Tampilkan postingan dengan label Ternate. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ternate. Tampilkan semua postingan

Sambut Lailatul Qadar dengan Tradisi Ela-ela di Kesultanan Ternate

Ternate, Malut - Masyarakat Kota Ternate, Maluku Utara, menyambut malam Lailatul Qadar dengan menggelar tradisi Ela-ela, Jumat (1/7/2016) malam.

Pembakaran obor atau Ela-ela merupakan tradisi masyarakat Kota Ternate setiap malam 27 Ramadhan. Nuansa Islam menyambut malam seribu bulan itu begitu kental terlihat di Kedaton Kesultanan Ternate.

Pembakaran obor dilakukan serentak oleh perangkat adat kesultanan Ternate yang diawali oleh Jogugu H Zulkiram Mahcmud bersama Wali Kota Ternate Burhan Abdurahman serta Dandim 1501/Ternate.

Setiap sudut halaman kesultanan Ternate hingga luar diterangi dengan cahaya obor. Ela-ela juga menerangi setiap rumah warga.

Dari keraton, seluruh perangkat kesultanan kemudian menuju Masjid Sultan dengan berjalan kaki dan membawa lampu.

Jogugu Kesultanan Ternate, H Zulkiram Mahcmud menjelaskan, peringatan malam Lailatul Qadar merupakan tradisi Ternate.

“Ela-ela ini sebagai kepercayaan kita bahwa malaikat turun ke bumi untuk segala urusan umat manusia dengan segala kebajikan,” kata Zulkiram.

Obor ini, katanya, sebagai simbol menerangi bahwa pada malam ini akan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.

“Maka untuk menerangi bumi ini dibakarlah obor atau Ela-ela sebagai tanda kita menyambut alam ini dengan cahaya-cahaya dimana cahaya itu melambangkan ilmu pengetahuan, dan bagaimana negeri ini mendapatkan keberkahan dari Allah,” kata Zulkiram lagi.

Berbagai Festival Akan Digelar di Morotai

Ternate, Malut - Plt Bupati Morotai Weni R Paraisu mengatakan saat ini sudah ada investor yang menjajaki Pulau Morotai, Maluku Utara, untuk berinvestasi.

"Tahun ini hingga 2019 nanti akan dibangun home stay di Morotai berjumlah 10.000 unit. Ini diharapkan sebagai penunjang utama buat kami untuk membangun pariwisata Morotai," kata Weni.

Staf Khusus Bidang Pariwisata Morotai, Muhammad Bintaher menambahkan bahwa pihaknya akan menggelar berbagai festival di Pulau Morotai di antaranya festival desa pesisir, festival Pulau Dodola, festival perang dunia II, dan festival budaya.

"Jadi kita akan mulai dengan kegiatan festival desa pesisir yang nantinya kita upayakan untuk launching di tanggal 1 Agustus 2016. Salah satu kegiatan yang nanti digelar yakni lomba balap sepeda dan nantinya di tanggal 17 Agustus kita akan rayakan HUT RI di Desa Cendana Kecamatan Morotai Jaya," ujarnya.

Festival Ela-ela Tampilkan Tradisi Islam di Ternate

Ternate, Malut - Festival ela-ela yang akan digelar di Ternate, Maluku Utara (Malut) pada 13 Juli 2015 atau malam 27 Ramadhan menampilkan kekhasan tradisi Islam dalam menyambut malam Lailatul Qadar.

"Masyarakat Islam di Ternate sejak ratusan tahun silam memiliki tradis dalam setiap menyambut malam lailatul qadar yang disebut ela-ela. Tradisi ini lah yang kita tampilkan pada festival ela-ela tanggal 13 Juli nanti," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate Anas Conoras di Ternate, Rabu.

Pada festival ela-ela yang telah menjadi kegiatan rutin Pemkot Ternate tersebut di tampilkan ritual penyambutan malam lailatul qadar yang diawali dengan pembacaan doa di Kedaton Kesultanan Ternate selesai pelaksanaan shalat tarawaih di masjid Kesultanan Ternate.

Kegiatan selanjutnya dalam festival ela-ela tersebut, menurut Anas Conoras adalah pembakaran obor yang dalam bahasa daerah Ternate disebut ela-ela oleh wakil dari Kesultanan Ternate dan Pemkot Ternate yang kemudian diikuti oleh seluruh masyarakat, baik yang ada di lingkungan kedaton kesultanan maupun di seluruh wilayah Ternate.

Seluruh warga di Ternate memasang obor di halaman rumah sampai pagi, ada pula warga yang sekaligus membakar damar sehingga hampir seluruh wilayah Ternate tercium aroma harum bau damar, yang umumnya merupakan damar kualitas terbaik dari wilayah Halmahera.

"Masyarakat Ternate membakar obar dan damar pada malam 27 Ramadhan itu karena sesuai keyakinan yang diwariskan sejak ratusan tahun silam, pada malam itu para malaikat turun dari langit dan untuk itu masyarakat menyambutnya dengan cara menerangi kampung menggunakan obor dan mengharumkannya menggunakan damar," katanya.

Untuk menyemarakan festival ela-ela tersebut, Pemkot Ternate menggelar lomba ela-ela antar-kelurahan dengan penilaian dititikberatkan pada kesemarakan obor dan lampion serta partisipasi masyarakat di setiap kelurahan dalam kegiatan itu.

Ia menambahkan, festival ela-ela tersebut telah dijadikan salah satu kegiatan wisata religi di Ternate dalam setiap bulan Ramadhan dan sesuai pengalaman tahun-tahun sebelumnya cukup menarik perhatian wisatawan.

Ternate Dianugerahi sebagai Kota Kebudayaan

Ternate, Malut - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Jenderal Kebudayaan RI memberikan penghargaan kepada tiga daerah yang ditetapkan Tim Penilai, salah satunya Kota Ternate sebagai Kota Kebudayaan.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Sekretaris Daerah Kota Ternate Sutopo Abdullah di Ternate, Jumat (27/6), mengatakan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan melalui surat bernomor 954/F.F6/LL/2015 memberikan penghargaan Kota Kebudayaan kepada Pemerintah Kota Ternate.

Dia menjelaskan, pihaknya menghargai semua daerah yang telah bersungguh-sunggu berupaya memelihara dan terus mengangkat nilai-nilai yang hidup di daerahnya masing-masing sebagai landasan dalam membangun peradaban Bangsa Indonesia.

