Shelter dan Bunker di Batavia

Oleh Pradaningrum Mijarto

Gedung Internationale Credit en Handelsvereeniging Rotterdam, sebuah gedung cantik dengan dua menara. Gedung itu kini milik PT Tjipta Niaga. Memandang gedung bikinan tahun 1913 dari Jalan Kali Besar Barat, bikin penggemar foto tak akan melepas kesempatan mengambil bayang bangunan yang memantul dari kumpulan air di Kali Besar. Menurut sebuah penelitian tentang beberapa gedung di kawasan Kota Tua, gedung itu adalah gedung keempat di Batavia yang dirancang Biro Arsitek ed Cuypers en Hulswit. Gedung ini memanjang dari barat ke timur, menghadap ke kanal Kali Besar persis di Jalan Kali Besar Timur.

Rotterdam Internatio, begitu nama kecil gedung tersebut adalah perusahaan lima besar yang bergerak di bidang perbankan dan perkebunan. Perusahaan ini antara lain melakukan pembelian sewa-menyewa kapal, juga membuka kredit-kredit dan deposito. Meski tampak depan kelihatan masih kokoh, bagian dalam gedung ini, khususnya bagian atap, sudah hancur.

Bangunan luas ini mempunyai teras pada bagian barat sedangkan pada sisi selatannya tidak berteras. Lantai dasar gedung ini digunakan kantor Rotterdamsche Lloyd (de Lloyd). Di masa lalu, pintu masuk de Lloyd berada di sudut Kali Besar Timur dan Jalan Teh (kini Jalan Kali Besar Timur 4). Sedangkan pintu masuk Rotterdam Internatio ada di tengah-tengah dinding depan menghadap Jalan Teh. Pintu pada bangunan ini hanya terdapat di lantai bawah. Semua tembok dipancang di atas beton bertulang dibangun dari pasir batu kapur. Kedua lantai gedung tersebut dan semua pilar serta tangga utama dibangun dengan beton bertulang. Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang dikerjakan oleh subbiro Weltevreden dari “Hollandsche Maatschappij”.

Tangga dan lobi atas dibuat sedikit lebih mewah. Anak-anak tangga dilapisi dengan batu keras yang diminyaki yang sama seperti marmer hitam yang dipoles dan pemasoknya adalah Firma D Weegewijs di Amsterdam. Lampu-lampu atas di lobi dihiasi dengan kaca pada jendela timah yang di dalamnya terdapat berbagai emblem dan tanda pengenal keturunan, kota, atau negara sebagai dekorasi keseluruhannya dibuat oleh Firma Lindeman & Schooneveld di Amsterdam. Pegangan sepanjang tangga utama dibuat dari kuningan, dipasok oleh NV Fabriek dari Bronswerken v/h Becht & Dyserink di Amsterdam. Sementara pintu brankas dan kunci-kunci pintu dipasok oleh NV Lips, pabrik kunci dan lemari brankas di Dordrecht.

Tentu saja semua itu tak banyak tersisa. Kini yang ada hanya pemandangan gedung yang terbengkalai terlalu lama menanti ambruk, khususnya karena atap dan bagian atas gedung sudah sangat hancur. Dari kisah gedung dan data bahwa gedung ini mempunyai lemari brankas, bisa diperkirakan, bunker yang ada di bawah gedung tersebut, khususnya di bawah tangga kantor de Lloyd, kemungkinan adalah tempat menyimpan lemari brankas.

Tentu saja, sekali lagi, masih perlu penelitian yang menyeluruh. Menyingkap, mengungkap keberadaan bunker di kawasan Kota Tua sudah merupakan tugas dinas terkait, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI dalam hal ini melalui tangan mereka di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua. Hendaknya jangan sampai terjadi anggaran penelitian untuk mengungkap potongan sejarah Jakarta, digunakan secara diam-diam.

Penelitian, penemuan, penggalian, hendaknya dibuka agar khalayak tahu. Katakan, sebuah penggalian di Pulau Onrust yang baru dilakukan akhir tahun lalu dengan biaya tak sedikit, hendaknya diketahui publik. Oleh karenanya, penelitian bunker di Kota Tua hendaknya juga bisa diakses publik.

Belum ada data tentang keberadaan tempat penampungan untuk berlindung dan ruang bawah tanah di Batavia.

Shelter dan bunker
Majalah d’Orient, terbit dalam bahasa Belanda sekitar akhir 1930 dan awal 1940, lebih memilih membahas shelter. Majalah ini membahas tentang pentingnya shelter atau tempat penampungan dan perlindungan, menjelaskan bagaimana bentuk ruang perlindungan tersebut, di mana saja di Batavia ini yang tercatat kala itu sedang membangun shelter yang dibiayai oleh pemerintah. Dari contoh yang diperlihatkan, ruang perlindungan itu dibikin di luar bangunan utama, tak seperti bunker yang biasanya ada di dalam bangunan utama.

Disebutkan pula, ruang perlindungan tersebut juga harus bisa melindungi warga dari bahaya bom. Di perumahan warga Belanda, ruang penampungan untuk perlindungan itu biasanya ada di bawah halaman depan rumah mereka. Bentuk ruang perlindungan ini terkadang tak menarik dan tak sesuai standar keamanan karena dibikin dengan biaya yang murah, dan terkadang malah harus dihancurkan. Pasalnya, saat pembuatan, mereka tak berkonsultasi dengan ahli. Shelter yang aman, hendaknya dibikin dari beton, dengan perhitungan ketebalan antartembok, serta ketingggian yang aman.

Dalam keterangan lain tentang shelter dan bunker disebutkan, sejak sekitar tahun 1920-an, penampungan untuk perlindungan warga sipil terhadap serangan udara yang dibikin di bawah tanah terus bertubrukan dengan kepentingan perlindungan di atas tanah. Yaitu terhadap serangan gas. Desain yang pas belum ditemukan sehingga penampungan untuk berlindung dari serangan bom udara itu hanya berupa semacam parit, di kemudian hari dinding parit pelindung dibkin dari beton namun akhirnya baja dinilai lebih baik.

Warga Eropa khususnya Jerman sudah terbiasa membangun rumah atau apartemen lengkap dengan ruang bawah tanah untuk perlindungan. Semua sudah disiapkan agar manusia aman di sana selama serangan udara, termasuk ada jendela dan perlengkapan hidup lainnya.

Sumber: http://www1.kompas.com/readkotatua/
-

Arsip Blog

Recent Posts