Termasyhur sebagai Kota Santri, keberadaan bisnis esek-esek di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, nyatanya tak juga redup. Hingga kini masih banyak para wanita yang menjajakan tubuhnya, bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK).
Seiring berkembangnya waktu, para PSK ini tak lagi vulgar saat menggaet mangsanya. Tak seperti dulu, saat lokalisasi Tunggorono Kecamatan Jombang, dan Klubuk, di Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, masih bebas. Mereka pun memiliki cara lain untuk menghindari ‘sapuan’ petugas.
Seperti diungkapkan Wn, pemuda asal Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang ini. Para PSK di Kota Santri kini lebih cerdik. Mereka tak lagi menggunakan gaya-gaya konvensional. Cukup menjadi pemandu lagu atau penjaga warung. Dari pekerjaan itu, para PSK ini bisa mendapatkan pelanggan.
“Yang paling banyak di karaoke. Kalau di warung-warung di wilayah Mojoagung juga banyak, tapi masih banyak yang menjadi pemandu lagu ‘plus-plus’. Karena lebih aman dari petugas,” paparnya, Senin (23/4/2018).
Geliat bisnis esek-esek memang begitu nampak di sejumlah lokasi di Kota Santri. Dibeberapa warung di Mojoagung misalnya, para wanita muda nampak bisa dengan mudah untuk ditemukan. Rata-rata mereka bekerja sebagai penjaga warung atau pelayan. Cukup datang dan memesan secangkir kopi serta makanan Anda bisa dengan mudah ngobrol dengan para wanita ini.
Salah satunya di area Pasar Mojoagung. Di lokasi ini, beberapa warung kopi memang memiliki pelayan cantik dan muda. Para wanita yang rata-rata berusia 20 tahunan ini tampak cukup lihai dalam melayani para pelanggan. Perlahan, tangan gemulai itu mengaduk kopi di tengah remang cahaya lampu pijar.
Sesekali ia menoleh ke tamunya, sambil mengucap beberapa kata menawarkan makanan yang dijualnya. Lirikan matanya nakal. Membuat para lelaki tergiur untuk ‘memangsanya’. Tak heran, jika banyak yang menyebut, para pelayan warung kopi ini juga bisa dipesan. Tergantung negosiasi diantara secangkir kopi.
“Kalau yang di warung-warung ini, biasanya pelanggannya anak muda. Soalnya harus nunggu malam hari baru bisa dijemput diajak ‘main’. Kisaran pukul 01.00 dinihari,” ujar Sl, wanita yang berjualan di sekitar Pasar Mojoagung.
Sl yang mengaku sudah 8 tahun mengais rupiah di Pasar Mojoagung ini mengungkapkan, bisnis syahwat di Pasar Mojoagung memang sudah bukan rahasia lagi. Sedari dulu, kawasan tersebut memang kerap menjadi tempat transaksi para penikmat ‘wisata seks’.
“Kalau soal harga saya tidak tahu. Setahu saya mereka itu dibiarkan sama pemilik warung. Karena memang tidak ada hubungan. Jadi mereka bekerja memang untuk menarik pelanggan, selain itu ya urusan masing-masing,” terangnya.
Tak berbeda jauh dengan para PSK yang ‘berprofesi’ ganda seperti di kawasan Mojoagung, para pemandu lagu di tempat-tempat karaoke ini pun sama. Laiknya balap motor, para wanita ini baru akan menjadi ‘liar’ jika sudah di dalam room karaoke.
Terkadang, para PSK yang nyambi sebagai pemandu lagu ini tidak begitu saja mengiyakan saat pria hidung belang menawarnya. Namun, ada juga yang dengan santainya menawarkan diri tanpa sedikit rasa canggung.
“Kalau purel (pemandu lagu) pokoknya siapkan duit agak banyak. Negosiasinya di dalam room karaoke. Kalau cocok, langsung ke hotel. Itu yang membuat sedikit mahal,” sambung Hn.
Hn menuturkan, ada beberapa tempat karaoke di Jombang. Para pemandu lagu ini tidak standby di tempat-tempat karaoke itu. Biasanya, mereka dipanggil jika ada pengunjung yang memesannya. Namun, akhir-akhir ini ada juga yang mangkal. Utamanya saat sore hingga malam hari.
“Kalau awal-awal dulu pesannya lewat pelayannya, tapi kalau sudah sering, bisa menghubungi sendiri. Kan sudah punya nomor handphone masing-masing, jadi cepat dan mudah,” tandas pemuda yang kos di wilayah Kecamatan/Kabupaten Jombang ini.
