Jakarta - Untuk menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 (VIY 2008), Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengajukan tambahan bebas visa (visa on arrival atau VOA) bagi 11 negara kepada Departemen Hukum dan HAM.
"Pengajuan penambahan bebas visa bagi Jepang, Australia, Korea Selatan, Republik Rakyat Cina, Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Rusia, India. Dan apabila memungkinkan kami juga ingin mengajukan bebas visa untuk Timur Tengah, sepanjang ada perjanjian kerjasama antarnegara (MoU). Mengingat masalah bebas visa menganut prinsip resiprokal (timbal balik)," kata Menbudpar Jero Wacik, saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2008, di Jakarta, Rabu (16/1).
Wacik mengatakan, hingga saat ini dengan didukung oleh pihak imigrasi, pemerintah Indonesia telah memberikan VOA kepada turis dari 63 negara. Wacik pun optimis jumlah wisman yang berasal dari 63 negara tersebut akan mampu memenuhi target jumlah kunjungan wisman tahun 2008 yang mencapai 7 juta orang.
"Menurut saya, kalau turis dari 63 negara ini bisa kita garap secara efektif, maka target 7 juga akan lewat," imbuhnya.
Selain itu, lanjut Wacik, diharapkan dapat diberikan tambahan lama tinggal VOA menjadi 60 hari kunjungan dari 30 hari yang diberikan kepada wisman muda, backpackers dan long staying tourist seperti turis asal Australia, Jepang dan Eropa.
"Kami juga berharap bisa diberikan perpanjangan kunjungan hingga 120 hari untuk turis senior," jelasnya.
Wacik pun mendorong dioptimalkannya pelayanan cepat program VOA untuk kedatangan wisman termasuk Visa on Board, seperti Jepang, dan Korea Selatan. Serta memberlakukan integrated visa policy, seperti yang telah dilakukan Singapura dengan Malaysia, Thailand dengan Kamboja.
Menurut Wacik, kemudahan visa juga seharusnya diberikan kepada para peserta MICE dan wisatawan minat khusus. Terlebih karena MICE terbukti memberi peluang besar dalam mendatangkan wisatawan.
"Apalagi sekarang kita sudah terbukti mampu menjadi tempat penyelenggara MICE, salah satunya keberhasilan kita dalam menjadi tuan rumah untuk acara KTT Perubahan Iklim akhir tahun lalu di Bali," katanya.
Selain Jakarta dan Bali, jelas Wacik, sejumlah daerah di Indonesia juga telah mampu dijadikan lokasi penyelenggaraan MICE. Di antaranya daerah Padang, Makasar, Manado, Surabaya, Medan, dan lain-lain memiliki gedung pertemuan yang mampu menampung peserta MICE sekitar 2.000 - 3.000 orang.
"Tapi kalau jumlahnya sudah mencapai lebih dari 3.000 orang memang saat ini baru daerah Jakarta dan Bali yang memiliki gedung dengan kapasitas sebanyak itu," ujarnya.
Meninjau Kembali
Di tempat yang sama, Wacik juga menyarankan kepada Menteri Perhubungan untuk meninjau kembali perjanjian bilateral mengenai penerbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar Pariwisata Indonesia.
"Terutama hal yang harus diperhatikan adalah distribusi kapasitas tempat duduk diharapkan sesuai dengan target pasar, penambahan kursi untuk rute-rute internasional bagi negara yang mempunyai pasar tinggi, dan strategi pengembangan jaringan aksesibilitas udara melalui peningkatan dan pengembangan jalur-jalur penerbangan ke pasar potensial di Asia Pasifik dan Eropa. Selain itu juga dibutuhkan pengembangan jaringan penerbangan domestik antar destinasi unggulan, memanfaatkan pintu-pintu masuk utama," tandasnya.
Sumber: www.suarapembaruan.com (19 Januari 2008)