan, pihaknya mendorong kegiatan itu agar bisa menjadi event tahunan yang mengangkat kebudayaan Toraja ke tingkat dunia.

"Melalui TIF kita semua diajak untuk menemukan kembali Reinventing the Sacred Highland dan sekaligus merayakan kehidupan budaya megalitik Toraja di zaman modern," katanya.

TIF 2014 merupakan tahun kedua Toraja International Festival yang di selenggarakan pada Desember 2013 dan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat setempat, turis domestik dan mancanegara, serta jurnalis berbagai media dari dalam dan luar negeri.

Pada TIF 2013 acara pembukaan di desa Megalitik Kete Kesu dihadiri tidak kurang dari 2000-an penonton.

Berbeda dari tahun sebelumnya, rencananya tahun ini akan diselenggarakan Coffee Corner yang khusus menyediakan hidangan kopi Toraja yang sudah mulai dikenal di dunia.

"Colourful Tomohon" Jadi Tema Festival Bunga Internasional 2014

Manado, Sulut - Setelah sukses menggelar Festival Bunga sejak tahun 2008, Kota Tomohon di Sulawesi Utara siap menggelar kembali Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2014. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Budpar) Sulawesi Utara, Suprianda Ruru mengatakan TIFF bahkan telah menjadi calendar of event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

"Selain Kemenparekraf ada sejumlah kementerian yang juga mendukung TIFF, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Luar Negeri serta Kementerian Komunikasi dan Informasi," ujar Ruru, Jumat (18/7/2014). Festival Bunga kali ini mengangkat tema "Colourful Tomohon" yang akan diikuti oleh perwakilan negara-negara sahabat, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Kabupaten dan Kota se-Sulawesi Utara, BUMN, BUMD, serta perusahaan swasta.

Sebagai bentuk dukungan penuh terhadap penyelenggaraan TIFF 2014, Kemenparekraf telah me-launching acara yang akan berlangsung di Tomohon pada tanggal 8 hingga 12 Agustus 2014 tersebut.

“Penyelenggaraan TIFF 2014 selain untuk mempromosikan pariwisata Kota Tomohon yang memiliki ikon bunga sebagai daya tarik, juga memberikan dampak pada peningkatan ekonomi masyarakat melalui kepariwisataan maupun ekonomi kreatif. Khususnya pengembangan kreativitas terhadap bunga yang banyak dikembangkan masyarakat setempat," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar pada TIFF 2014 di Balairung Soesilo Soedarman, Kamis (17/7/2014).

Menurut Sapta, acara TIFF juga harus gencar dipromosikan menjadi bagian branding Wonderful Indonesia, agar terkenal ke seluruh penjuru dunia seperti Tournament of Roses di Pasadena, Amerika Serikat. Dengan demikian, cita-cita agar Kota Tomohon khususnya dan Provinsi Sulawesi Utara semakin dikenal dan berkembang pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pun dapat segera terwujud.

Kepala Dinas Budpar Tomohon Gerardus Mogi menjelaskan ada empat rangkaian kegiatan utama dalam TIFF 2014 nanti. "Nanti ada Tournament of Flowers yang merupakan parade kendaraan hias yang diikuti oleh perwakilan negara sahabat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota se Indonesia, BUMN/BUMD, serta instansi/perusahaan swasta," kata Mogi.

Di samping itu ada pula Kontes Ratu Bunga, pergelaran seni dan budaya nusantara serta Tourism, Trade, Investment, and Floriculture Expo (7–11 Agustus 2014), yakni pameran yang akan menyajikan landscape taman bunga dan juga pameran pariwisata, perdagangan, investasi, dan senirupa.

Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran Budpar Tomohon, Wulan Roeroe berharap TIFF menjadi perhatian dunia nasional dan internasional, karena melibatkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Kota Tomohon, serta dihadiri 11 dubes, para pemerhati Kota Tomohon, serta stakeholder pariwisata.

"TIFF 2014 ini akan menyajikan keanekaragaman kekayaan Nusantara dan Provinsi Sulawesi Utara serta khususnya Kota Tomohon melalui slogan menyapa dunia dengan bunga, dapat menunjang industri pariwisata untuk menjadikan kota ini sebagai tempat wisata yang layak dikunjungi," ujar Ruru.

KITLV Leiden Ditutup untuk Selamanya

Leiden, Belanda - Pada 27 Juni 2014, Koninklijk Institute voor de Taal-, Land- en Vokenkunde (Lembaga Kerajaan Belanda untuk Kajian Asia Tenggara dan Karibia) yang berpusat di Leiden (biasa disebut KITLV Leiden) ditutup untuk selamanya. Dalam situs KITLV dikatakan bahwa penutupan secara resmi dilakukan tanggal 1 Juli 2014.

Penutupan KITLV itu telah mengagetkan para Indonesianis internasional. Banyak petisi dikirimkan kepada Pemerintah Belanda, namun tampaknya penguasa di Den Haag tetap pada keputusannya: mengakhiri hidup KITLV dengan alasan untuk menghemat pengeluaran pemerintah.

Termasyhur dan Mendunia

KITLV adalah nama yang sudah begitu melekat dalam ingatan masyarakat akademis internasional yang mengkaji Indonesia. Lembaga ini juga telah memberikan kontribusi besar dalam menjadikan Universitas Leiden sebagai Mekahnya studi Indonesia.

Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tak satupun risalah akademis yang bermutu mengenai Indonesia, lebih-lebih lagi disertasi doktor, yang tidak mencantumkan ucapan terima kasihnya kepada petugas perpustakaan KITLV Leiden dalam halaman penghargaan (acknowledgement) dan kecil pula kemungkinan untuk tidak menemukan Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI), jurnal bertaraf internasional terbitan KITLV yang usianya sudah lebih 150 tahun, dalam senarai bibliografinya. Dengan kata lain, KITLV Leiden, karena kekayaan perpustakaannya yang berlimpah itu, wajib dikunjungi oleh para peneliti yang ingin menulis risalah akademis bermutu tentang Indonesia.

KITLV berdiri tahun 1851 di Delft atas inisiatif tiga orang intelektual Belanda: Menteri Wilayah Jajahan yang kemudian menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, J.C. Baud; Professor Studi Jawa di Delft dan Leiden, Taco Roorda; dan Direktur Akademi Kerajaan Belanda di Delft, Gerrit Simons. Penubuhan lembaga ini tidak lepas dari tujuan untuk mengembangkan studi tentang tanah, budaya, dan masyarakat jajahan (Hindia Belanda) di negara induknya (Belanda) untuk melanggengkan kekuasaan kolonial mereka di nusantara.