"Tiga derah itu diantaranya Kota Ternate, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Banyuwangi dan surat resmi dari Kemendikbud Direktorat Jenderal Kebudayaan, Ternate adalah Kota yang memiliki sejarah panjang terkait dengan eksistensi ke-Indonesiaan antara lain, Kota penghasil rempah-rempah yang dikenal sejak masa Hindia Belanda.

Hal ini ditandai dengan adanya peninggalan situs purbakala berupa benteng dan bangunan-bangunan khas kolonial, khususnya peninggalan masa Portugis dan Belanda.

Kemudian Pemerintah Kota memiliki komitmen yang kuat melakukan pelestarian bukan saja pada revitalisasi peninggalan budaya benda, namun juga budaya tak benda.

Dia mencontohkan, ada kegiatan barifola yang mengandung nilai kegotong royongan dan toleransi, dimana melalui barifola, warga setempat secara sukarela bahu-membahu membantu membangun rumah bagi mereka yang kurang mampu.

Untuk itu, dirinya berharap, ketiga Pemda yang telah ditetapkan ini dapat menyiapkan berkas kelengkapan data kekaryaan untuk keperluan teknis proses acara pada tanggal 21-22 September mendatang dan berkas kelengkapan dimaksud adalah karya kebudayaan di daerah masing-masing.

Festival Teluk Jailolo Digelar

Ternate, Malut - Festival Teluk Jailolo (FTJ) VII di Halmahera Barat, Maluku Utara, digelar pada Senin yang dibuka dengan upacara tradisi membersihkan laut.

Upacara dilakukan dengan mengitari Pulau Babua sebanyak tiga kali dengan iring-iringan kapal hias dan tabuhan musik tradisonal, serta doa yang dipimpin Sultan Jailolo, kata Ketua Panitia FTJ, Abjan Sofyan di Ternate, Senin.

Dia menyatakan upacara itu bertujuan membersihkan laut dari niat buruk, menghormati leluhur dan meminta izin kepada alam untuk memulai perayaan dengan niat tulus.

Pembukaan FTJ itu juga ditandai dengan peresmian Patung Saloi yang terletak di samping area pelabuhan Jailolo, Desa Gufasa oleh Bupati Halmahera Barat Namto Hui Roba.

FTJ adalah acara tahunan yang secara konsisten dilaksanakan oleh Pemda Halmahera Barat untuk mempromosikan daerah itu sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia Timur.

Festival ini mengedepankan keindahan alam, aneka kuliner, potensi bawah laut, adat istiadat, dan keragaman budaya.

Menurut Abjan, pemerintah daerah terus mempromosikan potensi wisata baik melalui FTJ maupun kegiatan lain bertaraf nasional dan internasional.

Abjan menambahkan, Halmahera Barat juga telah ditunjuk menjadi tuan rumah pelaksanaan Kejurnas "Open Tournament Fin Swimming" diikuti atlet dari 33 pengurus Pemrov POSI, pengurus Kabupatan Jaring Kota, Posi dan Komunitas Selam.

Ternate Cetak Rekor MURI Menari Soya-soya Terpanjang

Ternate, Malut - Sedikitnya 6.432 anak-anak di Ternate mencatat rekor MURI menari soya-soya estafet terpanjang di Indonesia, Minggu, 19 April 2015. Tak tanggung-tanggung, jarak rekor yang dipecahkan sejauh 42 kilometer mengelilingi Gunung Gamalama.

Paulus Pangka, SH, Senior Manager Museum Rekor Dunia Indonesia, mengatakan tarian soya-soya yang dilakukan secara estafet ini merupakan rekor baru tarian terpanjang di Indonesia dengan kriteria superlatif. Rekor ini merupakan yang keempat yang dicatat Kota Ternate.

Sebelumnya, Ternate juga mencatat rekor MURI seperti lomba baca puisi dengan juri terbanyak pada 2011. Tarian soya-soya dengan jumlah penari terbanyak pada 2013 dan penyajian nasijaha terpanjang sejauh 10 kilometer pada 2013.

“Dengan demikian, rekor baru yang tercatat ini menjadi rekor keempat kali yang dicatat Kota Ternate. Lebih menarik lagi, rekor baru ini melibatkan anak-anak untuk menari,” kata Paulus kepada Tempo.

Menurut Paulus, rekor MURI yang dicatat Kota Ternate diyakini belum akan terpecahkan untuk jangka waktu 2-3 tahun, lantaran jarak menari yang dilakukan sejauh 42 kilometer mengelilingi Gunung Gamalama. “Saya bahkan memprediksi tarian ini akan mampu membangkitkan semangat anak-anak untuk mencintai budaya lokal. Apalagi, melihat rekor ini, antusiasme dan semangat anak-anak yang menari terlihat jelas,” ujar Paulus.

Wali Kota Ternate Burhan Abdurahman mengatakan tarian soya-soya yang diperagakan ribuan anak-anak di Kota Ternate merupakan tarian yang telah berusia lebih dari 400 tahun. Tarian ini menjadi tarian wajib untuk menjemput tamu besar. Karena itu, Pemerintah Kota Ternate telah mencanangkan tarian soya-soya menjadi pelajaran muatan lokal di sekolah.

“Harapan kami, ke depan akan banyak anak-anak di Ternate yang semakin mencintai seni tarian lokal Maluku Utara. Apalagi sudah ada prestasi yang dicatat. Semoga rekor tersebut bisa menjadi rangsangan,” tutur Burhan.

Festival Legu Gam Tampilkan Pameran Batu Mulia

Ternate, Malut - Festival Legu Gam yang akan digelar di Ternate, Maluku Utara, selain menyuguhkan berbagai kekhasan budaya daerah, juga akan menampilkan pameran batu mulia dari berbagai wilayah di provinsi ini.

Ketua Umum Panitia Festival Legu Gam 2015 Arifin Djafar mengatakan di Ternate, Selasa, Festival Legu Gam yang semula digelar tanggal 1-14 April 2015, namun kemudian diundur menjadi 11-30 April 2015 itu sengaja menampilkan pemeran batu mulia untuk mempromosikan kekhasan batu mulia Malut.

Panitia Festival Legu Gam telah mengundang para pengusaha dan pengrajin batu mulia dari semua kabupaten/kota di Malut, seperti dari Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Halmahera Timur dan Kota Ternate untuk ambil bagian dalam pameran batu mulia itu.

