Pekalongan Menuju Kota Batik Dunia

Pekalongan, Jawa Tengah - Kota Pekalongan, Jawa Tengah, dengan jumlah penduduk sekitar 220.000 jiwa, sebagian besar warganya menekuni kerajinan batik.

Namun, gaung dan ketenaran kerajinan batik asal Kota Pekalongan ini belum begitu mampu bersaing dengan daerah lain di Jawa Tengah, seperti Solo, Yogyakarta, dan Magelang.

Oleh karena itu, pada HUT ke-105 Kota Pekalongan, pemkot setempat terus berbenah diri dengan mempersiapakn sejumlah kegiatan festival dan promosi, agar Kota Pekalongan menjadi pusat kota batik dunia.

Sejumlah program yang sudah ditawarkan Pemkot Pekalongan untuk memopulerkan kota itu di kancah dunia dan domestik, adalah pembuatan `video mapping`, festival Pekan Batik Internasional, dan pembentukan Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).

Dalam video mapping tiga dimensi dengan durasi sekitar 12 menit ini, akan ditayangkan sejarah Kota Pekalongan dengan berbagai kekayaan yang dimiliki, salah satunya adalah kerajinan batik yang berkembang pesat hingga saat ini.

Adapun kegiatan Festival Pekan Batik Internasional (PBI) yang akan digelar 12 Oktober 2011 akan memamerkan produk kerajinan batik kontemporer dan modern yang saat ini masih tersimpan di Museum Batik Nasional Pekalongan (MBNP).

Sementara pembentukan Jaringan Kota Pusaka Indonesia yang kini telah beranggotakan 32 kabupaten/kota se-Indonesia, bertujuan untuk melestarikan budaya bangsa itu dari kepunahan.

Namun, kepopuleran batik Pekalongan kini semakin melejit setelah karya batik mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada Oktober 2009.

Sementara itu, Koordinator Video Mapping, Arif Karyadi mengatakan tayangan video itu selain bertujuan menghibur masyarakat setempat sekaligus menyosialisasikan `branding` Pekalongan sebagai Kota Batik.

"Video mapping telah digelar saat Rakernas JKPI yang dihadiri oleh sekitar 32 bupati dan wali kota se-Indonesia pada awal April 2011. Video mapping ini juga akan didokumentasikan agar nantinya bisa dilihat oleh masyarakat lainnya," katanya.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Pariwisata Budaya Kota Pekalongan, Doyo Budi Wibowo mengatakan sejumlah kegiatan yang dilakukan saat HUT ke-105 Kota Pekalongan diharapkan dapat menjadi latihan penyelenggaraan Pekan Batik Intenasional (PBI) Oktober 2011.

"Pemkot Pekalongan telah bertekad kegiatan PBI dilaksanakan inovatif dan spetakuler sebagai upaya menggapai harapan Kota Pekalongan menjadi kota batik dunia," katanya.

Ia mengatakan Pemkot Pekalongan optimistis daerah ini akan mampu menyejajarkan diri dengan kepopuleran yang telah diraih oleh daerah lain, seperti Magelang dengan peninggalan bangunan Candi Borobudur dan potensi kerajinan rakyat dari Yogyakarta.

"Kami optimistis dengan kerajinan batik yang sudah di diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia ini, Kota Pekalongan akan menjadi pusat kota batik dunia," katanya.

Ia mengatakan untuk memacu potensi warisan budaya ini, perajin batik Kota Pekalongan terus berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dengan menciptakan motif dan corak batik yang tidak mudah dapat ditiru.

Selain itu, berbekal dengan dukungan dari Pemerintah Kota Pekalongan, perajin juga menginginkan agar hasil cipta dan karya batik yang bersifat kontemporer dan modern dapat terus disimpan di dalam sebuah museum.

"Kami yakin dengan potensi andalan yang dimiliki ini, Kota Pekalongan akan mudah menggapai harapan agar lebih dikenal sebagai sebutan Kota Batik Dunia. Tentu saja, untuk menggapai harapan itu perlu adanya kerja keras dari semua pihak," katanya.

Saat ini, di Museum Batik Nasional Pekalongan telah tersimpan sekitar 1.098 koleksi batik kuno dan modern yang diciptakan oleh perajin batik di Indonesia.

Batik yang tersimpan di Museum Batik Nasional Pekalongan ini merupakan jenis batik yang dipengaruhi dari Karton Solo, Yogyakarta, Tegal, Pekalongan, Rambang, dan Lasem. Karya batik ini ada yang dibuat pada tahun 1850 hingga 2010.

Koleksi batik tersebut disumbangkan oleh para elemen pencinta dan kolektor batik dari seluruh Indonesia, seperti Asif Sakur asal Yogyakarta, Kesultanan Solo, Akbar Tanjung, dan Widaningsri.

Anita Ikonen, wisatawan asal Finlandia saat berkunjung ke Pekalongan belum lama ini, mengatakan prospek kerajinan batik Pekalongan makin cerah di mancanegara, seperti di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika.

Kepopuleran batik Pekalongan ini, katanya, setelah kerajinan itu ditetapkanya UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

"Batik semakin dikenal di Eropa," kata Anita Ikonen yang berkunjung ke International Batik Center (IBC) di Wiradesa, Pekalongan belum lama ini.

Ia mengatakan kebanyakan warga Eropa menggunakan batik sebagai interior dan aksesoris rumah, tetapi belum menjadi kebiasaan untuk berbusana.

"Kita tertarik karena batik Indonesia atau Pekalongan karena memiliki ciri khas alami dan bernilai seni tinggi. Kami berharap kualitas batik bisa terjaga, sehingga warga Eropa tidak kecewa membeli produk Indonesia tersebut," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts