Tampilkan postingan dengan label Singkawang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Singkawang. Tampilkan semua postingan

Tuan Rumah Juara Desain Motif Melayu

Singkawang, Kalbar - Juara pertama desain motif melayu tahun ini dimenangkan Hendra Budi Sungkowo (29) dalam perayaan Festival Seni Budaya Melayu Ke-XI di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Kemenangan desain motif melayu ini membawa kebanggaan bagi tuan rumah Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kota Singkawang. Rancangan motif melayu yang didesain ini mendapat penilaian terbaik dari 12 desain yang ditampilkan dalam pagelaran seni budaya melayu se-Kalimantan Barat.

“Kami berharap motif-motif melayu ini yang pernah menjadi juara mendapat nominasi sebagai motif melayu Kalimantan Barat,” ucap dia Rabu (19/10) di Pendopo Mesjid Agung Kota Singkawang.

Hendra Budi Sungkowo mengatakan desain motif melayu yang dibuatnya ini mengambil tema pucuk rabung bertabur bunga tanjung. Sedangkan warna yang mendominasi adalah corak dari warna hijau dan warna kuning.

Menurutnya dari kedua corak warna dasar ini menandakan ciri khas identitas budaya melayu Kalimantan. Warna kuning memiliki makna kisah sejarah kerajaan dan kejayaan budaya melayu. Sedangkan makna warna hijau menggambarkan identik dengan nilai keislamannya dalam kultur melayu.

“Rasullulah juga menyukai kedua warna itu hijau dan kuning. Sedangkan pucuk rebung ini benar-benar menandakan budaya melayu. Semakin tinggi penguasa maupun kekuasaan yang diraih oleh seseorang. Semakin merunduk juga jati diri penguasa. Ini merupakan ciri khas dari pucuk rebung itu sendiri,” papar Hendra Budi Sungkowo yang juga bekerja di intansi militer TNI Brigif XIX Khatulistiwa Kota Singkawang.

Sementara koordinator lomba merancang motif melayu MABM Kalbar Rusyanto menambahkan peserta lomba merancang motif melayu ini jumlahnya terbatas. Yakni masing-masing kontingen daerah membawa satu orang peserta untuk mengikuti lomba merancang motif melayu di Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) XI Kalimantan Barat.

“Syarat peserta lomba ini yakni setiap peserta merupakan utusan dari Majelis Adat Budaya Melayu kabupaten/kota dan usia peserta maksimal 30 tahun. Sehingga tidak semua peserta bisa mengikuti lomba merancang motif melayu,” tuturnya.

Rusyanto, menyampaikan yang menjadi kriteria penilaian dewan juri dalam lomba yakni pertama kali originalitas desain, kesesuaian dengan tema, keunikan desain dan keindahan desain. Begitu juga dengan corak dan warna desain motif melayu juga memiliki makna secara filosofis maupun historis dalam suatu karya seni motif melayu di Kalimantan Barat.

Ia mengungkapkan dengan hasil penilaian dari dewan juri desain motif melayu Kota Singkawang mendapat nilai terbaik. Ada 12 peserta lomba yang berkompetisi memperebutkan juara pertama. Namuh hasilnya dimenangkan oleh peserta lomba dari utusan Majelis Adat Budaya Melayu Kota Singkawang.

“Hasil penilain dewan juri sudah final. Juara pertama diraih Kota Singkawang dengan meraih piaga penghargaan dan uang pembinaan. Begitu juga dengan juara kedua maupun ketiga serta juara harapan sama juga mendapatkan hadiah,” tukasnya saat didampingi Sekretaris MABM Kota Singkawang Hamdi yang hadir memberikan penghargaan kepada para juara desain motif melayu se-Kalimantan Barat.

Tari Kolosal Hikayat Hang Tuah Meriahkan FSBM XI Kalbar

Singkawang, Kalbar - Tari kolosal Hikayat Hang Tuah dibawakan 156 penari dengan delapan pesilat dan 10 pemusik.

Dengan durasi 20 menit, Hikayat Hang Tuah dengan penata musik Iskandar, dibawakan penari dalam empat adegan, pasukan rombongan sekapur sirih, kelompok bunga telur, silat laki-laki dan perempuan.

Penata tari, Anwar Razali mengatakan, untuk mempersiapkan penampilan, latihan digelar sebanyak 35 kali.

Sebagian penari merupakan binaan Sanggar Simpur pimpinannya ditambah siswa-siswa dari beberapa sekolah di kota ini.

