Tampilkan postingan dengan label Jawa Tengah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jawa Tengah. Tampilkan semua postingan

Pak Guru Tertangkap Basah Ngamar Bareng Mantan Siswi

BREBES - Seorang guru asal Jawa Barat digerebek Satpol PP Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, saat ngamar bersama mantan siswinya di sebuah hotel, Senin (7/5).

“Yang bersangkutan didapati tengah berdua di dalam kamar hotel. Kami data dan lakukan pembinaan,” kata Kabid Penegakan Perda dan Ketertiban Umum Arif Jutawan sebagaimana dilansir Radar Tegal, Jumat (11/5).

Selain Pak Guru dan siswi itu, ada lima pasangan mesum lainnya yang ikut terjaring.

Arif menambahkan, pihaknya meminta para pasangan mesum itu tidak mengulangi perbuatannya.

Petugas juga menyasar tiga lokasi prostitusi yang sudah ditutup sejak 2 Mei lalu.

Ketiga lokasi itu berada di wilayah Kecamatan Jatibarang, Tonjong, dan Losari.

Petugas menemukan PSK yang sedang menunggu tamu di Jatibarang.

Namun, petugas tidak mendapatkan PSK di Tonjong. Petugas baru panen di Losari.

Di sana, petugas menemukan sepuluh PSK yang masih mangkal.

Para PSK itu dibina dan diminta tidak menjajakan diri lagi.

"Penutupan tempat prostitusi itu dilakukan karena masih ada aktivitas prostitusi di kawasan tersebut,” tegas Arif. (ded/ism/zul/radar tegal/jpnn)

Sumber: https://www.jpnn.com

PNBK NU Laporkan Dugaan Korupsi Bupati Kebumen

KEBUMEN - Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Nahdlatul Ulama Kebumen, Rabu (11/6), melaporkan, ada indikasi korupsi pada Pemerintah Kabupaten Kebumen senilai Rp 17 miliar. GNPK NU Kebumen menemukan, setidaknya ada 11 macam dugaan korupsi yang dilakukan pejabat pemerintah Kebumen.

Sekretaris GNPK NU Kebumen Asmakhudin menunjukkan ada 11 dugaan korupsi. Beberapa diantaranya adalah dugaan korupsi penerimaan dana lain-lain pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kebumen tahun anggaran 2006, serta penundaan pembayaran klaim kesehatan masyarakat miskin oleh RSUD Kebumen.

"Ini adalah temuan kami yang baru terkait APBD 2006 Kebumen. Sebelumnya, kami juga menemukan dugaan korupsi senilai Rp 4,9 miliar pada APBD 2005 Kebumen, dan telah dilaporkan ke Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah," katanya.

Saat dikonfirmasi Kepala Kejaksaan Negeri Kebumen Tugas Utoto mengatakan, sejauh ini pihaknya baru memperoleh laporan dugaan korupsi Pemkab Kebumen untuk APBD 2005 dari GNPK NU. Namun laporan itu pun hanya sebatas tembusan karena laporan itu langsung ditujukan untuk Kejati Jateng.

Untuk laporan dugaan korupsi yang baru ini, kami belum menerimanya. "Namun untuk dugaan korupsi APBD 2005 pun, saya tak bisa memberikan komentar karena sedang ditangani Kejati Jateng," lanjutnya.

Asmakhudin mengakui, untuk laporan dugaan korupsi yang baru ditemukan ini, baru akan dilaporkan ke Kejari Kebumen pada Senin mendatang. "Kami memang menjadwalkan penyerahan laporan ini pada Senin pekan depan, " ujarnya.

Terkait dugaan korupsi itu sendiri, Asmakhudin menjelaskan, untuk dugaan korupsi di Disnaker Transmigrasi misalnya, ditemukan ada penyimpangan pada penyetoran dana pelatihan ke kas daerah. Dana pelatihan swadaya sebesar Rp 262 juta sebagai total biaya pelatihan yang dibayar oleh para peserta pelatihan, hanya disetorkan 10 persennya saja ke kas daerah atau sebesar Rp 26.298.000.

"Seharusnya, penerimaan untuk biaya pelatihan itu, disetorkan seluruhnya oleh Disnaker kepada kas daerah. Tapi kenyataannya tidak demikian," lanjutnya.

Untuk pembayaran klaim kesehatan masyarakat miskin tahun 2007, katanya, juga ditemukan penyimpangan. Menurutnya ada klaim sebesar Rp.300.593.250 yang belum disetorkan oleh RSUD Kebumen ke kas daerah. "Padahal, RSUD telah memperoleh pencairan dana dari PT Askes sebesar Rp 700 juta," katanya menjelaskan. (MDN)

Sumber: Kompas, Rabu, 11 Juni 2008

Dugaan korupsi pembangunan Stadion Madya

Bakal seret eksekutif dan legislatif

MAGELANG - Kasus dugaan korupsi pengadaan tanah pembangunan Stadion Madya Kota Magelang diduga keras akan menyeret eksekutif dan legislatif yang disinyalir terlibat ke ranah hukum. ’’Selain Herman, ada kemungkinan tersangka lain yang berasal dari eksekutif maupun legislatif Kota Magelang. Kalau dari kalangan legislatif masih kita kembangkan, bila ada bukti, maka juga bisa jadi tersangka,” kata Kepala Kejaksaan Negeri Kota Magelang M, Roskanedy SH.

Pernyataan ini menyusul dijebloskannya, Herman Santoso, alias Ing Siang, warga Jalan Medang, Kelurahan Panjang, Kota Magelang, ke dalam Lembaga Pemsayarakatan (LP) Magelang, Senin (12/5) sekitar pukul 18.00 sore. Herman ditahan setelah diperiksa oleh tim jaksa yang dipimpin Munaji SH selama delapan jam.

Penahanan tersangka
Herman sebagai upaya dari Kejaksaan Negeri Kota Magelang agar tersangka tidak melarikan diri, dan menghilangkan barang bukti. Tersangka Herman dalam kasus tersebut berperan sebagai perantara atau spekulan tanah, yang merugikan negara mencapai Rp 2 miliar.

Penasihat hukum tersangka, Janu Iswanto mengaku kaget dan keberatan atas penahanan kliennya. "Kami minta kejaksaan tidak menahan klien kami, dia kooperatif dan tidak akan melarikan diri dan menghilangkan barang bukti, " kata Janu.

Menjelang dimasukkan ke dalam mobil tahanan yang akan membawanya ke LP Magelang, Herman yang memakai kaos biru, celana jins dan sepatu kets coklat tampak tegang. Bahkan kepada jaksa yang memeriksanya ia sempat meminta agar tidak dilakukan penahanan terhadap dirinya. Tetapi, permintaan tersebut tidak digubris. (Ias-skh)

Sumber: Wawasan Digital, Selasa, 13 Mei 2008

Memperkenalkan Budaya Jawa Lewat Lomba Menulis Aksara Jawa

Kendal, Jateng - Sebanyak 35 siswa dari 35 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Kendal, mengikuti lomba Andhon Wasis Nyerat Aksara Jawi (terampil menulis aksara jawa).

