Festival Budaya Ruwahan Apeman di Malioboro Meriah

Yogyakarta - Banyaknya sampah di Kota Yogyakarta menjadi bentuk keprihatinan tersendiri. Tidak hanya sekedar berusaha mendaur ulang sampah, namun komunitas seniman jalan di Malioboro justru memberikan nuansa seni pada sampah tersebut. Melalui Festival Budaya Ruwahan Apeman Malioboro ke-6, sampah diubah sedemikian rupa menjadi instalasi berbagai bernilai seni tinggi dan alat-alat musik dari dari barang bekas yang mendukung dan menjaga lingkungan.

Festival Budaya Ruwahan Apeman Malioboro tersebut telah digelar sejak 5 Juni 2015 lalu ditandai dengan dipasangnya instalasi seni dari sampah di sepanjang Jalan Malioboro. Puncaknya ditutup dengan Kirab Budaya Apeman Malioboro yang mengusung tiga gunungan yaitu gunungan organik, gunungan apem dan gunungan sampah yang diiring bregada, komunitas seni Malioboro dan sebagainya. Kirab dimulai dari Halaman Kantor Dinas Pariwisata (Dispar) DIY menuju Komplek Kepatihan Yogyakarta.

"Ruwahan Apeman Maliboro ini sebetulnya untuk mengkritisi Yogyakarta yang tambah ramai, namun juga tambah istimewa sampahnya. Baik warga Yogyakarta sendiri maupun pendatang masih kurang kesadarannya untuk membuang sampah pada tempatnya alias suka buang sampah sembarangan," ujar Ketua Festival Budaya Ruwahan Apeman Malioboro ke-5, Iman B Rastanegara kepada KR saat ditemui di Halaman Kantor Dispar DIY, Minggu (14/6).

Imam menjelaskan kirab yang mengusung tiga gunungan unik ini diikuti bregada, limbuk cangik,penampilan berbagai elemen kesenian komunitas Malioboro. Selama di perjalanan, peserta kirab akan membagikan apem kepada para penonton sebagai simbol berbagai rejeki sekaligus membersikan diri. Kirab akan berakhir di Komplek Kepatihan yang telah disediakan panggung kesenian dimana juga akan ditampilkan pertujukan musik perkusi, sastra dan sebagainya.

-

Arsip Blog

Recent Posts