Kota Ternate, Malut - Berkunjung di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), pada bulan Ramadhan akan melihat berbagai ritual khas Ramadhan, yang digelar masyarakat sebagai rasa syukur kepada Allah dan penghormatan terhadap bulan suci itu.
Ritual menarik terkait Ramadhan yag bisa dinikmati jika berwisata di kota bekas pusat pemerintahan Kesultanan Ternate ini pada bulan Ramadhan, di antaranya prosesi penyambutan malam lailatul qadar atau malam turunnya Al Quran.
Menurut Waki Wali Kota Ternate Arifin Djafar, prosesi penyambutan malam lailatul qadar selalu digelar pada malam 27 Ramadhan, karena masyarakat di daerah ini sejak zaman dulu meyakini bahwa pada malam itulah turunnya lailatul qadar.
Prosesi penyambutan malam lailatul qadar di pusatkan di kedaton Kesultanan Ternate, yang diawali dengan mengantar Sultan Ternate ke Masjid Kesultanan untuk melaksanakan shalat isya dan tarawih dengan cara diusung ditandu oleh pasukan adat.
Perjalanan Sultan Ternate dari kedaton kesultanan ke Masjid Kesultanan yang berjarak sekitar 300 meter dikawal pasukan adat dengan membawa obor serta tabuhan gending (gong kecil) yang konon merupakan pemberian dari salah seorang walisongo, Sunan Gunung Jati.
"Puncak prosesi penyambutan malam lailatul qadar dilaksanakan usai shalat tarawih dengan menggelar berbagai ritual, seperti pembacaan doa dan dzikir di kedaton Kesultanan Ternate, yang dihadiri seluruh perangkat adat dan masyarakat setempat," ujar Arifin Djafar.
Pada malam prosesi penyambutan malam turunnya lailatul qadar tersebut lingkungan di sekitar kedaton Kesultanan Ternate, termasuk di wilayah kota ini dipenuhi dengan lampion dan obor serta wewangian dari pembakar damar sebagai simbol kebahagiaan masyarakat setempat menyambut turunnya lailatul qadar.
Pemkot Ternate sendiri juga pada malam 27 Ramadhan tersebut menggelar festival lailatul qadar, di antaranya diisi dengan lomba keindahan dan kesemarakan lampu lampion antar-kelurahan se-kota Ternate.
Arifin mengatakan, ritual menarik lainnya yang dapat disaksikan saat berwisata di Kota Ternate pada Ramadhan adalah prosesi shalat tarawih di masjid kesultanan Ternate yang masih menerapkan aturan sejak zaman dulu, seperti pria yang shalat tarawaih itu harus mengenakan celana panjang dan penutup kepala.
Selain itu, tempat shalat tarawih pria dan perempuan di masjid itu terpisah pada gedung yang berbeda. Beberapa tahun lalu, yang diizinkan shalat tarawih maupun shalat wajib di masjid ini hanya kaum pria.
Di masjid yang telah berusia ratusan tahun dengan ciri khas adanya tiang alif itu, juga ada tempat khusus untuk Sultan Ternate ketika mengikuti shalat berjemaah, baik saat shalat tarawih maupun shalat wajib lima waktu.
Gendang sahur
Berwisata di kota yang terkenal dengan produksi pala dan cengkih sejak ratusan tahun silam ini juga akan menyaksikan ritual membangunkan masyarakat untuk sahur yang dikenal dengan nama gendang sahur.
Setiap malam mulai pukul 01.00 hingga 03.00 WIT para remaja berkeliling dari satu rumah ke rumah lain akan membangunkan pemilik rumah dengan cara menyanyikan lagu-lagu religi diiringi dengna tabuhan rebana.
"Tradisi gendang sahur ini sudah ada sejak zaman dulu dan biasanya si pemilik rumah yang terbangun setelah terdengar gendang sahur itu akan memberikan uang sebagai tanda terima kasih kepada kelompok gendang sahur bersangkutan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Ternate Husen Alting.
Berbagai jenis kuliner khas Ternate, seperti asida, lalampa, waji serta aneka minuman dari bahan air kelapa serta gula aren juga bisa ditemui di berbagai lokasi di Kota Ternate menjelang berbuka puasa.
Selain menikmati berbagai ritual terkait Ramadhan, wisatawan yang berkunjung di Ternate juga bisa menyaksikan berbagai objek wisata lainnya, baik wisata peninggalan sejarah maupun wisata bahari dan panorama alam.
Menurut Husen Alting, objek wisata peninggalan sejarah yang bisa disaksikan di Ternate di antaranya belasan benteng peninggalan kolonial, seperti Benteng Orange, Benteng Kalamata, Benteng Toloko dan Benteng Kastela serta berbagai peninggalan kesultanan Ternate di Kedaton Kesultanan Ternate.
Salah satu peninggalan Kesultanan Ternate yang sangat khas dan merupakan satu-satunya di dunia adalah mahkota emas berambut. Rambut pada mahkota ini terus tumbuh tambah panjang layaknya rambut yang tumbuh di kepala manusia.
Sedangkan, objek wisata bahari yang bisa dijumpai di Ternate di antaranya Pantai Sulamadah, Pantai Tobololo dan sejumlah titik penyelaman di sekitar perairan Ternate serta keindahan panorama Gunung Gamalama dan Danau Tolire.
Sarana akomodasi di Kota Ternate, menurut Husen Alting, cukup memadai, baik berupa hotel berbintang maupun hotel melati, begitu pula restoran dan rumah makan bisa dijumpai dihampir setiap lokasi kota ini, termasuk rumah makan yang menyajikan khas Ternate.
Akses untuk mencapai Ternate juga cukup lancar, baik melalui jalur laut maupun jalur udara. Khusus untuk melalui jalur udara tersedia sedikitnya tujuh kali penerbangan setiap hari untuk rute berbagai kota di Indonesia dan kini tengah dijajaki pula penerbangan langsung ke Filipina dan Jepang.
Ketika akan meninggalkan Ternate dan ingin membawa cinderamata, di Ternate juga terdapat berbagai kerajinan khas, seperti perhiasan besi putih, batu bacan, batik ternate, sirup pala dan berbagai kerajinan tangan lainnya, yang dijual di sejumlah tokoh kerajinan di kota ini.
Sumber: http://ramadhan.antaranews.com