Purwakarta, Jabar - Pemkab Purwakarta, memanggil pulang maestro perajin wayang golek, Abah Jani (54 tahun). Perajin wayang tersebut, asalnya berkreativitas di Pulau Dewata, Bali. Akan tetapi, karena di Purwakarta perajin wayang sudah mulai minim, maka Abah Jani akhirnya disuruh kembali berkarya di tanah kelahirannya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, ternyata wilayahnya ini memiliki aset yang tak ternilai harganya. Yaitu, Maestro perajin wayang.
Abah Jani, yang merupakan warga asal Kecamatan Sukatani, mungkin satu-satunya maestro perajin wayang yang tersisa. Karena itu, pemkab ingin Abah Jani untuk pulang kampung. Serta, mengembangkan kreativitasnya di wilayah sendiri. "Perajin wayang asal Sukatani, sudah berkurang. Sekarang perlu figur untuk meneruskan karya ini," ujar Dedi, kepada Republika, Kamis (23/6).
Sudah sepekan ini, lanjut Dedi, Abah Jani, dikaryakan oleh Pemkab Purwakarta. Abah Jani, disuruh membuat wayang golek, yang nantinya akan dipamerkan di Museum Wayang milik pemkab. Dengan keberadaan Abah Jani ini, diharapkan karya seni tersebut akan tetap lestari.
Serta bisa memotivasi senima muda asal Purwakarta, untuk bisa unjuk gigi. Mengingat, saat ini Purwakarta sudah mulai kehilangan gerenasi penerus seniman perajin wayang golek. "Ini langkah pemerintah, untuk tetap melestarikan seni dan budaya. Termasuk, seni membuat wayang golek," ujarnya.
Sementara itu, Abah Jani mengaku, saat kecil dirinya sudah tertarik dengan wayang golek Si Cepot. Abah Jani, sempat meminta wayang golek tersebut ke kakeknya. Akan tetapi, oleh kakeknya tidak diberi. "Saya harus membuat sendiri," ujarnya.
Dari situlah, ternyata bakat seni Abah Jani terlihat. Sejak saat itu, Abah Jani dengan telaten membuat wayang golek yang terbuat dari bahan kayu ini. Karyanya tersebut, pernah dipakai oleh dalang sohor, almarhum Asep Sunandar Sunarya.
Akan tetapi, sejak sepi order, Abah Jani memilih meninggalkan kampung halamannya dengan tujuan, Pulau Dewata. Ternyata, di pulau yang sering dikunjungi bule ini, kehadiran Abah Jani sangat diterima. Sehingga, dia bisa berkreativitas membuat wayang di Taman Nusa, Gianyar, Bali.
Sekembalinya ke Purwakarta, Abah Jani sangat bersedih. Mengingat, tanah kelahirannya ini telah banyak kehilangan para perajin wayang. Mayoritas perajin wayang itu, sudah tutup usia. Padahal, dulu di dekade 70-an dan 80-an, seniman wayang asal Sukatani sangat banyak. Jumlahnya mencapai ratusan perajin.
Tetapi, saat ini yang tersisa tinggal sedikit. Itupun, sudah berusia lanjut seperti dirinya. Kesedihan Abah Jani semakin mendalam, saat generasi muda sudah tidak ada yang mau menggeluti kerajinan wayang ini. "Beruntung, Purwakarta masih memiliki pemimpin yang cinta akan seni tradisi. Dengan adanya Museum Wayang nanti, para generasi muda kembali mencintai dan melestarikan budayanya," jelasnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id