Maarten Kuitenbrouwer dalam bukunya Dutch Scholarship in the Age of Empire and Beyond: KITLV - The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Carribean Studies, 1851 - 2011 (2014) membagi perjalanan sejarah KITLV menjadi lima fase: era rezim konservatif dan liberal (1851-1870); era imperialisme, orientalisme dan politik etis (1870-1914); masa mencelatnya kajian Indologi di Leiden mendekati akhir zaman kolonial (1914-1940); era dekolonisasi dan internasionalisasi (1940-1975; dan era kegiatan akademik postkolonial (1975 - [2014]). Dengan demikian, KITLV telah menjalani kehidupan dalam zaman kolonial dan postkolonial.

KITLV telah beberapa kali pindah kantor: dari Delft ke Den Haag tahun 1903, kemudian pindah ke Leiden tahun 1967. Sejak itulah nama Leiden melekat pada KITLV, sehingga seluruh dunia mengenalnya dengan nama KITLV Leiden. Oleh karena itu pula banyak orang mengira KITLV adalah bagian dari Universitas Leiden, padahal secara administratif lembaga ini berdiri sendiri dan langsung bertanggung jawab kepada Pemerintah Kerajaan Belanda (melalui KNAW - Akademi Kerajaan Belanda untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan).

Dalam usianya yang cukup panjang, KITLV telah berkembang pesat. Hal itu tidak hanya dapat dikesan dari meningkatnya jumlah pegawainya (staf umum dan peneliti) dari hanya beberapa orang saja pada tahun-tahun awal berdirinya menjadi sekitar 55 orang pada tahun 2014.

Pengembangan internal KITLV dilakukan pada tahun 1970-an. Selain Departemen Perpustakaan yang sudah lebih dulu ada, dibentuk 3 departemen baru: Departemen Dokumentasi Sejarah Indonesia, Departemen Dokumentasi Indonesia Modern, dan Departemen Karibia yang meneliti daerah-daerah bekas jajahan Belanda di Karibia (termasuk Suriname) dan memberi masukan untuk penambahan koleksi perpustakaannya yang terkait dengan wilayah tersebut. Selain itu ada pula KITLV Press yang mengurus penerbitan buku dan Jurnal BKI.

Setiap tahun Perpustakaan KITLV terus menambah koleksinya yang terkait dengan Asia Tenggara (dengan fokus Indonesia) dan Karibia, meliputi buku, jurnal ilmiah, surat kabar, dan majalah; materi visual (foto, sketsa, peta, atlas); dan audio visual (piringan hitam, kaset, CD, VCD). Sekitar 10.000 judul buku dibeli setiap tahun dari Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kantor Cabang KITLV di Jakarta yang dibentuk tahun 1969. Koleksi Perpustakaan KITLV mencapai lebih sejuta judul (buku, jurnal, majalah, surat kabar), puluhan ribu foto, kartu pos, sketsa, gambar, peta dan atlas, dan ratusan piringan hitam, kaset, CD, dan VCD yang panjangnya lebih dari 10 km jika dijejer.

KITLV Press, bekerjasama dengan penerbit lain, telah menerbitkan tidak kurang dari 580 judul buku, sebagian besar di antaranya tentang Indonesia, yang meliputi bidang linguistik, antropologi, sejarah, hukum, dan umum.

Akhir Hayat Sebuah Legenda

Akibat krisis ekonomi yang melanda Eropa, Pemerintah Belanda memotong subsidi untuk museum dan melakukan merger berbagai lembaga kebudayaan untuk menghemat biaya. KITLV pun terkena dampaknya. Semula Pemerintah mengusulkan agar KITLV dipindahkan ke Amsterdam untuk disatukan dengan lembaga-lembaga lain yang berada di bawah otoritas KNAW. Akan tetapi para pegawai KITLV menolak karena mempertimbangkan nama KITLV yang sudah begitu menyatu dengan nama (Universitas) Leiden.

Akhirnya dipilih jalan kompromi: seluruh koleksi perpustakaan KITLV tetap berada di Leiden (Mare, 23 October 2013). Mulai 1 Juli 2014, setelah eksis selama 163 tahun, KITLV ditutup untuk selamanya. Seluruh koleksi perpustakaannya diserahkan ke Unibersiteitsbibliotheek Leiden (UB Leiden) yang letaknya hanya sekitar 30 meter di sebelahnya (di seberang kanal), sementara departemen penelitiannya akan terus eksis. KITLV Press diambil alih oleh Penerbit Brill yang tetap menerbitkan Jurnal BKI. Sedangkan KITLV-Jakarta akan beralih fungsi sebagai perwakilan Universitas Leiden di Indonesia.

Universitas Leiden cukup lega dengan keputusan itu. Bekas koleksi Perpustakaan KITLV makin menambah koleksi UB Leiden dan kian mengukuhkan eksistensinya sebagai perpustakaan yang terkaya di dunia mengenai Indonesia. Dengan demikian, diharapkan Universitas Leiden akan tetap menjadi pilihan paling menarik bagi mahasiswa internasional yang ingin melakukan studi tentang Indonesia dan Leiden tetap menjadi kota yang perlu dikunjungi oleh komunitas akademis internasional yang mengkaji Indonesia.

Namun, tentu saja ada yang hilang dengan ditutupnya KITLV: suasana keindonesiaan di ruang baca dan tamannya, tempat para mahasiswa dan peneliti internasional bertemu dengan rekan-rekan Indonesianya. Belum ada gambaran yang jelas bagaimana nantinya bekas koleksi perpsutakaan KITLV akan dikelola oleh UB Leiden. Mudah-mudahan UB Leiden akan menyedikan ruang Indonesia, sekecil apapun, sehingga arwah KITLV tetap terasa di sana. ***(Suryadi, dosen kajian Indonesia di Universitas Leiden, Belanda)

Festival Tabuh Beduk, Wali Kota Minta Budaya Islam Dilestarikan

Bontang, Kaltim - Wali Kota Bontang H Adi Darma menghadiri sekaligus membuka secara resmi festival beduk yang diselenggarakan Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Bontang di Baitul Qur’an Pisangan Kelurahan Satimpo Kecamatan Bontang Barat, Jumat (15/7) malam.

Selain lomba tabuh beduk, festival yang digelar selama 4 hari, dimulai 15-18 Juli ini, diisi lomba, pidato bahasa Indonesia yang diikuti ratusan anggota Ikatan Remaja Masjid (IRMA) se-Kota Bontang.

Ia menyambut baik dan memberi apresiasi atas diselenggarakannya festival tabuh beduk ini. Menurutnya, festival tabuh beduk dapat dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi anggota IRMA yang ada di Kota Taman ini.

“Saya harapkan menggali potensi seni budya Islam, sebagai media syiar Islam untuk remaja masjid di Kota Bontang. Festival juga dijadikan salah satu ciri khas Bontang sebagai kota yang agamis,” ungkapnya.