Menurut Arifin Djafar, Malut memiliki kekayaan potensi batu mulia, namun belum semuanya dikenal secara luas, baik di dalam maupun luar negeri, oleh karena itu melalu pameran batu mulia di Festival Legu Gam tersebut diharapkan semuanya bisa dikenal luas.

Batu mulia Malut yang selama ini sudah dikenal luas di dalam dan luar negeri, baru batu bacan asal Kabupaten Halmahera Selatan, khususnya untuk jenis batu doko dan batu palamea, yang harganya bisa mencapai puluhan rupiah untuk ukuran batu cincin.

Sementara itu, salah seorang pengrajin batu mulia di Ternate Ibrahim menyambut baik adanya pameran batu mulia di Festival Legu Gam tersebut, karena akan menjadi saran bagi mereka untuk memperkenalkan hasil kerajinanannya sekaligus memasarkannya kepada para pengunjung.

Oleh karena itu, ia telah menyiapkan berbagai jenis batu mulia hasil karyanya, yang umumnya berupa batu cincin dengan harga bervariasi yakni khusus untuk batu doko dan batu palamea mulai dari harga Rp5 juta per buah sampai Rp40 juta per buah tergantung kwalitasnya.

Festival Legu Gam yang digelar Kesultanan Ternate telah menjadi kalender tahunan kegiatan pariwisata Kementerian Pariwisata dan selalu dihadiri ribuan pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri.

Festival Legu Gam Ternate Akan Tonjolkan Budaya yang Terancam Punah

Ternate, Malut – Festival Legu Gam yang akan digelar di Ternate, Maluku Utara, pada 1-14 April akan lebih menonjolkan kegiatan budaya, terutama budaya tradisional yang keberadannya terancam punah.

“Pada Festival Legu Gam tahun-tahun sebelumnya selain menampilkan kegiatan budaya juga kegiatan yang bersifat hiburan, seperti mendatangkan grup band, tetapi tahun ini hanya berupa kegiatan budaya,” kata Ketua Umum Panitia Festival Legu Gam 2015 Arifin Djafar di Ternate, Sabtu.

Pertimbangan utama pada Festival Legu Gam 2015 lebih menonjolkan kegiatan budaya adalah karena Kesultanan Ternate sebagai penyelenggara festival tahunan itu sedang berduka atas wafatnya Sultan Ternate Mudhafar Sjah pada 19 Februari 2015.

Ia mengatakan, khusus untuk kegiatan budaya yang akan ditampilkan pada Festival Legu Gam yang telah masuk dalam kalender kegiatan pariwisata nasional tersebut, beberapa kegiatan di antaranya tetap sama dengan tahun sebelumnya seperti ritual mengelilingi Pulau Ternate dengan obor dan ritual mengelilingi Pulau Ternate melalui laut.

Khusus untuk kegiatan ritual perayaan ulan tahun Sultan Ternate Mudhafar Sjah yang tahun-tahun sebelumnya menjadi kegiatan puncak dalam penyelenggaraan Festival Legu Gam itu akan diganti dengan kegiatan tabliq akbar untuk mendoakan almarhum Sultan Ternate agar mendapat tempat yang layak disisi Tuhan Yang Maha Esa.

“Pada Festival Legu Gam 2015, ada pula sejumlah kegiatan budaya yang baru pertama kali ditampilkan selama penyelenggaraan Festival Legu Gam, di antaranya budaya basunat yakni tradisi masyarakat Kesultanan Ternate dalam melakukan sunat kepada anak lelaki,” katanya.

Tradisi basunat yang menggunakan peralatan tradisional belakangan ini tidak dipraktikkan lagi masyarakat Kesultanan Ternate, karena sudah ada cara sunat yang lebih modern di rumah sakit.

Ia menambahkan, panitia Festival Legu Gam 2015 telah mengundang sejumlah pejabat terkait di pemerintah pusat, termasuk sejumlah sultan dan raja di Indonesia serta sejumlah perwakilan negara asing di Jakarta.

Festival Kora-kora Diupayakan Masuk Agenda Pariwisata Nasional

Ternate, Malut - Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, Maluku Utara (Malut), akan mengupayakan Festival Kora-kora yang digelar di Ternate setiap pertengahan Desember masuk kalender pariwisata nasional.

Kabag Humas dan Protokoler Pemkot Ternate, Sutopo Abdullah di Ternate, Senin (8/12/2014) mengemukakan Festival Kora-kora layak masuk kalender pariwisata nasional, karena selain menampilkan berbagai kegiatan menarik, juga telah menjadi agenda tetap kegiatan kepariwisataan di Kota Ternate.

Festival Kora-Kora yang digelar untuk memeriahkan peringatan Hari Jadi Ternate, umumnya diisi dengan kegiatan bahari sehingga sekaligus sebagai sarana untuk membangkitkan semangat bahari di masyarakat Ternate.

Sutopo Abdullah mengatakan, pada Festival Kora-kora dalam rangka memperingati Hari Jadi Ternate yang ke-764 tahun ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat telah menyiapkan sejumlah kegiatan menarik, seperti lomba mancing tradisional, lomba foto bawah laut, lomba dayung perahu kora-kora dan pawai perahu kora-kora hias.

Fesitval Kora-Kora yang akan berlangsung tanggal 13-14 Desember 2014 itu dipusatkan di Pantai Ternate, sedangkan khusus lomba foto bawah laut tersebar di sejumlah titik penyelaman yang selama ini dikenal memiliki panorama bawah laut yang sangat menarik, di antaranya di Pulau Hiri.

"Wisatawan yang akan menyaksikan Festival Kora-kora tersebut dipastikan tidak akan menyesal, karena mereka akan melihat kekhasan perahu tradisional Ternate, yakni kora-kora yang digunakan dalam semua kegiatan di festival itu," katanya.

Wisatawan juga dapat menikmati berbagai obyek wisata lainnya di Ternate, seperti obyek wisata peninggalan Kesultanan Ternate, obyek wisata peninggalan kolonial, di antaranya berupa benteng, keindahan Danau Tolire serta Pantai Sulamadaha.

Ia menambahkan, di Ternate juga tersedia berbagai cenderamata khas, seperti batik tradisional yang bermotif buah pala dan cengkeh, berbagai jenis batu mulia, seperti batu bacan, batu obi, batu maba dan loloda serta kerajinan besi putih.

Soya-Soya dan Bambu Gila Diusulkan menjadi Warisa Dunia

Ternate, Malut - Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara mengusulkan Tari Soya-Soya dan atraksi budaya Bambu Gila sebagai warisan budaya dunia yang terdaftar di Unesco (Organisasi PBB dibidang Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan).

