Makassar, Sulsel - Kelurahan Paropo, Kecamatan Panakukang, Makassar diusulkan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif jadi kampung budaya.
Targetnya, tuntuk mendukung program pengembangan 900 desa dan kampung wisata 2012. Akademisi Universitas Negeri Makassar (UNM), DR Ahyar Anwar kepada Upeks, Kamis, (3/11) mengatakan penunjukan tidak hanya sebatas rekayasa destinasi pariwisata, melainkan nilai budaya warga daerah itu harus terbentuk sesuai adat istiadat masyarakatnya.
"Jangan sampai masyarakat membuat atraksi budaya hanya untuk kepentingan wisatawan saja. Jangan sampai orang bertanya tentang budaya daerah itu, warganya sendiri tidak tahu," jelasnya.
Dia menyarankan, warga Paropo tidak hanya menjual atraksi daerah itu untuk kepentingan mencari keuntungan saja. Seharusnya, mereka menjaga dan mempertahankan culture masyarakat daerah itu sendiri.
Terbentuknya sebuah budaya dalam komunitas masyarakat yang tumbuh secara alami, jauh memiliki nilai lebih besar dibanding budaya yang terbentuk atas sebuah rekayasa untuk menarik kunjungan wisatawan.
Akademisi dari Akpar Makassar, Dr Faried Said menilai, budaya yang terbentuk dari lingkungan masyarakat itu sendiri memiliki nilai jual yang cukup besar bagi wisatawan.
"Ini sebuah produk yang cukup diminati para wisatawan asing. Hanya saja, dia mengingatkan agar kampung budaya bisa membangun sebuah icon yang betul-betul menarik, sehingga kalangan industri bisa menjual objek itu sebagai paket wisata yang menarik," terangnya.
Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat kampung budaya ini juga dihadiri Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Sulsel, Irham Ilyas, Ketua Lingkar Penulis Pariwisata (LPP) Hendra Nick A.
Hadir pula, Kasatpol Pariwisata, Zarkoni dan beberapa sanggar budaya dan tokoh masyarakat di Kelurahan Paropo, Makassar.