Adi Darma menyampaikan rasa bangganya menyaksikan antusias anak-anak yang tergabung dalam Irma se-Bontang dalam mengikuti festival beduk dan pidato bahasa Indonesia tersebut.

“Semoga kegiatan ini menjadi penyemangat generasi muda Kota Bontang dalam menggali potensi seni budaya Islam. Sangat sejalan dengan visi pemerintah yang akan mewujudkan masyarakat berbudi luhur, maju, adil, dan sejahtera,” terangnya.

Ia mengimbau masyarakat berperan aktif merangkul remaja di Kota Bontang agar bersemangat mengikuti kegiatan islami dan melestarikan seni budaya Islam.

Festival Tomohon Bantu Majukan Ekonomi Masyarakat

Tomohon, Sulut - Tomohon International Flower Festival 2014 digelar bukan hanya sebagai festival ikonik Tomohon. Tapi juga dapat bantu memajukan ekonomi kreatif masyarakat Tomohon agar makin berkembang.

"Selain untuk promosi pariwisata Tomohon yang memiliki ikon bunga sebagai daya tarik, festival ini juga memberi dampak pada peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya petani bunga Tomohon," tutur Wakil Menteri Pariwisata Sapta Nirwandar saat jumpa pers Tomohon Internasional Flowers Festival di Gedung Balairung Susilo Soedarman, Jakarta, Kamis, 17 Juli 2014.

Selain itu, tambah Sapta, festival ini juga dapat meningkatkan kreativitas terhadap masyarakat untuk mengembangkan lahan bunga di sana.

Bertema Colorful Tomohon, festival bunga terunik yang digelar dua tahun sekali ini mengadaptasi tradisi nenek moyang yang menggunakan bunga pada sebuah perayaan.

"Dari perayaan kelahiran sampai kematian masyarakat Tomohon selalu berhubungan dengan bunga," tambahnya.

Event ini juga harus digencarkan promosinya agar tidak kalah menarik dengan Tournament of The Roses di Pasadena, AS.

"Kita sambut baik festival ini dan terus kita dukung terus untuk dikenal dunia," tutupnya.

Semarak Lebaran 2014, Kulon Progo Gelar Seni Tradisi

Kulon Progo, DIY - Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggelar pertunjukan seni tradisi di destinasi wisata setempat pada Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah, Senin (28/7/2014) dan Selasa (29/7/2014).

"Pertunjukan seni tradisi Semarak Lebaran 2014 yang diselenggarakan di obyek wisata ini dimaksudkan untuk memberikan hiburan kepada masyarakat khususnya pengunjung obyek wisata," kata Kepala Disbudparpora Kulon Progo, Eko Wisnu Wardana di Kulon Progo, Kamis (17/7/2014).

Eko mengatakan Semarak Lebaran 2014 mengusung dan menampilkan kesenian tradisional dari wilayah Kulon Progo, antara lain Jatilan Taruna Kudha Budaya Sidowayah Kokap, Jatilan Gunung Sari Keceme, Jatilan Sekar Arum Palihan Temon, Jatilan Nunglir Jatimulyo, Reog Sekar Kemuning Brosot, Incling Sekang Gulang Bayeman Glagah.

"Pada penyelenggaraan pertunjukan pentas seni tradisi libur lebaran kali ini Dinas Budparpora bekerja sama dengan Pokdarwis setempat dan Pelaku Seni Kulon Progo," katanya.

Kasi Data dan Informasi Disbudparpora Kulon Progo, Syamsul Muhilal mengatakan pertunjukan kesenian tradisional ini untuk menambah hiburan di obyek wisata.

"Kesenian tradisional akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung obyek wisata. Mereka sebagai pemudik akan menjadikan kesenian tradisional sebagai pengobat rindu. Untuk itu, kami fokus pada kesenian tradisional," katanya.

Menurut Syamsul, kesenian tradisional dapat dinikmati oleh semua unsur, dan tidak ada batasan umur. Hal ini berbeda dengan pentas dangdut atau musik, segmen penontonnya tertentu. "Kami menyuguhkan kesenian ini supaya dapat dinikmati oleh semua kalangan dan segmen," katanya.

Adapun obyek wisata yang akan menggelar kesenian tradisional yakni Waduk Sermo, Puncak Suroloyo, Goa Kiskenda, Pantai Congot, Pantai Glagah dan Pantai Trisik.

Festival Ramadhan Ramaikan Bangkalan

Bangkalan, Jatim - Menyambut bulan Ramadhan Jawa Pos kembali menggelar Festival Ramadhan. Event tahunan ini digelar di enam kota di Jawa Timur yakni Pasuruan, Jember, Jombang, Bangkalan, Sidoarjo dan Surabaya.

Senin kemarin pun, Bangkalan menjadi perwakilan Madura untuk menyelenggarakan acara religi ini. Sejumlah lomba yang difestivalkan yakni kasidah rebana plus, hadrah Al Banjari, vokal single dan patrol Kamtibmas mampu menyedot perhatian masyarakat Bangkalan.

Pemkab Bangkalan khususnya sangat mengapresiasi event positif ini untuk memarakkan Ramadhan seperti festival Ramadan. Melalui kegiatan ini, menjadi wadah bagi masyarakat untuk beradu kreasi dan berdakwah melalui seni.

“Sangat bagus ya. Karena ini mengakomodir semua kesenian yang ada di Kabupaten Bangkalan. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Bangkalan sangat mendukung acara ini,” ujar Wabup Bangkalan, Ra Mondir.

Tidak hanya menjadi hiburan masyarakat, acara yang diadakan di depan stadion Bangkalan ini guna menjalin silaturahmi antar warga.

“Kegiatan ini sangat positif dan menghibur masyarakat Madura karena bernuansa Islami. Jadi kegiatan seperti ini bisa dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya,” terang GM Jawa Pos Radar Madura, Moch Tojjib.

Setiap tahun lokasi pelaksanaan event Jawa Pos selalu berpindah tempat. Diharapkan dapat menyasar seluruh Kabupaten atau Kota di Jatim bahkan Indonesia. Tepat pada 19 Juli mendatang, final Festival Ramadhan dihelat di Surabaya.

Festival Ramadhan di TMII

Jakarta - Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menggelar Festival Ramadhan Nusantara pada 13 – 20 Juli mendatang.

Acara dimeriahkan dengan berbagai macam tari daerah Nuansa Islami oleh Diklat Binaan TMII.

Selain itu juga digelar senandung religi dengan bintang tamu Lea Elfara, musikalisasi puisi oleh Al Kasaf, dan lainnya.

Hadir juga ustad kondang yang akan memberikan tauziah, di antaranya HM. Rizky Yakub (ustad Jaka Tarub), Pegy Melati Sukma, Ummi Tatu (ibunda alm. Uje).