Kepala Seksi Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata Kota Ternate Rinto Thaib mengatakan di Ternate, Sabtu, bahwa kedua jenis kesenian tradisional Ternate tersebut diusulkan menjadi warisan dunia karena dinilai memenuhi kriteria itu.

Ia mengatakan, prinsip dasar yang digunakan Unesco untuk menetapkan suatu kesenian atau atraksi budaya sebagai warisan dunia adalah unik, tidak tergantikan dan penting, yang jika dikaitkan dengan Tari Soya-Soya dan atraksi budaya Bambu Gila ketiga kriteria itu terpenuhi.

Tari Soya-Soya, menurut Rinto Thaib, merupakan tarian yang bisa dimainkan banyak orang yang semuanya laki-laki dengan perlengkapan berupa salawaku (perisai) dan ngana-ngana (sejenis daun pohon enau), sedangkan musik pengiringnya berupa tifa (gendang kecil) dan gong.

Soya-Soya yang selalu di tampilkan untuk penyambutan tamu kehormatan ini menggambarkan semangat kepahlawanan Sultan Babullah ketika berusaha membebaskan jenazah ayahnya Sultan Khairun yang dibunuh pasukan Portugis di Benteng Rostra Sinor Derosario tahun 1857.

Sedangkan atraksi budaya Bambu Gila dimainkan oleh seorang pawang dengan peralatan sepotong bambu yang kemudian dipegang sejumlah orang. Bambu itu seperti memiliki kekuatan magis bergerak sendiri mengikuti asap dupa sang pawang, ujarnya.

Bantuan Pengungsi Halmahera Tengah (Halteng) Diselewengkan

Ternate - Dana bantuan Megawati Soekarnoputri saat masih menjabat sebagai Wakil Presiden sebesar Rp200 untuk pengungsi korban kerusuhan di wilayah Maluku Utara, hingga kini belum diketahui pemanfaatannya.

Keterangan yang diiperoleh di Biro Sosial Kantor Gubernur Maluku Utara menyebutkan, bantuan yang diserahkan Ibu Megawati kepada penjabat Gubernur Muhyi Effendie ketika mengunjungi Desa Susupu di Kecamatan Sahu, 23 Desember 2000 lalu itu, disinyalir raib.

Melalui Penjabat Gubernur Maluku Utara, Presiden Megawati juga memberi bantuan dua unit mobil ambulan, uang Rp200 juta, 100 ton beras, peralatan masak dan perlengkapan sekolah di Desa Susupu. Sebelumnya Januari 2000, Mega juga memberikan bantuan Rp50 juta.

Susuou di Kecamatan Sahu (Halmahera) merupakan salah satu tempat di Maluku Utara yang dikunjungi Mega saat masih menjawab Wapres Desember tahun lalu. Yang terlihat hanya mobil ambulance sementara uang tunai Rp200 juta tidak diketahui keamana raibnya.

Penjabat Gubernur Muhyi Effendie, selaku Penguasa Darurat Sipil (PDS) Maluku Utara, belum berhasil dikonfirmasikan. "Pak Gubernur, sejak Senin (10/12) pagi mengunjungi sejumlah kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah," tutur Staf Biro Humas Kantor Gubernur setempat. Sekitar 50 persen diselewengkan. (***)

Sumber: Gatra, 11 Desember 2001

Ritual Khas Ramadhan di Ternate

Kota Ternate, Malut - Berkunjung di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), pada bulan Ramadhan akan melihat berbagai ritual khas Ramadhan, yang digelar masyarakat sebagai rasa syukur kepada Allah dan penghormatan terhadap bulan suci itu.

Ritual menarik terkait Ramadhan yag bisa dinikmati jika berwisata di kota bekas pusat pemerintahan Kesultanan Ternate ini pada bulan Ramadhan, di antaranya prosesi penyambutan malam lailatul qadar atau malam turunnya Al Quran.

Menurut Waki Wali Kota Ternate Arifin Djafar, prosesi penyambutan malam lailatul qadar selalu digelar pada malam 27 Ramadhan, karena masyarakat di daerah ini sejak zaman dulu meyakini bahwa pada malam itulah turunnya lailatul qadar.

Prosesi penyambutan malam lailatul qadar di pusatkan di kedaton Kesultanan Ternate, yang diawali dengan mengantar Sultan Ternate ke Masjid Kesultanan untuk melaksanakan shalat isya dan tarawih dengan cara diusung ditandu oleh pasukan adat.

Perjalanan Sultan Ternate dari kedaton kesultanan ke Masjid Kesultanan yang berjarak sekitar 300 meter dikawal pasukan adat dengan membawa obor serta tabuhan gending (gong kecil) yang konon merupakan pemberian dari salah seorang walisongo, Sunan Gunung Jati.

"Puncak prosesi penyambutan malam lailatul qadar dilaksanakan usai shalat tarawih dengan menggelar berbagai ritual, seperti pembacaan doa dan dzikir di kedaton Kesultanan Ternate, yang dihadiri seluruh perangkat adat dan masyarakat setempat," ujar Arifin Djafar.

Pada malam prosesi penyambutan malam turunnya lailatul qadar tersebut lingkungan di sekitar kedaton Kesultanan Ternate, termasuk di wilayah kota ini dipenuhi dengan lampion dan obor serta wewangian dari pembakar damar sebagai simbol kebahagiaan masyarakat setempat menyambut turunnya lailatul qadar.

Pemkot Ternate sendiri juga pada malam 27 Ramadhan tersebut menggelar festival lailatul qadar, di antaranya diisi dengan lomba keindahan dan kesemarakan lampu lampion antar-kelurahan se-kota Ternate.

Arifin mengatakan, ritual menarik lainnya yang dapat disaksikan saat berwisata di Kota Ternate pada Ramadhan adalah prosesi shalat tarawih di masjid kesultanan Ternate yang masih menerapkan aturan sejak zaman dulu, seperti pria yang shalat tarawaih itu harus mengenakan celana panjang dan penutup kepala.

Selain itu, tempat shalat tarawih pria dan perempuan di masjid itu terpisah pada gedung yang berbeda. Beberapa tahun lalu, yang diizinkan shalat tarawih maupun shalat wajib di masjid ini hanya kaum pria.

