Muaro Sijunjung, Sumbar - Alat musik tradisional talempong yang berasal dari Nagari Unggan, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat saat ini nyaris punah.
"Hanya beberapa orang lagi yang bisa memainkan alat musik tradisional talempong Unggan ini, itu pun sebagian besar dari kalangan tua," kata Kepala Seksi Kesenian Dinas Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olahraga (Disparsenibudpora) Kabupaten Sijunjung Sumbar Diki Zulfikar di Muaro Sijunjung, Senin.
Menurut Dia, minimnya jumlah orang yang bisa memainkan alat musik ini dari kalangan muda karena faktor kesulitannya yang cukup tinggi.
Dia menjelaskan, talempong Unggan berbeda dari jenis talempong yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Jumlah nadanya hanya terdiri atas lima atau disebut dengan alat musik pentatonis.
Selain itu, pada saat memukulnya membutuhkan keterampilan khusus dan kesabaran untuk mendapatkan bunyi nada yang sempurna.
Apabila asal dipukul atau dimainkan, menurut dia, suaranya pun sulit didengar oleh khalayak ramai. "Tidak sembarang orang yang bisa memainkan alat ini, butuh ketekunan untuk mahir menggunakannya. Hal ini yang menjadikan anak muda masa kini yang berasal dari Unggan cenderung tidak mau mempelajarinya, sehingga untuk mempertahankan tradisi ini sangatlah sulit," ujar dia.
Dia menambahkan, beberapa waktu lalu ada wisatawan mancanegara yang mencoba belajar memainkan alat musik ini, namun hasilnya tidak maksimal. Wisatawan itu kesulitan memukulnya.
"Untuk melestarikan alat musik ini agar tidak punah akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat serta akan diikutsertakan dalam beberapa festival," katanya.
Dalam hal ini Disparsenibudpora telah bekerja sama dengan sekolah dan kelompok masyarakat untuk mengembangkan alat musik tradisional ini.
Sejauh ini beberapa sekolah sudah mulai mementaskan di acara tertentu salah satunya di SMAN 1 Sijunjung pada Pekan Budaya Sumbar.
Dalam pementasannya beberapa lagu yang dapat diiringi oleh talempong Unggan ini antara lain lagu yang berjudul "Siamang Tagagau", "Kancang Badayuang", "Urang Unggan Tuka Baju".
Sumber: http://oase.kompas.com