Acara juga dimeriahkan bazaar aneka produk, kuliner, lomba marawis, qasidah dan lainnya.

Kolaborasi Tari Jepang-Bali Memukau Masyarakat Gianyar

Denpasar, Bali - Kolaborasi tari oleh tim kesenian Jepang dan Bali, setelah meraih sukses memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36, kembali mendapat acungan jempol dari masyarakat di daerah "gudang seni" Kabupaten Gianyar karena melengkapi ritual desa setempat.

"Sebanyak 15 seniwati yang terhimpun dalam Sanggar Tari Bali Wyarihita Yokohama, Jepang, kembali pentas yang mampu memukau ribuan masyarakat Desa Adat Puaya, Sukawati, Kabupaten Gianyar yang tengah menggelar kegiatan ritual," kata Ketua Sanggar Mekar Sari Ubud, Gianyar, I Ketut Sudra di Denpasar, Sabtu (12/7/2014).

Menurut Ketut Sudra, seniman Jepang yang pentas di kawasan suci Pura Dalem Pemayun Pulasari Desa Adat Puaya, Sukawati, Kabupaten Gianyar itu diiringi gamelan yang dibawakan oleh 32 seniman yang terhimpun dalam Sanggar Mekar Sari.

Hampir setiap penampilan 15 seniman berasal dari "Negeri Matahari Terbit" itu mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat yang sedang melakukan kegiatan ritual skala besar.

Selain mampu menyuguhkan hiburan yang segar kepada masyarakat setempat, pementasan kesenian juga sebagai kelengkapan dalam mengadakan kegiatan ritual.

"Materi tari yang ditampilkan seniman Jepang itu hampir sama dengan ketika pentas di PKB. Pembukaannya diawali dengan suguhan tari topeng tua yang dibawakan oleh seorang seniman andal asal Batubulan sebagai kelengkapan ritual," kata Ketut Sudra.

Melalui penampilan mereka, seniman Jepang dalam kunjungannya ke Bali, pentas sebanyak tiga kali, dua kali di antaranya ngayah, yakni pentas secara ikhlas tanpa imbalan dalam menyukseskan kegiatan ritual yang digelar masyarakat setempat.

"Ngayah" selain di Desa Adat Puaya, Sukawati, sebelumnya juga dilakukan di halaman Pura Desa Pekrawan Mawang, perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Rabu (9/7/2014) malam.

Ketua Sanggar Tari Bali Wyarihita Yokohama Jepang Deni Inaba menjelaskan tujuan utama ke Bali hanya pentas di PKB. Pihaknya senang karena mendapat fasilitas bisa pentas dan berperan serta menyukseskan kegiatan ritual di dua desa adat di Bali. Kunjungan ke Bali itu, merupakan yang ketujuh kalinya sejak tahun 2000.

Tari yang ditampilkan dalam tiga kali pementasan berjumlah tujuh jenis tarian, antara lain Tari Legong Supraba Duta, Kupu-kupu Tarum, Legong Kuntul, Legong Guak Macok, dan Candra Metu.

Seni Kaligrafi Tiga Dimensi Dipamerkan di TIM

Jakarta - Seni kaligrafi pada umumnya menampilkan keindahan tulisan arab dalam bingkai, namun pada pameran bertajuk "Kaligrafi Renungan Ramadhan", beberapa karya ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi.

"Pameran kali ini karya ciptanya merupakan perpaduan antara seni rupa dan seni kaligrafi, serta karya tiga dimensi maupun dua dimensi," ujar Ketua Pelaksana Dick Syahrir ketika ditemui di sela pembukaan di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki Jakarta (TIM), Selasa petang.

Pameran yang diselenggarakan 15-25 Juli 2014 tersebut secara resmi dibuka oleh Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno didampingi Kepala Badan Pelaksana TIM, Bambang Subekti.

Dari total 59 karya yang dipamerkan, lima di antaranya berbentuk seni kaligrafi tiga dimensi, masing-masing berjudul "Bulan Penuh Berkah", "Al Amal Hidayatullah", "Number Five", "Pada Titik Koordinat Ilahiah" dan "Sapi Betina".

Dari 36 peserta yang mengikuti, kata Dick, tidak semuanya berasal dari seniman kaligrafi, beberapa merupakan seniman seni rupa.

Menurut dia, pameran ini untuk menyemarakkan bulan Ramadhan oleh para seniman kaligrafi dan seniman seni rupa, sehingga dalam karya ciptanya merupakan perpaduan antara senirupa dan seni kaligrafi.

"Pesertanya memiliki latar belakang beragam, akan tetapi memiliki kesamaan dalam menumbuhkembangkan seni dan iman," kata Dosen Fakultas Senirupa IKJ itu.

Seniman yang turut memamerkan karyanya antara lain Ade Dheansyah, Agoes Salim, Aji Najiullah, Andi Suandi, Anindyo Widito, Budi L. Tobing, Danny Yuanda, Deny Rusanto, Didin Sirojuddin, Hardiman Radjab dan beberapa seniman lainnya.

Di tempat yang sama, konsultan artistik Pusat Kesenian Jakarta TIM, Sri Warso Wahono, mengaku bangga dengan perkembangan seniman saat ini, salah satunya dibuktikan dengan perpaduan senirupa dan kaligrafi.

"Jika seniman-seniman ini terus mengembangkan kualitasnya maka Jakarta punya 36 kreator berbobot yang diandalkan, dan itu bukan sesuatu yang sederhana," katanya.

Legenda Pulau Komodo dalam Musik dan Tari

Jakarta - Cerita rakyat dari Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, dikemas dalam bentuk drama musikal oleh Institut Musik Daya Indonesia. Lagu-lagu daerah khas Nusa Tenggara Timur, seperti ”Ayam Hitam” dan ”Potong Bebek Angsa”, mewarnai pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (13/7/2014).

Legenda Pulau Komodo ini menceritakan seekor komodo yang dekat dengan penduduk sekitar. Usut punya usut, komodo ini ternyata kembaran dari manusia bernama Putri. Keduanya keluar dari rahim ibu yang sama. Pesan cerita ini, semestinya manusia dan hewan hidup berdampingan. Hewan mestinya dilindungi dan tak untuk dimangsa.

Selain Institut Musik Daya Indonesia, Kinarya GSP juga mempersembahkan tarian khas Nusa Tenggara Timur, diiringi Doris, tokoh masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Cerita rakyat yang dikemas dalam drama, musik, dan tari ini menyuguhkan budaya dan kearifan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang memesona.

”Tadi itu namanya tari Paci, yang merupakan syukuran atas hasil panen. Pemukulan gong itu bermaksud informasi kepada masyarakat,” ujar Doris.

