Siapa yang pernah mengira resor di Siprus Barat, daerah dengan banyak hotel, toko-toko cendera mata yang usang dan wisata bergaya 1970-an itu meraih gelar ini? Penduduk lokal sendiri juga terkejut.
Apa yang dilihat Uni Eropa -yang menentukan gelar ini- dalam memilih tempat ini? Kalau dilihat lebih dalam, Anda dapat menemukan jawabannya.
Temuan seorang petani saat membajak ladangnya pada tahun 1966 mengungkap berbagai temuan arkeologi.
Apa yang ditemukan selama penggalian adalah kota Romawi dan salah satu permukiman Romawi terbesar di seluruh Laut Tengah.
Hanya puing-puing Nea Paphos yang masih tersisa. Gempa besar pada abad keempat meratakan Siprus Barat, namun masih menyisakan sejumlah lantai mosaik.
Menurut badan kebudayaan PBB, UNESCO, yang memasukkan Paphos sebagai Peninggalan Budaya Dunia, mosaik ini adalah yang terbagus di dunia.
UNESCO menyebutnya sebagai 'album menyala mitologi Yunani kuno' yang menggambarkan cerita Thisbe and Pyramos, Echo dan Narcissus, pemerkosaan Ganymede, Apollo dan Daphne dan semua dewa dalam sejumlah ruangan yang mengagumkan.
Taman arkeologi Nea Paphos sekarang terbuka untuk pengunjung dari seluruh dunia, dan merupakan salah satu situs yang diteliti UNESCO.
Situs kedua adalah kuil Aphrodite di kawasan yang sekarang bernama Kouklia, dan dibangun pada tahun 1200 SM. Tempat ini pernah menjadi tempat terpenting bagi Dewi Cinta di Laut Tengah.
Di Siprus, nama Aphrodite atau Dewi Cinta, saat ini digunakan untuk menjual apa pun, dari nama perusahaan mobil sewa sampai vila. Namun di zaman pra-Kristen, Aphrodite digunakan untuk sejumlah alasan.
Banyak orang yang datang ke monumennya menyebut namanya sebelum berhubungan seks dengan para pembantu di kuilnya. Itulah bentuk kuno wisata turisme.
Mereka yang datang bukan hanya memujanya namun juga menikmati festival -dilarang oleh Kaisar Romawi Constantine pada tahun 400- di mana berhubungan seks dengan orang asing bukan hanya memungkinkan tetapi sesuatu kewajiban.
Seks bebas?
Buku-buku panduan modern mungkin tak begitu jelas tentang ritual di Paphos namun sejarawan Yunani, Herodotus, yang menulis tentang Siprus pada abad kelima sebelum masehi, mengungkap sejarah yang membuat orang terkejut.
"Pelanggaran terberat dalam kebiasaan Babylonia adalah memaksa setiap perempuan untuk duduk di kuil Aphrodite dan berhubungan seks dengan sejumlah orang asing paling tidak sekali seumur hidupnya."
Ini terjadi pada semua perempuan, baik yang miskin maupun yang kaya, kata Herodotus. Namun perempuan kaya biasanya pergi ke kuil dalam kereta yang tertutup.
"Seorang perempuan tidak bisa menolak pembayaran. Begitu satu orang asing menjatuhkan pilihan dan memberikan uang di pangkuannya, ia dipaksa untuk berhubungqan seks di luar kuil."
Perempuan yang buruk rupa harus menunggu bertahun-tahun sebelum seseorang memilihnya.
Cerita yang sama juga muncul dalam studi perbandingan agama, The Golden Bought oleh James Frazer.
"Di Siprus, yang terjadi adalah sebelum menikah, semua perempuan diwajibkan untuk melacurkan diri kepada orang asing di tempat Aphrodite," tulis Frazer, dan menambahkan bahwa praktik yang sama juga terjadi di Babylon, Byblos dan Baalbek, wilayah di Armenia dan Turki.
Kenangan tentang ritual - yang pudar sejalan dengan larangan yang diterapkan Romawi- tetap ada selama berabad-abad.
Pada tahun 1336, pendeta Jerman Ludolph dari Suchen memberikan peringatan kepada para jemaah pagan yang pergi ke Paphos bahwa 'tanah Siprus bisa membuat orang birahi'.
Aphrodite atau Venus, nyata atau mitos, disebutkan sebagai pasangan pendeta dan raja pertama Siprus.
Penarik turis
Ia terkenal tidak hanya karena kencantikannya namun karena memiliki banyak pasangan.
Lukisan terkenal Sandro Botticelli mengangkat Aphrodite yang disebutkan lahir di buih ombak laut yang tercipta dari penis Uranus yang terlepas, karena tertiup angin.
Seorang peri datang menutupi tubuh indahnya dengan kain sutra yang terbuat dari bunga.
Bahkan pada abad ke-21, warga Siprus sangat menyukai mitos itu dan akan mengatakan kepada semua orang bahwa Aphrodite lahir di lepas pantai Paphos.
Kawasan yang merupakan persinggahan wajib para turis dengan nasihat 'jangan lupa bawa kamera' adalah batu Petra tou Romiou, tempat dewi ini muncul dari laut.
Setelah foto-foto, para turis dibawa ke kuil yang terletak tak jauh dari situ.
Di satu toko cendera mata, saya menemukan buku oleh pelukis dan pendiri perguruan tinggi seni, Cyprus College of Art Paphos, Stass Paraskos. Dia terkenal sebagai seniman terakhir di Inggris yang dinyatakan bersalah karena masalah cabul.
Paraskos tidak malu atas sejarah pulaunya itu. Ia mencampur fakta dan fiksi dalam menggambarkan Aphrodite, Mitolosi Siprus.
Kekuatan Aphrodite
Paraskos membentuk karakter yang merupakan saksi mata festival musim semi Aphodisia termasuk ritual, pengorbanan dan mistis Dewi Aphordite.
Ceritanya bercampur dengan kenyataan di lapangan dalam upaya mencari tempat menginap, menghindari pencuri dan pelacur di antara pengunjung dari Yunani, Mesir, Persia dan non-Yahudi.
Cerita itu berdasarkan sumber resmi dan buku itu berakhir dengan temuan kultus Aphrodite di Siprus modern.
Kekuatan nama Aphrodite inilah yang menjadikan Paphos sebagai Ibu Kota Budaya Uni Eropa yang mencakup situs Peninggalan Budaya Dunia.
Persyaratan untuk ditetapkan sebagai situs peninggalan budaya dunia, adalah suatu situs 'harus memiliki nilai universal'.
Nea Pahpos dan Kouklia, yang memiliki kaitan dengan tokoh yang banyak menjadi inspirasi bagi penulis, penyair dan seniman dalam sejarah, jelas memenuhi persyaratan itu.
Berkait Aphrodite, Paphos menantikan saat untuk bisa bangkit kembali dengan kekayaan budaya kuno yang terpendam di dalam Siprus modern saat ini.