Di masjid yang telah berusia ratusan tahun dengan ciri khas adanya tiang alif itu, juga ada tempat khusus untuk Sultan Ternate ketika mengikuti shalat berjemaah, baik saat shalat tarawih maupun shalat wajib lima waktu.

Gendang sahur

Berwisata di kota yang terkenal dengan produksi pala dan cengkih sejak ratusan tahun silam ini juga akan menyaksikan ritual membangunkan masyarakat untuk sahur yang dikenal dengan nama gendang sahur.

Setiap malam mulai pukul 01.00 hingga 03.00 WIT para remaja berkeliling dari satu rumah ke rumah lain akan membangunkan pemilik rumah dengan cara menyanyikan lagu-lagu religi diiringi dengna tabuhan rebana.

"Tradisi gendang sahur ini sudah ada sejak zaman dulu dan biasanya si pemilik rumah yang terbangun setelah terdengar gendang sahur itu akan memberikan uang sebagai tanda terima kasih kepada kelompok gendang sahur bersangkutan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Ternate Husen Alting.

Berbagai jenis kuliner khas Ternate, seperti asida, lalampa, waji serta aneka minuman dari bahan air kelapa serta gula aren juga bisa ditemui di berbagai lokasi di Kota Ternate menjelang berbuka puasa.

Selain menikmati berbagai ritual terkait Ramadhan, wisatawan yang berkunjung di Ternate juga bisa menyaksikan berbagai objek wisata lainnya, baik wisata peninggalan sejarah maupun wisata bahari dan panorama alam.

Menurut Husen Alting, objek wisata peninggalan sejarah yang bisa disaksikan di Ternate di antaranya belasan benteng peninggalan kolonial, seperti Benteng Orange, Benteng Kalamata, Benteng Toloko dan Benteng Kastela serta berbagai peninggalan kesultanan Ternate di Kedaton Kesultanan Ternate.

Salah satu peninggalan Kesultanan Ternate yang sangat khas dan merupakan satu-satunya di dunia adalah mahkota emas berambut. Rambut pada mahkota ini terus tumbuh tambah panjang layaknya rambut yang tumbuh di kepala manusia.

Sedangkan, objek wisata bahari yang bisa dijumpai di Ternate di antaranya Pantai Sulamadah, Pantai Tobololo dan sejumlah titik penyelaman di sekitar perairan Ternate serta keindahan panorama Gunung Gamalama dan Danau Tolire.

Sarana akomodasi di Kota Ternate, menurut Husen Alting, cukup memadai, baik berupa hotel berbintang maupun hotel melati, begitu pula restoran dan rumah makan bisa dijumpai dihampir setiap lokasi kota ini, termasuk rumah makan yang menyajikan khas Ternate.

Akses untuk mencapai Ternate juga cukup lancar, baik melalui jalur laut maupun jalur udara. Khusus untuk melalui jalur udara tersedia sedikitnya tujuh kali penerbangan setiap hari untuk rute berbagai kota di Indonesia dan kini tengah dijajaki pula penerbangan langsung ke Filipina dan Jepang.

Ketika akan meninggalkan Ternate dan ingin membawa cinderamata, di Ternate juga terdapat berbagai kerajinan khas, seperti perhiasan besi putih, batu bacan, batik ternate, sirup pala dan berbagai kerajinan tangan lainnya, yang dijual di sejumlah tokoh kerajinan di kota ini.

Keunikan Budaya Ternate Dikagumi Wisatawan Mancanegara

Ternate, Malut - Wisatawan mancanegara ternyata mengagumi keunikan seni budaya Ternate, termasuk dari daerah lainnya di Maluku Utara (Malut), baik tarian maupun ritual adat yang ditampilkan pada Festival Legu Gam di daerah itu.

"Wisman mengaku sangat mengagumi keunikan budaya Ternate, termasuk dari daerah lainnya di Malut karena nuansa tradisional sangat menonjol dan tidak ada kemiripannya dengan budaya di daerah lain di Indonesia," kata Ketua Panitia Festival Legu Gam 2014, Nita Budi Susanti di Ternate, Kamis (17/4/2014).

Festival Legu Gam yang digelar selama dua minggu, 13-26 April 2014 untuk memeriahkan ulang tahun ke-79 Sultan Ternate Mudhafar Sjah tersebut merupakan kegiatan tahunan Kesultanan Ternate dan telah masuk kalender wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Nita Budi Susanti yang juga permaisuri Sultan Ternate itu menjelaskan, salah satu budaya yang telah ditampilkan pada Festival Legu Gam dan dinilai sangat unik oleh wisatawan mancanegara adalah ritual adat mengelilingi Pulau Ternate dengan membawa obor.

Ritual adat yang menandai dimulainya Festival Legu Gam tersebut melibatkan ratusan peserta yang terdiri dari perangkat adat Kesultanan Ternate dan masyarakat umum. Menurut Nita Budi Susanti, budaya lainnya yang juga dinilai unik oleh para wisatawan mancanegara tersebut adalah berbagai jenis tarian yang ditampilkan pada pembukaan Festival Legu Gam karena setiap gerakan dalam tarian itu, termasuk alat musik yang mengiringinya dinilai sarat dengan pesan sosial dan nuansa magis.

Masih banyak lagi kegiatan budaya yang akan ditampilkan selama pelaksanaan Festival Legu Gam, diperkirakan akan menarik bagi wisatawan, di antaranya penampilan busana adat Malut yang melibatkan ratusan remaja dengan cara berjalan kaki sepanjang tiga kilometer.

Selain itu, kata Nita Budi Susanti, kegiatan yang juga sangat menarik adalah ekspedisi Kie Raha, yakni mengunjungi empat kesultanan di Malut yakni Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan menggunakan armada laut untuk melihat lebih dekat serta mengetahui lebih banyak mengenai keberadaan keempat kesultanan itu.

Wah, Mahkota Sultan Ternate Bertabur 113 Batu Permata

Ternate, Malut - Bukan hanya keraton dan struktur pemerintahan kerajaan yang menjadi peninggalan turun temurun di Kesultanan Ternate, Maluku Utara. Kesultanan yang berdiri sejak 1257 dengan Raja pertama yaitu Baab Mansyur Malamo, ternyata memiliki satu benda pusaka yang telah dijaga dan disakralkan, yakni mahkota sultan.

Vanyira Kadato atau Kepala Wilayah Keraton Kesultanan Ternate, Rizal Effendi, mengatakan bahwa mahkota tersebut sudah ada sejak sultan pertama ini. Mahkota itu terbuat dari rambut, lempengan emas, dan dihiasi oleh kurang lebih 113 batu permata. Batu permata itu antara lain safir, intan, berlian, zamrud, dan batu-batu dari seluruh penjuru dunia.