"Lomba ini bertujuan untuk nguri nguri atau memperkenalkan budaya Jawa, terutama menulis aksara Jawa," ujar Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa SMK Kabupaten Kendal, Any Faiqoh di SMKN 2 Kendal, Rabu (15/3/2017),

Any menjelaskan, lomba tingkat SMK se-Kabupaten Kendal ini merupakan seleksi awal untuk selanjutnya berkompetisi di tingkat provinsi.

Ada tiga kriteria penilaian dalam lomba ini, yaitu ketepatan, kerapian, dan keindahan dalam menulis aksara Jawa. “Kita mengambil juara 1 sampai dengan tiga. Tapi yang mewakili maju ke tingkat Provinsi , hanya juara satu,” kata Any.

Salah satu peserta lomba, Rani Oktaviana dari SMKN 4 Kendal mengaku bisa menulis aksara Jawa. Namun tulisannya belum bisa rapi.

“Padahal salah satu peniliannya adalah kerapiannya,” ucapnya sambil tersenyum.

Juara dalam perlombaan itu adalah Dhara Ayuning Tyas dari SMK Adhi Yudha Karya Patean, diikuti Isnaeni dari SMKN2 Kendal sebagai juara 2 dan Silvia Dita Prastiwi dari SMK Muhamadiyah 1 Weleri, sebagai juara 3.

Sawahlunto dan Kota Tua Dicoret, Kota Lama Masih Masuk Daftar Sementara Warisan Budaya Dunia UNESCO

Semarang, Jateng - Kota Lama tetap masuk dalam daftar sementara warisan budaya dunia UNESCO. Hal ini dipastikan setelah Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu bertemu dengan perwakilan UNESCO di Kedutaan Besar Indonesia di Paris Perancis, beberapa waktu lalu.

Dalam kunjungan tersebut, Ita, sapaan akrab Hevearita mendapatkan informasi jika Sawahlunto dan Kota Tua dicoret dalam daftar sementara warisan budaya dunia UNESCO lantaran tidak melengkapi data yang diperlukan.

"Alhamdulillah, Kota Lama masih masuk tentative list (daftar sementara) warisan budaya dunia UNESCO. Selanjutnya kami harus mengumpulkan data-data sejarah terkait Kota Lama agar bisa ditetapkan sebagai warisan budaya dunia UNESCO," ujarnya, Minggu (5/3).

Ita mengatakan akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat agar bisa membantu mendapatkan data sejarah Kota Lama di Belanda.

"Banyak data sejarah Kota Lama tersimpan di Belanda. Kami akan koordinasi dengan Pemerinta Pusat agar dibantu mendapatkan data tersebut. Apalagi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Belanda sudah berkunjung ke Kota Lama dan memberi sinyal bersedia menyerahkan data historikal Kota Lama ke Indonesia," kata Ita yang juga ketua Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BP2KL).

Selain data sejarah, lanjut Ita, Pemkot juga diminta menentukan tema tertentu di kawasan Kota Lama sebagai kawasan wisata.

"Kami berencana menentukan tema perdagangan gula. Dulu Kota Lama sebagai pusat perdagangan dunia dan paling menonjol yakni perdagangan gula," ujarnya.

Untuk pengumpulan data dan tema, Pemkot Semarang diberi tenggat waktu hingga 2018.

"Kota Lama satu-satunya di Indonesia yang masih bertahan masuk daftar sementara warisan budaya dunia. Kami akan berusaha memenuhi permintaan dari panitia agar Kota Lama bisa menjadi kawasan warisan budaya dunia. Tentu banyak manfaat yang dapat kita raih dengan status warisan budaya dunia," ujarnya.

Wali Kota Pekalongan Targetkan Bebas Korupsi

PEKALONGAN--Pemerintah Kota Pekalongan menargetkan tahun depan tidak terjadi kasus korupsi di wilayahnya. ''Kalau tahun ini ada satu kasus yang diproses ke pengadilan, tahun depan tidak boleh lagi,'' kata Wali Kota HM Basyir Ahmad.

Ditemui Suara Merdeka CyberNews di ruang kerjanya, Kamis (13/12), Wali Kota mengatakan satu kasus yang diproses di pengadilan adalah kasus mantan Kepala Dipenda yang diduga korupsi Rp 36 juta. Namun, dalam persidangan akhirnya Budiyanto dibebaskan. ''Jadi, meski Kota Pekalongan tercatat ada satu kasus yang diproses, namun akhirnya bebas,'' katanya.

Soal Kota Batik bisa menjadi daerah yang korupsinya terendah dibanding dengan kota/kabupaten di Jateng, Basyir menegaskan, karena pengawasan oleh Bawasda begitu ketat. ''Dalam pengawasannya mereka tidak main-main, sehingga dinas/instansi tidak akan main-main untuk melakukan korupsi,'' katanya.

Selain itu, kata dia, upaya untuk mencegah korupsi adalah dengan memecah anggaran ke beberapa bagian. Misalnya, anggaran pembangunan yang besar akan dipecah-pecah sehingga tidak lebih dari Rp 2 miliar, sehingga pelaksana anggaran tidak bisa menggunakan uang itu untuk kepentingan diri sendiri. ''Minimal, uang yang dikorupsi sangat kecil,'' katanya.

Selain itu, penggunaan anggaran untuk masyarakat sekarang, sebagian diserahkan di tingkat kelurahan untuk pembangunan di wilayahnya. Dengan penggunaan dana seperti itu, ternyata mendapatkan hasil yang lebih baik. Sebab, dengan dana itu, tidak akan ada korupsi karena pengawasan oleh masyarakat sangat ketat. Justru sebaliknya, dengan dana yang ada, masyarakat mengadakan swadaya untuk membangun daerahnya dengan dana dari pemerintah.

Selain itu, pihaknya juga terus menekankan kepada pejabat di wilayahnya untuk menghindari korupsi. Sebab, jika penyimpangan itu dilakukan, maka sanksinya sangat berat. Selain penurunan pangkat/golongan juga bisa dipecat dari PNS. Untuk itu, maka pada tahun 2008, dia akan menerapkan penggunaan anggaran berbasis kinerja. Maksudnya, pejabat akan ditanyakan hasil kerjanya dan bukan sekedar menghabiskan anggaran. ( trias purwadi/cn05 )

Sumber: Suara Merdeka, Kamis, 13 Desember 2007

Kejari Dituding tak Serius Tangani Dugaan Korupsi

CILACAP - Keseriusan pemberantasan korupsi di Kabupaten Cilacap yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dinilai belum menunjukan hasil yang berarti. Buktinya dalam kurun tahun 2007 ini tidak ada tindakan nyata dari para penegak hukumnya dalam hal ini Kejaksaan negeri dan Polres.

