Rekonstruksi Budaya Serumpun

Makassar, Sulsel - Lupakan perang urat syaraf Indonesia-Malaysia. Sejatinya, kedua negara merupakan saudara, apalagi diperkuat oleh identitas rumpun Melayu.

Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang memiliki kemiripan budaya. Bahkan secara kultur, Malaysia sangat dekat dengan Sulsel, khususnya Makassar. Sulsel menjadi titik temu hubungan kultural kedua negara.

Hal itu pula yang mendasari dua lembaga, Institut Terjemahan dan Buku Malaysia (ITBM) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) menandatangani memoandum of understanding (MoU) atau nota kerja sama yang dilaksanakan di Menara Pinisi UNM, Lantai III, Sabtu, 1 Maret.

Penandatanganan MoU juga diisi dengan penampilan seni monolog mewakili masing-masing negara. Presiden ITBM, Mohd Khairngadiron, menyebut, kerja sama ini sangat berharga. Melayu-Bugis, kata dia, telah ada di Malaysia sejak beberapa abad lalu.

"Bukan hanya itu, Makassar adalah kota yang melekat di hati kami. Meski kadang kala ada isu-isu negatif, kami tetap percaya hubungan kita baik-baik saja," katanya.

Mewakili rektor, Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNM, Prof Dr Asnawi Rauf, mengatakan, budaya atau kultur menjadi alasan yang membuat dua negara tetap bersatu. Khusus untuk FIS, kerja sama ini diharapkan bukan pertama dan terakhir, tetapi menjadi pintu awal untuk kerja sama lebih luas dan positif.

Penyair Sulsel, Asia Ramli Prapanca, tampil membawakan monolog mewakili UNM. Sarung Bugis dijadikannya salah satu media dalam mementaskan monolog. Sarung itu dipakai dalam berbagai gaya. "Masih sangat banyak cara dan model penggunaannya," katanya, sambil memperagakan berbagai manfaat penggunaan sarung.

Dia menyampaikan salah satu kisah yang termaktub dalam sureq La Galigo, kemudian menghubungkannya dengan To Manurung. "Lebih baik mati berdarah dari pada dihina," ucap Ram di salah satu adegannya.

Ram mengisahkan tentang kerajaan Bugis dan Melayu di masa lampau. Kisah tentang seorang Lelaki Bugis dan Wanita Melayu yang saling mencintai. "Cinta, pertemuan, maut di tangan Tuhan. Bugis dan Melayu bersatu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh," ujar Ram di akhir penampilan.

Seniman Malaysia, Khalid Salleh, dengan gaya kocak juga membawakan monolog. Dia masuk ke panggung dengan membawa pecahan batu batako berukuran cukup besar di tangan kanannya. Tangan lainnya memegang sebuah botol kaca kecil. Dia kemudian mengusahakan potongan batu itu berdiri di atas botol yang juga tengah berdiri.

Beberapa kali dia mencoba namun tidak bisa berdiri. Semua tertawa dengan kelakar sastrawan ini. Beberapa saat kemudian, ternyata dia mampu membuat batu itu berdiri tepat di atas mulut botol.

Sejumlah ayat-ayat Alquran disampaikan oleh sastrawan Malaysia ini. Dia sangat berharap adanya persatuan antara sesama bangsa serumpun. Jangan sampai persoalan kecil berbuah permusuhan. Antara Malaysia dengan Indonesia ada kaitan erat. Perdana Menteri Malaysia pun punya darah Sulsel.

"Alquran di dalamnya terdapat rahasia dari ayat-ayatnya. Hanya kita belum mampu menyingkap seluruh rahasia itu," kata sastrawan yang kocak dan religius ini.

Pria keturunan Maluku ini dalam beberapa adegan juga menyampaikan nilai-nilai budaya serumpun antara Malaysia dan Indonesia. "Banyak hal-hal berlalu di depan mata punya makna tetapi kita lepas pandang," ucapnya. Dia juga memaparkan bahaya narkoba dalam pentas tersebut.

-

Arsip Blog

Recent Posts