Keunikan dari mahkota ini adalah rambut yang senantiasa memanjang. Sehingga selalu dilakukan ritual pemotongan rambut, biasanya bertepatan dengan hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban. Rizal mengatakan bahwa sebelum dilakukan pemotongan, Sultan dan perangkat adat akan melakukan thalilan atau sembahyang bersama.

"Tidak ada benda pusaka atau alat khusus untuk memotong rambut, hanya gunting biasa saja," kata Rizal.

Mahkota yang disakralkan ini tidak selalu diperlihatkan kepada orang. Benda tersebut baru diperlihatkan hanya pada acara-acara khusus atau ketika ada tamu kehormatan datang ke Kesultanan Ternate.

Kompas.com berkesempatan melihat mahkota sultan secara langsung pada saat pembukaan Festival Legu Gam 2014, di Keraton Kesultanan Ternate, Minggu (13/4/2014). Mahkota tersebut disimpan di dalam kamar yang dijaga oleh seorang juru kunci.

Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke sana. Tamu hanya diperkenankan melihat dari luar kamar yang dibatasi oleh pagar kayu kecil. Mahkota tersebut disimpan dalam kotak kaca. Disekitarnya ada dua buah keris dan satu stempel milik sultan.

"Jadi kamar itu, selain oleh juru kunci, hanya boleh dimasuki oleh Sultan dan beberapa perangkat adat. Itupun sultan bisa masuk ketika dia ingin menyepi atau bermunajat. Selain itu kamar tersebut akan terkunci," kata Rizal Effendi, Rabu (16/4/2014).

Menariknya, meskipun disebut sebagai mahkota sultan, Sultan hanya mengenakan mahkota sekali, yaitu pada saat dilantik menjadi sultan. Setelah itu, mahkota akan disimpan kembali.

Dengan jumlah batu permata yang banyak dan rambut yang cukup tebal serta masih ada lempengan emas, mahkota ini bisa dikatakan amat berat. Sayang Rizal tidak tahu persis berapa berat mahkota tersebut.

"Cuma saya masih ingat ketika Sultan Mudaffar Syah diangkat menjadi sultan, beliau tidak bisa lama-lama melayani permintaan fotografer untuk berpose lama, beliau mengeluh mahkotanya berat," kata Rizal.

Ramainya Pasar Malam di Festival Legu Gam

Ternate, Malut - Festival Legu Gam ke-13 bukan sekedar festival budaya atau ajang menampilkan tarian khas daerah. Setidaknya bagi masyarakat Kota Ternate, Maluku Utara, festival ini juga membuat roda perekonomian di Ternate bergairah.

Hal ini dikarenakan selama festival berlangsung, warga yang berada di sekitar Ternate bahkan dari Tidore, Jailolo, hingga Sofifi datang ke Ternate untuk turut memeriahkan Festival Legu Gam dengan berjualan di sekitar Festival.

"Festival Legu Gam selalu menjadi acara yang dinantikan oleh warga Ternate. Bukan hanya karena ingin bersama-sama merayakan hari ulang tahun Sri Sultan Mudaffar Syah, tapi juga selama festival berlangsung warga bisa mendapatkan keuntungan dengan berdagang di sekitar lokasi festival," kata Permaisuri Sultan sekaligus Ketua Panitia Festival Legu Gam 2014, Boki Ratu Nita Budhi Susanty, di Keraton Sultan Ternate, Sabtu (12/4/2014).

Pengamatan Kompas.com, sejak sore ruas jalan Kapak Dua menuju lapangan Ngara Lamo ditutup kedua ruasnya. Di sepanjang jalan inilah pedagang dari sejumlah daerah di sekitar Ternate menggelar dagangannya untuk berjualan.

Kondisinya persis seperti pasar malam, di salah satu sudut ada arena bermain. Pengunjung anak-anak bisa bermain pancing ikan atau kereta api, sedangkan pengunjung remaja dan dewasa bisa adu tangkas melempar bola untuk mendapatkan hadiah. Hanya dengan uang Rp 5.000, pengunjung mendapatkan tiga kali kesempatan melempar bola tenis untuk menjatuhkan tumpukan kaleng.

Sedangkan di sepanjang jalan Kapak Dua, pengunjung bisa menemukan pedagang pakaian, jam tangan, poster hingga tas. Untuk menarik pengunjung pedagang memberikan sejumlah potongan harga untuk item tertentu.

Tidak heran jika kemudian banyak warga Ternate yang meminta Festival Legu Gam lebih sering dilakukan, tidak hanya satu tahun sekali. Di Maluku Utara sendiri, ada festival lainnya seperti Festival Teluk Jailolo dan Festival Gura Ici di Kayoa.

Festival Legu Gam 2014 akan berlangsung hingga Sabtu, 26 April 2014. Selama pelaksanaan akan diadakan sejumlah kegiatan budaya seperti kirab, fashion show, pemilihan Jojaru Ngongare atau pemilihan putra-putri Maluku Utara sebagai duta budaya, hingga jelajah Samudera Kie Raha atau berjelajah menggunakan perahu untuk mengunjungi empat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.

Pawai Obor Awali Festival Legu Gam

Ternate, Malut - Festival Legu Gam ke-13 resmi dimulai di kota Ternate, Maluku Utara, Minggu (13/4/2014). Festival tersebut merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh Kesultanan Ternate didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Permaisuri Boki Ratu Nita Budhi Susanty, mengatakan festival ini merupakan ajang bagi rakyat Ternate untuk berpesta dan bersuka cita merayakan ulang tahun ke-79 Sri Sultan H Mudaffar Syah. Selain itu festival ini juga menjadi ajang promosi bagi pariwisata di Kota Ternate.

Dimulainya festival ini ditandai dengan pawai obor "Gam Ma Cahaya" yang dilakukan pada Sabtu malam atau sehari sebelum acara pembukaan dimulai. Obor menjadi simbol penerang yang diberikan oleh Sultan kepada rakyat Ternate.

Pada acara pawai obor tersebut, Sri Sultan menyalakan obor pertama dan kemudian obor tersebut akan dibawa berkeliling kota Ternate oleh seorang abdi. Ratusan orang turut serta dalam pawai tersebut dan sebelum berangkat mereka didoakan agar memiliki kekuatan berjalan kaki mengelilingi Kota Ternate.

