Jakarta - Saung Angklung Udjo berhasil melestarikan alat musik Angklung hingga ke mancanegara. Getara-getaran bambunya yang sederhana bisa menghasilkan alunan lagu yang merdu. Saung Udjo pun berhasil memperkenalkan angklung ke dunia dalam Festival Indonesia Petama di KBRI Washington DC. Wow!
Bentuknya yang ramping dan mudah dijangkau oleh jari-jari, serta cara memainkannya yang hanya dengan menggetarkan tabung-tabung bambunya mampu menghasilkan alunan musik khas pasundan. Keharmonisan nada-nada bambu ini sukses membuat semua orang yang menyaksikan pertunjukan orkestra Saung Angklung Udjo.
Alunan merdu angklung-angklung ini bukan bergema di Indonesia, melainkan di Washington DC, Amerika Serikat, dalam acara Festival Indonesia. Rasa bangga sebagai oran Indonesi pun terselip ketika menyaksikan secara langsung pertunjukan orkestra angklung Saung Udjo di panggung internasional. Saung Angklung Udjo telah berhasil mempromosikan angklung ke mancanegara.
Selain itu, Guiness Book of Record juga memberikan penghargaan sebagai permainan angklung dengan peserta terbanyak, yaitu 5.102 orang. Pencetakan rekor dunia itu pun berlangsung di National Park Mall-Washington Monument yang lokasinya menghadap Capitol Hill (Gedung Kongres AS) serta berseberangan dengan Gedung Putih.
Saat memasuki arena masing-masing peserta mendapatkan sebuah angklung serta syal batik atau ikat kepala khas Bali. Kemudian, mereka mengikuti panduan Daeng Udjo untuk membunyikan angklung berdasarkan nama-nama pulau di Indonesia yang tercantum pada angklung mereka masing-masing.
Nama-nama pulau yang digunakan pada saat itu, yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Lombok, Maluku, Flores, Papua, dan Halmahera. Secara berurutan nama-nama pulau tersebut menggambarkan not, do, re, mi, fa, so, la, si, do, re, dan mi. Peserta diminta membunyikan angklung mereka saat Daeng Udjo menunjukan tanda not-not tersebut dengan berbagai bentuk kode tangan. Dari atas panggung, Daeng melatih para peserta memainkan beberapa lagu termasuk "Take Me Home, Country Roads" ciptaan John Denver, Taffy Nivert, dan Bill Danoff, sebelum akhirnya masuk ke lagu resmi pencetakan rekor dengan lagu "We Are the World".
Sungguh luar biasa prestasi yang ditorehkan oleh Saung Angklung Udjo. Walaupun, saat itu cuaca sangat terik, tidak menyurutkan antusiasme pengunjung untuk belajar dan bermain angklung.
Untuk Anda yang tidak ikut dalam acara ini tidak perlu sedih karena ketika berkunjung ke Saung Angklung Udjo, Bandung Timur, Jabar. Pada awal pertunjukkan, demonstrasi Wayang Golek yang dilanjutkan dengan keceriaan anak-anak yang membawakan sejumlah pertunjukkan budaya seperti, Upacara Helaran, tari tradisional (Tari Merak), dan Angklung pemula menyambut kedatangan pengunjung. Daeng Udjo pun tampil memukau bersama dengan Angklung Orkestra, masal, dan Arumba. Sebagai penutup pengunjung yang datang larut dalam keceriaan tarian massal dengan anak-anak murid Saung Angklung Udjo.
Decak kagum pun terkuak ketika Daeng Udjo memanggil pasukan orkestra angklungnya. Betapa tidak, jika biasanya satu orang memainkan satu angklung, pada orkestra ini satu orang memainkan sepuluh angklung. Wow! Kira-kira harus latihan berapa lama untuk mahir ya? Orkestra angklung memainkan beberapa lagu yang sangat familiar, meski merasa sering mendengar tetap saja membuat Anda tidak akan habis pikir akan kemampuan mereka menggetarkan si bambu ramping ini.
Salah satu yang dimainkan sangat cantik saat itu adalah lagu "Bohemian Rhapsody" dari band legendaris Queen dan membuat semua orang ternganga. Lagu ini memiliki komposisi yang luar biasa rumit untuk dimainkan oleh alat musik sekuler, tapi di tangan Daeng Udjo membuat angklung mampu memainkannya bahkan dengan aransemen yang ciamik. Tidak salah jika Indonesia disebut sebagai negara yang sangat kaya raya dalam seni dan budaya.
Sumber: http://travel.detik.com