Bahkan hanya sekedar sosialisasi hasil penyidikan terhadap kasus-kasus dugaan korupsi di lingkungan pemkab Cilacap pun jarang dilakukan. Kejari terkesan tidak serius dalam menindaklanjuti dugaan kasus-kasus tersebut.

Demikian disampaikan Koordinator Umum Lingkar Study Advokasi Kebijakan (eLsak) Cilacap, Muhamad Wahidin dalam orasinya saat menggelar unjukrasa di halaman kantor Setda Cilacap, Selasa (11/12).

"Bahkan situasi yang ada kami nilai cenderung potensial bagi anggota Kejari Cilacap untuk menjadikan para koruptor sebagai lahan empuk untuk memperkaya diri sendiri. Sementara semua dibiarkan berlalu dan selesai hanya dengan penyelesaian pribadi. Intinya pihak Kejari tidak serius," tandas Muhamad Wahidin.

Dalam selebaran yang dibagikan para demonstran, juga memuat fenomena dugaan korupsi yang terjadi di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) setempat. Korlap Sukron Roy Maksudi lebih lanjut menyampaikan dugaan adanya tindak pidana di tubuh dinas P dan K seperti penyelewengan dana pengadaan buku mata pelajaran yang dianggarkan dalam APBD 2006 sebesar Rp 10 miliar.

Belum lagi mengenai dana alokasi khusus (DAK) pendidikan 2006-2007 dan dana bantuan operasional sekolah (BOS) serta sejumlah penyelewengan lainnya.

Tindak tegas

Aksi unjukrasa belasan mahasiswa yang tergabung dalam eLsak ini digelar sebagai bentuk keprihatinan mereka dalam peringatan Hari Anti Korupsi se-Dunia 2007. Dalam pernyataan sikapnya mereka mendesak Kejaksaan Negeri Cilacap untuk segera melakukan penyidikan terhadap kasus dugaan korupsi yang terjadi di Dinas P dan K maupun dinas instansi lain di lingkungan Pemkab Cilacap. Oknum koruptor yang ada di P dan K juga harus ditindak tegas jika terbukti melakukan penyimpangan. Selain itu, Kejari juga diminta mensosialisasikan hasilhasil penyidikan dugaan tipikor di P dan K kepada masyarakat umum.

Dengan kawalan ketat puluhan petugas Polres dan Pol PP Kabupaten Cilacap, sekitar 15 menit kemudian, massa berjalan kaki menuju kantor Kejari. Orasi dan pembacaan pernyataan sikap kembali mereka lakukan di kantor Kejaksaan, hingga 15 menit berikutnya mereka membubarkan diri. (ady-Tj)

Sumber: Wawasan Digital, Rabu, 12 Desember 2007

Terkait Dugaan Korupsi Buku Ajar Sejumlah Anggota DPRD akan Diperiksa

WONOSOBO - Dugaan korupsi pengadaan buku ajar di Kabupaten Wonosobo tidak menutup kemungkinan melibatkan mantan anggota atau anggota DPRD yang sekarang masih aktif. Untuk itu kejaksaan negeri (Kejari) akan memanggil anggota DPRD terkait jika dalam perkembangannya nanti memang diperlukan.

“Sambil menunggu hasil audit BPKP Jateng, kami akan berusaha menelusuri alur pengadaan buku ajar tersebut, termasuk siapa saja yang terlibat di dalamnya. Yang pasti menyangkut soal anggaran tetap melalui persetujuan DPRD sebagai lembaga legislasi. Untuk itu kita akan meminta keterangan seberapa jauh keterlibatan legislatif dalam pengadaan buku ajar ini,” tandas Kasi Intel Kejari Wonosobo, Kumaedi SH, Jumat (7/12).

Lebih lanjut, Kumaedi menyatakan, semua yang terlibat dalam proyek pengadaan buku ajar itu akan dimintai keterangan seputar proses pengadaannya. Hal itu dilakukan untuk mengungkap adanya penyimpangan tersebut. Baik pejabat di lingkungan pemkab, panitia pengadaan, rekanan, sampai anggota DPRD akan dimintai keterangan seberapa besar keterlibatan mereka dalam kasus ini.

“Yang pasti kalau ada indikasi kuat pihak-pihak akan kami panggil, termasuk anggota DPRD dan mantan anggota DPRD. Pemanggilan ini penting karena yang namanya korupsi tentunya tidak hanya dilakukan satu orang. Pasti melibatkan orang lain,” paparnya.

Sejauh ini, lanjut Kumaedi, pihaknya telah mengantong nama-nama calon tersangka. Meski demikian pihaknya belum bisa menyebutkan para tersangka dimaksud. Kejari belum bisa melangkah lebih jauh karena masih menunggu audit yang baru dilakukan BPKP Jawa Tengah. Berapa kerugian yang ditanggung negara masih dalam penghitungan. (M-3/Zie)-m

Sumber: Kedaulatan Rakyat, Sabtu, 8 Desember 2007

Penyelidikan Korupsi Kabupaten Demak Stagnan

DEMAK--Pengusutan dugaan kasus korupsi, dobel anggaran APBD 2003-2004 Kabupaten Demak senilai Rp 4,924 miliar berjalan di tempat. Kejaksaan Negeri (Kejari) Demak mengakui, meski sudah memeriksa 43 anggota DPRD Demak periode 1999-2004, hasilnya belum klop dengan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Dalam hasil BPKP terungkap, akibat adanya dobel anggaran tersebut, negara ditaksir merugi Rp 4,9 miliar. Karena itu, menurut Kajari Demak Pindo Kartikani, tim jaksa yang dibentuk hingga kini masih mendalami kasus tersebut.

"Jadi, setelah kami evaluasi, ternyata, hasil pemeriksaan saksi-saksi belum cocok dengan temuan hasil audit BPKP. Untuk itulah, kami perdalam lagi pengungkapan data-datanya," ujar Pindo kemarin (15/9).

Pindo mengaku belum mengetahui secara pasti kasus itu bakal ditingkatkan menjadi rencana dakwaan (rendak). Sebab, pihaknya masih menyelidiki.

Hal senada diungkapkan Kasi Pidsus Kejari Demak Joko Tutuko. Dia menyatakan, untuk mengungkap kasus korupsi itu, pihaknya membentuk tim baru. Tim yang dipimpinnya tersebut bertugas mengumpulkan data-data tambahan yang dibutuhkan sebelum menindaklanjuti dengan rendak.