Ia menjelaskan penari perempuan yang mengenakan mahkota bali belo dan penari laki-laki dengan topi panggal (tanduk sapi). ”Itu menceritakan kegembiraan atas kesuburan padi dan hasil alam di Manggarai, dekat dengan Pulau Komodo. Lalu topi panggal itu simbol untuk melindungi diri dari peperangan,” tutur Doris.

Menurut Doris, ada cerita rakyat di Manggarai yang dipercaya sebagai kisah nyata. Legenda itu mengenai tiga kerajaan pada zaman dahulu yang ketiga rajanya memperebutkan seorang perempuan tercantik di Manggarai. Daripada terjadi pertumpahan darah, perempuan itu merelakan kulitnya menjadi bahan membuat kendang. ”Perempuan itu mengorbankan dirinya daripada jadi rebutan. Kendang itu masih ada sampai sekarang,” ujarnya.

Bagi Renitasari Adrian, Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation, kekayaan sastra Indonesia tidak hanya dilihat dari banyaknya buku dan karya sastra yang beredar. Beragam cerita rakyat dan legenda masyarakat juga berandil besar. ”Sayang masih banyak yang belum akrab di telinga masyarakat. Makanya harus terus dipopulerkan,” katanya.

Pendiri IMDI, Tjut Nyak Deviana Daudsjah, mengatakan, IMDI dengan beragam pertunjukan yang disuguhkan selama ini berkeinginan untuk mengembalikan pendidikan seni pertunjukan pada jalurnya. IMDI menawarkan pendidikan formal supaya seni pertunjukan bisa go international. Sudah saatnya seni pertunjukan menjadi sebuah kreativitas yang bernilai ekonomi.

”Tujuan lain tentunya kami ingin meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya Indonesia. Saya padukan ilmu dari Barat dan Timur. Saya yakin, seni pertunjukan itu produk kebudayaan yang bisa mendapatkan nilai ekonomi,” tutur Tjut.

IMDI menyuguhkan paket seni pertunjukan yang komplet, mulai pemain musik, penari, pemain drama, hingga petugas lampu dan manajer panggung. ”Kami mandiri semua. Satu paket. Jadi bisa dibilang kami dari lembaga formal yang sudah siap masuk ke industri seni pertunjukan,” ujar Tjut.

Sebenarnya seni pertunjukan saat ini sudah bisa menjadi industri kreatif jika digarap puluhan tahun lalu.

NTB Gelar Festival Enjoy Museum untuk Ramadhan

Mataram, NTB - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar Festival Enjoy Museum untuk Ramadhan, mulai 14 Juli hingga 22 Juli 2014, yang dibuka Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) NTB Hj Syamsiah Muh Amin, di Mataram, Senin (14/7/2014).

Kepala Museum NTB Lalu Moh Fauzal menjelaskan, kegiatan itu diselenggarakan dalam rangka napak tilas yang menampilkan proses masuknya Islam di NTB. "Jadi kegiatan ini kita laksanakan supaya masyarakat bisa mengingat kembali sejarah Islam di NTB," katanya.

Karena itu, untuk mengingatkan masyarakat, beberapa pertunjukan akan ditampilkan selama kegiatan tersebut, di antaranya lomba penulisan kaligrafi di atas kanvas, bazar termasuk pameran benda-benda atau tulisan peninggalan Islam di NTB.

Sementara itu, Ketua BKOW NTB Hj Syamsiah Amin menjelaskan kegiatan tersebut dilaksanakan tidak lain untuk memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat di tentang sejarah masuknya Islam di wilayah itu.

Karena itu, istri Wakil Gubernur NTB H Muh Amin ini berharap berharap kepada seluruh lapisan masyarakat dan dinas instansi terkait agar dapat bermitra dan bekerja sama untuk mendukung terlaksananya kegiatan museum tersebut.

Kegiatan pameran napak tilas perjalanan peradaban Islam di NTB dilaksanakan pada 14-26 Juli, menampilkan koleksi museum berupa benda peninggalan sejarah di NTB, di antaranya Al Quran tulisan tangan, naskah khutbah hari raya, wayang sasak dan rebana.

Selain itu, informasi tentang warisan budaya dan peradaban Islam di NTB, seperti Masjid Bayan Beleq, Masjid Gunung Pujut, makam Selaparang dan upacara U'a Pua di Bima dan sarasehan budaya.

Jawa Migran Berubah Menjadi Melayu

Yogyakarta - Para migran asal Jawa menuju ke Semenanjung Malaya pada 1990-an tetap melekatkan identitas dan budaya Jawa sampai saat ini, sebagian saja yang mengubah identitas menjadi Melayu.

Dosen sejarah Universitas Sanata Dharma Dra. Lucia Juningsih, M.Hum menyatakan migran yang tetap kuat identitasnya yang bekerja di perkebunan karet di pantai barat Semenanjung Malaya. Adapun migran yang mengubah identitas menjadi Melayu yang bekerja pada orang-orang Melayu. Alasannya sangat pragmatis, untuk meningkatkan status sosial dari pinggiran ke posisi sentral. Namun identitas jawa tetap ada, sehingga dikenal Jawa Melayu.

“Mereka ingin mengubah stigma negatif terhadap pribumi (Indonesia) seperti malas, bodoh, pasif dan tidak kreatif yang diberikan kaum kolonialis dan imperialis Barat. Strategi ini pada akhirnya sebagai jalan mendapatkan kesetaraan sosial dengan orang Melayu,” kata dia, Senin (14/7/2014).

Meskipun terjadi perubahan indentitas, menurut dia, Jawa Melayu tidak melenyapkan tradisi dan budaya Jawa yang dibawa oleh nenek moyang migran. Sebagian tetap berbahasa Jawa dan menjalankan berbagai kebiasaan di Jawa.

Dalam disertasi berujudul “Jawa Migran dan Jawa Melayu: Transformasi dan Adaptasi pada Masyarakat Jawa di Pantai Barat Semenanjung Malaya Tahun 1900-1957, dia menyatakan migran yang tetap konsisten dengan identitas asli Jawa didukung oleh statistik kewargaan di perkebunan yang heterogen. Dalam situasi tersebut, keragamaan identitas tetap terjadi, tidak ada persoalan minoritas yang menjadi kendala mempertahankan identitas budaya dan etnis.

Konsistensi migrant Jawa di semenjang barat Melayu mencerminkan warga migrant tersebut tidak tersentuh oleh transformasi sosial. Mereka hidup berbasis tradisi dan budaya Jawa, serta tetap menghidupkan simbol-simbol dan tradisi Jawa yang tercermin dalam nama, bahasa pengantar sehari-hari, dan praktik-praktik budaya Jawa. Dalam mempertahankan identitas, mereka juga membentuk lembaga budaya yang dikenal dengan Perkumpulan Jawa Peranakan Malaya.

