Batam, Kepri - Tugu dengan replika peralatan khas melayu di tengah Jalan Jendral Sudirman dan persimpangan Sei Harapan menjadi pemandangan bagi pengendara yang lewat.
Dua tugu ini sudah lama berdiri tetapi keberadaannya tidak bisa dinikmati secara langsung oleh masyarakat.
Dari pantauan Tribun, tugu yang berada di Jalan Jendral Sudirman itu berada persis di tengah taman yang memisahkan dua jalur lalu lintas.
Tugu itu terlihat hitam kecoklatan. Pengendara pun tidak banyak yang melirik ke arah tugu ini. Bahkan, warga yang bermukin tidak jauh dari lokasi tugu ini mengaku tidak tahu persis apa saja replika di bagun.
"Nggak tahu, itu dimana ya? Saya belum pernah lihat," ujar Ade, seorang warga ketika dimintai komentar setelah diperlihatkan dokumentasi dari replikas di tugu itu.
Ia juga tidak mengetahui secara pasti makna filosofi dari tugu terebut.
Berbeda dengan tugu di Sei Harapan, Tugu ini terletak beberapa meter dari persimpingan.
Sebagian pengendara yang berhenti ketika lampu merah menyala bisa melihat dan menikmati bagunan itu. Dari Tiban, tugu ini sedikit terlindungi oleh pepohonan yang rindang.
Namun, perawatan terhadap kedua bangunan tampak belum maksimal. Dari dekat, terlihat beberapa bagian mulai retak.
Catnya sudah pudar. Rerumputan di tepiannya juga sudah meninggi. Karena lokasinya di tengah, tidak ada warga yang bisa berswafoto di tugu itu apalagi menikmatinya secara lebih seksama.
Menurut Seniman Batam, Tarmizi, tugu itu merupakan tugu penyambutan bagi wisatawan yang datang ke Batam. Sebab itulah, dibangun di median jalan. Tugu itu juga sarat dengan nilai-nilai filosofi Melayu.
"Filosofi dibangunnya replika Tepak Sirih dan alat musik Melayu itu kan dimaksudkan untuk menunjukkan identitas kita sebagai ranah Melayu, bagi siapa saja yang datang ke kota Batam", ujar Dia.
Tarmizi menyebutkan, tugu itu dibangun sekitar tahun 2002.
Sumber: http://batam.tribunnews.com/