"Data yang kami peroleh dari pemeriksaan 43 saksi anggota dewan tersebut belum cukup dan kurang menggigit. Karena itu, kami perdalam lagi data tersebut," tegasnya.

Menurut Joko, tim jaksa yang menangani kasus dobel anggaran tersebut saat ini terus bekerja keras untuk menyelesaikan penyelidikan. Dia mengakui, perkembangan kasus itu stagnan dan akan dilanjutkan setelah Idul Fitri mendatang.

Terpisah, Ketua Divisi Pelaporan Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KP2KKN) Jateng Eko Haryanto menilai, pengusutan kasus dobel anggaran tersebut tergolong lambat dibandingkan dengan penanganan kasus korupsi di daerah lain.

Karena itu, KP2KKN mendesak agar kejaksaan segera menyusun rencana dakwaan. "Kasus ini kan sudah lama ditangani kejaksaan. Nah, kalaupun data pemeriksaan saksi belum sama dengan hasil audit BPKP, seharusnya kejaksaan lebih jeli lagi dan profesional. Jaksa kan bisa memaksa mengapa waktunya diulurulur," tandasnya.

Dalam kasus dugaan korupsi itu, kejaksaan telah menetapkan empat ornag sebagai tersangka. Yakni, mantan Ketua DPRD Demak KH Nurul Huda dan tiga mantan wakilnya, yaitu Muh. Ghofar, Suharmin, dan Suranto. Pengusutan kasus itu sebenarnya sudah berlangsung setahun lebih, namun belum ada perkembangan berarti. (hib/jpnn)

Sumber: Rakyat Merdeka, Minggu, 16 September 2007

KP2KKN: Laporan Korupsi tak Ditangani Serius

SEMARANG - Hingga akhir Agustus ini baru 16 kasus dugaan korupsi yang ditangani oleh aparat Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jateng dari sekitar 47 kasus. Sisanya, 31 kasus korupsi hingga kini belum jelas perkembangannya. Di samping itu, selama tahun 2006-2007, 100 kasus korupsi yang pernah ditangani Kejaksaan di Jateng telah disidangkan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Asisten Intelijen Kejati Jateng, Pudji Basuki SH saat menerima kunjungan Komite Penyelidikian dan Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KP2KKN) Jateng di Semarang, Rabu (29/8).

Seperti diungkapkannya, dari 16 kasus itu rinciannya, satu kasus ditangani Kejati Jateng, satu kasus Kejaksaan Negeri Semarang, dua kasus Kejari Demak, satu kasus Kejari Boyolali, satu kasus Kejari Sragen, satu kasus Kejari Wonogiri, dua kasus Kejari Purwokerto, dua kasus Kejari Batang, tiga kasus Kejari Purbalingga, satu kasus Kejari Rembang, dan satu kasus Kejari Banyumas. Bahkan 16 kasus tersebut sudah siap dilimpahkan ke bagian pidana khusus.

Sementara berkaitan dengan kasus dana tak tersangka APBD Batang, Pudji mengungkapkan, dalam waktu dekat ini akan ada peningkatan status ke penyidikan setelah sebelumnya masih dalam status penyelidikan.

Kasus dugaan korupsi dana tak tersangka APBD Batang senilai Rp 2,3 miliar diduga melibatkan tersangka seorang pejabat teras di Kabupaten Batang."Kasus ini sudah diekspos ke Kejaksaan Agung. Dua hari lagi akan dilimpahkan ke pidana khusus," kata Pudji.

Sementara itu divisi pengaduan masyarakat KP2KKN Jateng Eko Haryanto mengatakan, kinerja Kejaksaan di Jateng amat lambat. Kejaksaan Negeri di daerah terkesan hanya melakukan pengumpulan data, namun tak memproses laporan dugaan korupsi secara serius.

"Padahal, di Kejati dan Kejari itu sebenarnya ada target penyelesaian kasus korupsi. Untuk Kejaksaan Negeri targetnya tiga kasus setahun, sedangkan Kejati tiga kasus setahun yang bisa diselesaikan. Tetapi kenyataannya, apa yang dicapai ini masih jauh dari yang diharapkan. Masak dari 47 kasus yang diselidiki, hanya 16 yang selesai," ujar Eko.

Bahkan banyak kasus korupsi yang hingga kini perkembangannya tidak jelas dan telah melalui proses penyelidikan dan penyidikan lebih dari dua tahun.

Sebagai contoh ia menyebut dugaan korupsi renovasi rumah dinas Bupati Kudus Rp 1,9 miliar, kasus buku ajar Kabupaten Pemalang senilai Rp 26 miliar, dan kasus pengadaan buku Kabupaten Wonosobo Rp 5,7 miliar. "Kasus-kasus itu harus segera dipercepat penanganannya. Sudah cukup lama tak jelas perkembangannya," tegasnya. (hid-pu)

Sumber: Wawasan Digital, Kamis, 30 Agustus 2007

Kejati Disposisi Pencarian Koruptor Buku Ajar Murad Irawan

SEMARANG - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah mengeluarkan surat disposisi untuk melakukan pencarian tersangka perkara korupsi pengadaan buku ajar di sejumlah kabupaten di provinsi ini.

Kepala Kejati Jateng, Kadir Sitanggang didampingi Asisten Pidana Khusus (Aspidsus) Uung Abdul Syakur di Semarang, Kamis, mengatakan keberadaan Murad (tersangka, red.) memang sulit dicari.

Kadir mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkan pencekalan terhadap Murad. "Saya akan diskusikan dengan Asisten Intel soal ini," katanya.

Aspidsus menambahkan, dalam sidang kasus korupsi buku ajar di Kabupaten Sukoharjo yang mulai disidangkan baru-baru ini, Murad sudah mangkir dari persidangan kedua.

Murad juga menjadi tersangka kasus buku ajar di Wonogiri, Pemalang, Tegal, dan Kabupaten Sleman (Yogyakarta). Kemudian menjadi tersangka dalam dugaan korupsi pengadaan buku ajar di Salatiga, Batang, Brebes, Grobogan, Boyolali, Wonosobo, Kota Magelang, dan Kota Solo.

"Sayangnya kasus yang di Kabupaten Tegal, pengadilan memutus bebas," kata Uung.

Kasus di Grobogan, PT Balai Pustaka (BP) belakangan melakukan gugatan perdata terhadap Pemkab Grobogan di Pengadilan Purwodadi. Dari persidangan perkara perdata ini, terungkap Murad bukan pegawai PT Balai Pustaka, melainkan Direktur PT Putra Ikhsan Pramudita (PIP) perusahaan percetakan beralamat di Jalan Gunung Sahari Jakarta.

Terungkapnya fakta itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan selanjutnya melaporkan tindak pidana penipuan yang dilakukan Murad ke kepolisian setempat.

