Kupang, NTT - Target pencapaian kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Nusa Tenggara Timur (NTT) harus realistis, kata pakar Komunikasi AntarEtnis dari Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT, Alo Liliweri.
"Kalau pada 2011, pemerintah daerah setempat menargetkan kunjungan wisatawan mencapai 500.000 orang dan pada tahun 2012 sekitar 800.000, apabila tercapai maka merupakan suatu upaya nyata yang luar biasa. Tetapi nampaknya agak berlebihan, sehingga perlu lebih realistis lagi," katanya di Kupang, Senin.
Liliweri mengatakan hal tersebut menanggapi keputusan Pemerintah NTT yang menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke NTT sebanyak satu juta wisatawan nusantara dan mancanegara.
Ia menilai target pemerintah juga telah dilakukan pada Sail Indonesia IX yang berlangsung saat ini, Visit Flobamora dan Sail Komodo pada 2013 juga agak berlebihan dan cenderung hanya sekedar untuk promosi dan lupa mempersiapkan potensi yang harus dijual ke wisatawan pada daerah-daerah yang telah ditetapkan sebagai tujuan singgah atau destinasi.
"Kita harapkan setiap daerah menghidupkan potensi pariwisata dan membuat jadwal tetap even yang akan dilakukan sehingga sepanjang tahun di NTT ada even tetap," katanya.
Dalam Visit Flobamora 2013 itu, wisatawan yang masuk ke NTT akan melalui sejumlah pintu masuk yaitu pintu masuk melalui Labuan Bajo (Manggarai Barat), Maumere (Sikka), Kota Kupang, Tambolaka (Sumba Barat Daya), Waingapu (Sumba Timur) dan Atambua (Belu).
Dekan FISIP Undana Kupang itu juga mengatakan, ada sejumlah sektor yang perlu diinovasi dan dikembangkan yaitu penataan kawasan wisata dan destinasi, pembinaan kebudayaan, peningkatan mutu produk dan pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia seperti guide/pemandu wisata, pelayanan hotel, restoran, dan biro perjalanan.
"Sedangkan hal yang juga tidak kalah penting adalah metode promosi dan pemasaran yang berkaitan dengan pariwisata. Pembenahan ini wajib dilakukan semua lapisan masyarakat NTT sehingga bisa memberi rasa nyaman dan aman bagi wisatawan baik dari sisi pelayanan umum maupun pelayanan dasar bagi wisatawan," ujarnya.
Dia mengatakan perlu ada sikap realistis, karena daya saing negara termasuk di dalamnya Nusa Tenggara TImur dan organisasi pariwisata nasional dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki masih terbatas.
"Daya saing masyarakat termasuk didalamnya niiai-nilai yang dimilki masyarakat dalam menyikapi kepariwisataan dan daya saing unit bisnis kepariwisataan termasuk didalamnya keandalan dalam mengantisipasi keinginan wisatawan yang semakin bertambah belum dimiliki atau masih terbatas," katanya.
Ia menilai keterbatasan daya saing ini juga disebabkan oleh minimnya fasilitas dan angaran yang tersedia untuk melakukan pendidikan dan pelatihan yang berujung pada peningkatan daya saing dan perbaikan mutus SDM dan dapat membuka akses yang terisolir antara masyarakat yang satu dengan lainnya.
Untuk itu, katanya, upaya untuk menjadikan NTT sebagai daerah kepulauan merupakan salah satu solusi yang perlu didukung.
Karena arah dari pembangunan provinsi kepulauan itu intinya adalah membuka keterisolasian wilayah melalui pembangunan sarana dan prasarana sosial dasar dan mendorong peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di antar pulau dalam daerah dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi.
Selain itu meningkatkan produksi perikanan melalui pendekatan usaha efisiensi penangkapan dan penerapan teknologi dan pengelolaan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan menumbuhkan industri pengolahan yang berbasis pada sumberdaya pesisir yang mampu menyerap tenaga kerja.
Sumber: http://beritadaerah.com