London, Inggris - Tenun Ikat "Lawo Gamba" produksi Rumah Tenun Lepo Lorun dari Flores, Nusa Tenggara Timur mampu memikat para pengunjung sebuah pameran seni di Kota Marseille, Prancis.
Pengunjung banyak yang tertarik produk tenun ikat itu pada pameran seni Consul Art ke-4 tahun 2016 yang diadakan selama 1,5 bulan di Maison de lArtisanat et des Mtiers dArt (MAMA), demikian Konsul Muda Pensosbud KJRI di Marseille, Prancis, Indri Ardini Kesuma kepada Antara London, Kamis.
Selain pameran kain tenun ikat juga diadakan demonstrasi pembuatan sarung tenun ikat oleh Alfonsa Horeng pendiri Lepo Lorun, kata Indri Ardini.
Dikatakan pameran diadakan KJRI Marseille bekerja sama dengan Pemerintah Kota Marseille dan Muse des Arts Asiatiques kota Nice dalam rangka promosi tenun Ikat Flores sebagai salah satu traditional knowledge dan chef doevre Indonesia.
Tenun Ikat Flores diakui UNESCO sebagai warisan budaya/heritage Indonesia dan bukan kategori kerajinan tangan, melainkan traditional knowledge (HKI) dengan karya seni bernilai tinggi chef duvre.
Hal ini karena motif dan teknik menenun/weaving yang memerlukan ketelitian tingkat tinggi, rumit dan berkelas, serta perlunya pengetahuan tentang bahan-bahan ramah lingkungan serta presisi yang pas dalam proses pewarnaan benang, membutuhkan kesabaran serta waktu berbulan-bulan dari mulai pemintalan benang sampai menjadi kain.
Pada saat demonstrasi, dipamerkan sejumlah kain tenun ikat Flores koleksi rumah tenun Lepo Lorun. Sekitar 260 penduduk setempat mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkait teknik tenun ikat Flores, berharap presentasi budaya Indonesia diadakan secara reguler.
Museum Seni Asia-Nice dan MAMA menyatakan harapannya bekerja sama dengan KJRI Marseille serta berbagai institusi terkait di Indonesia. Tidak hanya dalam penyelenggaraan kegiatan secara reguler, tapi juga kerja sama lainnya yang melibatkan sharing of best practices guna meningkatkan wawasan SDM bidang Museum/Galeri Seni.
Selain itu, Muse des Arts Asiatiques menawarkan untuk menjual produk seni Indonesia di butik souvenir mereka.
Rangkaian presentasi serta demonstrasi tenun ikat Flores di Marseille dan Nice tidak hanya memberikan peserta pengetahuan mengenai kekayaan intelektual Indonesia serta meningkatkan minat masyarakat Prancis bagian Selatan untuk berkunjung ke negeri ini, khususnya ke Flores, namun membuka peluang kerja sama antarseniman serta museum/galeri seni di Prancis bagian Selatan.
Sumber: http://www.antaranews.com