“Tradisi dan budaya Jawa di kalangan buruh Jawa miggran terus semakin mengakar kuat dan mengakar,” kata dia saat mempertahankan disertasi di Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Masyarakat Diminta Lestarikan Budaya Melayu

Medan, Sumut - Masyarakat Kota Medan diminta untuk memelihara dan melestarikan kekayaan khasanah budaya daerah khususnya Melayu sebagai bagian integral dari budaya nasional. Sebab, Kota Medan adalah kota multikultural yang kaya dengan khasanah budaya bangsa dan peradaban yang sangat tinggi, termasuk khasanah budaya Melayu.

Hal ini dikatakan Walikota Medan T Dzulmi Eldin, pada acara Jemputan Majelis Syukuran dan doa serta berbuka puasa bersama, Minggu (13/7) di Balairung Sri Istana Maimon Jalan Brigjen Katamso Medan.

Acara ini dihadiri Kanwil Kementerian Agama Sumut Drs H Abdul Rahim M Hum, Sultan Serdang Tuanku Ahmad Tala Sariful Alam, Sultan Kualo HT Zainal, para Datok empat suku Kesultanan Deli, ketua Pembina Yayasan Sultan Mamoen Al Rasyid T M Erfan Al Rasyid, Ketua Yayasan Sultan Mamoen Al Rasyid Tengku Mayul, Ketua MUI Kota Medan Prof DR M Hatta, para Tokoh Melayu, Tokoh Adat dan pemangku adat Melayu, serta keluarga besar Yayasan Sultan Mamoen Al-Rasyid.

Dikatakan Eldin, pembangunan Kota Medan masa lalu, masa sekarang dan masa depan adalah dukungan dan kontribusi dari semua etnis, semua suku termasuk suku melayu. Untuk itu melalui kesempatan tersebut, disampaikan apresiasi sekaligus ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua yang terus ikut mendukung dan menyumbangkan fikiran dan tenaganya untuk membangun Medan kota yang berperadaban.

"Tugas pembangunan kota bukan saja tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh stakeholder kota. Karena itu pembangunan kota hanya akan berhasil bila kita semua berpartisipasi dalam membangun kota sesuai dengan kedudukan kita masing-masing," ujar Eldin.

Lebih lanjut dikatakannya, penyelenggaraan Pilpres telah usai, proses Pemilu ini tidak boleh mengkotak-kotakan dan tidak boleh memunculkan kebencian apalagi potensi kekerasan.

Berkaitan dengan pemilu, Eldin mengatakan bahwa seluruh masyarakat adalah pemenang Pemilu itu sendiri. “Tunjukkan pada dunia Indonesia adalah bangsa yang besar yang berbudaya, berperadaban, bermartabat dan mampu menjalankan proses demokrasi dengan ciri budaya nasional. "Marilah kita menunggu hasil resmi dari KPU," imbuhnya.

Ketua Yayasan Sultan Mamoen Al-Rasyid Tengku Mayul mengatakan, ungkapan rasa syukur atas dilantiknya HT Dzulmi Eldin menjadi Walikota defenitif melanjutkan sisa priode 2015, tidak sampai disitu saja diminta juga mempersiapkan diri untuk maju di Pilkada Kota Medan 2015-2020 yang akan datang.

"Kami siap mendukung program Walikota Medan, dan meminta untuk maju di pilkada selanjutnya, dan kita semua berharap dalam menjalankan tugasnya ini Walikota kita terhindar dari segala fitnah,” ujar Tengku Mayul.

Acara jemputan Majelis syukuran dan doa serta buka puasa bersama ini ditandai dengan acara penepung tawaran Walikota Medan Drs HT Dzulmi Eldin, serta pemberian santunan kepada anak yatim, juga diisi dengan tausiyah yang dibawakan oleh Ustadz Drs H Ulumuddin Siraj dan diakhiri buka puasa yang dilanjut dengan sholat magrib berjamaah.

Warga Batudaa Gorontalo Rayakan Malam Qunut

Gorontalo - Warga Kecamatan Batudaa dan sekitarnya di Kabupaten/Provinsi Gorontalo, menggelar tradisi malam qunut yang digelar pada setiap malam pertengahan Ramadhan, Minggu.

Pada malam tersebut, warga berbondong-bondong menuju pasar di Desa Payunga yang khusus menjual kacang dan pisang.

Ratusan pedagang yang ada di pasar tersebut menjual berbagai macam jenis kacang kulit dan pisang, karena keduanya sangat digemari warga Gorontalo.

"Makan kacang tak lengkap rasanya jika tidak disertai pisang. Kami senang bisa ke pasar ini untuk memilih kacang kesukaan untuk dibawa pulang," kata Dewi Abdulah, seorang pengunjung.

Ia mengaku jauh-jauh datang dari Kota Gorontalo untuk turut merayakan tradisi yang hanya bisa ditemukan di wilayah itu.

Harga kacang kulit di pasar tersebut bervariasi mulai dari Rp5.000 hingga Rp9.000/bungkus tergantung jenisnya.

Sementara harga pisang dibanderol Rp10.000 hingga Rp15.000 per sisir. Selain bisa langsung membelinya di pasar, warga yang berkunjung ke Batudaa juga bisa menikmatinya secara gratis di rumah warga setempat yang secara sukarela menyediakan kacang dan pisang.

"Saya sudah borong kacang dan pisang lebih dahulu dan disajikan di halaman rumah, jika ada warga atau kerabat atau siapapun yang ingin makan dipersilakan," ungkap warga setempat, Sam Ase.

Pasar dibuka setelah shalat tarawih dan biasanya digelar hingga sahur tiba.

Kolaborasi Tari Jepang-Bali Lengkapi Kegiatan Ritual

Denpasar, Bali - Kolaborasi tari oleh tim kesenian Jepang dan Bali, setelah meraih sukses memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36, kembali mendapat acungan jempol dari masyarakat di daerah "gudang seni" Kabupaten Gianyar karena melengkapi ritual desa setempat.

"Sebanyak 15 seniwati yang terhimpun dalam Sanggar Tari Bali Wyarihita Yokohama, Jepang, kembali pentas yang mampu memukau ribuan masyarakat Desa Adat Puaya, Sukawati, Kabupaten Gianyar yang tengah menggelar kegiatan ritual," kata Ketua Sanggar Mekar Sari Ubud, Gianyar I Ketut Sudra di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan seniman Jepang yang pentas di kawasan suci Pura Dalem Pemayun Pulasari Desa Adat Puaya, Sukawati, Kabupaten Gianyar itu diiringi gamelan yang dibawakan oleh 32 seniman yang terhimpun dalam Sanggar Mekar Sari.