Sumber: https://faktualnews.co
Seiring berkembangnya waktu, para PSK ini tak lagi vulgar saat menggaet mangsanya. Tak seperti dulu, saat lokalisasi Tunggorono Kecamatan Jombang, dan Klubuk, di Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, masih bebas. Mereka pun memiliki cara lain untuk menghindari ‘sapuan’ petugas.
Seperti diungkapkan Wn, pemuda asal Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang ini. Para PSK di Kota Santri kini lebih cerdik. Mereka tak lagi menggunakan gaya-gaya konvensional. Cukup menjadi pemandu lagu atau penjaga warung. Dari pekerjaan itu, para PSK ini bisa mendapatkan pelanggan.
“Yang paling banyak di karaoke. Kalau di warung-warung di wilayah Mojoagung juga banyak, tapi masih banyak yang menjadi pemandu lagu ‘plus-plus’. Karena lebih aman dari petugas,” paparnya, Senin (23/4/2018).
Geliat bisnis esek-esek memang begitu nampak di sejumlah lokasi di Kota Santri. Dibeberapa warung di Mojoagung misalnya, para wanita muda nampak bisa dengan mudah untuk ditemukan. Rata-rata mereka bekerja sebagai penjaga warung atau pelayan. Cukup datang dan memesan secangkir kopi serta makanan Anda bisa dengan mudah ngobrol dengan para wanita ini.
Salah satunya di area Pasar Mojoagung. Di lokasi ini, beberapa warung kopi memang memiliki pelayan cantik dan muda. Para wanita yang rata-rata berusia 20 tahunan ini tampak cukup lihai dalam melayani para pelanggan. Perlahan, tangan gemulai itu mengaduk kopi di tengah remang cahaya lampu pijar.
Sesekali ia menoleh ke tamunya, sambil mengucap beberapa kata menawarkan makanan yang dijualnya. Lirikan matanya nakal. Membuat para lelaki tergiur untuk ‘memangsanya’. Tak heran, jika banyak yang menyebut, para pelayan warung kopi ini juga bisa dipesan. Tergantung negosiasi diantara secangkir kopi.
“Kalau yang di warung-warung ini, biasanya pelanggannya anak muda. Soalnya harus nunggu malam hari baru bisa dijemput diajak ‘main’. Kisaran pukul 01.00 dinihari,” ujar Sl, wanita yang berjualan di sekitar Pasar Mojoagung.
Sl yang mengaku sudah 8 tahun mengais rupiah di Pasar Mojoagung ini mengungkapkan, bisnis syahwat di Pasar Mojoagung memang sudah bukan rahasia lagi. Sedari dulu, kawasan tersebut memang kerap menjadi tempat transaksi para penikmat ‘wisata seks’.
“Kalau soal harga saya tidak tahu. Setahu saya mereka itu dibiarkan sama pemilik warung. Karena memang tidak ada hubungan. Jadi mereka bekerja memang untuk menarik pelanggan, selain itu ya urusan masing-masing,” terangnya.
Tak berbeda jauh dengan para PSK yang ‘berprofesi’ ganda seperti di kawasan Mojoagung, para pemandu lagu di tempat-tempat karaoke ini pun sama. Laiknya balap motor, para wanita ini baru akan menjadi ‘liar’ jika sudah di dalam room karaoke.
Terkadang, para PSK yang nyambi sebagai pemandu lagu ini tidak begitu saja mengiyakan saat pria hidung belang menawarnya. Namun, ada juga yang dengan santainya menawarkan diri tanpa sedikit rasa canggung.
“Kalau purel (pemandu lagu) pokoknya siapkan duit agak banyak. Negosiasinya di dalam room karaoke. Kalau cocok, langsung ke hotel. Itu yang membuat sedikit mahal,” sambung Hn.
Hn menuturkan, ada beberapa tempat karaoke di Jombang. Para pemandu lagu ini tidak standby di tempat-tempat karaoke itu. Biasanya, mereka dipanggil jika ada pengunjung yang memesannya. Namun, akhir-akhir ini ada juga yang mangkal. Utamanya saat sore hingga malam hari.
“Kalau awal-awal dulu pesannya lewat pelayannya, tapi kalau sudah sering, bisa menghubungi sendiri. Kan sudah punya nomor handphone masing-masing, jadi cepat dan mudah,” tandas pemuda yang kos di wilayah Kecamatan/Kabupaten Jombang ini.
Sumber: https://faktualnews.co