Aspidsus menambahkan, dari penyidikan di Pemalang, Sukoharjo, Kabupaten Tegal, dan Wonogiri, terungkap, Murad memang bukan pegawai PT BP, melainkan "broker" (perantara) PT Balai Pustaka.(*)

Sumber: Antara, 24 Juli 2007

Lestarikan Budaya, Karangnangka Gelar Suran

Banyumas, Jateng - Budaya leluhur masih dilestarikan di Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Hal ini ditandai dengan dilaksanakannya tradisi Suran dan Ruwat Bumi secara rutin seperti yang dilaksanakan pada Minggu (23/10).

“Kita mencoba untuk tetap melestarikan budaya ini dari tahun ke tahun, biasanya malah sampai nyembelih kerbau. Kkalau sekarang tidak, ini kan merupakan penyatuan yang kental dari adat Jawa dan Islam” Ujar Jafar Aerudin, Kades Karangnangka.

Rangkaian acara Tradisi Suran dan Ruwat Bumi di Desa Karangnangka dimulai dari acara Karnaval Grebeg Suran, Tarian Daerah dan Wayang Ruwat. Menurut penuturan Kepala Desa Karangnangka, Karnaval Grebeg Suran ini dimulai dari Lapangan Desa Karangnangka memutari lingkar desa hingga finish di Kantor Desa Karangnangka. Acara ini di ikuti oleh seluruh warga Desa Karangnangka, dari yang muda hingga yang tua dengan antusias.

Dalam acara tersebut disediakan pula gunungan hasil bumi yang nantinya akan diperebutkan oleh warga setelah acara Wayang Ruwat Tradisi ruwat ini dilakukan untuk tetap melestarikan budaya di Desa Karangnangka agar tidak hilang di telan zaman.

“Warga Desa Karangnangka ini tetap uri-uri budaya dari leluhur” ujar Camat Kedungbanteng, dalam sambutan pidatonya.(ayu/bdg)

23 Museum di Indonesia Pamerkan Koleksi Alat Musik Tradisional

Semarang, Jateng - 23 museum di Indonesia memamerkan benda koleksi alat musik tradisional dalam pameran Swararupa Etnik Nusantara di Museum Jawa Tengah Ranggawarsita Semarang, Jumat (21/10).

Pameran bertajuk Swararupa Etnik Nusantara ini menghadirkan beberapa alat musik tradisional dari empat klasifikasi alat musik yakni petik, pukul, gesek dan tiup seperti gamelan dari Jawa, Tifa dari Papua, Sasando dari NTT, Sampe alat musik Suku Dayak dan masih banyak lagi. Pameran ini akan berlangsung hingga tanggal 24 Oktober 2016.

Kepala Museum Jawa Tengah Ranggawarsita Steven Timisela mengatakan, pameran rutin tahunan ini merupakan komitmen kebersamaan antar museum untuk menghadirkan diantaranya koleksi sebagai proses mengharmoni peradaban.

“Tujuannya agar masyarakat kembali mengapresiasi alat musik tradisional ini sebagai karya-karya peninggalan leluhur yang mempunyai nilai filosofis tinggi diharapkan masyarakat lebih mengenal mencintai sebagai apresiasi terhadap budaya bangsa,” katanya.

Steven melihat alat-alat musik di setiap daerah hampir mempunyai kemiripan sehingga bisa menujukkan bahwa alat-alat musik itu bisa menjadi perekat persatuan bangsa.

Dengan pameran ini lanjut Steven, ingin menggugah anak muda ditengah musik-musik modern yang harus tetap mengapresiasi alat musik tradisional sebagai satu kekayaan budaya bangsa.

Vanya siswi SMP Krista Mitra mengaku baru kali ini melihat alat musik tradisional yang jenisnya bermacam-macam sehingga bisa langsung melihat dan mempelajari nilai filosofisnya.

“Sebelumnya tidak pernah melihat alat-alat musik tradisional,” ucapnya.

Ke-23 museum yang mengikuti pameran itu adalah Museum Negeri Nangroe Aceh Darussalam, Museum adityawarman Sumatra Barat, Museum Negeri Sumatra Utara, Museum Negeri Bengkulu, Museum Negeri Jambi, Museum Balaputra Dewa Sumatra Selatan, Museum Ruwa Jurai Lampung, Museum Negeri Kalimantan Barat, Museum Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan, Museum Mulawarman Kalimantan Timur, Museum Dematande Sulawesi Barat, dan Museum Sang Nila Utama Riau.

Selanjutnya Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Museum Negeri Nusa Tenggara Timur, Museum Negeri Sulawesi Utara, Museum Negeri La Galigo Sulawesi Selatan, Museum Negeri Sulawesi Tengah, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Museum Loka Budaya Uncen Papua, Museum Negeri Provinsi Papua, Museum Nasional Jakarta dan Museum Sri Baduga Jawa Barat.

Besok, Festival Semarak Singo Barong Digelar di Taman Sriwedari

Solo, Jateng - Festival Semarak Singo Barong akan kembali digelar, Sabtu hingga Minggu (15-16/10/2016) mendatang.

Bertempat di Taman Sriwedari, para peserta bakal beradu kebolehan guna memperebutkan piala Walikota Surakarta.

Jumlah peserta sebanyak 30 kelompok, tidak hanya dari Solo, tetapi juga dari luar Solo seperti Jawa Timur (Jatim).

Ketua Pelaksana, Eko ‘Belang’ Sadono mengatakan, festival ini digelar kali ke empat. Diikuti oleh kelompok seni budaya tradisional, peserta datang dari berbagai daerah yang sebagian besar dari Eks Karesidenan Surakarta serta Jatim. Dalam berkompetisi mereka memperebutkan Piala Walikota Surakarta 2016.

Para peserta yang tampil terdiri dari kelompok penabuh musik gamelan Jawa, penari dengan dadak merah atau reog atau Singo Barong, dan kuda lumping.

“Mereka diberikan kesempatan selama maksimal 15 menit dengan tampilan ciri khas masing-masing,” terang Eko kepada wartawan saat jumpa pers, Kamis (13/10/2016).

Eko menuturkan, penilaian akan difokuskan pada performa dari pembarongnya. Tiga aspek yang menjadi pokok penilaian, yakni Wirogo, Wiroso, serta Wiromo.

“Ketiga aspek ini menunjukkan bagaimana teknik menarinya (performa), penghayatan karakternya, serta harmonisasi dengan musiknya,” terangnya.

Selama 15 menit para peserta akan dipersilakan untuk unjuk kebolehan dengan menaruh dadak merak seberat 70 hingga 80 kg di kepalanya. “Tapi kalau kena angin bisa 100 kg itu,” terang Eko.

