Yogyakarta - Festival Reog dan Jathilan 2015 yang digelar Dinas Pariwisata DIY bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Yogyakarta mampu membuktikan jika kesenian khas Yogyakarta masih digandrungi masyarakat. Ratusan penonton menjejali halaman Balaikota Yogyakarta yang menjadi lokasi festival.
Terdapat 12 kelompok unjuk kebolehan terdiri dari enam kelompok kesenian reog dan enam kelompok jathilan. Seluruh kelompok tersebut merupakan delegasi dari tiap kabupaten/kota di DIY. Kota Yogyakarta sebagai tuan rumah, berhak mendelegasikan masing-masing dua kelompok kesenian.
"Mereka yang mementaskan reog dan jathilan merupakan kelompok terbaik hasil seleksi yang dilakukan tiap daerah. Festival ini menjadi modal berkreasi dan prestasi bagi pelaku seni budaya," ungkap Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY, Aria Nugraha di sela pembukaan, Minggu (7/6/2015).
Festival kali ini sudah keenam kalinya digelar oleh Dinas Pariwisata DIY. Selain jadi ajang kreasi dan prestasi, pihaknya juga ingin mengenalkan kembali nilai tradisi yang sebelumnya berkembang di Yogyakarta. Bahkan festival tersebut sudah dijadikan kalender tahunan sebagai promosi destinasi wisata.
Kendati kesenian reog selama ini lekat dengan Ponorogo, namun Yogyakarta tetap memiliki ciri khas tersendiri. Yakni lebih berupa bentuk ragam geram baris keprajuritan dan gladi peperangan dengan pimpinan botoh atau lembatak. Berbeda dengan Reog Ponorogo yang identik dengan sosok warok dan gemblak. Sementara jathilan ialah seni gerak yang didominasi dengan jaranan atau kuda kepang. Pementasan kedua jenis kesenian tersebut diikuti alunan musik sesuai alur kisah yang dibawakan.
Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengaku, festival mampu menjadi kado istimewa bagi Pemkot Yogyakarta yang tepat berusia 68 tahun. Haryadi berharap, kesenian reog dan jathilan bisa menjadi salah satu destinasi wisata tersendiri di DIY. "Yogya adalah kota wisata, tanpa didukung oleh destinasi yang dinamis, maka justru hanya akan monoton. Festival ini adalah jawabannya karena ada banyak filosofi dibalik tontonan," paparnya.
Sementara itu, hasil penilaian tim dewan juri, Sindu Tohpati dari Sleman terpilih sebagai penyaji reog terbaik. Disusul oleh Wira Warungboto dari Kota Yogyakarta sebagai Juara II dan Bekso Manggala Wirotomo dari Bantul Juara III. Sedangkan kategori jathilan, penyaji terbaik ialah Jaran Progresif dari Kulonprogo. Juara II Turonggo Kusumo dari Kota Yogyakarta dan Juara III Turonggo Mudha dari Gunungkidul.
Sumber: http://krjogja.com