Pada Minggu pagi, Sultan Ternate didampingi Permaisuri mengikuti ritual doa, kemudian diarak menuju panggung rakyat pada siang harinya.

Festival yang berlangsung hingga Sabtu (26/4/2014) ini akan diisi dengan kirab budaya, fashion street, hingga jelajah Samudera Kie Raha - berjelajah menggunakan perahu untuk mengunjungi empat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.

Festival Legu Gam Budayakan Pesta Rakyat untuk Ternate

Ternate, Malut - Pesta rakyat daerah sangat menarik untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata. Salah satunya adalah "Festival Legu Gam (FLG) 2014" Ternate, di Maluku Utara. Pariwisata di kawasan timur Indonesia ini dikenal dengan nilai-nilai kearifan lokal, keindahan alam dan eksotisme peninggalan sejarah masa lalu. Biasanya event tahunan yang sudah menjadi tradisi ini digelar oleh pihak Kesultanan Ternate yang sekaligus bertepatan dengan hari jadi ke-79 Sultan Ternate, Sultan Mudaffar Sjah.

Permaisuri Sultan Ternate, Boki Ratu Nita Budhi Susanti mengatakan Legu Gam adalah festival tertua sekaligus terbesar di Maluku Utara yang rutin dirayakan masyarakat Ternate, bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Saat festival dimulai, masyarakat dari seluruh pulau akan berkumpul di Kedaton atau Istana Sultan Ternate.

Tahun ini Festival Legu Gam (pesta rakyat) akan mengangkat tema “Ekspedisi Kie Raha, Satukan Nusantara”, yang berlangsung selama 2 minggu, mulai 13 April hingga puncaknya pada 26 April 2014. Biasanya event ini dimulai awal April dan berlangsung tiga minggu, namun diundur serta dipersingkat karena adanya pemilu legislatif.

"Legu Gam merupakan tradisi masyarakat Maluku Utara yang menggambarkan hubungan baik antara keluarga kerajaan dengan rakyat biasa. Simbol dari festival ini adalah tari legu, yaitu tarian kerajaan yang secara tradisional dipentaskan hanya di acara-acara resmi di hadapan sultan,” ujarnya kepada SP di Jakarta, Kamis (27/3).

Ketua Umum Legu Gam 2014 ini menegaskan setiap tahun maskot dan tema serta kegiatan selalu berubah. Untuk maskot Festival Legu Gam 2014 ini adalah salawaku (perisai) yang merupakan alat perang tradisional berukuran besar, yang nantinya berbentuk gapura sebagai pintu masuk. Acara akan diawali pergelaran kesenian yang terbilang unik di Maluku, yakni tarian bambu gila diikuti dengan pawai obor "Gam Ma Cahaya" yang mengelilingi Kesultanan Ternate.

Event ini diharapkan bisa merangsang kepala daerah untuk membuat acara daerah dengan kemasan yang berbeda. Namun, di balik itu terdapat kesulitan masalah infrastruktur, sehingga pihak Kesultanan Ternate mengundang investor, pejabat, dan kesultanan dari dalam dan luar negeri untuk bersama-sama bersinergi membangun Kota Ternate. Sebagai pembuka dari rangkaian acara juga digelar pertunjukkan drama musikal Sang Raja pada 13 April.

“Uniknya, akan ada kirab budaya Nusantara. Ini dikarenakan di Ternate selain penduduk asli, terdapat juga masyarakat pendatang dari berbagai provinsi dan menjadi penghormatan atas keanekaragaman budaya di Kota Ternate. Pengisi acara juga berasal dari daerah Bugis, Manado, Jawa, dan Makassar, serta dilengkapi panggung budaya,” ungkap Boki yang menjadi pencetus Festival Legu Gam.

Lestarikan Budaya

Permaisuri Ternate pun menegaskan event Legu Gam menjadi peluang besar dalam usaha promosi daerah sebagai alat penyatu bangsa lewat event budaya. Dikatakan, Ternate menjadi sebuah miniatur Indonesia karena di dalamnya terdapat 27 suku bangsa dan cukup dikenal di seluruh dunia.

"Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu salut dengan Legu Gam tahun lalu yang dihadiri 19 negara. Apalagi event-nya cukup panjang hingga 2 minggu dan dikelola oleh Kesultanan. Kami memang ingin meregenerasikan budaya dan adat-istiadat, khususnya Maluku Utara, agar generasi muda bangga dengan budayanya sendiri. Ini adalah bentuk edukasi cinta budaya bangsa," ungkap Boki.

Sebagai wujud melestarikan budaya setempat serta sebagai apresiasi terhadap keberadaan Kesultanan Ternate yang sudah berusia lebih dari 800 tahun, digelar panggung budaya kesenian daerah bagi pelajar tingkat SD, SMP dan umum. Selain itu diselenggarakan pula lomba cipta lagu dan pameran busana daerah.

Untuk menyemarakkan FLG ke-14 akan digelar pemilihan "Jojaru Ngongare", yaitu Putera-Puteri Maluku Utara yang dihadiri Puteri Indonesia 2014 dan bekerja sama dengan Mustika Ratu dan Yayasan Puteri Indonesia.

”Tahun ini terbilang khusus karena kami menampilkan lomba "Ternate Fashion Street" dan tata rias sebagai kreativitas generasi muda dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Sementara acara utama dari rangkaian acara yang cukup padat ini adalah Jelajah Samudera Kie Raha yang berkeliling menggunakan kapal laut mengunjungi empat kerajaan yang ada di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo dalam bentuk trip wisata,” jelas Ratu Ternate.

Menurut anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat itu, ekspedisi ke seluruh kesultanan di Maluku Utara dimaksudkan untuk memberi wawasan, sekaligus lebih memperkenalkan kepada para wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara, yang menghadiri Festival Legu Gam mengenai keberadaan keempat kesultanan di daerah itu. Hal ini menggambarkan perjuangan para raja dan sultan sebagai bagian sejarah kepahlawanan nasional.

Wanita kelahiran Semarang 7 Juli 1968 itu menjelaskan jelajah tersebut sekaligus memromosikan pariwisata Ternate ke berbagai belahan dunia. Festival Legu Gam juga dihadiri para duta besar dari negara tetangga. Pada saat acara akan diiringi juga tarian dari negara sahabat, yakni Kesultanan Filipina. Selain itu, Kesultanan Ternate juga mendapat kunjungan dari Kedutaan Portugal, sekaligus menjalin hubungan kerja sama dengan Filipina dan Portugal dalam berbagai bidang. Sebagai penutup rangkaian acara digelar konser artis Ibukota.