Untuk pesertanya, Eko mengatakan, sudah mencapai target yakni 30 peserta. Namun hingga kini masih ada yang ingin ikut berpartisipasi. “Saat ini pendaftaran sudah ditutup, apabila tidak ditutup bisa mencapai 60 peserta,” ucapnya.

Festival Singo Barong sendiri bukan menonjolkan lombanya, tetapi sebagai ajang silaturahmi para seniman Singo Barong dari seluruh penjuru nusantara.

“Kami, selain ikut melestarikan seni budaya asli Indonesia ini, juga mencari potensi bibit-bibit generasi baru seniman remaja untuk lebih mencintai seni budayanya dibanding budaya dari luar negeri,” katanya.

Sudyanto, Kasi Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta mengatakan, Singo Barong merupakan bagian dari karya seni budaya Bangsa Indonesia yang harus dilestarikan.

Salah satunya melalui kegiatan festival. “Kami berharap seni budaya Singo Barong juga memberikan manfaat bagi perekonomian di seluruh daerah di Indonesia,” katanya.

Dari Dusun Gebug, Seni Kuda Lumping Dilestarikan

Ungaran, Jateng - Sejak 1988, Dusun Gebug, Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, memang dikenal sebagai lingkungan yang mempunyai kesenian tradisional kuda lumping. Tidak hanya di Kabupaten Semarang, kesenian rakyat dari salah satu dusun di lereng Gunung Ungaran ini pun kerap pentas ke luar wilayah.

Sesepuh kesenian kuda lumping Rukun Karya Budaya Sakti (RKBS) Kalisidi, Suwarsono (62) mengatakan, hingga saat ini paguyuban kuda lumping tertua di Ungaran Barat tersebut masih aktif berlatih. Selain melibatkan belasan pemain yang sudah sepuh, pihaknya juga mengajak generasi muda atau anak usia sekolah untuk ikut berlatih.

“Masih aktif berlatih, latihan rutin setiap Senin malam. Anak-anak kita libatkan untuk kepentingan regenerasi,” katanya kepada Suara Merdeka, Kamis (13/10) siang.

Seiring berjalannya waktu, disamping seni kuda lumping sekarang juga dikembangkan kesenian pendamping. Diantaranya kesenian reog, gerakan prajuritan, tarian topeng penthul, dan seni barongan. Demikian halnya dengan alat musik yang digunakan, menurut dia, sudah mengaplikasikan musik gabungan tradisional dan moderen.

“Musik tradisional sudah terpadu dengan instrumen drum dan keyboard. Ketika tampil biasanya kita belibatkan 20 hingga 25 orang pemain, termasuk petugas pengiring musik,” ujarnya.

Ditanya cirikhas seni kuda lumping Dusun Gebug, pria yang gemar berkebun ini menjawab, permainannya tergolong kalem atau tidak beringas. Artinya, saat ada pemain yang kerasukan tidak serta-merta mengejar penonton berbaju merah.

“Ciri khasnya jarane kalem, mangane sitik ora kaya jaran liya. Jadi yang nanggap juga tidak repot,” imbuhnya.

Ketika berada di rumah Suwarsono, di RT 1 RW IX Dusun Gebug, Kalisidi, pandangan tamu yang datang pasti tertuju pada instrumen musik kesenian kuda lumping yang tertata rapi. Mulai dari kendang, gong, beberapa gamelan, hingga tratak pentas ada di sana.

Demikian halnya dengan barongan yang ia pesan dan didatangkan langsung dari Purbalingga, serta kelengkapan topi tarian hanoman putih dan hanoman merah. Semuanya ditempatkan di pendapa halaman depan rumah.

Dirinya mengakui, sejak didirikan hingga sekarang seni kuda lumping RKBS tetap direspon baik oleh masyarakat. Tidak jarang, beberapa warga sering bertanya-tanya kapan ada pentas lagi? Menyusul bagaimanapun juga, perekonomian ikut bergerak. Ditandai dengan larisnya jajan khas desa yang dijual warga setempat.

Bila mengacu sejarah dan cerita tutur, kebudayaan dan kesenian tradisional kuda lumping di Dusun Gebug, Desa Kalisidi, Ungaran Barat erat hubungannya dengan sosok dan peran Mbah Kyai Surowono atau Mbah Kyai Ageng Sudrajad. Keterangan yang dihimpun dari masyarakat setempat menyebutkan, bila Mbah Kyai Surowono memang dikenal sebagai panglima perang saat itu.

Kendati terkenal garang saat menghadapi musuh, nama Suro yang berarti pemberani dan Wono yang artinya hutan ini, di sisi lain memang penyuka seni budaya. Itu diperkuat dengan cerita adanya beberapa benda milik Mbah Kyai Surowono yang ditempatkan di beberapa lokasi yang saat ini merupakan sekitar lokasi makam dirinya bersama isterinya di Dusun Gebug RW IX Desa Kalisidi.

Benda yang dimaksud berupa gamelan lengkap, perabotan dapur, beberapa pusaka, dan kuda putih. Ketika Suara Merdeka berusaha menelusuri jejak peninggalan di sekitar lokasi Makam Mbah Kyai Surowono bersama Juma’in (74) sesepuh Dusun Gebug, dan Pamong Budaya setempat, masih terlihat jelas pohon belimbing yang oleh warga disebut pohon belimbing keris.

Warga setempat meyakini, di bawah pohon belimbing berumur ratusan tahun itulah pusaka milik Mbah Kyai Surowono ditempatkan. Begitu pula dengan hamparan sawah yang disebut-sebut sebagai kandang kuda putih.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Dewi Pramuningsih melalui Pamong Budaya Kecamatan Ungaran Barat, Bramantyo Agus Saputra menambahkan, pihaknya memang terus berupaya memacu kreatifitas pegiat seni kuda lumping.

“Sebagai pamong budaya saya tetap berkeinginan agar kesenian ini bisa lestari,” terangnya.

Pihaknya tidak memungkiri, untuk berkumpul kemudian berlatih rutin memang sulit. Alasannya lebih dikarenakan adanya rutinitas harian para pemain atau pegiat seni. Mereka ada yang bekerja di pabrik, sekolah, dan berkebun.

“Perlu dukungan dari seluruh lapisan masyarakat untuk membangkitkan atau mengundang wisatawan luar daerah datang ke sini. Apalagi bila dikaitkan dengan paket wisata ke suatu obyek, saya pikir itu akan lebih baik,” tukas Bramantyo.

Warga Bonosari Gelar Tradisi Selamatan Bumi

Kebumen, Jateng - Warga Desa Bonosari, Kecamatan Sempor, Kebumen masih memang teguh adat dan tradisi yang yang diwariskan para leluhur. Salah satunya adalah tradisi selamatan bumi yang digelar setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa.

