Manggarai, NTT - Dengan berbusana adat lengkap, ratusan pria dan wanita dewasa warga kampung Taga Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, membawakan secara massal sebuah tarian besar bernama Sae Raga, Rabu 23 September 2015. Mereka menari dari pagi hingga petang sejak dua hari sebelumnya.
Ketika menari, kaum pria mengenakan ornamen adat berjuntai dari kepala hingga kaki serta masing-masing memegang keris pusaka dililit kain merah sementara kuam hawa menari dengan tenang dibagian belakang barisan lelaki.
Tari Sae Raga memiliki dua ritme yakni gerak pelan serta berjingkrak. Terdapat Bunyi gong serta gendang sebagai pengatur gerak tari. Selama menari, beberapa lagu adat dibawakan oleh kaum pria.
Sae Raga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah prosesi adat dalam ritual Congko Lokap, sebuah tradisi Manggarai meresmikan rumah adat. Secara harafiah Congko bermakna pembersihan dan Lokap berarti sampah material kayu yang dipakai dalam membangun rumah adat.
Pantauan Viva.co.id, tarian ditutup pada pukul 15.00 WITA. Panitia lalu mengumumkan agar seluruh tetua suku serta perwakilan dari penari pria untuk masuk ke dalam rumah adat tanda dimulainya acara puncak dari Congko Lokap yakni Roba Kaba atau penyembelihan seekor kerbau. Hewan kurban itu disembelih persis disamping mesbah yang berada di depan rumah adat.
Rombongan petinggi adat itu kemudian melakukan perarakan dari dalam rumah adat, lalu mengelilingi hewan kurban selama lima kali putaran. Ada syair adat khusus dalam prosesi yang disebut dengan Lilik itu.
Untaian permohonan didaraskan oleh imam adat selama acara lilik agar rumah adat dibersihkan dari kekuatan iblis. Diyakini saat upacara lilik roh para leluhur mengerubungi hewan kurban. Biasanya hewan kurban meneteskan air mata selama ritus pamungkas itu dilakukan sebelum disembelih.
Tepuk sorak dan yel-yel adat menyudahi prosesi. Dan setelah itu, darah hewan kurban dibiarkan menggenang dan meresap ke dalam tanah sebagai persembahan kepada leluhur.
Salah seorang pemangku adat Kampung Taga Yoseph Jehalut kepada VIVA.co.id menjelaskan setidaknya ada beberapa tahapan menuju acara puncak Congko Lokap.
Yos Jehalut menjelaskan, tahapan Congko Lokap diawali dengan Pantek untuk merumuskan beberapa kesepakatan. Pantek dilakukan pada H-3 sebelum acara puncak Congko Lokap.
“Pantek digelar malam hari pertama sidang adat,” Kata Yos Jehalut.
Setelah Pantek, kata Yos, keesokan harinya dibuat lagi acara kecil dengan nama Wa’u Peang Tana dimana warga mulai dengan tarian atau Sae.
“Sembari Sae atau menari, sejumlah tokoh adat akan menggelar ritus lainnya di Mata Air, Di Kebun serta Kuburan untuk mengundang para leluhur para leluhur tiga tempat itu,” Kata Yos Jehalut .
“Inti acara Congko Lokap adalah pembersihan untuk warga kampung secara keseluruhan serta rumah adat yang akan digunakan supaya terbebaskan dari kuasa kegelapan,” Ujar Yos menambahkan.
Sumber: http://life.viva.co.id