Jakarta - UNESCO makin ketat melakukan seleksi untuk menetapkan warisan budaya takbenda sebagai warisan budaya dunia. Dalam Sidang UNESCO ke-6, sebanyak 60 persen dari 88 nominasi ditolak.
Sidang Sesi ke-6 Komite Antarpemerintah Unesco untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda menetapkan 40 persen dari 88 nominasi sebagai warisan budaya dunia. Sidang yang dihadiri 535 delegasi dari 70 negara digelar pada 22-29 November 2011 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali.
"Sidang tahun ini berlangsung paling lama, sangat ketat dan unik. Sebanyak 40 persen yang diterima, sisanya ada yang dikembalikan ke negara yang mengusulkan atau ditolak," Ketua Sidang Unesco ke-6 Aman Wirakartakusumah.
Dari 40 persen atau sekitar 35 nominasi yang diterima masuk sebagai warisan budaya takbenda UNESCO, salah satunya adalah Tari Saman dari Gayo Lues, Aceh milik Indonesia.
Masuknya Tari Saman dalam daftar warisan budaya dunia UNESO tak lepas dari strategi yang diusung delegasi Indonesia. Aman menjelaskan, pengajuan nominasi dalam jumlah sedikit merupakan strategi.
Ia mencontohkan, Korea mengajukan sebanyak 35 nominasi yang ditolak oleh sidang UNESCO. "Nominasi Indonesia hanya Tari Saman dan diterima secara aklamasi. Kami mengajukan sedikit tetapi memenuhi kriteria yang ada,” kata Aman.
Selanjutnya, sidang UNESCO ke-7 akan digelar di Negara Grenada pada 2012.
Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ukus Kuswara mengatakan, Indonesia mengajukan tiga nominasi budaya Indonesia ke UNESCO yaitu Noken (kerajinan tangan) dari Papua, dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan sembilan jenis tari-tarian dari Bali akan dipilih di Grenada.
Tiga budaya Indonesia akan bersaing dalam 62 nominasi pada sidang UNESCO ke-7. Keterbatasan dana yang dimiliki UNESCO menyebabkan jumlah nominasi yang disidangkan diperkecil dari 88 menjadi 62 nominasi.
Ukus menyebutkan, tercatat sebanyak 15.000 kekayaan budaya di Indonesia. Pemerintah menargetkan untuk mencatat 1.000 kekayaan budaya lainnya. Pemerintah juga berencana membuat sistem perlindungan budaya seperti UNESCO dalam skala nasional.
Sumber: http://www.beritadaerah.com