Ratusan umat Hindu memadati Pura Wirabuana kompleks Akademi Militer (Akmil) Magelang, Kamis (3/3). Mereka melaksanakan ritual Melasti dipimpin Mangku I Wayan Kadek, tokoh agama di pura itu.
Para umat mengenakan pakaian berwarna serba putih. Setangkai bunga di selipkan pada telinga, sebagai simbol persembahan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Sementara di keningnya,merekat butiran beras, dimaksudkan untuk menyucikan pikiran. Sebagian beras dikunyah, untuk menyucikan ucapan.
Prosesi Melasti diiringin musik gamelan, yang terdiri gendang, kreong, gong, kempol dan gender. Puncak acara persembahan berupa sesaji di sumber mata air di wilayah Dak Awu, Grabag, Magelang.
Penanggung Jawab Pura Wirabuana, I Gusti Agung Yoga, mengatakan, Melasti ini bermakna penyucian diri untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, damai dan harmonis. “Karena Magelang jauh dari laut, sehingga mata air itu dijadikan sumber tirta amerta kesucian dari Dewa Ruci dan Pemuteran Mandragiri,” tutur I Gusti Agung Yoga, Penanggung Jawab Pura Wirabuana.
Seperti diketahui, Melasti memiliki makna proses pembersihan lahir batin manusia dan alam, dengan jalan menghayutkan segala kotoran menggunakan air kehidupan. Oleh karena itu prosesi sembahyang dilakukan di sumber-sumber air. Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa, agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi .
Selanjutnya Tawur Kesanga dilaksanakan pada Jumat (4/3). Ritual ini mempunyai makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti mengembalikan atau membayar.
Manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas
Dalam ritual Panca Sata pada Tawur Kesanga yang dilaksanakan Jumat (4/3), dipersembahkan lima ekor ayam dengan warna bulu yang berbeda, masing-maisng putih, putih siungan, merah, hitam dan brundun.
Adapun puncak acara Nyepi, Sabtu (5/3), umat Hindu melaksanakan ritual Catur Brata Nyepi yakni amati geni berarti tidak menyalakan api (penerangan) atau mengendalikan api amarah dalam diri. Amati karya tidak melakukan aktivitas (bekerja). Amati lelungan adalah tidak bepergian ke luar rumah dan amati lehmguan tidak mengumbar hawa nafsu atau tidak menikmati hiburan. (Tuhu Prihantoro/CN27)
Sumber: http://suaramerdeka.com