Selamatan bumi diawali dengan babat kuburan yakni bekerja bakti membersihkan makam para leluhur.Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kenduren yang digelar secara bersamaan di empat RW di wilayah desa setempat. Doa bersama juga dilaksanakan di lokasi yang disebut panembahan adipati, tempat yang disakralkan warga desa setempat.

Selain kenduren, selamatan bumi dimeriahkan dengan pesta rakyat. Pada siang hari, kesenian kuda kepang menghibur warga desa. Sejumlah tamu undangan pada acara itu tampak antusias. Bahkan sebagian ikut menarik dengan para seniman kudang kepang.

Tidak cukup itu saja, pada malam harinya hiburan dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Pergelaran wayang yang menghadirkan dalang Ki Sunarko Hadi Warsono dari Kutowinangun tersebut membedah lakon Semar Sang Pamomong. Seluruh warga tampak antusias mengikuti rangkaian tradisi yang setiap tahun dilaksanakan tersebut.

Kepala Desa Bonosari Darsono mengatakan, digelarnya selamatan bumi sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan melalui kesuburan bumi. Selain itu, dengan berdoa bersama warga mengharapkan masyarakat terhindar dari bencana alam.

“Selamatan bumi adalah simbol dari merawat bumi. Selain melalui ritual dan doa juga ditindaklanjuti dengan karya nyata sehingga bumi tetap subur dan masyarakat menjadi makmur,” ujar Darsono kepada suaramerdeka.com, Senin (10/10).

Gubernur Jateng Buka "Borobudur Writers & Cultural Festival"

Magelang, Jateng - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, membuka "Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2016" di Hotel Atria Kota Magelang, Rabu.

Ganjar mengatakan event ini sangat menarik karena dihadiri orang-orang penting pada bidangnya, ada rohaniawan, sejarawan, seniman, budayawan, dan para penulis.

"Isinya beberapa orang, tetapi mereka dapat mempengaruhi maka ketika hasil dari acara ini bisa dijadikan satu dalam bentuk vidio, buku, gagasan, tulisan atau apa pun maka menjadi satu aset yang kemudian bisa diceritakan kepada luar," katanya.

Pembaukaan BWCF ke-5 dengan mengusung tema "Setelah 200 Tahun Serat Centhini: Erotisme dan Religiusitas Kitab-Kitab Nusantara" ini ditandai dengan pemukulan gong oleh Gubernur Jateng.

Menurut Ganjar kegiatan ini sebuah perjalanan peradaban yang direviu dan dipikirkan ke depan, segalanya dibicarakan di sini. Sebelumnya, BWCF pernah bicara tentang rempah-rempah, kemaritiman, pesilat dan tahun ini bicara Serat Centhini.

"Centhini ini bicara tentang erotisme, spiritualitas atau tasawuf, sangat beragam ada yang nembang, menari, main musik, seni tradisional yang dikombinasikan," katanya.

Ia berharap BWCF ini menjadi kegiatan tahunan dan tentu saja butuh dukungan dari banyak pihak.

Ketua Pelaksana BWCF, Yoke Darmawan festival ini merupakan agenda tahunan aktivitas literasi dan seni budaya dengan dua kegiatan utama, yaitu writers forum dan pesta seni budaya.

Ia mengatakan perhelatan ini bertujuan sebagai wahana edukasi juga ajang temu ilmuwan, penulis, pembaca untuk dapat mengembangkan kreativitas dan pengetahuan budaya sekaligus perayaan karya-karya kreatif anak bangsa yang diharap pada intinya memberi nafas kebudayaan bagi masyarakat dan industri pariwisata Indonesia bermuatan sejarah.

Menurut dia keunikan dari festival ini dibanding dengan festival-festival lainnya adalah pada tema yang mengangkat kekayaan budaya dan sejaran nusantara.

Ia mengatakan dengan perayaan khasanah budaya nusantara melalui pertemuan antara para penulisdan pekerja kreatif serta aktivis budaya dengan masyarakat pada umumnyadiharapkan muncul pemahaman interkultural yang berbasis pada pengembangan dan perluasan ilmu pengetahuan sehingga para kreator budaya maupun masyarakat yang hidup dalam budaya-budaya tersebut dapat memanfaatkan segala khazanah yang ada untuk memproyeksikan masa depan yang lebih baik.

Pada pembukaan BWCF tersebut juga disampaikan pidato budaya oleh Garin Nugroho.

Menteri Koperasi: Pekan Batik Nusantara Memperkokoh NKRI

Pekalongan, Jateng - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga membuka secara resmi Pekan Batik Nusantara (PBN) 2016 yang digelar Pemkot Pekalongan di kawasan budaya Jetayu, Selasa (4/10).

Dalam sambutannya, Menkop mengapresiasi perhelatan PBN, karena selain memberikan tempat bagi para pengrajin batik untuk memperkenalkan produknya, PBN juga ikut berperan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kalau pameran-pameran semacam PBN semakin sering digelar, menurut dia, maka semakin bagus.

“Ini bukan berlebihan, diplomasi batik luar biasa untuk memperkokoh NKRI. Siapa cinta NKRI dia pakai batik, meski batik ini berakar dari budaya Jawa tapi sekarang semangat nasionalisme dalam batik luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke semua pakai batik dan acara seperti ini memang perlu bukan saja di Pekalongan tapi di tempat-tempat lain,” katanya.

Adanya PBN, menurut Menkop juga dapat meningkatkan penghasilan para pelaku UKM dari seluruh Indonesia. Batik yang memang sudah dikenal sebagai warisan budaya asli Indonesia, akan lebih dikenal lagi dan dicintai masyarakat.

Dampaknya, pemasaran produk batik akan meningkat. Maka bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan para pelaku UKM utamanya di bidang batik. “Saya juga berharap agar batik terus digaungkan di seluruh daerah Indonesia sebagai warisan budaya asli Indonesia untuk dunia,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Puspayoga juga menyerahkan bantuan untuk sejumlah program strategis yakni Nomor Induk Koperasi (NIK) diantaranya kepada Koperasi Karyawan Taspen, KSP Tinggal Landas Kencana Pekalongan Utara, Sertifikat Hak Cipta kepada tiga UKM seni rupa dan seni motif, serta Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI, BNI, dan Bank Mandiri kepada enam penerima.

Sementara, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan dirinya siap menjadi marketing untuk mempromosikan batik. Dia bahkan rela diibaratkan menjadi ‘manekin’ yang mengenakan kain-kain batik produksi para pengrajin batik di Jawa Tengah.

