Bandung, Jabar - Revolusi pemikiran dalam diri generasi muda sudah sangat jauh meninggalkan warisan nilai-nilai tradisi dan budaya daerah (Sunda).
Ditinggalkannya nilai-nilai tradisi dan budaya para orang tua oleh generasi muda, akibat munculnya pertentangan pandangan terhadap nilai-nilai tradisi dan budaya.
Demikian diungkapkan seniman karawitan yang juga staf pengajar di Istitut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Dody Satya Ekagustdiman, yang merasa khawatir nilai-nilai tradisi dan budaya akan terus menghilang.
“Padahal nilai-nilai tradisi dan budaya, yang diwariskan masih relevan dengan kondisi kekinian dan bahkan masih banyak yang berguna untuk menopang kehidupan dialam kekinian,” ujar Dody, seusai menggelar acara tradisi “Numbal jeung Papajar” Senin (15/6/2015) bertempat di kampus ISBI Bandung Jalan Buah Batu Bandung.
Ditinggalkannya nilai-nilai tradisi dan budaya para orang tua oleh generasi muda, menurut Dody, karena munculnya pertentangan pandangan terhadap nilai-nilai tradisi dan budaya.
Pertentangan yang paling sering terjadi adalah dilakangan alim ulama yang memandang bahwa nilai-nilai tradisi dan budaya di masyarakat bertentangan dengan ajaran dan pandangan keagamaan.
Sementara Mas Nanu Muda mengungkapkan bahwa selain pandangan tokoh atau pemuka agama, luntur dan semakin ditinggalkannya nilai tradisi dan budaya, khususnya di Jawa Barat, karena kebijakan pemerintah.
“Saat ini program atau kegiatan yang berkaitan dengan nilai tradisi dan budaya seperti halnya bahasa ataupun yang berkaitan dengan kesenian tradisional, baru sebatas slogan, wacana, jargon atau paling jauh program dan seremonial kegiatan, setelah itu tidak ada realisasi lebih jauh,” ujar Mas Nanu.
Tradisi “Numbal jeung Papajar”, diselenggarakan dalam rangka menjelang Ujian Semesteran mahasiswa semester 2, 4 dan 6 Fakultas Karawitan ISBI Bandung, melalui tradisi Numbal atau menyingkirkan penghalang agar dimudahkan segala maksud.
Sedangkan tradisi Papajar merupakan sebuah tradisi masyarakat Sunda dalam menyambut bulan Ramadhan dengan berdoa dan makan bersama sebagai ungkapan sukacita akan datangnya bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah.
Tradisi Numbal jeung Papajar yang diikuti 80 an mahasiswa ISBI diawali dengan tradisi helaran dan babaran memainkan alat musik terbang dan gembyung keliling kampus sebagai upaya memberitahukan akan adanya acara tradisi.
Usai helaran, bertempat di panggung halaman digelar “Kidung” yang dibawakan seniwati Neneng Dinar, disambung Ijab Kabul dan dipungkas Papajar berupa nguras murak tumpeng makan bersama.
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com