"Anak-anak kebetulan sudah punya pengalaman. Jadi bisa cepat," katanya.

Selain partisipasi muda-muda dalam berseni, Hikayat Hang Tuah diharapkan Anwar bisa memantik keinginan anak muda lain untuk ikut serta dalam melestarikan adat dan budaya Melayu. Sebab pelestarian adat dan budaya ada di tangan generasi muda saat ini.

"Saat ini, kita mengenalkan. Ke depannya tentu merekalah yang akan berkarya," katanya.

Pada penampilan Hikayat Hang Tuah, penonton akan disuguhkan pesan persatuan. Empat pilar kebangsaan yang harus terus dijaga oleh seluruh komponen bangsa, menjadi ending Hikayat Hang Tuah.

Meriahnya tarian kolosal ini, sangat sayang untuk dilewatkan. Terlebih ada kolaborasi dengan vionist Hendri Lamiri. Saksikan, Senin (17/10/2016) malam ini di Stadion Kridasana Singkawang.

Oktober, Festival Seni Budaya Melayu XI Kalimantan Barat Digelar di Singkawang

Singkawang, Kalbar - Koordinator bidang publikasi Pelaksanaan Festival Seni Budaya Melayu XI Kalimantan Barat (FSBM XI), Rindar Prihartono menyatakan perlunya informasi melalui website dan media sosial facebook untuk menjadi official event akbar FSBM XI 16 - 22 Oktober di Kota Singkawang.

"Informasi kita sampaikan baik untuk perserta FSBM XI dari 14 kabupaten/kota, juga untuk masyarakat Kalbar yang akan menonton perlombaan dari berbagai tangkai lomba," katanya, Kamis (29/9/2016).

Ia mengatakan informasi dapat dilihat di laman http://mabmsingkawang.org yang terintegrasi dengan media sosial facebook, FSBM XI Kalimantan Barat.

Rindar berharap peserta dan masyarakat Kalbar dapat mengakses informasi penyelenggaraan baik acara, lomba, berita, daftar hotel dan lainnya pada dua media online tersebut.

11 Raja Pastikan Berkumpul di Singkawang

Singkawang, Kalbar - Ketua Majelis Kerajaan Kalimantan Barat, Pangeran Ratu Kertanegara, H Gusti Kamboja menyambut positif dilangsungkannya Parade Kebudayaan Melayu se-Kalimantan Barat.

Kegiatan ini akan digelar di Singkawang pada 3-5 Maret mendatang. Belasan raja juga sudah memastikan kehadiran di Singkawang.

Menurut Raja Kerajaan Matan Tanjungpura ini, dalam keberagaman etnis di Kalimantan Barat harus saling menjaga keharmonisan sekaligus mengekalkan tradisi.

“Bagaimanapun juga di Kalbar ada etnis Melayu, yang memberikan warna dan dalam parade ini menjadi upaya kita mengekalkan tradisi dan menjaga harmonisasi, agar harmonisasi tidak hanya sekadar wacana di atas kertas saja ,” kata Kamboja melalui ponselnya, Senin (29/2/2016).

Kamboja menuturkan, harmonisasi yang dimaksud adalah dalam parade kebudayaan ini pula diperkenankan seluruh warga untuk datang menyaksikan, seperti halnya ketika Singkawang menggelar event besar pariwisata kemarin.

“Siapapun boleh datang, bukan hanya tontonan etnis Melayu saja. Kita tentu berharap event seperti ini dapat menjadi agenda tahunan sekaligus menjadi dorongan pertumbuhan dunia pariwisata di Kalbar umumnya dan Singkawang khususnya,” katanya.

Dalam rangkaian acara nanti, kata Kamboja juga akan diisi dengan deklarasi sekaligus pengukuhan Ikatan Cendekiawan Keraton Nusantara (ICKN) wilayah Kalbar, yang dihadiri oleh Eksekutif Presidium ICKN pusat Prof Dr Muhammad Asdar yang juga Raja Bantoa Maros Sulawesi Selatan.

“Sekaligus melakukan pengukuhan pengurus untun ICKN Kalbar ,” kata pria yang juga tercatat sebagai Presidium ICKN pusat ini.

Ketua Panitia Parade Kebudayaan Melayu se-Kalbar, Robi Sanjaya mengatakan, parade juga akan dihadiri oleh kesultanan dari luar Kalbar, antara lain Kesultanan Palembang, Kesultanan Maros, Kesultanan Banjar dan Kesultanan Brunei Darussalam.

