Kentrung Bondowoso Tampil di Jakarta

Bondowoso, Jatim - Grup kesenian tradisional kentrung "Kwartet Women’s" dari Bondowoso, Jatim, berencana tampil menghibur warga di Jakarta, 24 September 2011.

"Kami diundang untuk menghibur 1.000 warga Jakarta yang berasal dari Bondowoso dalam acara halalbihalal. Ini merupakan penghargaan terhadap kesenian tradisional khas Bondowoso," kata Sri Maryati (40), salah satu pemain kentrung "Kwartet Women" di Bondowoso, Jumat.

Ditemui di sela-sela latihan di kantor Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Perhubungan Bondowoso, ia mengatakan bahwa grup kesenian asal Desa Jurangsapi, Kecamatan Tapen, itu akan tampil maksimal di ibu kota.

"Kami akan menampilkan lakon tentang Marbu’ah yang tidak pintar, tapi berani untuk tampil," kata istri dari Ramon, pimpinan dan pendiri kentrung tersebut.

Kentrung adalah kesenian tradisional dalam bentuk nyanyian dan cerita-cerita lucu. Penampilan itu diiringi musik hadrah, gendang dan gong. Penabuh musik kentrung "Kwartet Women’s" masih satu keluarga, yakni Ramon dan anaknya.

Pada pementasan nanti, Sri Maryati yang menjadi tokoh Marbu’ah akan tampil bersama dengan anaknya Elmi Wijayanti dan dua pemain lainnya, yakni Lilik Isnaeni serta Izatul Hasanah.

Meski ada hubungan keluarga, keempat perempuan yang sehari-hari menjadi guru pendidikan anak usia dini (PAUD) di desanya itu mampu tampil profesional.

Saat itu, Elmi tidak canggung saat harus memukul tangan ibunya Sri Maryati. Saat itu Sri Maryati sebagai Marbu’ah mengaku bisa berpidato, namun setelah dicoba ternyata gelagapan. Ia kemudian mengaku pinter bernyanyi, namun kenyataannya juga tidak bisa tampil.

Sementara Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Perhubungan Bondowoso Satriyo Subekti yang membina grup tersebut, mengatakan bahwa kentrung "Kwartet Women’s" merupakan satu-satunya kentrung yang ada di kabupaten penghasil tape tersebut.

"Sebelumnya Bondowoso memiliki grup kentrung Trio Nur, tapi setelah tiga anggotanya Nur bersaudara meninggal semua, grup itu ikut mati. Sekarang sudah muncul lagi yang semua pemainnya justru perempuan," paparnya.

Lelaki yang akrab dipanggil Yoyok itu menjelaskan bahwa dirinya ikut bangga, warga di Jakarta yang berasal dari Bondowoso masih mau peduli pada kesenian daerah asalnya dengan mengundang grup kentrung.

"Tidak mudah membentuk grup kentrung ini. Saya berkeliling ke komunitas seniman dan merangsang mereka untuk membentuk kentrung, tapi ternyata tidak pernah bisa. Justru empat perempuan ini yang bisa menghidupkan kentrung," ujarnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts