Workshop Busana Melayu di Riau Street Food Fiesta, Cara Pakai Songket Orangtua, Bujang atau Janda

PEKANBARU – Satu kegiatan dalam rangkaian Riau Street Food Fiesta yang dilangsungkan pada sore ini adalah workshop busana Melayu harian.
Tampil sebagai pembicara pada workshop ini Praktisi Budaya, Tabrani. Ia menjelaskan tentang tanjak. Tanjak merupakan pakaian untuk menutup kepala bagi laki-laki.
"Tanjak dulu dibuat dari kain bidang segi empat ukuran 60x60 centimeter standar, namun ada juga yang dibuat dari kain ukuran 70x70 centimeter dan sekarang banyak ukuran 50 centimeter. Kain segi empat itu dilipat dengan berbagai motif, ada motif belah mumbang, elang menyambar angin, elang patah kepak, dendam tak sudah, pial ayam, dan lainnya," ungkap Tabrani.
Tanjak ada yang domodifikasi berbentuk mahkota, atau disebut destar atau deta atau deto.
Kain tanjak, lipatannya bisa diubah. Kalau punya kain tanjak jangan dijahit, supaya bisa diubah ketika bosan dengan model lipatannya.
Berpakaian harian untuk wanita, baju kurung tidak berkerah satu kancing. Pakaian adatnya kebaya labuh. Saat menari kebaya labuh ditambah kain samping songket.
Filosofi baju kurung itu, "Gadis melayu itu dalam menjalani hidupnya dikungkung oleh adat, dan adat itu bersandikan syarak atau agama.
"Memakai kain samping songket bagi wanita melayu ada caranya. Kalau lipatan kain di depan, itu masih gadis. Kalau lioatan di belakang, itu sudah menikah. Kalau lioatan di samping, itu sudah janda," tutur Tabrani.
Wanita melayu zaman dulu, adapula yang memakai sanggul. Pada sanggul biasanya dipakai tusuk konde. Tusuk konde ada dua gunanya, pertama menjadi hiasan dan kedua senjata pertahanan terakhir.
"Biasanya diujung tusuk konde itu diberi racun, sehingga saat sudah terdesak, wanita melayu menggunakannya untuk pertahanan terakhir," sebut Tabrani.
Kalau laki-laki, pakai hariannya baju teluk belanga atau cekak musang. Kalau acara adat ditambah dengan kain samping songket dan tanjak.
"Pemasangan kain songket untuk laki-laki, ada pula caranya, kalau kain di atas lutut masih bujang, kalau di bawah lutut sudah menikah, dan kalau semakin ke bawah semakin tua dan berwibawa," jelas Tabrani. (Nol)

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com
-

Arsip Blog

Recent Posts