"11 raja di Kalbar akan datang diacara kita nanti. Terakhir raja dari Mempawah yang sudah konfirmasi akan datang menghadiri acara," ujar Robi, Senin (29/2).

11 orang raja yang telah dipastikan datang menghadiri acara adalah dari Kerajaan Matan Tanjungpura, Pangeran Ratu Kertanegara, H Gusti Kamboja, Kerajaan Sanggau, Pangeran Ratu Suryanegara H Gusti Arman, Kerajaan Ismahayana Landak, Raja Iswaramahayana Dipati Karang Tanjung H Gusti Suryansah.

Berikutnya Kerajaan Tayan, Penembahan Anom Pakunegara Gusti Yusri, Kerajaan Kubu, Pemangku Adat Kerajaan Syarif Muhammad Alaydrus, Kerajaan Sekadau, Pangeran Agung Gusti Muhammad Efendi, Kerajaan Mempawah, Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya.

Akan hadir pula dari Kesultanan Sambas, Putra Mahkota Pangeran Muhammad Tarhan, Kesultanan Sintang, Sultan H Raden Muhammad Ichsan Danu Perdana, Kesultanan Simpang, Sultan Djamaludin II, H Gusti Mulya dan Kesultanan Pontianak, Sultan H Syarif Abubakar Alqadrie.

Singkawang Sabet Empat Penghargaan Parade Busana Daerah

Singkawang, Kalbar - Kota Singkawang boleh berbangga hati. Pasalnya, Kota Bumi Bertuah Gayung Bersambut ini berhasil menyabet empat penghargaan sekaligus ketika mengikuti Parade Busana Daerah se-Indonesia yang ke VI yang bersama HUT TMII 36.

Empat penghargaan itu di antaranya sebagai penyaji Adi Busana terbaik Se-Indonesia, Perancang, Busana Unggulan, Penyaji Adi Busana Unggulan, Perama Adi Busana Eksotika Khatulistiwa, antarkalimantan.

“Acaranya di mulai 18-27 April. Untuk parade busana daerah 18 April. Hari itu dilakukan perlombaan sekaligus penilaian. Singkawang, mewakili Kalimantan Barat di ajang ini,” kata desainer busana daerah yang mengikuti ajang tersebut, Rabudin, Selasa (29/4). Dalam satu tim yang berangkat diantaranya Rabudin atau Dini Phenk sebagai desainer. Dua model, Ketua Harpi Melati DPC Kota Singkawang, Kepala Disbuparpora Kota Singkawang dan Ketua Harti Melati Provinsi Kalbar.

Penghargaan ini, kata dia, langsung diberikan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Sebagai desainer, Rabudin mengusung busana etnik dayak yang diberikan kreasi modern. “Kreasi modernnya 20 persen. Selebihnya kreasi lokal, karena kita tidak ingin meninggalkan tradisi,” kata dia.

Tema yang diangkat pun menyentuh kreasi lokal yakni “Kembali ke Alam Borneo”.

Menurut Desainer yang akrab dipanggil Dini Phenk, butuh waktu dua bulan untuk mendesain busana daerah ini. Pasalnya, bahan-bahan yang digunakan murni dari hutan. Selain itu proses pengerjaan masih menggunakan cara tradisional. “Pembuatannya menggunakan manual, rajutan. Buat motif, tidak pakai jas, jahit tangan. Handmade. Bahan yang digunakan seperti kulit kayu tarap dan tenun ikat. Kemudian ada accesories pakai burung enggang,” jelas dia.

“Saya berterima kepada tim handmade, dukungan pemerintah melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Busana daerah kita dihargai di tingkat nasional. Ke depannya, akan terus bekarya agar lebih berkembang,” tambah dia. Menurut Dini Phenk, sudah tidak diragukan lagi jika Kota Singkawang dianggap Kota dengan berbagai destinasi wisatanya. Sudah seharusnya, pada kesempatan itu pemerintah lebih mempromosikan busana daerahnya.

Bahkan, lanjut dia, bisa saja pada even-even tertentu diterapkan penggunakan busana daerah. “Bisa saja diterapkan busana daerah, karena itu identitas Kalimantan Barat, termasuk Kota Singkawang. Seperti 17 agustus, atau hari kartini. Tujuannya untuk memperkenal budaya Kalbar, dan tidak hanya budaya luar,” terangnya.Sehingga, lanjut dia, tidak hanya wisata alam yang lebih ditonjolkan tapi juga wisata budaya. Termasuk, ujar dia, busana daerah ini. “Wisata budaya juga harus lebih ditonjolkan. Karena Singkawang satu dalam keberagaman,” kata Dini Phenk yang pernah meriah penata rias unggulan terbaik 2013 se-Indonesia ini.