“Saya mau jadi marketer untuk mereka. Misalnya saya berkunjung ke suatu tempat, kemudian berhenti, dan membeli batik selanjutnya batik itu saya pakai. Nanti kalau media meliput, memberitakan, akhirnya banyak orang pada menanyakan ke saya, itu batik dari siapa, buatan mana. Saat itulah sebenarnya promosi terjadi yang selanjutnya bisa berlanjut ke transaksi batik,” ungkapnya.

Ganjar menambahkan, dirinya ingin pengrajin dan pengusaha batik tidak hanya menjual secara manual akan tetapi bisa menggunakan media sosial. “Sekarang zamannya sudah serba online. Jadi pengrajin maupun pengusaha batik harus bisa mengikuti tren yang ada dan mengembangkan berbagai cara pemasarannya,” imbuhnya.

Pembukaan PBN 2016 di Kota Pekalongan kemarin dihadiri sejumlah tokoh penting. Selain dihadiri Menkop dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, hadir pula Kepala Badan Ekonomi Kreatif RI (Bekraf) Triawan Munaf, Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Wakil Ketua Kadin Pusat Zainal Bintang, Danrem 071/Wijaya Kusuma Kolonel Suhardi.

Hadir pula sejumlah duta besar negara-negara sahabat, diantaranya duta besar Filipina, Singapura, Afrika Selatan, Malaysia, dan Korea. Para tamu undangan ini didampingi jajaran Pemkot Pekalongan dan FKPD Kota Pekalongan.

Pembukaan PBN ditandai dengan kegiatan mewarnai kain batik motif Buketan yang merupakan salah satu motif asli Kota Pekalongan, oleh Menkop UKM, Kepala Bekraf, Gubernur Jateng, Kapolda Jateng, Walikota, dan sejumlah tokoh lainnya. Acara diisi pula dengan penyerahan secara simbolis pinjaman KUR dari perbankan kepada kalangan UKM.

Usai pembukaan, Menkop dan UKM beserta tamu undangan dan pejabat lainnya menggambar batik bersama-sama di depan Museum Batik. Para tamu undangan selanjutnya meninjau stan-stan PBN di dalam Gor Jetayu.

PBN 2016 di Kota Pekalongan ini berlangsung mulai 4 hingga 9 Oktober mendatang. Ada beragam rangkaian kegiatan serta pameran dalam PBN ini. Antara lain pameran batik di Gor Jetayu yang diikuti sekitar 160 stan, serta festival kuliner nusantara.

Ada pula beragam hiburan mulai dari karnaval hingga pentas seni tradisional dan kontemporer, ada fashion show batik, berbagai seminar, talkshow, karnaval kostum batik, sampai teatrikal ‘batik on the street’.

Purworejo Gelar Parade Budaya

Purworejo, Jateng - Hujan dengan intensitas sedang tidak menyurutkan sekitar 10 ibu-ibu untuk unjuk gigi. Menyelipkan tembakau dan mencari kutu rambut temannya disampaikan dengan jenaka. Gerakan mereka lugas dan lepas tanpa menyadari usia mereka tak lagi muda.

Ya, itulah penampilan grup gejog lesung dari Kecamatan Butuh, dalam rangkaian Parade Budaya Purworejo menyambut Hari Jadi ke-1.115 Purworejo yang dipusatkan di depan gerbang utama Pendopo Rumah Dinas Bupati, kemarin (2/10) siang.

Sebanyak 17 peserta yang terdiri atas perwakilan setiap kecamatan dan satu grup paguyuban perias pengantin, memperlihatkan bentuk kesenian andalan daerah masing-masing. Beberapa kesenian yang hampir punah juga ditunjukkan untuk sekadar mengingatkan begitu kayanya budaya di

Kabupaten Purworejo.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purworejo Muh Wuryanto mengatakan, kegiatan parade budaya ini merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Jjadi Kabupaten Purworejo yang jatuh 5 Oktober nanti. Menurutnya, kegiatan itu sebagai bentuk hiburan yang bisa dikembangkan sebagai sajian wisata.

“Kami memiliki banyak jenis kesenian. Bahkan beberapa di antaranya nyaris hilang. Dengan adanya kegiatan ini kami harapkan semua jenis-jenis kesenian yang ada di Purworejo tetap ada dan lestari,” kata Wuryanto.

Bupati Purworejo Agus Bastian menyampaikan bahwa keanekaragaman budaya menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan dan tumbuh berkembang demi kokohnya persatuan dan kesatuan. “Mengelola budaya dan melestarikan kebudayaan dengan baik dan profesional penting bagi kita untuk memperkokoh ketahanan budaya, dan ini perlu melibatkan semua pihak,” kata bupati.

Ia berharap kepada seluruh masyarakat agar seni budaya yang ada terus diupayakan tetap kokoh, semarak dan mendapat apresiasi yang tinggi di kalangan warga. “Saya minta kegiatan seperti ini terus dikembangkan dan semakin menarik dari waktu ke waktu. Sehinga bisa menjadi bagian dari promosi dan daya tarik kunjungan di Kabupaten Purworejo,” harapnya.

UNS Gelar Pameran Batik Internasional

Solo, Jateng - Pameran Batik berskala internasional digelar oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dengan mengambil tema Wonderfull International Batik Exhibition. Kepala Program Studi (Kaprodi) Kriya Tekstil FSRD UNS, Tiwi Bina Affanti menjelaskan, pameran yang berlangsung enam hari mulai hari ini hingga Rabu (5/9/2016) digelar di Galeri Seni Rupa FSRD UNS dengan diikuti perwakilan dari mahasiswa asing asal beberapa negara. "Salah satu tujuan pameran ini dalam rangka ikut memeriahkan Hari Batik Nasional," jelasnya kepada wartawan di Solo, Jawa Tengah, Jumat (30/9/2016). Selain itu, Hari Batik Nasional bisa diwujudkan dengan beragam cara, salah satunya dengan menggelar pameran batik. Selain itu, pameran ini juga dihelat sebagai rasa syukur bahwa batik yang merupakan karya seni khas budaya asli Indonesia sejak tahun 2009 lalu memperoleh penghargaan dari UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Pameran Batik yang digelar oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS juga memamerkan hasil karya batik dan foto-foto terkait kegiatan International Batik Short Course beberapa waktu lalu. Selain itu juga sebagai wujud nyata kepedulian FSRD UNS terhadap pengembangan dan pelestarian batik di Indonesia. International Batik Short Course diikuti oleh 23 mahasiswa asing dari beberapa negara yaitu Sierra Leone, Australia, China, India, Inggris, Madagaskar, Malaysia, Mozambik, Nigeria, Rwanda, Suriname, Tanzania, dan Yaman. "Dengan begitu kita mendukung program internasionalisasi UNS dan FSRD khususnya dengan mengenalkan batik ke luar dengan menggelar International Batik Short Course," pungkasnya.

Sumber: http://news.okezone.com
-

Arsip Blog

Recent Posts