Magelang, Jateng - Direktur Jenderal United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization Irina Bokova menutup kegiatan pembersihan Candi Borobudur dari abu vulkanik Gunung Merapi pascaerupsi 2010, Sabtu.
Penutupan kegiatan tersebut ditandai dengan pemberian piagam penghargaan kepada 550 relawan yang ikut aktif membersihkan Candi Borobudur dari abu dan pasir vulkanik Merapi.
Pada acara penutupan yang dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh tersebut, Dirjen UNESCO juga melakukan penanaman pohon bodi di pelataran Candi Borobudur sebelah barat.
Irina Bokova menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah berpartisipasi membersihkan Candi Borobudur.
Ia mengatakan, esensi dari dukungan masyarakat untuk melestarikan candi Borobudur baukan hanya berupa finansial, tetapi yang lebih penting adalah dukungan akan rasa memiliki terhadap peninggalan budaya tersebut.
Menurut dia, Indonesia kaya dengan aneka ragam budaya. Hal ini bisa sebagai model suatu bangsa yang menghargai budaya.
M. Nuh menyampaikan rasa terima kasih kepada UNESCO yang dari awal menjadikan Candi Borobudur sebagai aset warisan budaya, bukan saja milik bangsa Indonesia tetapi milik dunia.
"Sebagai warisan budaya dunia, beberapa waktu yang lalu ketika terjadi musibah erupsi Gunung Merapi, UNESCO pun ikut membersihkan candi ini sebagai bagian dari tanggung jawab," katanya.
Setelah diselesaikan pembersihan abu vulkanik Gunung Merapi, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mengerjakan beberapa pekerjaan konservasi Candi Borobudur.
Hal tersebut dilakukan untuk menanggulangi dampak dari abu vulkanik Gunung Merapi yang dikhawatirkan akan muncul di kemudian hari yang dapat mengganggu kelestarian candi.
Beberapa pekerjaan tersebut, antara lain pembersihan kotoran bawah lantai, penanganan kerusakan dan pelapukan batu candi, perbaikan pada bagian lantai stupa teras maupun stupa induk.
Selain itu, juga dilakukan pembersihan abu vulkanik dan mikroorganisme di sela-sela batu candi yang dilakukan bekerja sama dengan para relawan dari UNESCO.
Sumber: http://www.antaranews.com