Prostitusi ABG di Kota Balikpapan ini tak perlu mangkal di pinggir jalan dan tak terikat waktu mesti pada malam hari. Mereka cukup mencari pelanggan melalui jejaring Whatsapp (WA) dan Media sosial (medsos), seperti Facebook, LINE, BBM, Twitter dan instagram.
“Murah aja kok, Rp 500 ribu om, udah bisa begituan,” kata As, siswi di salah satu SMA yang baru saja merayakan ultah sweet seventeen ini.
Bukan hanya layanan melampiaskan nafsu, harga yang dipatoknya sudah termasuk check in di indekos.
“Iya om, itu sudah sama kamar. Saya ngekos di Jalan MT Haryono. Kalau mau ya langsung aja,” sebut As seperti dilansir Prokal.co (Fajar Group), Minggu, (14/1/2018).
As tak perlu mangkal di pinggir jalan, khawatir suatu saat aparat akan merazianya atau harus berhadapan dengan perubahan cuaca ekstrem di malam hari. Remaja yang keranjingan gadget inipun tak memerlukan jasa muncikari sehingga pendapatan yang akan diperolehnya dari melayani pria hidung belang bisa diterima bersih masuk ke dompet.
Kamar indekos tempatnya menginap selama menimba ilmu di Balikpapan tentu tak dikenakan pajak ketimbang harus menyewa kamar hotel yang harganya bisa membuat cekak kantong konsumen.
“Banyak kok teman-teman aku yang kayak gini. Terutama yang ngekos, kan bos (orang tua, Red) kan gak tahu kalau kita ginian,” selorohnya tanpa ada nada penyesalan.
As selain memberikan layanan esek-esek juga bisa memberikan jasa lainnya. Mulai dari menemani bernyanyi saat karaoke, nonton dan makan bareng. “Nemanin biar gak kesepian gitu. Kalau nemenin karaoke Rp 100 ribu aja sejam,” katanya.
Penyedia jasa prostitusi online lainnya berinisial Si. Kulitnya putih mulus, usianya 21 tahun. Layanan menemani karaoke hingga bobo siap diberikan wanita yang tinggal di KM 1 Jl Soekarno-Hatta.
Yang paling mengenaskan, Ls yang masih duduk di bangku SMP. Usianya masih 14 tahun, namun sudah menjalankan bisnis prostitusi online secara mandiri. Bekalnya hanya handphone android, paket internet, dan tarif esek-esek yang lebih mahal karena dirinya masih unyu-unyu. “Rp 750 ribu om sekali main,” ucapnya.
Ls tinggal di Bukit Sion dan memasang tarif premium dibandingkan WTS anak lainnya. Ls tinggal bersama orang tua sehingga untuk membookingnya harus di kamar hotel. Menariknya, jualan tubuh untuk memuaskan nafsu bejat pria hidung belang dilakoninya di saat jam sekolah supaya orang tuanya tidak curiga.
“Ya kalau mau check in pas jam sekolah, jadi bolos sekolah atau alasan ada les di sekolah sama ibu. Padahal nggak ke sana,” katanya sambil cekikikan.
Di malam hari, Ls mengaku tak berani buka ‘praktik’ karena takut orangtuanya curiga. Dari hasil esek-esek via online, Ls mengaku mendapatkan uang saku lebih dan bisa membeli apa yang menjadi kebutuhannya.
Agus Laksito dari LSM Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) Balikpapan mengatakan, permasalahan prostitusi di Balikpapan harus segera diatasi terutama di kalangan para pelajar sebab dapat merusak generasi penerus bangsa.
“Ini bahaya, harus segera di atasi oleh pemerintah. Karena selama ini prostitusi lewat medsos ini saya rasa belum pernah diatasi oleh pemerintah. Padahal justru dari sinilah yang banyak terjadi prostitusi di Balikpapan,” katanya.
Agus memaparkan dari data Kementerian Sosial menunjukkan bahwa angka pelajar yang terlibat dalam prostitusi sebanyak 55.000 orang. Tentu dari data ini sangat memprihatinkan.
Agus berharap kepada pemerintah agar permasalahan ini segera diatasi. (fajar/JPC)
Sumber: https://fajar.co.id