Indonesia-Denmark Jalin Kerjasama Seni Lewat CKU

Jakarta - Denmark menjalin kerjasama baru dengan Indonesia dalam bidang seni. Kedutaan Besar Denmark di Jakarta dan Pusat Budaya dan Pembangunan Denmark (CKU) meluncurkan program seni dan pembangunan. Bekerjasama dengan Koalisi Seni Indonesia dan Jakarta Beinnale, CKU bakal menggelar Cultural Hotspot sebagai wadah unjuk gigi seniman Indonesia timur tepatnya Makassar, Kupang, Mataram, dan Palu.

Dewi Suciati, perwakilan CKU mengatakan CKU ada 12 negara lain di Afrika dan Asia, di antaranya Nepal, Pakistan, Uganda, Mesir, dan sebentar lagi Myanmar. Lembaga ini lahir sebagai bentuk konkret strategi seni dan budaya pemerintah Denmark yang dikeluarkan pada 2013. Sebab, pemerintah Denmark ingin memajukan seni dan budaya di negara-negara yang mereka anggap prioritas, salah satunya Indonesia.

Duta Besar Denmark untuk Indonesia Casper Klynge mengatakan pihaknya memilih bidang seni karena kerjasama Indonesia-Denmark dalam bidang ini tergolong baru. “Kami punya kerjasama yang luas dengan Indonesia seperti bantuan pembangunan, kerjasama politik, perdagangan, tapi belum dalam kerjasama budaya,” ujarnya. Padahal menurut dia seni bisa menjadi pemersatu sekaligus pendukung pertumbuhan Indonesia secara budaya maupun ekonomi.

Daerah Indonesia timur dipilih karena Denmark ingin berkontribusi memperkuat akses seniman dan kurator asal luar Jawa ke pasar lokal maupun internasional. Selain memupuk bakat-bakat baru, CKU berharap membantu terciptanya perdamaian lokal di daerah pasca-konflik dan meningkatkan dialog antara kelompok yang saling bertentangan. Tak tanggung-tanggung, kata Klynge, CKU mengalokasikan dana 6 juta kroner Denmark atau Rp 11,9 miliar untuk proyek seni selama tiga tahun ini, 2015 hingga 2018.

Klynge bercerita pengalaman Eropa yang menjadikan seni sebagai wadah ekspresi pasca-konflik. Dengan demikian, seni menjadi jembatan pemersatu masyarakat setelah pengalaman yang traumatis. “Kami harap dengan mendukung pengembangan budaya, kami bisa membantu seniman mengekspresikan jiwanya atau pengalaman tragisnya secara visual dan artistic.” Menurut Klynge, bukti bahwa seni sebagai wadah mediasi dan rekonsiliasi telah terjadi di seluruh dunia.

Abduh Aziz, Direktur Koalisi Seni Indonesia mengatakan kehadiran Cultural Hotspot membantu mengubungkan komunitas seni dengan stakeholder di sekitarnya seperti pemerintah, masyarakat, media, dan perusahaan lokal. Abduh memandang ini solusi minimnya dukungan berupa pembiayaan kenian di Tanah Air. Seniman Indonesia sulit menembus politik anggaran di kementerian terkait. Transparansi dan akuntabilitas proses pembuatan anggaran hingga alokasinya, masih kurang. “Struktur anggaran di kementerian masih sekitar preservasi dan konservasi, sedangkan inisiatif kekinian tidak mendapat dukungan,” ujar Abduh.

Vicky Rosalina, perwakilan Yayasan Biennale Jakarta mengatakan kerjasama dengan CKU untuk program Curatorial Lab edukasi publik untuk mendukung ekosistem kesenian di wilayah Indonesia timur. Dia menyasar Ambon, Papua, Lombok, dan Semarang. “Selama ini kesenian terpusat di Jawa: Bandung, Jakarta, Jogja. Kita tidak pernah tahu bagaimana di kota-kota lain,” ujar Vicky. Padahal, menarik mengetahui perspektif seniman di wilayah Indonesia timur tentang kota mereka.

Hal senada dikatakan sejarawan Hilmar Farid. Menurutnya CKU Denmark adalah lembaga yang menarik karena menghubungkan budaya dan pembangunan. Di Indonesia, dua bidang ini dipisahkan. Seharusnya, kata Hilmar, budaya dikedepankan sebelum pembangunan, terutama di wilayah Indonesia timur yang selama puluhan tahun “terpisah”secara politik, sosial, dan ekonomi dari wilayah Indonesia lain. Membangun Indonesia timur mestinya tidak hanya secara fisik tapi juga menjadi inklusif dengan merangkul budaya mereka.

Ditanya tentang parameter keberhasilan program ini, Klynge tak mau menjanjikan angka jumlah seniman yang terakomodasi. Menurutnya, jika CKU bisa membantu sejumlah seniman yang jauh dari ibu kota membuat karya mereka dikenal, itu hasil yang fantastis. Begitu pula jika mereka bisa memberi hibah mini untuk mendukung seniman dan membuat seniman itu sukses menjual karyanya. “Kami negara kecil dan (program) ini tidak bisa menyelesaikan semua masalah, tapi jika kami bisa membantu sejumlah orang, kami senang dan bangga,” kata Klynge.

-

Arsip Blog

Recent Posts