Kendal, Jateng - Tradisi syawalan di Kecamatan Boja, Selasa (12/7) sore diisi dengan kirab budaya gunungan hasil bumi dan Nyi Pandansari atau Nyai Dapu keliling kota.
Kirab diikuti ratusan warga. Mereka rela saling dorong dan berebut gunungan yang sebelumnya diarak tersebut.
Kirab budaya dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Nyi Pandansari yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di tersebut.
Pantauan, ratusan warga Boja dan sekitarnya sudah memadati depan komplek makam Sedapu di Kecamatan Boja guna menunggu kirab gunungan hasil bumi tiba. Gunungan tersebut diarak keliling kota bersama kirab budaya Nyi Pandansari atau Nyai Dapu.
Namun belum sampai di depan komplek makam, warga sudah mulai berebut gunungan hasil bumi meski dihalau panitia. Warga baik muda maupun tua saling dorong dan rela berdesakan untuk bisa mendapatkan hasil bumi yang diarak dalam tradisi syawalan dan merti Desa Boja ini.
Warga hanya ingin mendapatkan berkah dari gunungan hasil bumi yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan. Panitia sendiri kewalahan untuk mencegah, warga tidak berebut gunungan hasil bumi ini sebelum prosesi syawalan selesai. Namun warga yang sudah menunggu tidak sabar dan berebut sayuran serta buah-buhan yang ada di gunungan tersebut.
Menurut warga, meski harus berdesakan dan saling berebut gunungan hasil bumi ini namun warga senang jika bisa mendapatkan sayuran atau buah-buahan walau sedikit.
“Sayuran ini mau tak bikin sayur dan disantap bersama keluarga nantinya. Harapannya biar dapat berkah dari sayur ini dan kesejahteraan melimpah,” kata Sudiroh warga setempat.
Sementara itu, makna dari kirab gunungan hasil bumi ini, sebagai bentuk semangat warga untuk saling bergotong royong. Kirab sendiri terdiri dari iring-iringan Nyai Pandansari yang menunggang kuda dan diikuti barisan pengawal berpakaian hitam dan putih serta prajurit perempuan.
Nyai Pandasari yang juga adik kandung Ki Ageng Pandanaran ini masih melekat di relung hati masyarakat Boja. Kirab menempuh jarak 5 kilometer ini membawa serta gunungan hasil bumi yang menggambarkan rasa syukur masyarakat Boja, yang sudah diberi rejeki oleh sang kuasa.
Sejumlah tokoh agama dan masyrakat Boja sendiri usai mengikuti kirab menggelar tahlil di makam Nyai Dapu.
“Ini sudah tradisi tahunan masyarakat Boja untuk menghormati leluhur penyebar agama Islam. Selain itu juga sedekah bumi dengan mengarak gunungan hasil bumi sebagai bentuk kemakmuran dan rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh sang pencipta,” terang Sobirin, Camat Boja.
Tradisi syawalan di Boja ini merupakan agenda tahunan dan menjadi wisata religi warga Kendal dan sekitarnya.
Sumber: http://www.radarpekalongan.com