Peringati Maulid Nabi, Singkawang Gelar Lomba Qasidah

Singkawang, Kalbar - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1435 H di Kota Singkawang akan diwarnai beberapa kegiatan. Selain dilaksanakan tausiyah, hiburan musik religi Al-Madina juga akan diadakan lomba Qasidah dengan memperebutkan hadiah total uang senilai Rp25 juta.

Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Singkawang, Ruslan Karim atau yang biasa disapa Haji Bol mengatakan lomba qasidah yang akan dilaksanakan pada 21-25 Januari 2014. Lomba ini terbuka untuk masyarakat Singkawang dan peserta undangan dari Kabupaten terdekat.Pada malam pembukaan (21/1) akan diisi dengan tausyiah yang rencananya disampaikan ustadz Mulyadi, pimpinan pondok pesantren tahfidz qur’an. Sementara malam penutupan (25/1) dimeriahkan penampilan hiburan musik religi gambus Al-Madina dari Pontianak sekaligus pembagian hadiah. Kegiatan nantinya akan dipusatkan di halaman Mess Daerah Singkawang. “Peserta bisa dari utusan madrasah/sekolah, majelis taklim, remaja masjid, jemaah pengajian. Kegiatan ini tidak hanya untuk masyarakat Kota Singkawang, tetapi kita juga mengundang dari Sambas dan Bengkayang,” kata Haji Bol.

Disebutkan Haji Bol, ada dua kategori dalam lomba qasidah yang akan dilaksanakan. Kategori remaja yaitu untuk usia maksimal 25 tahun, serta kategori dewasa usia 25 tahun ke atas. Pendaftaran dapat dilakukan dari 9 hingga 20 Januari di Kantor Kementerian Agama Kota Singkawang, dengan menghubungi saudara Miftahul Khair dan Islamiyati.Kepala Kantor Kemenag Kota Singkawang Jawani memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan PHBI. Pihaknya mengimbau kepada majelis taklim, pengurus masjid, sekolah/madrasah untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Selain tujuan intinya memperingati Maulid Nabi Muhammad, kegiatan ini juga bermaksud menggali potensi-potensi yang ada di masyarakat dalam siaran tamadun Islam atau kesenian Islam,” kata Jawani.Menurut Jawani, menambahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1435 juga bisa dilaksanakan pihak-pihak lain, misalnya dengan mengadakan kegiatan ceramah agama, perlombaan yang bernuasa Islam di masjid-masjid, sekolah/madrasah, dinas/instansi, memasang spanduk maupun umbul-umbul di masjid- masjid, madrasah. “Kita berharap peringatan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sesuai dengan Tema maulid Dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1435 H, mari kita jadikan Singkawang damai dan harmonis,” katanya.

Tarian dan Kuliner di Ultah Pemkot Singkawang

Singkawang, Kalbar - Memasuki usianya yang ke-12 tahun, Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang, Kalimantan Barat, menggelar expo di halaman Kantor Wali Kota di Jalan Firdaus, Singkawang. Kegiatan tersebut akan berlangsung selama 8 hari, mulai 17 Oktober hingga 24 oktober 2013.
Koordinator Expo, Dede Hardi memaparkan, beragam kegiatan telah dipersiapkan untuk menyukseskan kegiatan tersebut. Expo diisi, diantaranya pameran produk yang diikuti oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Singkawang, kemudian dari usaha kecil dan menengah, dan perusahaan swasta.
Pendukung kegiatan, lanjut Dede, kegiatan juga dimeriahkan dengan parade musik, modern dance, lomba memasak, besurong saprah dan festival kuliner. "Kegiatan ini memang didesain untuk meningkatkan penjualan dan mempromosikan Kota Singkawang," ujar Dede, Rabu (16/10/2013).
Kegiatan dibuka pada Kamis (17/10/2013) pagi, bertepatan dengan hari jadi pemerintahan kota Singkawang. Dari pantauan di lapangan, tampak para peserta expo sudah mengemasi stand pameran, Rabu (16/10/2013). Sebanyak 40 stand disiapkan panitia dan sebuah panggung utama selama kegiatan berlangsung.
Para penari dari kumpulan seni Sanggar Simpor membawakan tarian Multi Etnis yang menceritakan keharmonisan kota Singkawang dalam keberagaman etnis yang ada.
Koreografer tarian, Anwar Rajali menjelaskan, tarian Multi Etnis merupkan cerminan keberagaman Kota Singkawang. Diantaranya mewakili tiga etnis terbesar di Kota Singkawang, yaitu Dayak, Tionghoa dan Melayu.
Selain itu, lanjut Anwar, juga dipadukan dengan lima belas etnis lain, diantaranya Jawa, Batak, Bugis, dan Betawi. "Kita menyuguhkan tarian ini karena menjadi salah satu kebanggaan di Kota Singkawang yang terdiri dari beragam etnis. Cerminan harmonisasi tersebut diwakili dalam bentuk tarian ini," ujar pria yang biasa disapa Bang Way ini disela-sela latihan.

