Kutai Tempo Dulu Akan Meriahkan FKR

Tenggarong, Kaltim - Kehidupan masyarakat asli Kutai akan ditampilkan pada Sepekan Kampong Kutai Tempo Dulu. Itu merupakan bagian dari Festival Kota Raja (FKR) 2014 dalam rangka memeriahkan hari jadi ke-232 Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Kegiatan yang dilaksanakan pada 13-19 Oktober itu mengambil lokasi di areal parkir Skate Park Timbau, Tenggarong.

"Saat ini kami sedang menyelesaikan bangunan rumah tempo dulu yang menjadi properti utama Sepekan Kampong Kutai ini," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kukar Sri Wahyuni, melalui Kepala Seksi Sejarah dan Nilai Tradisional M Jaini, Kamis (9/10).

Jaini mengatakan, ada sembilan rumah yang disiapkan. Terdiri dari dua berbahan kulit kayu, empat berbahan daun nipah, dan empat berbahan kayu.

Menurut dia, tiga jenis bangunan tersebut menggambarkan tahapan perkembangan arsitektur bangunan asli rakyat Kutai. Yaitu rumah berdinding kulit kayu dengan rangka batang pohon sungkai dan beratap daun.

Kemudian rumah dari daun nipah menurut Jaini, menggambarkan bahwa pikiran masyarakat yang lebih maju dan ekonomis. Karena pada tahap ini, masyarakat berkeyakinan, jika membuat rumah dari kulit kayu memerlukan waktu dan tenaga lebih demi mengumpulkan bahan. Pasalnya banyak pohon yang dikuliti. Sementara pohon yang dikuliti bisa saja mati. Dengan menggunakan nipah yang banyak tersedia di tepi-tepi sungai yang jika diambil daunnya, tidak memerlukan waktu lama untuk tumbuh.

"Orang dulu sudah berpikir nipah lebih ekonomis dan tidak perlu menebang banyak kayu untuk dikuliti. Sehingga hutan bisa lestari," ujarnya.

Selanjutnya rumah berbahan papan dengan rangka balok kayu menunjukkan zaman yang semakin maju. Itu menggambarkan masyarakat telah mengenal alat-alat untuk mengolah kayu. "Rumah papan kayu ini juga menunjukkan perkembangan pengetahuan dan ekonomi masyarakat. Karena beberapa orang mampu membeli alat pengolah kayu," tegasnya.

Jaini mengatakan, pada Sepekan Kampong Kutai akan disimulasikan kehidupan sehari-hari penduduk asli. Ada yang bekerja sebagai petani dan nelayan. Ada juga yang berjualan kue dan makanan tradisional khas Kutai. Juga ditampilkan simulasi pembuatan gula merah dan alat-alat tangkap nelayan tradisional.

"Jadi, tiap rumah ada penghuninya. Masing-masing disimulasikan satu keluarga per rumah, lengkap dengan suasana hiruk pikuk kehidupan kampung Kutai tempo dulu," katanya.

Kegiatan itu bisa disaksikan tiap hari mulai pukul 07.30-12.00 Wita. Kemudian dilanjut pukul 13.30-17.00 Wita. Sementara malam harinya, pengunjung akan dihibur berbagai kesenian asli Kutai.

"Selain untuk mempertahankan dan mengenalkan arsitektur asli Kutai, acara ini melestarikan adat istiadat atau tradisi," ucapnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts