Magelang, Jateng - Penerjemahan puisi karya penyair Jerman ke Bahasa Indonesia, bagian dari upaya mempererat persahabatan antarbangsa melalui karya sastra, kata Indonesianis dari Jerman, Berthold Damshauser.
"Terjemahan puisi Jerman ke Indonesia bukan untuk kampanye ideologi tertentu ke Indonesia. Itu bukan tujuan menyebarkan ideologi," katanya dalam diskusi dan pembacaan puisi terjemahan karya Friedrich Nietzche di Museum Oei Hong Djien, Kota Magelang, Jumat malam.
Hingga saat ini Berthold yang sejak 1986 mengajar sastra dan budaya Indonesia di Lembaga Kajian Asia Universitas Bonn Jerman itu telah menerjemahkan puisi antara lain karya Johann Wolfgang von Goethe, Paul Celan, Bertold Brecht, dan Nietzche ke bahasa Indonesia.
Pada 2012 antologi puisi karya beberapa penyair Indonesia seperti Dorothea Rosa Herliany, Tan Lioe Ie, Acep Zamzam Noor, Afrizal Malna, Jamal D. Rahman, Joko Pinurbo, Agus R. Sardjono, Nenden Lius Aisyah, Sitok Srengenge, dan Soni Farid Maulana dalam bahasa Jerman juga akan terbit supaya bisa dinikmati oleh publik Jerman.
"Tahun depan akan terbit antologi puisi penyair Indonesia, supaya juga dikenal di Jerman," kata Berthold Damshauser atau dikenal dengan sebutan "Pak Trum" itu.
Ia mengaku, menerjemahkan puisi para penyair itu untuk menyebarluaskan berbagai nilai estetika yang telah mereka eksplorasi menjadi karya sastra tersebut.
Apalagi, kata Pak Trum yang pada 2010 menjadi salah satu di antara 23 Indonesianis berasal dari 15 negara yang diundang Pemerintah Indonesia mengikuti Presidential Friends of Indonesia (PFoI), program tahunan Kementerian Luar Negeri itu, dirinya mencintai karya puisi.
Program PFoI untuk penyebaran informasi terbaru perkembangan di Indonesia terutama ke negara masing-masing.
"Saya kerja bidang estetika, banyak puisi karya para penyair hebat. Saya mencintai puisi sehingga saya menerjemahkan puisi ke Bahasa Indonesia. Saling menerjemahkan, saya juga menerjemahkan puisi Indonesia ke Jerman," katanya.
Ia menjelaskan, puisi menyimpan keindahan bahasa sedangkan persoalan estetika menjadi induk atas karya tersebut. Estetika, katanya, berguna untuk mengasah akal dan budi manusia.
"Sastra Jerman di tempat yang unik di tengah Bangsa Indonesia, sedangkan karya sastra Bangsa Indonesia tidak kalah menarik di antara karya-karya Jerman," katanya.
Ia mengaku, saat ini dirinya sebagai satu-satunya penerjemah puisi Jerman ke Indonesia dan sebaliknya, dari Indonesia ke Jerman. Posisinya sebagai bagian dari PFoI sebagai penghargaan Bangsa Indonesia terhadap upayanya menyebarluaskan karya budaya terutama sastra Indonesia ke Jerman.
Pada kesempatan itu Pak Trum, penyair Dorothea Rosa Herliany, penulis prosa Joni Aryadinata, dan kolektor lukisan Oei Hong Djien membacakan beberapa puisi terjemahan karya Nietzche yang telah dibukukan berjudul "Syahwat Keabadian: Kumpulan Puisi Friedrich Nietzche"
Sumber: http://www.antaranews.com