I La Galigo Jadi Agenda Tahunan

Makassar, Sulsel - Tepuk tangan penonton menyertai berakhirnya pementasan teater I La Galigo di Fort Rotterdam, Minggu, 24 April. Tingginya antusiasme masyarakat menyaksikan visualisasi karya sastra asli Sulsel membuat Pemkot Makassar menjadikannya sebagai pertunjukan tetap.

Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin merencanakan menggelar pertunjukan teater I La Galigo setiap tahun. Bahkan untuk 2012, Ilham masih akan meminta keterlibatan sutradara Robert Wilson dan Restu Imansari Kusumaningrum meskipun hanya saran penataan panggung.

"Rencana pertunjukan tetap setiap tahun sudah dibicarakan dengan gubernur. Anggarannya akan dialokasikan pada APBD sambil melobi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata," kata Ilham usai pertunjukan.

Pertunjukan I La Galigo tahun depan masih akan menggunakan Fort Rotterdam sebagai lokasi pementasan. Benteng peninggalan Kerajaan Gowa dan Tallo yang dipugar kolonial Belanda itu dinilai memiliki aura sendiri untuk pementasan karya kolosal yang diangkat dari Sureq Galigo.

Bahkan, set panggung tetap yang bisa digunakan untuk pementasan secara rutin, kata Ilham, bisa dibuat di dalam kompleks Fort Rotterdam. "Seniman dengan dukungan pemerintah daerah bisa mementaskan teater secara reguler dengan atau tanpa penonton," katanya. Sutradara pertunjukan, Robert Wilson terbilang cukup sukses mementaskan teater I La Galigo di Makassar. Paling tidak, dari pementasan dengan visualisasi gerak pemain tanpa bahasa verbal, cukup dimengerti alur ceritanya oleh penonton.

Hanya saja, keterbatasan properti membuat pertunjukan di Fort Rotterdam cukup mencolok perbedaannya dibanding pementasan di beberapa tempat. Seniman Sulsel, Asdar Muis RMS yang pernah menyaksikan pementasan I La Galigo di Teater Tanah Airku, Jakarta, menilai ada beberapa adegan yang kehilangan ruhnya.

Robert Wilson yang dikenal sebagai sutradara dengan permainan tata cahaya elektrik yang sangat baik, tidak tampil maksimal di Makassar. Akibatnya, beberapa adegan seperti penebangan pohon Welenreng yang menjadi bahan pembuatan kapal Sawerigading untuk berlayar ke China, cukup kaku dan kurang dramatis.

Adegan turunnya sang penguasa Dunia Atas, Patotoe dari langit juga tidak dari atap panggung. "Tapi sebagai pertunjukan, ini tantangan memaksimalkan yang serba kurang," tutur Asdar.

Sutradara film, Riri Riza yang juga menyaksikan pementasan I La Galigo malam tadi, memberikan acungan jempol untuk Robert Wilson. "Dia sutradara yang sudah avant garde. Ini hadiah yang sangat istimewa. Seseorang dari belahan dunia lain, bisa menginterpretasikan Sureq I La Galigo dengan lancar menggunakan bahasa visual," ujarnya.

Alur cerita dan visualisasi adaptasi naskah Sureq Galigo, kata dia, sangat dekat dengan penontonnya. Tanpa membuat kening terlalu berkerut, penonton bisa menangkap setiap simbol maupun gerakan yang menuturkan cerita.

"Saya sebagai orang Bugis Makassar yang sudah lama di perantauan, awalnya merasa sangat asing saat pementasan perdana I La Galigo di Singapura. Tapi dengan teknik pementasan yang dilakukan Robert, orang jadi banyak tahu apa itu La Galigo," tuturnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts