Ngawi, Jatim - Ritual adat dan budaya ‘Rebutan Gunungan’ selama ini mungkin hanya bisa dilihat di Yogyakarta maupun di Surakarta tapi kini warga masyarakat bisa melihatnya di Kota Ngawi sesuai rencana digelar besok Rabu, (20/07). Acara yang digelar setiap empat tahun sekali ini sekaligus untuk melengkapi acara Kirab Pusaka milik Pemkab Ngawi dari pelataran Kantor Desa Ngawi Purba yang diarak sampai Pendopo Wedya Graha Ngawi.
Sukadi seksi kirab dari Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda dan Olahraga (Disparyapura) Ngawi mengatakan, Kirab Pusaka maupun prosesi pengarakan Gunungan dimulai sekitar pukul 07.30 WIB start dari Desa Ngawi Purba atau tiga kilometer dari Kota Ngawi. Dipastikan untuk Gununganya sendiri ada dua unit masing-masing diberi nama Gunungan Jaler dan Gunungan Estri setinggi 2 meter dengan bobot 1,5 kwintal yang diarak sekitar 60 anak secara tambal sulam.
“Untuk gununganya memang berasal dari hasil bumi seperti sayur maupun buah-buahan demikian juga nasi tumpeng sebagai dasar gunungan komplit dengan lauk pauknya. Dua unit gunungan baik jaler dan estri ini bakal diarak masing-masing mengerahkan tiga puluh anak dengan pakaian kejawen utamanya memakai lurik,” ujar Sukadi, Selasa (19/07).
Dikatakan, ritual budaya ‘Rebutan Gunungan’ memang perintah langsung dari Bupati Ngawi Budi Sulistyono/Kanang untuk melakukan sedekah bumi sebagai filosofi rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil pertanian yang melimpah. Sedangkan untuk Kirab Pusaka Pemkab Ngawi yang meliputi Tombak Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit selain itu Payung Tunggul Warono dan Tunggul Wulung bakal diarak 13 Kereta Kuda dari Kraton Solo.
Tidak sebatas itu, bakal mengerahkan 160 Bergoto atau prajurit khas Kraton Solo, 30 prajurit Watangan dari jajaran Pemkab Ngawi, 6 orang Senopati dengan menunggang kuda plus Manggoloyudho 1 orang ditambah dokar sekitar 30-40 unit. Kirab Pusaka Pemkab Ngawi dilakukan sebagaimana diketahui, setelah sehari sebelumnya (hari ini-red) ke empat pusaka yang usianya sudah ratusan tahun tersebut dijamas (dimandikan) serta disemayamkan di Desa Ngawi Purba.
Dilain sisi Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar menerangkan, baik Kirab Pusaka maupun Rebutan Gunungan memang dikemas sedemikian rupa sesuai tradisinya untuk melestarikan serta mewariskan ke generasi muda khususnya Budaya Jawa. Ujarnya, Ngawi sesuai historinya memang satu daerah bagian wilayah Mataram namun era Kolonial Belanda dimasukan ke Karesidenan Madiun.
“Dengan dasar itu tentunya Ngawi ini mempunyai warisan budaya yang adiluhung tentu tidak salah jika hal itu diwariskan kepada generasi dengan kemasan budaya seperti besok itu. Selain itu Kirab Pusaka dan Gunungan tentu sangat berkaitan dengan tahun wisata atau Ngawi Visit Years 2017 mendatang,” pungkas orang nomor dua di Kabupaten Ngawi ini.
Sumber: http://www.siagaindonesia.com