Banten - Membanjirnya produk batik China di pasar dalam negeri sudah dalam tahap yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dilaporkan impor batik selama tahun 2013 (Januari-November) mencapai 278 ton atau senilai US$ 5,1 juta. Oleh sebab itu, pemerintah dituntut untuk mengatasi masalah ini dan harus konsekuensi bahwa pihak pemerintah Indonesia maupun organisasi kemasyarakatan terkait harus terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tak benda batik.
Direktur Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Euis Saedah Mengatakan industri batik di Indonesia sampai saat ini tercatat sebanyak 48.300 unit usaha dengan skala kecil dan menengah dan skala besar sebanyak 17 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 797.351 orang dengan nilai produksi sebesar Rp 3.141 triliun dan total ekspor sebesar US$ 110 juta.Keberhasilan pembinaan yang telah dilakukan menunjukkan perkembangan yang pesat.
"Beberapa tantangan dan masalah, dan salah satu diantaranya adalah kemampuan SDM IKM Batik untuk menjadikan produk batik mejadi produk yang fashionable belum seperti yang diharapkan karena pakaian jadi batik yang di produksi IKM batik masih terbatas pada desain pakaian formal dan adati, serta semakin berkurangnya orang yang tertarik menjadi pembatik terutama batik tulis yang membutuhkan keterampilan yang sangat tinggi," ujar Euis saat membuka pelatihan Pengenalan Industri Batik Bagi Kalangan Siswa di Provinsi Banten yang akan diikuti oleh 30 orang peserta dan peletakan batu pertama tempat pelatihan di Serang, Banten, Senin (17/3).
Lebih lanjut lagi Euis mengatakan dalam rangka program pengembangan IKM Sandang tahun 2014 Ditjen IKM Wilayah II mengadakan Pelatihan Pengenalan Industri Batik Bagi Kalangan Siswa di Provinsi Banten yang akan diikuti oleh 30 orang peserta yang berasaldari SMKN 1 kota Serang sebanyak 15 orang, SMKN Pasundansebanyak 10 orang dan MAN 2 Kota Serangsebanyak 5 orang.
Banten Mukarnas pimpinan Bapak UkeKurniawan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mencetak perajin batik muda yang mampu meningkatkan kualitas dan desain sesuai permintaan semua lapisan konsumen baik untuk pakaian wanita maupun pria, dewasa ataupun anak-anak sesuai perkembangan tren desain yang berkembang sangat pesat.
Kegiatan pengembangan Industri Kreatif Batik dengan sasaran pelajar sangat perlu ditingkatkan mengingat perlunya regenerasi pengrajin batik, pengembangan motif dan teknik membatik yang lebih efisien dan ramah lingkungan serta perlunya produk berbahan dasar batik khususnya industri kreatif fashion batik yang lebih modern dan mengikuti pengembangan zaman.
Dengan kegiatan Pelatihan Pengenalan Industri Batik Bagi Kalangan Siswa di Provinsi Banten diharapkan dapat memacu tumbuhnya wirausaha baru batik di Provinsi Banten sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian batik banten. Selain itu kegiatan ini diharapkan dapat memacu stakeholder daerah khususnya Provinsi Banten untuk mencanangkan program-program terkait pelestarian dan pengembangan batik banten misalkan melalui kurikulum pendidikan di SMA atau SMK ataupun dengan pelatihan-pelatihan terkait pengembangan teknis produksi dan desain batik dikalangan para pelajar.
Batik Banten terkenal mewarisi kearifan lokal yang tersisa dari pusat kerajaan pemerintah Islam Kesultanan Banten. Batik ini kaya akan muatan filosofi yang mengandung arti dalam setiap motif, dan hal ini yang menjadi ciri khas Batik Banten. Batik Baten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita). Kekhasan inilah yang menjadikan Batik Banten terkenal hingga kancah internasional.
Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri kecil menengah (IKM) nasional pada tahun 2014 mencapai 6%. Angka itu lebih rendah dibandingkan 2013 sebesar 6,2%. Tahun 2014 pertumbuhan IKM ditaksir melambat karena tantangan yang dihadapi lebih berat, antara lain kenaikan harga bahan baku, biaya energi gas, listrik, dan BBM.
Untuk mencapai target pertumbuhan 6%, Ditjen IKM Kementerian Perindustrian RI akan melanjutkan program pemacu pertumbuhan yang dilakukan selama ini. Program-program itu adalah penyaluran insentif subsidi pembelian mesin untuk restrukturisasi pabrik, penumbuhan wirausaha baru dilengkapi peralatan dan bahan start up, penguatan klaster dengan bantuan promosi di dalam dan luar negeri, serta memfasilitasi akses pembiayaan, seperti kredit usaha rakyat (KUR).
Saat ini kita berada dalam perdagangan bebas yang ditandai dengan persaingan yang sangat ketat, tidak saja persaingan usaha dalam negeri akan tetapi lebih lagi pada persaingan antar negara dalam mengisi pasar domestik maupun pasar ekspor. Pada kawasan ASEAN telah disepakati liberalisasi perdagangan dan investasi oleh negara-negara anggota ASEAN yaitu pasar tunggal ASEAN atau yang disebut dengan ASEAN Economic Community (AEC). Pemberlakuan AEC tersebut dapat menjadi tantangan dan sekaligus menjadi peluang bagi IKM untuk memasarkan produknya pada pasar ASEAN tanpa adanya hambatan tarif bea masuk maupun hambatan non tarif barrier lainnya.
Sumber: http://www.neraca.co.id