HUT Kota Singkawang: Dari Tradisi Saprahan hingga Festival Melayu

Singkawang, Kalbar - Tepat pada hari ini (17/10), Pemerintah Kota Singkawang berulang tahun ke 12. Berbagai kegiatan akan dilaksanakan, diantaranya makan ala saprahan dengan tenda 112 meter di halaman Kantor Walikota Singkawang.
Resepsi dalam rangka memperingati HUT Pemkot Singkawang ke 12 digelar Kamis ini (17/10) sekitar pukul 08.30 Wib (pagi hari) di Kantor Walikota Singkawang, yang kemudian dilanjutkan dengan makan ala saprahan.
Sekretaris Daerah Kota Singkawang, Syech Bandar mengatakan selain melaksanakan saprahan di tenda sepanjang 112 meter, Panitia perayaan ulang tahun Pemkot Singkawang juga merencanakan berbagai kegiatan lainnya. Diantaranya, akan ada pameran yang dilaksanakan di Kantor Walikota, yang melibatkan seluruh Kabupaten Kota di Kalimantan Barat yang bisa menunjukkan potensi daerah masing-masing.
“Perayaan HUT Pemkot, juga berbarengan dengan kegiatan Pesparawi Tingkat Kalbar, sehingga pameran nantinya diikuti juga seluruh peserta Pesparawi,” katanya.
Sementara itu, Disbudparpora Kota Singkawang, dalam rangka merayakan HUT Pemkot Singkawang ke 12, akan dilaksanakan Festival drumband  yang akan dilaksanakan dengan rute keliling kota. Kemudian juga kegiatan olah raga yang akan dilaksanakan di Gedung Pusat Informasi Pariwisata (PIP).
Selanjutnya akan dilangsungkan juga acara spesial berupa festival tari dan lagu Melayu Internasional dengan tajuk International Malay Dance and song festival. Kegiatan ini rencananya akan diikuti oleh dua negara sahabat, yakni Malaysia dan Brunei Darussalam.

