Jakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) secara resmi telah meluncurkan Calender of Event (CoE) 2019. Salah satu agendanya adalah Festival Pulau Penyengat di Provinsi Kepulauan Riau. Rencananya festival ini akan digelar 14-18 Februari.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Festival Pulau Penyengat harus dimaksimalkan untuk mengangkat potensi alam dan budaya setempat. Melalui festival ini, wisatawan bisa mendapat hiburan sekaligus wawasan tentang sejarah dan budaya melayu.
“Daerah ini punya peluang besar untuk meningkatkan sektor pariwisata. Sebab, secara geografis letaknya sudah sangat menguntungkan. Dekat dengan dua negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura. Kita genjot terus wisata perbatasan. Karena itu event, atraksi, dan aksesnya harus digarap lebih sirius,” ujarnya, Senin (31/12).
Ketua Pelaksana CoE 2019 Esthy Reko Astuti menyatakan, tahun lalu ada 15 kegiatan yang digelar untuk memeriahkan Festival Pulau Penyengat. Tahun ini, ia berharap ada yang lebih spesial dan berbeda. Konsepnya harus lebih menarik agar wisatawan yang datang lebih terkesan.
Namun demikian, Esthy sangat mengapresiasi jika kegiatan yang ditampilkan tetap mengangkat budaya lokal. Sebab, budaya itulah yang sesungguhnya menjadi daya tarik bagi wisatawan. Layaknya tanah melayu, tak salah jika panitia tetap menyelipkan lomba gurindam 12. Atau 3 kegiatan unggulan tahun lalu, yaitu Fashion Malay Penyengat Serantau, Short Film Netizen Penyengat Halal Competition, dan Tour Pattern Penyengat Halal Competition.
”Kami optimis kegiatan ini akan meningkatkan kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Terlebih, wilayah Tanjung Pinang atau Kepulauan Riau pada umumnya, tidak jauh dari Malaysia dan Singapura. Kedekatan budaya Melayu diharapkan dapat menjadi daya tarik untuk kedatangan mereka,” jelas Esthy yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar.
Jadi Kebanggaan
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Boeralimar mengaku bangga dan bersyukur karena Festival Pulau Penyengat masih diperhitungkan sehingga tetap masuk dalam CoE Kemenpar. Pulau penyengat sendiri masuk dalam wilayah Tanjung Pinang, dan menjadi kebanggaan warga setempat.
“Di sini banyak situs bersejarah peninggalan Kerajaan Riau. Sebab, dulunya Pulau Penyengat pernah menjadi pusat Kerajaan Riau-Lingga. Itulah kenapa pulau ini menjadi sangat istimewa,” ungkapnya.
Sejarah mencatat, pulau ini pernah menjadi tempat pertahanan Raja Kecil saat melawan serangan Tengku Sulaiman dari Hulu Riau di tahun 1719. Sebelumnya, sekitar tahun 1782-1784, sejumlah benteng pertahanan pun dibangun untuk menangkal pasukan Belanda. Di sini juga berdiri Masjid Sultan Riau yang dibangun pada tahun 1832. Uniknya, bangunan tersebut konon hanya direkatkan dengan putih telur.
“Tidak sulit menjangkau Pulau Penyengat. Dari Tanjung Pinang, kita cukup naik kapal dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Relatif cepat. Dan bagi pecinta wisata sejarah, Anda akan menemukan sesuatu yang menakjubkan di sini,” pungkasnya (Andika Primasiwi/CN26/SM Network)
Sumber: https://www.suaramerdeka.com