Hampir setiap penampilan 15 seniman berasal dari "Negeri Matahari Terbit" itu mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat yang sedang melakukan kegiatan ritual skala besar.

Selain mampu menyuguhkan hiburan yang segar kepada masyarakat setempat, pementasan kesenian juga sebagai kelengkapan dalam mengadakan kegiatan ritual.

"Materi tari yang ditampilkan seniman Jepang itu hampir sama dengan ketika pentas di PKB. Pembukaannya diawali dengan suguhan tari topeng tua yang dibawakan oleh seorang seniman andal asal Batubulan sebagai kelengkapan ritual," kata Ketut Sudra.

Melalui penampilan mereka, seniman Jepang dalam kunjungannya ke Bali, pentas sebanyak tiga kali, dua kali di antaranya Ngayah, yakni pentas secara ikhlas tanpa imbalan dalam menyukseskan kegiatan ritual yang digelar masyarakat setempat.

"Ngayah" selain di Desa Adat Puaya, Sukawati, sebelumnya juga dilakukan di halaman Pura Desa Pekrawan Mawang, perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Rabu (9/7) malam.

Ketua Sanggar Tari Bali Wyarihita Yokohama Jepang Deni Inaba menjelaskan tujuan utama ke Bali hanya pentas di PKB.

Pihaknya senang karena mendapat fasilitas bisa pentas dan berperan serta menyukseskan kegiatan ritual di dua desa adat di Bali.

Kunjungan ke Bali itu, merupakan yang ketujuh kalinya sejak 2000.

Tari yang ditampilkan dalam tiga kali pementasan berjumlah tujuh jenis tarian, antara lain Tari Legong Supraba Duta, Kupu-Kupu Tarum, Legong Kuntul, Legong Guak Macok, dan Candra Metu.

Ritual Khas Ramadhan di Ternate

Kota Ternate, Malut - Berkunjung di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), pada bulan Ramadhan akan melihat berbagai ritual khas Ramadhan, yang digelar masyarakat sebagai rasa syukur kepada Allah dan penghormatan terhadap bulan suci itu.

Ritual menarik terkait Ramadhan yag bisa dinikmati jika berwisata di kota bekas pusat pemerintahan Kesultanan Ternate ini pada bulan Ramadhan, di antaranya prosesi penyambutan malam lailatul qadar atau malam turunnya Al Quran.

Menurut Waki Wali Kota Ternate Arifin Djafar, prosesi penyambutan malam lailatul qadar selalu digelar pada malam 27 Ramadhan, karena masyarakat di daerah ini sejak zaman dulu meyakini bahwa pada malam itulah turunnya lailatul qadar.

Prosesi penyambutan malam lailatul qadar di pusatkan di kedaton Kesultanan Ternate, yang diawali dengan mengantar Sultan Ternate ke Masjid Kesultanan untuk melaksanakan shalat isya dan tarawih dengan cara diusung ditandu oleh pasukan adat.

Perjalanan Sultan Ternate dari kedaton kesultanan ke Masjid Kesultanan yang berjarak sekitar 300 meter dikawal pasukan adat dengan membawa obor serta tabuhan gending (gong kecil) yang konon merupakan pemberian dari salah seorang walisongo, Sunan Gunung Jati.

"Puncak prosesi penyambutan malam lailatul qadar dilaksanakan usai shalat tarawih dengan menggelar berbagai ritual, seperti pembacaan doa dan dzikir di kedaton Kesultanan Ternate, yang dihadiri seluruh perangkat adat dan masyarakat setempat," ujar Arifin Djafar.

Pada malam prosesi penyambutan malam turunnya lailatul qadar tersebut lingkungan di sekitar kedaton Kesultanan Ternate, termasuk di wilayah kota ini dipenuhi dengan lampion dan obor serta wewangian dari pembakar damar sebagai simbol kebahagiaan masyarakat setempat menyambut turunnya lailatul qadar.

Pemkot Ternate sendiri juga pada malam 27 Ramadhan tersebut menggelar festival lailatul qadar, di antaranya diisi dengan lomba keindahan dan kesemarakan lampu lampion antar-kelurahan se-kota Ternate.

Arifin mengatakan, ritual menarik lainnya yang dapat disaksikan saat berwisata di Kota Ternate pada Ramadhan adalah prosesi shalat tarawih di masjid kesultanan Ternate yang masih menerapkan aturan sejak zaman dulu, seperti pria yang shalat tarawaih itu harus mengenakan celana panjang dan penutup kepala.

Selain itu, tempat shalat tarawih pria dan perempuan di masjid itu terpisah pada gedung yang berbeda. Beberapa tahun lalu, yang diizinkan shalat tarawih maupun shalat wajib di masjid ini hanya kaum pria.

Di masjid yang telah berusia ratusan tahun dengan ciri khas adanya tiang alif itu, juga ada tempat khusus untuk Sultan Ternate ketika mengikuti shalat berjemaah, baik saat shalat tarawih maupun shalat wajib lima waktu.

Gendang sahur

Berwisata di kota yang terkenal dengan produksi pala dan cengkih sejak ratusan tahun silam ini juga akan menyaksikan ritual membangunkan masyarakat untuk sahur yang dikenal dengan nama gendang sahur.

Setiap malam mulai pukul 01.00 hingga 03.00 WIT para remaja berkeliling dari satu rumah ke rumah lain akan membangunkan pemilik rumah dengan cara menyanyikan lagu-lagu religi diiringi dengna tabuhan rebana.

"Tradisi gendang sahur ini sudah ada sejak zaman dulu dan biasanya si pemilik rumah yang terbangun setelah terdengar gendang sahur itu akan memberikan uang sebagai tanda terima kasih kepada kelompok gendang sahur bersangkutan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Ternate Husen Alting.

Berbagai jenis kuliner khas Ternate, seperti asida, lalampa, waji serta aneka minuman dari bahan air kelapa serta gula aren juga bisa ditemui di berbagai lokasi di Kota Ternate menjelang berbuka puasa.

Selain menikmati berbagai ritual terkait Ramadhan, wisatawan yang berkunjung di Ternate juga bisa menyaksikan berbagai objek wisata lainnya, baik wisata peninggalan sejarah maupun wisata bahari dan panorama alam.

Menurut Husen Alting, objek wisata peninggalan sejarah yang bisa disaksikan di Ternate di antaranya belasan benteng peninggalan kolonial, seperti Benteng Orange, Benteng Kalamata, Benteng Toloko dan Benteng Kastela serta berbagai peninggalan kesultanan Ternate di Kedaton Kesultanan Ternate.

Salah satu peninggalan Kesultanan Ternate yang sangat khas dan merupakan satu-satunya di dunia adalah mahkota emas berambut. Rambut pada mahkota ini terus tumbuh tambah panjang layaknya rambut yang tumbuh di kepala manusia.