Singkawang Bawa Tari Kamang ke Festival Budaya Bumi Khatulistiwa

Singkawang, Kalbar - Enam penari, berkaus hitam terlihat berkeringat. Meliuk-liuk. Gerakannya tak beraturan. Kadang gemulai, kadang keras. Keenamnya sedang membawakan tari Kamang, buah kreasi koreografer asli Singkawang, Johari Pion. Kamang judul tariannya. Visualisasi gerak tradisional yang bakal menjadi kebanggaan Singkawang dalam FBBK mendatang. Festival Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK) yang bakal digulirkan 26 – 29 September di Pontianak mendatang. Kamang sendiri mendapat inspirasi dari kehidupan masyarakat adat Dayak Salako Binua Garantuk’ng.
Melalui sentuhan seni oleh koreografer Johari Pion, sebuah adat istiadat masyarakat Singkawang tergambar dalam sebuah tarian. Nantinya tarian ini akan dibawa ke kegiatan lomba Festival Budaya Bumi Khatulistiwa yang dilaksanakan di Pontianak. Penata Tari Kamang, Johari Pion, mengambil sumber pustaka Manusia Dayak Manifestasi Perilaku dan Perbuatannya oleh Niko Andasputra, yang iterbitkan di Pontianak oleh penerbit Lembaga dan penunjang pembangunan sosial Institute of Dayakology Research and Development (Oktober-Desember 1992).
Disebutkan Johari dalam sinopsis yang ditulisnya, Kamang lahir dari beragam filosofis karakter kehidupan dunia abstrak, melalui ungkapan permainan ilustrasi keragaman simbol gerak tari yang disajikan, spiritual karakter kebenaran dan kejujuran muncul, ada baik, ada jelek, ada suka, ada murka, ada kasih, dan ada hina.
“Hidup memang berbeda alam, namun pemberlakukan hak tetap sama, tak ubah seperti layaknya manusia, ketika manusia tidak lagi mengenal norma-norma peradaban sebagai kekuatan, dipercaya Badi (Karma) setiap saat bisa terjadi,” ujar Johari.
Kapan spiritual Kamang bisa dipresentasikan dalam menata peradaban kehidupan manusia yang lebih baik. Jawabannya ada pada keyakinan masyarakat adat itu sendiri.
Tari Kamang, garapan bentuk penyusunan elemen dasar gerak tari daerah garapan baru, diselaraskan dengan unsur keperluan pementasan, dengan memperhatikan norma komposisi tari pertunjukan seperti, pemilihan bentuk gerak sesuai dengan isi dari ide tari, desain lantai, arah hadap, volume gerak, level gerak, iringan musik dan kostum serta properti tari yang mampu mendukung sebuah ide tari.
“Materi tari muncul dari gagasan yang bersumber dari sebuah bentuk keyakinan masyarakat adat terhadap alam dan manusia yang selalu dihubung-hubungkan dengan roh leluhur, fenomena ini tumbuh dan berkembang pada kehidupan masyarakat adat Dayak Salako Binua Sagarantukng Kota Singkawang yang merupakan salah satu komunitas norma-norma adat spirit kekuatan dalam menata kehidupan secara bersama baik terhadap alam, manusia maupun roh-roh nenek moyang,” jelas Johari.
Pada sajian tari Johari mencoba memunculkan bentuk sebuah ilustrasi keberadaan kamang (roh-roh leluhur masyarakat adat dayak) dengan beragam karakter, dipercaya masyarakat adat mampu memberikan spirit kekuatan pada kehidupan mereka oleh karenanya menjaga adat tradisi menjadi sebuah budaya kearifan lokal yang harus dipatuhi.
“Berbagai fenomena diatas, kami mencoba untuk mempresentasikan ke dalam sebuah ide karya tari daerah garapan komunitas masyarakat dayak yang mampu memberikan sebuah nuansa baru dalam perkembangan seni tari saat ini,” katanya.
Tari Kamang yang akan dibawakan, nantinya bertema roh leluhur dipercaya mampu memberikan kekuatan spiritual dalam menata kehidupan lebih baik.

