Museum Asmat, Melihat Kebudayaan Suku Asmat Tanpa Pergi ke Papua

Untuk mengunjungi Suku Asmat di Papua sana, tentunya tidak gampang buat sebagian besar dari kita. Selain biaya yang dikeluarkan besar, waktu tempuh nya juga bisa lebih dari Seminggu untuk betul-betul bisa menikmati dan menghayati Budaya Asmat. Bagaimana pemecahannya ? gampang..tinggal kunjungi saja Museum Asmat Taman Mini Indonesia Indah.

Berada di atas lahan Taman Bunga Keong Emas dengan luas bangunan 6.500 m², museum ini dapat dicapai melalui dua pintu masuk: berjalan kaki melalui Taman Bunga Keong Emas atau melewati jembatan Taman Aquarium Air Tawar.Gedung museum mencontoh model rumah kariwari, yakni rumah pemujaan suku Tobati-Enggros, penduduk asli di tepi Danau Sentani, Papua, namun dikembangkan menjadi bangunan berarsitektur modern.

Gedung terdiri atas tiga bangunan utama dan dua bangunan penghubung yang masing-masing berbentuk segi delapan, diberi kesan rumah panggung. Atap berbentuk kerucut tiga setinggi 25 meter berbahan GRC dan pada permukaannya diberi kesan daun rumbia. Di berbagai bagian bangunan diberi ragam hias dengan warna khas Asmat, yakni merah, putih, dan hitam.

Ketiga bangunan utama digunakan untuk ruang pameran tetap koleksi museum, sedangkan dua bangunan penghubung sebagian dimanfaatkan untuk ruang pameran tetap dan sebagian lagi untuk ruang administrasi, serta ruang pimpinan museum.

Tema pameran bangunan pertama berupa Manusia dan Lingkungannya, memamerkan bermacam pakaian adat dan perhiasan, diorama mata pencaharian hidup (menokok sagu), perahu arwah kendaraan roh nenek moyang (wuramon), patung nenek moyang (mbis pole), dan berbagai hiasan perlambang yang menceritakan gejala kehidupan.

Pameran pada bangunan kedua bertema Manusia dan Kebudayaannya, memamerkan peralatan untuk membuat sagu, peralatan berburu, senjata, benda budaya dan upacara, perkusi (tifa), alat musik tiup dari bambu (fu), dan kapak batu (si).

Tema pameran pada bangunan ketiga adalah Manusia dan Hasil Kreatifitasnya, memamerkan seni kontemporer yang merupakan hasil pengembangan pola-pola rancangan seni tradisional. Benda-benda yang dipamerkan berupa hasil seni modern orang Asmat yang mengacu pada permintaan pasar tetapi masih berpijak pada pola rancangan tradisional.

Koleksinya antara lain :
Kalung merupakan salah satu perhiasan yang dipakai oleh laki2 dan peremuan Suku Asmat. Bahan terbuat dari kayu yang dipipih, diukir dengan lambang-lambang kepahlawanan, lambang nenek moyang dan lambang kekuatan. Untuk memperindah kalung tersebut dilengkapi dengan aksesoris dari bulu burung Kasuari dan buah manik-manik yang berwarna hitam.

Mbis adalah patung yang didirikan untk menghormati arwah dan memperingati jasa orang yang telah mati agar mendapat berkah dan keselamatan. Patung ini dibuat dari pohon bakau berakar pipih yang diukir indah, didirikan sehingga bagian akar menjadi puncaknya. Upacara pemasangan Mbis merupakan upacara penting yang diikuti oleh seluruh penduduk.

Ukiran motif tombak dibuat dari kayu besi atau kulit pohon sagu dan ujungnya yang tajam (mata tombak) diukir motif paruh burung enggang atau hiasan berbentuk kait. Tombak ini tidak dihiasi dengan bulu burung.

Yosim adalah jenis tari-tarian Asmat yang menggambarkan rasa kegotongroyongan antar keluarga. Biasanya dilakukan oleh para remaja dengan posisi melingkar dan bergandengan tangan. Ukiran melingkar dalam bentuk figur manusia ini, dibuat dari bahan kayu besi dan berfungsi sebagai benda hiasan.

Buaya bagi orang Asmat dianggap sebagai binatang keramat. Mereka percaya bahwa buaya-buaya yang hidup disungai mampu berhubungan baik sebagaimana halnya manusia, meskipun sering juga mengganggu keselamatan mereka. Buaya dalam dunia perlambangan dijadikan sebagai simbol kekuatan.

Piring Sagu (Jipai) dipakai sebagai bahan gerabah karena tidak terdapat tanah liat. Sehingga orang Asmat menggunakan bahan dari kayu sebagai wadah makan. Bentuknya pipih lonjong diberi pahatan nenek moyang, dimaksudkna agar arwah nenek moyang melindungi makanan yang ada di dalamnya dari arwah jahat. Bagian punggung diukir dengan indah agar dapat dinikmati keindahannya.

Sebelum mengenal logam orang Asmat menebang pohon dengan menggunakan kapak batu.Karena kondisi tanah tidak mengandung batu, benda ini diperoleh dari pegunungan atau barter dengan daerah lain. langkanya batu, menempatkan batu menjadi barang mewah dan sebagai simbol kekayaa, benda keramat, dan bahkan dijadikan mas kawin.

Terompet dibuat dari sepotong bambu, diambil dari satu bagian ruas yang diberi lubang kecil untuk tempat meniup.Ditiup sebagai tanda peringatan bahaya, dan juga sebagai tanda kemenangan berperang. Motif ukiran biasanya ekor kus-kus yang merupakan lambang pengayauan.

Tas dibuat dari anyaman sagu muda atau sejenis daun pandan. Untuk wanita biasanya ukuran polosannya lebih besar dari laki-laki. Dpergunakan untuk membawa hasil tangkapan ika, umbi-umbian dan sagu mentah. Dipakai dengan cara melilitkan talinya dikening dan bagian bebannya diletakkan di punggung.

Cara lain untuk memperingati arwah keluarga dilakukan dengan cara menyimpan tengkorak orang yang telah meninggal. Tengkorak ini disimpan di rumah digunakan "bantal waktu tidur". Penyimpanan tengkorak ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa cinta kasih yang amat dala, dan pada waktu dibutuhkan arwah dari tengkorak dapat hadir memberikan bantuan.

By : AMGD

-

Arsip Blog

Recent Posts