Fokus Revitalisasi dan Optimalisasi Keraton Kasepuhan

Cirebon, Jabar - Berkeliling dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, serasa masuk ke mesin waktu. Aura abad ke-15 masih terasa.

Arsitektur bangunan terlihat megah seperti pada zamannya. Tidak heran jika dunia melalui UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB) mengagumi Keraton Kasepuhan karena masih terjaga keasliannya selama 563 tahun.

Mendengar penilaian itu, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadingrat menyatakan bangga. Dia menjelaskan, Keraton Kasepuhan adalah life monument. Artinya, Keraton Kasepuhan adalah bangunan yang masih hidup hingga saat ini. Baik dari segi bangunan maupun tradisi seni dan budayanya.

’’Keraton Kasepuhan adalah satu-satunya keraton tertua yang masih ada dan berdiri kukuh sampai sekarang. Sezaman dengan Kerajaan Demak. Tapi, sekarang di Demak sudah tidak ada keraton, hanya ada Masjid Demak,’’ ujarnya.

Untuk menjaga dan merawat cagar budaya peninggalan leluhur itu, sejak masa kepemimpinannya, Sultan Sepuh memfokuskan dua program. Yakni, revitalisasi dan optimalisasi Keraton Kasepuhan. Pada 2013, dilakukan konservasi Siti Inggil, sedangkan pada 2014 Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Astana Gunung Jati.

’’Ini dilakukan untuk mempertahankan, menjaga, dan merawat keaslian bangunan-bangunan di Keraton Kasepuhan. Saya juga berharap agar masyarakat Cirebon bisa menjaga dan melestarikan peninggalan leluhur ini dengan bijak,’’ ungkap Sultan Sepuh.

Selain menjadi tempat pelestarian budaya, jelas dia, Keraton Kasepuhan masih mengadakan berbagai acara tradisi setiap tahun. Salah satunya, panjang jimat. Panjang jimat adalah acara yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Keraton Kasepuhan berlokasi di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Keraton Kasepuhan didirikan pada 1452 oleh Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati. Dulu Keraton Kasepuhan bernama Keraton Pakungwati.

Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Dia wafat pada 1549 dalam Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Nama Ratu Dewi Pakungwati diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama keraton, yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Keraton Kasepuhan saat ini terdiri atas berbagai bangunan, mulai bangunan pada abad ke-15 hingga abad ke-21. Bentuk fisik bangunan Keraton Kasepuhan pun masih asli dan terjaga.

-

Arsip Blog

Recent Posts