Melestarikan Ornamen Motif Dayak lewat Ukiran Perisai

Singkawang, Kalbar - Suara entakan palu silih berganti menempa pahat ukir pada sebilah papan, sedikit demi sedikit bilah papan yang semula mulus itu pun sudah mulai berbentuk. Sulur panjang melengkung, bentuk lingkaran, dan ornamen khas motif dayak lainnya pun mulai tergambar di bilah tersebut.
Aneka corak yang mereka bentuk tersebut merupakan hasil kreasi gambar motif yang mereka tuangkan dalam wadah sebilah papan, yang akan menjadi hiasan perisai.
Begitulah secuil gambaran aktivitas para perajin ukiran perisai saat mengikuti kegiatan bimbingan teknis diversifikasi produk kerajinan ukiran perisai, bertempat di Parauaman Dayak Salako, sebuah rumah yang menjadi tempat berkumpulnya warga Dayak Salako yang bermukim di Kelurahan Nyarumkop, Singkawang, Kalimantan Barat, Sabtu (14/9/2013).
Perisai merupakan salah satu alat pertahanan tradisional yang zaman dulu digunakan sebagai tameng dalam menghadapi musuh. Saat ini perisai lebih difungsikan sebagai pernak-penik hiasan dengan corak khas motif Dayak yang tergambar dalam perisai. Beragam ukuran perisai dijadikan hiasan, mulai dari yang kecil berukuran setengah meter, hingga yang besar berukuran satu setengah meter.
Sejak Jumat (13/9/2013) pagi, para perajin yang jumlahnya 20 orang ini mengikuti bimbingan tersebut. Kegiatan yang dimediasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat ini mendatangkan instruktur khusus dari Bandung, yaitu Andry Masri, seorang dosen desain produk yang mengajar di ITENAS Bandung.
Ketua Kelompok Perajin Ukir Kayu, Andreas Aan, menjelaskan bawa kegiatan ini merupakan sebuah langkah awal dalam mengembangkan produk ukiran yang pernah mereka buat. Dalam kegiatan bimbingan tersebut, peserta diajarkan cara memadukan teknologi modern menggunakan aplikasi komputer dan diterapkan dengan cara tradisional dalam menghasilkan produk ukiran.
"Selama ini kita selalu menggunakan desain motif yang sudah ada atau mengunduh dari internet. Nah, melalui bimbingan ini, kita coba belajar menggunakan aplikasi Corel Draw, belajar membuat gambar kreasi sendiri. Jadi mereka bisa mengembangkan motif kreasi yang mereka ciptakan," kata Aan.
Menurut Aan kegiatan ini diselenggarakan karena kebutuhan pasar akan perisai di mana berdasarkan pameran Inacraf tahun 2012 di Jakarta, permintaan kerajinan perisai motif Dayak sangat tinggi. "Awalnya, kelompok perajin ini membawa Tangkin, salah satu senjata tradisional Dayak, tapi peminatnya kurang. Sedangkan perisai yang kami bawa dalam Inacraf kemarin habis terjual. Bahkan kami sempat dapat banyak order, tapi karena barang belum mencukupi, sampai sekarang order tersebut belum bisa kami penuhi," kata Aan.
Koordinator kegiatan, Yohanes Rudi, yang juga merupakan Kepala Seksi Sarana Industri di Disperindag Provinsi Kalimantan Barat menjelaskan, dengan terselenggaranya kegiatan bimbingan ini, diharapkan adanya perubahan pola pikir perajin ukiran kayu yang selama ini masih berfokus pada motif yang ada.
"Selama ini mereka hanya bikin motif yang itu-itu saja, kita coba ubah pola pikirnya, mereka rata-rata bisa menggambar sendiri motif kreasi. Nah, dari situ mereka diajarkan menggambar dengan aplikasi Corel Draw yang diajarkan oleh instruktur,” papar Rudi.
Para peserta awalnya sempat bingung dengan penerapan teknologi tersebut. Agustinus, salah satu peserta mengaku perlu penyesuaian dengan ilmu baru yang mereka dapatkan tersebut. "Ini masih penyesuaian, karena belum terbiasa, kami biasanya hanya pakai pisau cutter atau pakai atat penoreh getah. Sekarang diajarkan pakai alat-alat pahat, jadi harus penyesuaian dulu, sambil belajar gambar pakai komputer," katanya.
Agustinus dan peserta lainnya mengaku senang dengan adanya kegiatan bimbingan tersebut, selain mereka mendapatkan ilmu baru dalam menggunakan alat ukir, mereka juga semangat bisa membuat motif sendiri dari aplikasi Corel Draw yang diajarkan instruktur, serta bisa melestarikan motif khas Suku Dayak.
Kegiatan bimbingan ini rencananya akan diselenggarakan selama 5 hari mulai 13 hingga tanggal 17 September 2013.

