Lebak, Banten - Keanekaragaman seni budaya di Kabupaten Lebak, Banten, patut dilestarikan, agar budaya-budaya luar yang masuknya begitu cepat melalui berbagai sendi kehidupan masyarakat, tidak terus menggusur keberadaan seni budaya di Kabupaten yang dijuluki sebagai Kota Multatuli itu.
Kabupaten Lebak, selain kaya akan seni budaya, juga banyak ditemukan situs situs purbakala, termasuk kekayaan seni ‘Batik Lebak’ yang akan dilaunching pada perayaan ulang tahun Kabupaten Lebak ke 187 tanggal 2 Desember 2015 mendatang. Hal ini diungkapkan H Asep Komar Hidayat, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lebak, kepada indopos.co.id di Rangkasbitung, Kamis (25/6).
Menurut Asep, saat ini Disdikbud Lebak yang dipimpinnya tengah menginventarisir jumlah cagar budaya dan situs situs yang ada di Kabupaten Lebak, sebagai peninggalan sejarah. Salah satunya adalah situs Kosala yang terletak di pegunungan Kendeng yang memiliki keunikan tersendiri.
Situs Kosala, kata asep, terdiri dari lima undakan dengan arah timur-barat menghadapi puncak Gunung Kosala. Tidak jauh dari situs tersebut, terdapat kolam tempat mereka menyucikan diri sebelum melakukan aktivitas ritual.
Hal yang menarik untuk diamati di situs itu adalah, adanya jalan setapak yang terbuat dari batu pipih, bahkan ada yang dibuat membentuk tangga, menghubungkan antara satu undakan ke undakan berikutnya.
“Terdapat juga batu bulat yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan "Batu Pelor" karena bentuknya yang bulat menyerupai peluru, dan disekitar situs ditemukan arca setinggi 50 cm,” jelas Asep.
Selain banyaknya situs purbakala ditemukan di Kabupaten Lebak,salah satu seni budaya di Kabupaten Lebak yang sudah dikenal dan perlu pelestarian adalah, cagar budaya adat Baduy di Desa Kanekes,Kecamatan Leuwidamar, serta upacara Saren Taun di Kesepuhan Cisungsang, Kecamatan Cibeber
Dijelaskan, Seren Taun atau perayaan panen padi adalah, tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang Kecamatan Cibeber secara turun temurun, sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil panen padi yang di berikan oleh sang khalik.
“Upacara Seren Taun merupakan ritual tahunan yang khusus digelar untuk memohon berkah dan memanjatkan rasa syukur atas pemberian alam, agar hasil tahun panen mendatang lebih meningkat,” kata Asep.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disdikbud Lebak, Wawan Sukmara Widarana SE didampingi Kepala Seksi (Kasi) Pengembangan Seni Budaya, Ujang Supandi, menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan pendataan kembali cagar budaya yang ada di Kabupaten Lebak, agar keberadaannya tetap lestari, sebagai kekayaan budaya lokal.
“Sekarang kita mengaktifkan kembali juru pelihara cagar budaya, meski dengan anggaran yang sangat terbatas,” ujar Wawan.
Saat ini, pihaknya mengaku baru mampu memberikan uang insentif kepada juru pelihara cagar budaya sebesar Rp 150 ribu per bulan, kepada 15 orang juru pelihara di 15 cagar budaya yang ada di Kabupaten Lebak.
“Kemampuan anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah,juga salah satu kendala dalam pelestarian dan promosi cagar budaya yang ada di Kabupaten Lebak,” pungkasnya.
Sumber: http://www.indopos.co.id