Jayapura, Papua - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Jayapura, Evert Nicolas Merauje mengatakan, penyelenggaraan Festival Humbold akan melibatkan partisipasi seluruh masyarakat adat dan keondoafian yang ada di sekitar wilayah Port Numbay.
"Festival besok semua masyarakat ulayat akan terlibat dalam kepanitiaan. Kalau selama ini kepanitiaan dari birokrasi untuk tahun ini kami memberdayakan masyarakat setempat dengan harapan masyarakat sadar bahwa festival ini adalah milik mereka sendiri," katanya di Jayapura, Kamis.
Dia mengungkapkan, dengan digelarnya Festival Humbold pada 4-5 Agustus, para wisatawan asing yang akan berkunjung menyaksikan Festival Lembah Baliem pada 8-9 Agustus akan disambut terlebih dahulu dengan perayaan Festival Humbold di Kota Jayapura.
"Artinya, dengan adanya keterkaitan antara Festifal Humbold dan Festival Lembah Baliem, selain mendorong pemberdayaan masyarakat pariwisata di Kota Jayapura, juga bertujuan mempromosikan festival ini pada wisatawan internasional," katanya.
Evert menjelaskan, dengan melibatkan masyarakat secara penuh pada perhelatan ini, tentunya juga dapat memacu perkembangan ekonomi masyarakat karena ada keterkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal di Kota Jayapura.
"Ada beberapa kegiatan yang kan dilaksanakan pada festival tersebut di antaranya tarian tradisional lemon nipis, suling tambur dan festival kuliner yang dimiliki semua ulayat berada dilingkup Teluk Humboldt dan beberapa kampung yang ada di Kota Jayapura," katanya.
Teluk Humboldt merupakan sebuah teluk yang sangat luas. Di bibir teluk ini terdapat sebuah kota yang di dalamnya penuh dengan sejarah perang dunia ke dua, yaitu Kota Jayapura, di mana sebagian besar penduduk asli Port Numbay berdiam di teluk ini.
Kota ini pada Perang Dunia II terkenal dengan nama Holandia dan Sukampura yang memiliki potensi pariwisata yang begitu besar, karena terdapat 11 kampung adat, yaitu Kampung Kayu Batu, Kayu Pulo, Tobati, Enggros, Nafri, Waena, Yoka, Skow Sae, Skow Yambe, Skow Mabo dan Mosso yang memilki budaya kearifan lokal masing-masing serta alam dan pantai yang indah.
Sumber: http://oase.kompas.com