Pekanbaru, Riau - Sebuah bangunan masjid megah yang didominasi warna kuning di daerah Senapelan seluas 60 X 80 meter itu dikenal dengan nama Masjid Raya Nur Alam. Sejarah nama Masjid Raya Nur Alam yang juga dijuluki Masjid Alam tersebut diambil dari nama kecil Sultan Alamudin yaitu Raja Alam. Upacara menaiki bangunan ini dilakukan pada salat Jum`at yang dipimpin oleh menantu Sultan Alamudin yaitu Imam Syaid Oesman Syahabuddin, menantu Sultan Alamuddin, ulama besar Kerajaan Siak. Bangunan Masjid bersejarah itu terlihat masih berdiri kokoh di sudut Kota Pekanbaru.
Menurut sejarah rilisan takmir masjid ini, pada 1762 Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan Kerajaan Siak Sri Indrapura dari Mempura Besar ke Bukit Senapelan. Bukit Senapelan selanjutnya dikenal sebagai Kampung Bukit. Dalam tradisi Melayu, sebuah istana kerajaan hendaknya dibangun bersama balai rapat dan masjid. Prasyarat tradisi itu merupakan perwujudan dari filosofi Tali Berpilin Tiga di mana dasar sebuah tata masyarakat Melayu adalah keterkaitan 3 unsur pokok: pemerintah, adat, dan agama.
Secara bentuk, bangunan Masjid Raya Pekanbaru telah mengalami berbagai ubahan. Awalnya masjid hanya berukuran kecil dan terbuat dari kayu. Menurut Dadang, pengurus masjid, arsitektur bangunan masjid ini masih asli. Masjid ini hanya mengalami pelebaran saja mengingat umat Muslim yang beribadah di masjid ini ini terus bertambah. Masjid ini memiliki nilai arsitektur tradisional yang amat menarik. Bangunan religius yang merupakan peninggalan Kerajaan Siak dan merupakan masjid batu pertama yang dibangun di Pekanbaru. Tidak banyak orang mengetahui, komplek masjid inilah nama Pekanbaru bermula.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah (1766-1779), kompleks kerajaan ini mengalami kemajuan pesat. Sebagai sebuah pusat pemerintahan, dibangunlah sarana pendukung ekonomi berupa pasar. Islam dalam catatan banyak sejarawan disebarkan oleh kalangan pedagang. Pasar yang saat itu disebut sebagai pekan sudah ada sebelumnya di komplek itu. Bangunan pasar baru itu saat itu dinamakan sebagai Pekan Baharoe. Pada perkembangannya, kelaziman nama itu menjadi Pekanbaru dan menjadi nama kota ini hingga kini.
Ke depan, masjid bersejarah yang sedang dipugar ini akan difungsikan sebagai pusat kajian dan kebudayaan Islam. Selain sebagai tempat ibadah, pada bulan tertentu, Masjid Raya juga dijadikan salah satu objek wisata religius andalan Kota Pekanbaru.Peziarah dan pengunjung maupun wisatawan dari dalam maupun luar negeri, acapkali datang berkunjung. Mereka umumnya datang untuk berdoa di kompleks makam Sultan Siak. Menurut Dadang, yang juga mengurusi komplek makam, kompleks makam memang terbuka untuk peziarah umum. “Asal tidak macam-macam dan menjurus kepada syirik,” ujarnya. (mg1)
Sumber: http://www.tribunpekanbaru.com