Sedangkan, objek wisata bahari yang bisa dijumpai di Ternate di antaranya Pantai Sulamadah, Pantai Tobololo dan sejumlah titik penyelaman di sekitar perairan Ternate serta keindahan panorama Gunung Gamalama dan Danau Tolire.

Sarana akomodasi di Kota Ternate, menurut Husen Alting, cukup memadai, baik berupa hotel berbintang maupun hotel melati, begitu pula restoran dan rumah makan bisa dijumpai dihampir setiap lokasi kota ini, termasuk rumah makan yang menyajikan khas Ternate.

Akses untuk mencapai Ternate juga cukup lancar, baik melalui jalur laut maupun jalur udara. Khusus untuk melalui jalur udara tersedia sedikitnya tujuh kali penerbangan setiap hari untuk rute berbagai kota di Indonesia dan kini tengah dijajaki pula penerbangan langsung ke Filipina dan Jepang.

Ketika akan meninggalkan Ternate dan ingin membawa cinderamata, di Ternate juga terdapat berbagai kerajinan khas, seperti perhiasan besi putih, batu bacan, batik ternate, sirup pala dan berbagai kerajinan tangan lainnya, yang dijual di sejumlah tokoh kerajinan di kota ini.

Ramadhan, Kain Tenun Ikat Khas Kediri Laris Manis

Kediri, Jatim - Kain tenun tradisional khas Kediri hingga kini masih eksis diproduksi. Bahkan, pada Ramadan dan mendekati Lebaran, permintaan kain bermotif khas ini makin banyak saja.

Kain tenun ikat adalah kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat serta dicelupkan ke dalam zat pewarna alami.

Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun tradisional dan bukan mesin, sehingga kualitas kain tenunnya lebih padat dan berpengaruh pada keawetan kain tenun saat dipakai.

Mustain, salah satu dari sejumlah perajin kain tenun ikat yang masih bertahan di Kediri, mengatakan, keluarganya telah menekuni usaha kain tenun tersebut sejak puluhan tahun dari kakek dan ayahnya.

"Pembuatan kain tenun ikat ini perlu waktu yang lama. Sebelum ditenun dan dipasang ke alat tenun, helai-helai benang ditata dipasang sesuai dengan warna, sehingga nantinya saat ditenun akan menghasilkan corak atau pola khas yang diingini," ujarnya.

Proses pembuatannya juga tergolong tidak gampang. Dari untaian benang panjang dan polos itu, dirangkai sedemikian rupa menjadi lembaran kain tenun yang lebih besar dan dimasukkan ke dalam alat pemintal kain.

Benang kemudian melalui proses penggulungan. Selanjutnya diberi motif dan pola sesuai dengan keinginan pembuat, untuk kemudian diwarnai dengan berbagai warna.

Dengan menggunakan alat tenun yang dikayuh oleh kaki dan tangan, untaian benang itu kemudian dirangkai menjadi sebuah potongan kain yang indah dalam mesin kayu yang digerakkan oleh anggota badan si penenun.

Mustain memaparkan, perajin kain tenun ikat tradisional saat ini sangat langka, karena dibuat dengan sangat tradisional yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan, sehingga kualitasnya pun bagus.

Menurutnya, kain tenun ikat tradisional khas Kediri ini jarang dijumpai di pasaran, padahal sangat diminati konsumen dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa, bahkan luar negeri.

Kain tenun ikat tradisional khas Kediri ini memiliki kualitas lebih kuat dibanding tenun modern, karena benang yang dibuat lebih besar dan pasti awet. Harganya pun juga bervariasi, mulai Rp165 ribu hingga Rp500 ribu per lembarnya. Jenis kain tenun yang ditawarkan, yakni katun, perpaduan katun, dan semi sutra.

Selain biasa untuk busana atau pakaian, kain tenun ikat ini dapat juga dijahit untuk dijadikan kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah hingga kelambu.

Ulos Batak Mampu Disejajarkan dengan Songket Palembang

Medan, Sumut - Ketua Dekranasda Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Netty Pardosi menilai, ulos Batak yang merupakan hasil industri kerajinan daerah itu memiliki keunikan yang khas dan berkualitas, sehingga mampu disejajarkan dengan songket Palembang.

"Kain tenun Batak yang didominasi warna tiga bolit meliputi merah hitam dan putih itu memiliki keunikan khas dan kualitasnya tidak kalah dengan songket dari Palembang," kata Netty di Balige, seperti dikutip dari Antara, Senin (7/7).

Menurut Ketua Tim penggerak PKK Toba Samosir itu, minat konsumen terhadap kain tenunan khas Batak berupa selendang yang merupakan lambang ikatan kasih sayang itu tidak berbeda jauh, jika dibandingkan dengan songket yang berasal dari Palembang.

Ulos juga memiliki keistimewaan sebagai pakaian adat tradisional Batak dan peranannya sangat terlihat pada pelaksanaan berbagai budaya adat Batak.

Netty mengatakan, proses pembuatan ulos bukanlah pekerjaan mudah dan butuh waktu lama. Lewat sentuhan tangan ahli, ulos akan tampak semakin indah, dalam perpaduan warna yang dirangkai benang bermotif seni.

Meski begitu, ulos dan songket Batak masih belum banyak diperkenalkan dalam dunia fashion. Padahal ulos merupakan heritage (warisan) budaya Batak. Jika ulos ini punah, dan tidak ada lagi yang memproduksinya maka Batak akan kehilangan ulos sebagai salah satu warisan nenek moyangnya.

Untuk itu, kata Netty, Dekranasda setempat membuka pelatihan inovasi desain dan mutu produk tenun yang diikuti sejumlah warga di empat kecamatan, yakni Kecamatan Porsea, Silaen, Sigumpar dan Uluan.

Pelatihan diselenggarakan di aula sanggar kegiatan belajar (SKB) Porsea, berjarak sekitar 20 kilometer dari Balige, ibukota Kabupaten Toba Samosir. "Industri tenun ulos dari daerah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk busana fashion dan mode," ujar Netty.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperindag Toba Samosir, Marsarasi Simanjuntak menyebutkan, pihaknya melaksanakan pelatihan keterampilan bagi penenun ulos di daerah itu, guna meningkatkan pengetahuan para pengrajin yang didukung pembiayaan dari APBD tahun anggaran 2014.

Marsarasi mengajak para penenun di daerah tersebut, agar meningkatkan hasil karya mereka lebih mengarah kepada fashion, sehingga memiliki daya saing tinggi.

"Cukup banyak permintaan fashion bercorak ulos yang belum terpenuhi, karena kain tenun Batak itu bisa dijadikan model atau motif pakaian yang sangat modis," kata Marsarasi.

-

Arsip Blog

Recent Posts