Singkawang Raih Juara Vocal Group Lagu-lagu Melayu

Singkawang, Kalbar - Kota Singkawang tampil sebagai juara I lomba vocal group lagu-lagu Melayu yang diselenggarakan dalam rangka Festival Seni Budaya Melayu se Provinsi Kalimantan Barat, di Kabupaten Sambas, pada tanggal 24 s/d 31 Agustus 2013.
Koordinator sekaligus Pembina Vocal group lagu-lagu Melayu Kota Singkawang, Dedy Syaputra, bertempat di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, Jumat (30/8) mengungkapkan rasa sukurnya, karena group Vocal Group binaannya berhasil keluar sebagai juara.
Festival Seni Budaya Melayu Kalimantan Barat (FSBMKB) IX Tahun 2013 tersebut, dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 31 Agustus 2013 di Kabupaten Sambas, dengan peserta adalah utusan dari Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten/Kota se-Kalimantan Barat.
Dedy mengatakan berhasilnya vocal group Kota Singkawang berkat doa restu masyarakat Kota Singkawang dan usaha, serta kerja keras tim dalam persiapan mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat (MABMKB).
“Semuanya atas Ridho Allah, akhirnya Kota Singkawang bisa menaikkan peringkat kejuaraannya. Tahun sebelumnya kami harapan l. Dengan prestasi ini, kami berharap dijadikan motivasi bagi tim untuk lebih keras berusaha dan berjuang, agar selalu siap untuk menghadapi perlombaan ke jenjang yang lebih tinggi,” kata Dedy.
Dedy juga berharap dengan kegiatan  Festival Seni Budaya Melayu yang rutin diselenggarakan setiap tahun, Pemerintah Kota Singkawang melalui SKPD terkait agar dapat mengapresiasi, meningkatkan perhatian dan pembinaannya.
“Apresiasi Pemerintah Kota Singkawang terhadap seni budaya yang bersifat kedaerahan sangat kami harapkan,” kata Deddy.
Dengan demikian, diharapkan para generasi muda bisa mengerti, memahami, melestarikan dan akhirnya bangga dengan seni budaya daerah dibandingkan dengan seni budaya dari luar. “Kalau tidak kita sendiri, mau siapa lagi yang mau menjaga dan melestarikan kekayaan bangsa in,” katanya.
Menurut Dedy, seni budaya daerah bisa mengangkat citra daerah ke tingkat nasional bahkan internasional kalau dikelola dengan sebaik-baiknya. Dia juga bertekad, kecintaannya pada Seni Budaya Melayu akan dijaga dan ditularkan pada binaannya.
Juara bukan menjadi target utama, Majelis Adat Budaya Melayu Provinsi Kalimantan Barat mengemas dalam bentuk festival Seni Budaya Melayu merupakan upaya memotivasi masyarakat khususnya generasi muda, agar tertarik untuk melestarikan Seni Budaya Melayu ini.
Selain melalui FSBM dengan fasilitasi Pemerintah Tingkat Provinsi Kalimantan Barat, juga diselenggarakan Festival Budaya Bumi Khatulistiwa. Lomba yang diselenggarakan dalam FBBK selain Seni Budaya Melayu juga Dayak.
“Dengan festival-festival ini, selain memotivasi generasi mudah juga bisa menjadi daya tarik wisatawan dari luar provinsi Kalimantan Barat,” ujar Dedy.
Seiring dengan tema yang diusung dalam FSBM yaitu ”Adat Dijunjung Budaya Disanjung“, festival ini diselenggarakan agar menjadi pendorong generasi muda Melayu agar selalu bertindak positif dan berakar kepada kekuatan kebudayaan sendiri.
Sehingga dapat terhindar dari pergaulan buruk yang mengiringi kebebasan gaya hidup di era kebebasan informasi dan globalisasi.

Amoy Singkawang Pamerkan Tari Dayak di Korea Selatan

Singkawang, Kalbar – Putri Pariwisata Kalbar 2012 asal Kota Singkawang, Fania Ramielda Hilsa memanfaatkan momen pertukaran pelajar (student exchange) untuk memperkenalkan potensi kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan (Korsel) dan dunia, di antaranya tarian Dayak.

Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjajaran (Unpad) ini mengikuti program student exchange di Ajou University, Korsel dari 22 Agustus hingga 20 Desember mendatang.

“Di Ajou, Fani mengemban misi budaya dalam acara International Day dan menampilkan kebudayaan Indonesia sambil buka stand,” kata gadis Singkawang kelahiran 9 Oktober 1991 ini melalui mailist kepada Rakyat Kalbar, Rabu (5/9).

Bentuk kebudayaan yang diperkenalkan Fani di antaranya tarian Dayak, Kalbar serta makanan khas Indonesia. Menurut dia, tarian Dayak memang belum banyak dibawakan pada ajang internasional seperti itu.

“Tidak seperti tari Saman yang sering dipentaskan pada ajang internasional. Saya mengambil sebuah kesenian lain, yakni tari Dayak,” ungkapnya.

Fani menjelaskan, student exchange merupakan salah satu kesempatan besar untuk mempromosikan budaya Indonesia, khususnya Kalbar kepada masyarakat internasional.

Setelah mengikuti serangkaian seleksi ketat, Fani terpilih mewakili Unpad sekaligus Indonesia di ajang yang diikuti pelajar dan mahasiswa dari negara lain, khususnya di Benua Eropa.

Untuk mengikuti ajang internasional itu, sebelumnya Fani mengikuti berbagai persiapan di antaranya berlatih menari, mempersiapkan keperluan kesenian, mencari resep makanan, serta persiapan pengumpulan materi presentasi tentang Indonesia.

“Saya juga sudah membawa banyak pernak-pernik khas Kalimantan, seperti kain tenun dan aksesori berupa manik-manik untuk dipamerkan di acara International Day tersebut,” ujar Fani.

Kesempatan pertukaran pelajar ini menjadi kesempatan emas bagi Fania, karena dapat menambah wawasan tentang kebudayaan dari tiap-tiap negara yang mengikuti Internasional Day itu.

“Saya mengenal banyak teman dari berbagai negara,” pungkas Fani.

-

Arsip Blog

Recent Posts