Wisata Sejarah dan Budaya Tidore Diminati Wisatawan

Ternate, Malut - Obyek wisata budaya dan sejarah di Maluku Utara (Malut) dalam beberapa bulan terakhir ini diminati wisatawan nusantara dan mancanegara.

Di Kota Tidore Kepulauan (Tikep) misalnya, menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Tikep, Asrul Sani Soleman di Ternate, Jumat (31/1/2014), tercatat lebih dari 3.000 wisatawan nusantara dan mancanegara yang meminati pariwisata Kota Tikep dengan menikmati berbagai obyek wisata yang dibarengi dengan berbagai kegiatan dalam rangka mempromosikan pariwisata tersebut.

Menurut Asrul, jika dibandingkan dengan tahun 2012, angka kunjungan wistawan di awal tahun ini terjadi peningkatan cukup besar. Hal ini dibarengi dengan adanya promosi yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.

"Keraton Kesultanan Tidore menjadi salah satu obyek wisata yang paling banyak dikunjungi. Selain itu benteng peninggalan Portugis, yaitu Benteng Tahula dan Benteng Tore yang berdekatan dengan Keraton Kesultanan Tidore maupun bekas Benteng Spanyol di sejumlah tempat di Tidore," ujarnya.

Selain itu, dengan adanya kecenderungan peningkatan kunjungan wisatawan ini, maka kejayaan Tidore masa lalu harus diangkat kembali, karena orang Eropa telah mengenal Tidore sejak 900 tahun lalu.

"Tidore dari sisi perdagangan telah go international melalui perdagangan cengkeh dan pala sejak 900 tahun yang lalu. Upaya untuk bagaimana orang datang di Tidore maka budaya dan rempah-rempah, kuliner dan kekayaan budaya lainnya diangkat ke permukaan," ucapnya.

Untuk itu, Dinas Pariwisata Kota Tikep memberi apresiasi kepada Wali Kota Tikep yang telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang daerah.

Asrul mengakui, sebagai instansi yang menangani langsung sektor pariwisata, pihaknya tetap berupaya untuk menjadikan Tidore dengan daya tariknya agar orang-orang semakin datang ke Tidore.

"Tentu ini harus dilakukan dengan upaya yang maksimal, sehingga beberapa faktor yang menjadikan daya tarik orang datang ke Tidore harus dilakukan dengan baik," katanya.

Suasana Idul Adha di Kesultanan Ternate, Sarat Makna Budaya

Ternate, Maluku Utara - Gamelang terdengar nyaring mengiringi suasana alun – alun Kesultanan Ternate. Kereta kencana siaga untuk ditumpagi Mudafar Sjah, Sultan Ternate, bersama Boki Nita Budi Susanti (Permaisuri).
Adat Istiadat kerajaan, nampak kental, dan penuh makna budaya menjelang Sholat Idul Adha, Selasa 15 Oktober 2013 di lingkup Keraton Ternate.
Seling takbir dan tahmid sekitar 13 bobato akherat ( badan syar’iah ) kesultanan, di ikuti sejumlah balakusu sekano -kano atau masyarakat adat.
Beberapa saat kemudian, Paduka didampingi permaisuri, keluar dari kamar khusus, dan menuruni anak tangga kedaton . Penjagaan ketat kelompok alfiris ( pengamanan paduka ). ” Kalau di istana Negara, sebagai Paspampres, ” kata salah satu anggota Alfiris.
Kereta kencana yang ditumpagi Sultan dan Permaisuri menuju mesjid kesultanan dengan konvoi sejumlah serdadu kerajaan.
Melintasi deretan warga adat disepanjang jalan, di ruas antara Kedaton dan Mesjid. Sementara Anggota Polantas Polres setempat, berjaga – jaga, mengantisipasi arus lalu lintas kendaraan.
Usai melaksanakan sholad Idul Adha, Sultan seperti biasanya, sesaat berdiri di serambi utama Kedaton.
Sembari menghadapkan dua telapak tangan ke arah ribuan warga adat, dan disaut serentak ” Suba Joou ” oleh warga, bermakna menerima barokah dari Sultan.

Festival Gendang Sahur Meriahkan Ramadhan di Malut

Ternate, Malut - Sejumlah pemuda di kota Ternate, Maluku Utara (Malut), memeriahkan Ramadhan dengan menggelar festival tradisi gendang sahur.

Sekretaris Remaja Masjid Adnanul Muslimin Ternate, Aswan Lampah mengatakan di Ternate, Minggu, festival gendang sahur tersebut akan digelar pada pertengahan Ramadan dan pesertanya selain dari remaja masjid, juga dari organisasi kepemudaan di daerah ini.

Gendang sahur adalah tradisi yang dilaksanakan masyarakat Ternate, khususnya pada pemuda sejak zaman dahulu untuk membangunkan umat muslim makan sahur.

Ia mengatakan, tradisi gendang sahur memiliki nilai historis dalam perkembangan Islam di Malut, oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi masyarakat di daerah ini, khususnya para generasi muda untuk melestarikannya.

Penyelenggaraan festival gendang sahur merupakan salah satu upaya untuk melestarikan tradisi itu, walaupun dalam festival itu, hadiah yang ditawarkan kepada peserta tidak besar.

Sebelumnya, Ketua MUI Kota Ternate Ibrahim Saleh mengatakan, pelaksanaan festival gendang sahur di Ternate selama ini perlu dibenahi, karena telah menimbulkan dampak kurang baik pada masyarakat.

Salah satu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan tradisi gendang sahur itu adalah waktu pelaksanaannya. Selama ini, pelaksanaan gendang sahur itu sering dimulai jam 01.00 Wit, sehingga mengganggu warga yang sedang beristirahat.

"Tradisi itu bagus dan perlu dilestarikan, akan tetapi, pelaksanaannya harus mendekati waktu imsak, karena tujuannya adalah untuk membangunkan warga makan sahur," katanya.

Tradisi gendang sahur merupakan salah satu tradisi anak-anak muda di Ternate dan sejumlah daerah lainnya di Malut dengan memanfaatkan gendang menyesuri sejumlah perumahan warga untuk membangunkan warga muslim sahur dengan lagu-lagu religious.

-

Arsip Blog

Recent Posts