Bangka Barat, Babel - Pesta adat tahunan Suku Ketapik, Bangka Barat terus terlestarikan hingga kini. Pesta adat yang telah berlangsung sejak tahun 1946 tersebut menarik minat wisatawan karena mengedepankan nilai-nilai adat dan agama yang layak menjadi teladan.
Tokoh adat Irsadi di sela-sela pelaksanaan pesta adat Suku Ketapik di Kacung, Minggu (04/10/2015) menegaskan awalnya pesta adat tersebut merupakan ungkapan kegembiraan masyarakat, terutama orangtua para santri yang berhasil menyelesaikan salah satu tahap pelajaran agama, yaitu fasih membaca Al Quran.
"Sejak dahulu setiap kali para santri berhasil khatam Al Quran dilanjutkan dengan pesta kampung yang disambut bahagia oleh seluruh warga, bahkan kemeriahannya seperti saat perayaan Idul Fitri," jelas dia.
Ia mengatakan setiap pesta kampung seluruh rumah warga terlihat bersih, rapi dan siap menerima tamu dari mana saja dengan berbagai hidangan khas dan kue-kue.
"Kami cukup terbuka, siapapun kami ajak mampir ke rumah untuk mempererat silaturahim, persis seperti saat lebaran," ujar dia.
"Kalau dahulu setiap kali digelar pesta adat hanya berisi hiburan, seperti pertunjukan musik dambus, becampak, pertunjukan silat dan setelah masuk arus modernisasi juga ada pentas musik dan orgen tunggal. Namun, ada beberapa pergeseran kebiasaan masyarakat dalam menggelar pesta adat dari yang sebelumnya terkesan hura-hura berhasil diubah menjadi lebih religius. Permainan rebana, pembacaan ayat-ayat suci Al Quran di Masjid, pencak silat dan pertunjukan lain saat ini lebih terasa nilai-nilai Islamnya, bahkan arak-arakan dengan menggunakan kereta sador juga mengusung tema-tema keagamaan," imbuh dia.
Ia mengungkapkan seluruh santri yang berhasil fasih membaca Al Quran pada saat pesta adat dandan layaknya pengantin adat dan diarak keliling kampung menggunakan kereta sador berhias aneka warna.
"Mereka merasa bangga, senang, merasa tersanjung dan dihargai jerih payahnya belajar agama. Nilai-nilai itu ternyata berhasil memotivasi generasi di bawahnya untuk belajar Al Quran dengan harapan pada saat khatam nanti diperlakukan sama dengan pesta yang cukup meriah," terang dia.
"Melalui pesta yang dilaksanakan setiap tahun sejak Indonesia merdeka tersebut, ia dan warga Suku Ketapik berharap generasi penerus di daerah itu semakin bersemangat belajar agama dan tetap menjalankan adat dan budaya turun temurun tinggalan leluhur yang sarat akan nilai-nilai positif," kata dia menambahkan.
Sumber: http://gayahidup.inilah.com